Karakter Lanskap Lanskap Estetika Rendah

57 lapang terhadap ketiga kelompok kualitas estetika lanskap dihubungkan dengan elemen-elemen pembentuk lanskap tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 di atas. Lanskap berkualitas estetik tinggi lebih banyak didukung oleh elemen utama, yaitu landform dan tegakan pohon. Penciri utama lanskap alam yang berkarakter adalah adanya elemen landform dan pohon Booth, 1988 serta secara visual memperlihatkan elemen yang sangat distinct Higuchi, 1989. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Semantic Differential, Lanskap berkualitas tinggi memperlihatkan kriteria yang cenderung tidak berwarna-warni Gambar 26. Hal ini karena lingkungan alam pegunungan lebih dominan dengan tanaman yang berdauh hijau, dan warna ini merupakan warna alam. Dengan demikian, keberadaan elemen yang terlalu berbeda dari segi warna akan mempengaruhi penilaian atas keindahan suatu lanskap alami. Hal ini tentunya akan berbeda dengan pendapat dari pemasang reklame yang justru berusaha untuk menampilkan reklame mereka secara mencolok, baik dalam hal warna maupun bentuk serta ukuran sebagai cara untuk menarik perhatian dari pengamat atau pemakai jalan. Kriteria 4 3 2 1 1 2 3 4 Kriteria Berwarna-warni Tidak Berwarna-warni Proporsi yang tidak harmonis Proporsi yang harmonis Memperlihatkan kesan bentuk yang sesuai Tidak memperlihatkan kesan bentuk yang sesuai Memperlihatkan kesan berukuran besar Tidak memperlihatkan kesan berukuran besar Kesan tdk mengganggu pemandangan Kesan mengganggu pemandangan Keterangan: garis biru lanskap kualitas estetik rendah; garis hitam titik-titk ..... adalah Lanskap kualitas estetik sedang; dan garis berwarna hijau ----- adalah Lanskap kualitas estetik tinggi. Gambar 26. Profil Persepsi terhadap kriteria lanskap bereklame pada jalur wisata Puncak 58 Proporsi elemen yang terlihat dipandang sebagai suatu yang harmonis dengan bentukan yang sesuai. Elemen-elemen yang ada pada lanskap ini tidak saling mengganggu. Pada lanskap dengan kualitas estetik sedang, adanya landform berbukit dibarengi dengan elemen reklame, warung dan badan jalan yang luas Tabel 4 mengakibatkan kualitas estetik tidak maksimal. Elemen reklame terlihat agak kuat sehingga dapat mengurangi kualitas estetik lanskap Affandi dan Gunawan, 2011. Secara perceptual, lanskap ini hampir selalu berposisi di antara lanskap berkualitas tinggi dan rendah, kecuali pada kesan ukuran. Lanskap ini memperlihatkan kesan berukuran cenderung ke arah besar. Lanskap dengan kualitas estetik rendah memperlihatkan dominansi elemen- elemen reklame, warung, badan jalan, dan kendaraan. Elemen-elemen tersebut mempengaruhi karakter lanskap secara keseluruhan. Karakter berwarna-warni disebabkan oleh banyaknya elemen yang tidak dikehendaki dan elemen reklame yang berukuran besar sangat mengganggu pemandangan sehingga secara proporsi terlihat kurang harmonis. Berbagai jenis elemen memperlihatkan berbagai bentuk, ukuran, dan warna yang berpengaruh negaitf terhadap karakter lanskap alam di sekitarnya Nopiyanto dan Gunawan, 2009. Secara visual reklame yang berada pada lanskap jalur wisata memberikan pengaruh yang beragam, tergantung ukuran, warna, dan dominansinya terhadap lanskap. Ukuran dan warna reklame mempengaruhi secara nyata kualitas estetik lanskap sekitarnya Affandi dan Gunawan, 2011. Kondisi visual dari lanskap alami yang terdapat pada lanskap di kawasan Wisata Puncak menunjukkan bahwa kualitas estetik lanskap ini tinggi, karena lanskap ini memiliki pemandangan yang unik berupa kebun teh yang luas, pemandangan hutan campuran dan hutan pinus, keindahan