Dampak Pengeluaran Pemerintah Terhadap Ketimpangan Gender di Pasar Tenaga Kerja

VII. SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Tercapainya target pertumbuhan ekonomi lebih banyak menyerap tenaga kerja informal yang umumnya memiliki upah lebih rendah dan tanpa fasilitas seperti pada pekerja formal. 2. Tercapainya target pertumbuhan ekonomi menggambarkan adanya ketimpangan gender karena perempuan terwakili secara berlebih sebagai pekerja informal. Sektor pertanian dan industri merupakan sektor yang potensial meningkatkan ketimpangan gender. Sedangkan sektor jasa merupakan sektor yang potensial mengurangi ketimpangan gender. 3. Pengeluaran pemerintah menggambarkan adanya ketimpangan gender karena perempuan terwakili secara berlebih sebagai pekerja informal. Akan tetapi, pengeluaran pemerintah sektoral mampu mengurangi ketimpangan yang telah ada di pasar tenaga kerja Indonesia.

7.2. Saran

1. Tercapainya target pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor pertanian dan industri ternyata meningkatkan ketimpangan gender. Oleh karena itu, program pembangunan yang didorong oleh kedua sektor tersebut sebaiknya menggunakan kajian gender yang lebih mendalam agar mampu mengurangi ketimpangan. 2. Desentralisasi fiskal menyebabkan alokasi keuangan daerah lebih besar dari pada sebelum terjadi desentralisasi. Oleh karena itu perlu kesungguhan pemerintah daerah dalam menerapkan pengeluaran pemerintah yang lebih responsif gender untuk memperbesar dampaknya terhadap pengurangan ketimpangan gender di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Abdullah I. 2001. Seks, Gender dan Reproduksi Kekuasaan. Tarawang Press. Yogyakarta. Akhmad. 2012. Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Perekonomian Kebupaten dan Kota di Provinsi Sulawesi Selatan. Astuti UP. 2007. Dampak Kebijkan Desentralisasi Fiskal Terhadap Kinerja Keuangan dan Perekonomian Daerah di Provinsi Bengkulu: Suatu Pendekatan Ekonometrika. Disertasi. IPB [ADB] Asian Development Bank dan [BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. The Informal Sektor and Informal Employment in Indonesia. Philippines. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia. Jakarta . . . 2008. Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia. Jakarta . . . 2009. Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia. Jakarta . . . 2010. Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia. Jakarta . . . 2011. Indonesia Dalam Angka. Jakarta Barbara B. 2008. Kemampuan Keuangan Kalimantan Tengah Sebelum dan Sesudah Desentralisasi Fiskal. Journal Socio Economics Agricultural 31: 27-35. Balmori HH. 2003. Gender And Budgets Overview Report. Institute Of Development Studies. UK Bellante D, Jackson M. 1990. Ekonomi Ketenagakerjaan. Terjemahan. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta Busse M, Spielmann C. 2006. Gender Inequality and Trade. Review of International Economics 143: 362-279. Cassel D, Cichy. 1986. Explainning The Growing Shadow Economy in East and West: A Comparative Systems Approach. Comparative Economic Studies 28 : 20-24 Chen MA. 2007. Rethinking the Informal Economy: Linkages with the Formal Economy and the Formal Regulatory Environment. DESA Working Paper No. 46. New York. Daryanto A, Hafizrianda Y. 2010. Analisis Input-Ouput dan Social Accounting Matrix. IPB Press. Bogor. Direktorat Pangan dan Pertanian BAPPENAS. 2010. Rencana Kebijakan Strategis Perluasan Areal Pertanian Baru Dalam Rangka Mendukung Prioritas Nasional Ketahanan Pangan. Jakarta De Janvry A. 1984. Searching for Style of Development: Lesson from Latin America and Implication for India. Working Paper No. 357. Department of Agricultural and Resource Economics. University of California, Berkeley. Dilnot A dan Morris C. 1981. What Do We Know About The Black Economy in The United Kingdom?. Fiskal Studies 2 :163-179. Ferman P dan Ferman L. 1973. The Struktural Underpinning of The Irregular Economy. Poverty and Human Resources Abstracts 8:3-17. Floro MS, S Seguino. 