45
J. METODE PENGUJIAN 1. Pengukuran Total Padatan Terlarut Apriyantono 1989.
Ekstrak  tepung  ubi  garut, cookies  ubi  garut,  ubi jalar, cookies  ubi jalar dan SPF diukur total padatan terlarutnya. Cawan porselen dikeringkan selama 2  jam
dalam oven bersuhu 100
o
C, didinginkan dalam desikator sehingga diperoleh berat konstan.  Kemudian  cawan  tersebut  ditimbang  a  gram.  Sebanyak  1  ml  ekstrak
ditempatkan  ke  dalam  cawan  porselen  tersebut  dan  ditimbang  berat  larutan ekstrak  b  gram.  Cawan  yang  telah  berisi  ekstrak  kemudian  ditempatkan  dalam
oven  selama  sehari  semalam.  Setelah  kering,  cawan  berisi sampel  ekstrak
didinginkan  dalam  desikator  selama  10  menit  atau  hingga  diperoleh  berat  cawan konstan.  Berat    cawan  yang  berisi  ekstrak  kering  kemudian  ditimbang  c  gram.
Total  padatan  terlarut  dihitung  dari  hasil  perbandingan  berat  ekstrak  setelah dikeringkan dengan berat ekstrak sebelum dikeringkan dan dikalikan 100.
100 x
b a
c TPT
− =
Ekstrak tepung ubi garut, cookies ubi garut, ubi jalar, cookies ubi jalar dan SPF  dipersiapkan  dengan  TPT  5.  Ekstrak  tepung  ubi  garut,  cookies  ubi  garut,
ubi jalar, cookies ubi jalar dan SPF yang sudah diencerkan, kemudian disterilisasi secara bertahap dengan membran filter 0.45 µm dan 0.2 µm.
2. Penyiapan Sampel Feses Penyiapan  Sampel  Feses  pada  Pengujian  Potensi  Prebiotik  Ekstrak
Ubi Garut dan SPF secara in vivo. Sampel feses dari setiap dua ekor tikus pada
kelompok yang sama sebelum dilakukan pengujian digabung, sehingga dari setiap kelompok  perlakuan  didapatkan  3  tiga  sampel  feses  tikus  atau  untuk  empat
perlakuan  ada  12  sampel.  Setiap  sampel  kemudian  dihancurkan  dan  dibagi  dua secara aseptis dan ditimbang beratnya. Bagian pertama diencerkan dengan larutan
fisiologis  NaCl  0.85  steril  sehingga  didapatkan  pengenceran  10
-1
.  Penyiapan sampel  ini  dilakukan  untuk  analisa  jumlah  total  mikroba,  BAL,  dan  E.  coli
AOAC  1990.  Bagian  kedua  diencerkan  dengan  media  Lactose  Broth  sehingga didapatkan  pengenceran  10
-1
,  penyiapan  sampel  ini  dilakukan  untuk  analisa Salmonella sp
BAM 2005.
46
3. Metode Pengujian Mikrobiologi Total  Mikroba  AOAC  1990.  Suspensi  sampel  dalam  larutan fisiologis
NaCl 0.85 pengenceran 10
-1
dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam 9  ml  larutan  fisiologis  NaCl  0.85  sehingga  diperoleh  pengenceran  10
-2
, kemudian  dengan  cara  yang  sama  dibuat  pengenceran  10
-3
,  10
-4
dan  seterusnya sampai  tingkat  pengenceran  yang  diinginkan  diharapkan  hasil  plating  didapat
antara  25-250  koloni.  Pada  tingkat  pengenceran  yang  sesuai,  suspensi  sampel dipipet  1  ml  secara  aseptik  dan  dipupukkan  ke  dalam  cawan  steril  duplo
kemudian dituangi PCA, digoyangkan supaya rata dan diinkubasi pada suhu 37
o
C selama  48  jam.  Pengamatan  jumlah  koloni  yang  tumbuh  dihitung  sebagai  total
mikroba.
Perhitungan  jumlah  E.  coli  AOAC  1990.  Suspensi  sampel  dalam
larutan  fisiologis  NaCl  0.85  pengenceran  10
-1
dipipet  sebanyak  1  ml  dan dimasukkan  ke  dalam  9  ml  larutan  fisiologis  NaCl  0.85  sehingga  diperoleh
pengenceran 10
-2
, kemudian dengan cara yang sama dibuat pengenceran 10
-3
, 10
-4
dan  seterusnya  sampai  tingkat  pengenceran  yang  diinginkan  diharapkan  hasil plating  didapat  antara  25-250  koloni.  Suspensi  sampel  dari  tingkat  pengenceran
yang  sesuai  dipipet  1  ml  dan  dipupukkan  ke  dalam  cawan  petri  steril  duplo, dituangi  EMBA  dan  digoyang  supaya  rata  kemudian  diinkubasi  pada  suhu  37
o
C selama  48  jam.  Pengamatan  dilakukan  dengan  cara  menghitung  jumlah  koloni
fekal  dan  non  fekal.  Koloni  tipikal  E.  coli  adalah  koloni  berwarna  hijau  metalik fekal.