alam, serta penempatan reklame sesuai atau cocok dengan lingkungan sekitar. Keunikan pemandangan tersebut disebabkan oleh dominasi dan kesatuan tapak dibandingkan dengan pemandangan lanskap sekitarnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Foster 1982 bahwa dominasi tipe lanskap dapat menjadikan lanskap tersebut lebih menarik, karena terlihat berbeda dengan lanskap sekitarnya. Kondisi semacam ini akan 59 berubah apbila penempatan maupun pembangunan elemen buatan yang baru dilakukan tanpa memperhatikan faktor-faktor alami yang ada. Kehadiran eleme- elemen buatan yang tidak terkendali akan mengurangi kualitas estetik sebuah lanskap alamia maupun kondisi ekologi yang ada di dalamnya. Van der Ryn dan Cowan 1996 menyarankan agar dalam pembangunan yang merubah bentang alam, faktor-faktor ekologis juga diperhatikan karena akan mengganggu keseimbangan yang ada. Mereka juga menyatakan bahwa sebuah rencana harusnya membuat orang dapat belajar tentang berjalannya proses ekologis yang ada di alam, sehingga termasuk di dalamnya pembangunan reklame harus menjaga kelestarian visual maupun ekologis dari lanskap alami yang ada. Kualitas estetik dan karakter lanskap yang ada pada jalur wisata Puncak merupakan sumber daya lingkungan yang penting dan bernilai tinggi. Saat ini ketika banyak hal dihitung berdasarkan satuan mata uang, maka sumber daya estetik dan kualitas karakter lanskap perlu diperhatikan karena pada akhirnya juga akan memberi efek secara ekonomi finansial terhadap masyarakat. Pemandangan yang indah dan suasana pegunungan yang menyegarkan adalah daya tarik utama terhadap kawasan wisata Puncak sehingga kalau kondisi ini tyidak dipertahankan maka akan terjadi penurunan minat terhadap kunjungan wisata pada kawasan ini. Penurunan kualitas lingkungan dan lanskap akan memberi dampak negatif terhadap kondisi ekonomi jangka panjang karena keberlanjutannya tidak dapat dipertahankan. Berdasarkan hasil di atas dapat diketahui bahwa kualitas estetik dan karakter lanskap tempat pemasangan reklame pada tiga kelompok keindahan lanskap terlihat bahwa keberadaan reklame dan elemen buatan lainnya yaitu kios atau warung serta badan jalan mempengaruhi penilaian terhadap kualitas estetik lingkungan, dimana keberadaannya yang dominan dan mencolok menurunkan nilai esetik tersebut. Kondisi tersebut berupa warna, bentuk, komposisi desain, ukuran, dan jenis reklame yang dipasang kurang memberikan nilai estetik pada sebuah objek yang di lihat yaitu berupa keindahan pada tapak itu sendiri. 60 4.3 Pengelolaan Lanskap Alami Jalur Wisata Puncak Lanskap jalur wisata Puncak yang memeperlihatkan karakter yang kuat sebagai lanskap alami dengan landform yang khas bergelombang serta merupakan lanskap pegunungan yang hijau oleh tegakan pohon sangat penting untuk dipertahankan keberadaannya. Apalagi dengan hamparan perkebunan teh yang dapat dinikmati oleh pengguna jalan sepanjang kurang lebih 10 kilometer, maka kawasan ini benar-benar merupakan distinct area yang sangat menarik banyak wisatawan untuk melintasinya. Masih dapat dilakukan penelitian lebih lanjut, tentang motivasi utama dari para wisatawan untuk melintasi kawasan wisata ini, dihubungkan dengan keberadaan kebun teh di kawasan ini. Hal ini disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa kawasan wisata Puncak juga lintas wilayah administrasi, dimana daerah Cipanas di Kabupaten Cianjur juga merupakan daerah yang diminati oleh wisatawan dengan adanya berbagai fasilitas wisata ataupun daerah tujuan wisata seperti Taman Bunga Nusantara, Kawasan Kota Bunga, Istana Cipanas dan lain- lain. Di