95 termasuk dalam kategori rendah. Jadi dapat disimpulkan bahwa keteladanan
guru kelas V SD Negeri se-Kecamatan Mantrijeron termasuk dalam kategori tinggi.
2. Pola Asuh Orang Tua
Data pola asuh orang tua diperoleh dari skala variabel pola asuh orang tua sebanyak 23 butir soal dengan sampel sebanyak 139 responden. Skala
tersebut diisi langsung oleh siswa kelas V sesuai apa yang dirasakan dan dialami masing-masing siswa. Dari pengolahan data pola asuh orang tua
diperoleh panjang kelas 8 interval yang disajikan dalam tabel berikut. Tabel 11. Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orang Tua
No Interval
F Persentase
1 45 - 49
5 4
2 50 - 54
15 11
3 55 - 59
27 19
4 60 - 64
39 28
5 65 - 69
24 17
6 70 - 74
15 11
7 75 - 79
12 9
8 80 - 84
2 1
Total 139
100 Sumber: Data yang diolah tahun 2014
Berdasarkan distribusi frekuensi variabel pola asuh orang tua di atas dapat digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut.
96 Gambar 4. Diagram Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orang Tua
Berdasarkan tabel dan diagram di atas, frekuensi data pola asuh orang tua mayoritas pada interval 60
– 64 dengan presentase 28, sedangkan paling sedikit terdapat pada interval 80
– 84 dengan persentase 1. Setelah dilakukan perhitungan statistik dari data pola asuh orang tua
menunjukkan bahwa skor tertinggi yang dicapai adalah 84 dan skor terendah 45. Selain itu, didapat nilai mean sebesar 62,95, median sebesar 62, modus
sebesar 60, dan standar deviasi sebesar 7,9. Hal ini menunjukkan bahwa skor maksimum yang terjadi pada pola asuh orang tua mencapai 84 yang nilainya
jauh di atas nilai rata-rata, sehingga menunjukkan kondisi pola asuh orang tua yang baik.
Variabel pola asuh orang tua ini terdiri dari dua aspek yaitu responsiveness penerimaan dan demandingness tuntutan. Berdasarkan
perhitungan, didapat nilai rata-rata dari kedua aspek tersebut sebagai berikut.
97 Tabel 12. Deskripsi Tiap Aspek Variabel Pola Asuh Orang Tua
No Aspek
N Mean
1 Responsiveness Penerimaan
139 2,8404
2 Demandingness Tuntutan
139 2,5037
Sumber: Data yang diolah tahun 2014 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa aspek responsiveness
penerimaan memiliki nilai rata-rata sebesar 2,84 dan aspek demandingness tuntutan memiliki nilai rata-rata 2,50. Selanjutnya untuk menentukan
kategori skor responsiveness penerimaaan yang tinggi dan yang rendah, dibuat batas yang ditentukan dari mean nilai rata-rata. Subjek yang
mendapatkan nilai rata-rata di atas 2,84 tergolong ke dalam anak yang mendapatkan penerimaan tinggi dari orang tua, sementara subjek yang
mendapatkan nilai rata-rata di bawah 2,84 tergolong ke dalam anak yang mendapatkan penerimaan rendah dari orang tuanya. Untuk mengetahui jumlah
subjek yang termasuk dalam kategori tersebut, dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 13. Kategorisasi Aspek Responsiveness
No Kategori Aspek
Responsiveness Skor
F Persentase
1 High Responsiveness
2,84 69
49,6 2
Low Responsiveness 2,84
70 50,4
Total 139
100 Sumber: Data yang diolah tahun 2014
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang mendapatkan penerimaan tinggi dari orang tuanya sebanyak 69 anak, sedangkan siswa yang
mendapatkan penerimaan rendah dari orang tuanya sebanyak 70 anak atau 50,4.
98 Sementara itu, untuk menentukan kategori skor demandingness
tuntutan yang tinggi dan yang rendah, dibuat batas dari mean nilai rata- rata. Subjek yang mendapatkan nilai rata-rata di atas 2,50 tergolong ke dalam
anak yang mendapatkan tuntutan tinggi dari orang tua, sementara subjek yang mendapatkan nilai rata-rata di bawah 2,50 tergolong ke dalam anak yang
mendapatkan tuntutan rendah dari orang tuanya. Untuk mengetahui jumlah subjek yang termasuk dalam kategori tersebut, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 14. Kategorisasi Aspek Demandigness
No Kategori Aspek
Demandingness Skor
F Persentase
1 High Demandigness
2,50 69
49,6 2
Low Demandigness 2,50
70 50,4
Total 139
100 Sumber: Data yang diolah tahun 2014
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang mendapatkan tuntutan tinggi dari oang tuanya sebanyak 69 anak, sedangkan siswa yang
mendapatkan tuntutan rendah dari orang tuanya sebanyak 70 anak atau 50,4. Setelah diketahui tinggi rendahnya aspek demandingness dan responsiveness
pada siswa, maka dapat dilakukan pengelompokan bentuk pola asuh orang tua yang diterapkan pada siswa. Untuk melihat pengelompokan bentuk pola asuh
orang tua yang muncul, dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 15. Pengelompokan Bentuk Pola Asuh Orang Tua
No Bentuk Pola Asuh
N Persentase
1 Authoritative Otoritatif
41 29,50
2 Authoritarian Otoriter
28 20,14
3 Permissive Permisif
28 20,14
4 Uninvolved Tidak terlibat
42 30,22
Total 139
100 Sumber: Data yang diolah tahun 2014
99 Pengelompokan bentuk pola asuh orang tua di atas dapat digambarkan
dalam bentuk diagram sebagai berikut.
Gambar 5. Diagram Batang Pengelompokan Bentuk Pola Asuh Orang Tua Berdasarkan tabel dan diagram batang di atas menunjukkan bahwa
terdapat empat bentuk pola asuh orang tua yang ditemukan pada responden yang terlibat dalam penelitian ini. Bentuk pola asuh tersebut yaitu
authoritative, authoritarian, permissive, dan uninvolved. Dari keempat bentuk pola asuh tersebut, pola asuh yang paling banyak diterima oleh responden
adalah pola asuh uninvolved yaitu sebanyak 42 siswa atau 30,22. Pola asuh terbanyak kedua adalah authoritative yaitu 41 siswa atau 29,50, sedangkan
pola asuh authoritarian dan permissive masing-masing memiliki jumlah yang sama yaitu 28 siswa atau 20,14. Berdasarkan persentase tiap
pengelompokan bentuk pola asuh orang tua, dapat disimpulkan bahwa kecenderungan pola asuh siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Mantrijeron
adalah pola asuh uninvolved dan authoritative otoritatif. Pola asuh
100 uninvolved merupakan pola asuh dimana penerimaan dan tuntutan orang tua
terhadap anak sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua cenderung kurang peduli pada anak dan jarang mengerti keberadaan serta
minat anak. Sedangkan pola asuh authoritative merupakan pola asuh dimana penerimaan dan tuntutan orang tua terhadap anak sama tingginya. Dalam pola
asuh ini, orang tua bersikap tegas dan memperlakukan anak dengan hangat.
3. Kedisiplinan Siswa