Perhitungan jumlah BAL AOAC 1990. Suspensi sampel dalam larutan
fisiologis NaCl 0.85 pengenceran 10
-1
dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam 9 ml larutan fisiologis NaCl 0.85 sehingga diperoleh pengenceran 10
-2
, kemudian  dengan  cara  yang  sama  dibuat  pengenceran  10
-3
,  10
-4
dan  seterusnya sampai  tingkat  pengenceran  yang  diinginkan  diharapkan  hasil  plating  didapat
antara  25-250  koloni.  Perhitungan jumlah  BAL  dilakukan  dengan  metode  tuang sama seperti total mikroba dan E. coli, suspensi sampel dari tingkat pengenceran
yang  sesuai  10
-5
,  10
-6
,  10
-7
dan  10
-8
dipipet  1  ml  dan  dipupukkan  ke  dalam cawan  petri  steril  kemudian  dituangi  media  MRSA,  digoyang  supaya  rata  dan
47
diinkubasi pada suhu 37
o
C selama 48 jam. Koloni yang tumbuh dihitung sebagai jumlah BAL.
Uji  Salmonella  BAM  2005.  Suspensi  sampel  di  dalam  Lactose  Broth
LB yang telah diinkubasi pada suhu ruang selama 1 jam, diinkubasikan kembali pada suhu 37
o
C selama 24 + 2 jam. Setelah diinkubasi, suspensi bakteri dipipet 1 ml secara aseptis dan dimasukkan ke dalam media SCB kemudian diinkubasi pada
suhu 37
o
C selama 24 + 2 jam. Apabila warna media berubah menjadi keruh maka dilakukan langkah selanjutnya.
Sampel  diambil  secara  aseptis  dengan  ose  kemudian  digoreskan  pada media HEA digores secara kuadran dan diinkubasi pada suhu 37
o
C selama 48 + 2 jam. Setelah diinkubasi, koloni-koloni tipikal yang tumbuh pada media diamati.
Ciri-ciri koloni tipikal Salmonella pada HEA adalah warna biru kehijauan, dengan atau tanpa warna hitam di bagian tengah koloni, beberapa tampak sebagai koloni
yang besar, berwarna hitam di tengahnya atau tampak sebagai koloni yang hampir semuanya  berwarna  hitam.  Apabila  terdapat  koloni  tipikal  tersebut  maka
dilakukan langkah selanjutnya. Koloni  tipikal  Salmonella  yang  tumbuh  pada  media  HEA  diambil  dan
digoreskan  ke  agar  miring  TSIA  dan  LIA  kemudian  diinkubasi  pada  suhu  37
o
C selama  24  +  2  jam  dengan  tutup  tabung  agak  dilonggarkan  untuk  mencegah
produksi  H
2
S  berlebih.  Setelah  diinkubasi,  perubahan-perubahan  warna  pada media  diamati.  Hasil  reaksi  spesies  Salmonella  yang  positif  pada  media  TSIA
akan  menunjukkan  warna  merah  pada  bagian  atas  media  agar  sebagai  tanda diproduksinya  senyawa  basa  pada  goresan  miring  dan  bagian  dasar  media  agar
berwarna  kuning  sebagai  tanda  diproduksinya  asam  di  dasar  tabung  dengan  atau tanpa produksi H
2
S kehitaman pada agar. Tipikal kultur Salmonella pada media LIA menghasilkan warna ungu alkali pada dasar tabung reaksi. Sedangkan bila
membentuk  warna  kuning  menunjukkan  reaksi  asam,  berarti  uji  Salmonella negatif.  Umumnya  Salmonella  pada  media  LIA  menghasilkan  H
2
S.  Beberapa yang  bukan  kultur  Salmonella  menghasilkan  warna  merah  bata  pada  media  LIA
miring.
48
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. TEPUNG UBI GARUT, UBI JALAR, SPF DAN COOKIES
Tepung  ubi  garut  yang  dihasilkan  berwarna  putih  dengan  rendemen  rata- rata  sebesar  22.62  Lampiran  5.  Tepung  ubi  jalar  yang  dihasilkan  berwarna
putih  dengan  rendemen  rata-rata  sebesar  29.71  Lampiran  6  dan  kadar  air 4.98.  Hasil  analisa  proksimat  tepung  ubi  garut  dapat  dilihat  pada  Tabel  6.
Komposisi kimia tepung SPF yang diperoleh dari Seafast Center SPF dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 6 Komposisi kimia tepung ubi garut
Komposisi Protein
8.50 Lemak
4.04 Serat
3.18 Air
7.13 Mineral
3.19 Karbohidrat
73.96
Tabel 7 Komposisi kimia tepung SPF
Komposisi Protein
10.08 Lemak
5.66 Serat
8.52 Air
2.84 Mineral
2.84 Karbohidrat
78.58
Dari 280 g tepung ubi garutubi jalar, 180 g mentega Blue Band
TM
, 80 g sukrosa dan 2 butir kuning telur, berat cookies ubi garut yang diperoleh sebanyak
510  g,  sedangkan  berat  cookies  ubi  jalar  sebanyak  518  g.  Meskipun  formulasi cookies
yang  digunakan  sama  namun  rendemen  cookies  ubi  garut  lebih  kecil dibandingkan  dengan  cookies  ubi  jalar.  Hal ini  dikarenakan  kadar  air  tepung  ubi
garut  7.13  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan  kadar  air  tepung  ubi  jalar 4.98.