18
4. Jenis-jenis Senyawa Prebiotik
Senyawa-senyawa  yang  termasuk  dalam  prebiotik  adalah  oligosakarida seperti: rafinosa, stakiosa, GOS, FOS, inulin, beberapa disakarida dan alternatif
sumber  prebiotik  lain  seperti:  laktitol,  sorbitol  dan  serat  makanan  yang  tidak diserap oleh usus halus.
a. Oligosakarida
Oligosakarida  merupakan  gula-gula  yang  terdiri  dari  2  sampai  20  unit sakarida  atau  karbohidrat  sederhana  Manning  dan  Gibson  2004.    Menurut  Oku
1994,  oligosakarida  terutama  terdiri  dari  verbakosa,  stakiosa  dan  rafinosa  yang memiliki  ikatan  -galakto-glukosa  dan  -galakto-galaktosa.  Oligosakarida  yang
tidak dicerna dan diserap dalam usus halus akan mencapai usus besar, selanjutnya akan didegradasi atau difermentasi oleh bakteri usus.
Rafinosa.  Oligosakarida  dari  kelompok  rafinosa bersifat  fungsional  karena
tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim pencernaan manusia, yaitu  -galaktosidase, sehingga  bermanfaat  bagi  kesehatan  karena  akan  menghasilkan  energi
metabolisme  yang  lebih  rendah  dibandingkan  sukrosa,  tidak  memberikan  efek pada  sekresi  insulin  dari  pankreas,  mencegah  penyakit  gigi  dan  dapat
meningkatkan  mikroflora  usus  Oku  1994.  Di  dalam  kolon,  rafinosa  dapat menstimulir  pertumbuhan  Bifidobacterium  spp  dan  Bacteriodes  spp.  Menurut
Benno  et  al.  1987  diacu  dalam  Salminen  et  al.  1998,  menunjukkan  bahwa pemberian  rafinosa  pada  manusia  sebesar  15  ghari  dapat  menaikkan  jumlah
bifidobakteria  feses  secara  signifikan  dan  menurunkan  jumlah  Clostridium  spp dan  Bacteriodaceae,  terjadi  penurunan  pH  fekal  selama  mengkonsumsi  rafinosa.
Rafinosa dapat diperoleh dari purifikasi beberapa tanaman
Oligosakarida  kedelai.  Dalam  oligosakarida  kedelai  terdapat  rafinosa,
stakiosa dan sukrosa yang dibentuk dari galaktosa yang berikatan dengan sukrosa. Oligosakarida  kedelai  dibuat  dari  kedelai  atau  whey  kedelai  melalui  proses
ekstraksi  dan  purifikasi.  Oligosakarida  bersifat  stabil  terhadap  panas  maupun asam,  stabilitasnya  lebih  baik  dibandingkan  dengan  sukrosa.  Hayakawa  et  al.
1990 diacu dalam Salminen et al. 1998, membuktikan bahwa secara in vitro,
19
stakiosa  dan  rafinosa  yang  dimurnikan  dari  oligosakarida  kedelai  dapat difermentasi oleh Bifidobacterium spp. Konsumsi oligosakarida kedelai 10 ghari
dapat meningkatkan jumlah bifidobacteria dalam feses manusia secara signifikan, menurunkan bakteri usus halus yang berbahaya.
Fruktooligosakarida  FOS.  FOS  merupakan  oligosakarida  yang  tidak
dapat  dicerna.  Konsumsi  FOS  sebesar  4-20  ghari  dapat  meningkatkan pertumbuhan bifidobacteria, menurunkan jumlah bacteroides dan clostridia fekal,
meningkatkan  berat  feses,  mudah  buang  air  besar,  menurunkan  pembentukan
bahan-bahan  putrefaktif  Hidaka  et  al.  1986;  Gibson  et  al.  1995  diacu  dalam
Salminen et al. 1998.
Galaktooligosakarida  GOS.  Galaktooligosakarida  yang  terdapat  dalam
susu  sapi,  air  susu  ibu  ASI  dan  yoghurt  dapat  menstimulir  pertumbuhan bifidobacteria.  Menurut  Ito  et  al.  1990  diacu  dalam  Salminen  et  al.  1998,
enzim β-D-galaktosidase dari Aspergillus oryzae dan Streptococcus thermophillus
dapat  memecah  laktosa  menjadi  galaktooligosakarida.  Terjadi  perubahan mikroflora usus secara nyata apabila mengkonsumsi galaktooligosakarida sebesar
10 ghari.
Galaktosil  Laktosa  GL.  GL  merupakan  trisakarida  yang  terdapat  dalam
ASI.  GL  yang  dibuat  secara  komersial  dan  ditambahkan  dalam  infant  formula mampu  menstimulir  pertumbuhan  bifidobacteria  pada  pencernaan  balita
Salminen et al. 1998.
Palatinosa.  Palatinosa  digunakan  sebagai  bahan  pemanis  non  karsinogen.
Palatinosa dapat dicerna, namun daya cerna palatinosa kondensat belum diketahui dengan  jelas.  Khasimura  et  al.  1989  diacu  dalam  Salminen  et  al.  1998,
pemberian palatinosa dapat meningkatkan jumlah bifidobacteria dalam feses.
b. Disakarida dan alternatif sumber prebiotik lainnya