2003. Does Gender Have any Effect on Aggregate Saving?. International Review of Applied Economics 172: 147-166. Fontana M, Wobst PA. 2011. Gendered 1993-94 Social Accounting Matrix For Bangladesh. Discussion Paper No. 74. International Food Policy Research Institute. Washington. Frey B, Weck H, Pommerehne. 1982. Has The Shadow Economy Grown in Germany? An Exploratory Study. Review Of World Economics 118: 499-524. Gutmann P. 1977. The Subterranean Economy. Financial Analysis Journal 33: 24- 27. Hafizrianda Y. 2007. Dampak Pembangunan Sektor Pertanian Terhadap Distribusi Pendapatan dan Perekonomian Regional Provinsi Papua: Suatu Analisis Model Sistem Neraca Sosial Ekonomi. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Houston J. 1987. The Underground Economy: A Troubling Issue For Policymakers. Business Review Federal Reserve Bank of Philaderphia hal. 3-12. Hubeis AVS. 2010. Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa. IPB Press. Bogor. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000. http:publikasi.kominfo.go.idbitstreamhandle54323613647Instruksi _Presiden_no_9_th_2000.pdf?sequence=1 [KPPA] Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak, 2011. Kertas Kebijakan. Jakarta. Khan HA. 1999. Sektoral Growth and Poverty Alleviation: A Multiplier Decomposition Technique Applied to South Afric. Elsevier Science 2712: 521-530. Klasen S, Lamanna F. 2009. The Impact of Gender Inequality in Education and Employment on Economic Growth: New Evidence for a Panel of Countries. Feminist Economics. 153: 91-132. Knotek ES. 2007. How Useful is Okun’s Law?. Economics Review. Fourth Quarter. http:ideas.repec.orgepkn16.html. Lindenthal R. 2005. Kebijakan Ketenagakerjaan dan Pasar Tenaga Kerja di Indonesia: Berbagai Isu dan Pilihan. UNSFIR. Lofstrom A. 2008. Gender Equality, Economic Growth and Employment. Swedish Ministry of Integration and Gender Equality. Swedish. Mammen K, Paxs on C. 2000. Women’s Work and Economic Development. Journal of Economic Perspectives 14 4: 141 – 64. Mankiw G. 2003. Teori Makroekonomi. Edisi Kelima. Terjemahan. Erlangga. Jakarta. McCohan K dan Smith J. 1986. A Consumer Expenditure Approach to Estimate the Size of the Underground Economy. Journal of Marketing 50: 48-60. Mosse JC. 1993. Gender dan Pembangunan. Terjemahan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Nazara S. 2010. Ekonomi Informal di Indonesia: Ukuran, Komposisi dan Evolusi. Organisasi Perburuhan Internasional. Jakarta. Oster E, Millet MB. 2010. Do Call Centers Promote School Enrollment? Evidence from India. Working Paper Series 15922, National Bureau of Economic Research, Cambridge, MA. Panjaitan M. 2006. Dampak Disentralisasi Fiskal Terhadap Kinerja Perekonomian Daerah Kabupaten dan Kota di Provinsi di Sumatera Utara: Suatu Pendekatan Ekonometrika. Disertasi. IPB Qian N. 2008. “Missing Women and the Price of Tea in China: The Effect of Sex- Specific Earnings on Sex Imbalance.” Quarterly Journal of Economics 123 3: 1251 –85. Rindayati W. 2009. Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Kemiskinan dan Ketahanana Pangan Di Wilayah Provinsi Jawa Barat. Disertasi IPB. Riyadi DMM. 2011. Manajemen Pembangunan Nasional: Isu, Permasalahan, dan Sistem Perencanaan. Materi Diklat Spimnas TK I. lembaga Administrasi Negara. Jakarta. Seguino S. 2000. Gender Inequality and Economic Growth: A Cross-Country Analysis. World Development 28: 1211-1230.