kawasan Puncak Kabupaten Bogor pun daya tarik dan fasilitas wisata lainnya juga dikembangkan sebagai faktor penarik kunjungan para wisatawan seperti Taman Safari Indonesia Cisarua, Taman Matahari, dan lain-lainnya. Obyek wisata lainnya adalah perkebunan teh itu sendiri yang mulai dikemas dalam bentuk paket-paket wisata berupa berjalan-jalan melintasi perkebunan teh tea walk baik dengan berjalan kaki maupun berkuda, menikmati keindahan perkebunan teh dari angkasa dengan fasilitas terbang layang dengan gantole, paragliding dan fasilitas olah raga angkasa lainnya. Terdapat juga kegiatan wisata mengikuti proses pengolahan daun teh dari proses petik sampai diperoleh olahan teh siap konsumsi, seperti yang disediakan oleh PT Gunung Mas di area perkebunan dan pengolahan daun teh. Dengan kondisi semacam ini maka upaya untuk mempertahankan kualitas estetik kawasan wisata Puncak menjadi sangat penting. Pertimbangan ekologis sebagai dasar pengelolaan kawasan dengan berbagai regulasi tentang penataan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang perlu menjadi acuan pemerintah daerah dalam menangani kawasan ini. Apalagi kawasan puncak ini secara 61 nasional juga telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi dan merupakan kawasan strategis nasional. Pengelolaan lanskap kawasan wisata Puncak perlu memperhatikan faktor- faktor keruangan spesifik serta aspek-aspek ekologis karena pada kawasan Puncak ini juga terdapat mata air Sungai Ciliwung, yaitu kawasan wisata Telaga Warna, yang merupakan salah satu sungai yang melintasi dan bermuara di Jakarta. Hal itu berarti bahwa kerusakan ekologis di kawasan hulu sungai Ciliwung, yaitu kawasan Puncak akan berdampak bagi kerusakan daerah hilir yaitu Jakarta. Selain itu, sumber daya ruang lainnya adalah berkaitan dengan estetika lingkungan berupa pemandangan indah. Pemandangan indah oleh keberadaan perkebunan teh, hutan dan kebun campur ini perlu dipertahankan dan dilestarikan karena ancaman terhadap keberadaannya akan membawa dampak ekologis maupun visual bagi kawasan ini, yang pada akhirnya juga mengancam aspek sosial dan ekonomi bagi kawasan ini. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Bopunjur dikategorikan sebagai kawasan tertentu yang memerlukan penanganan khusus dan merupakan kawasan yang mempunyai nilai strategis yang penataan ruangnya harus diprioritaskan. Selain itu sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 114 Tahun 1999 tentang Penataan Ruang Kawasan Bopunjur ditetapkan fungsi utama kawasan sebagai kawasan lindung dan kawasan budidaya. Meskipun dermikian, disadari bahwa hal ini beleum sepenuhnya dapat ditegakkan. Masih terdapat penyimpangan maupun ketidasesuaian antara peraturan dengan pelaksanaannya di lapangan. Misalnya dengan masih terjadinya konversi lahan dimana kawasan lindung menjadi semakin menyempit, sementara kawasan budidaya justru semakin meluas Syartinilia, 2004 Dalam pengelolaan dan perlindungan terhadap kawasan yang mempunyai nilai penting dari berbagai aspek ini, pemerintah daerah dapat berkoordinasi dengan pemerintah pusat maupun propinsi karena kawasan ini mempunyai nilai penting secara nasional. Pengelolaan yang dimaksud dapat berupa perencanaan, pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang agar secara ekologis maupun 62 estetik dapat dipertahankan. Pengendalian pemanfaatan ruang termasuk diantaranya berkaitan dengan pembatasan bangunan baik yang permanen maupun tidak permanen karena dapat mengurangi fungsi kawasan sebagai kawasan lindung. Selain itu, pembatasan terhadap tumbuhnya kios atau warung-warung kaki lima di sepanjang jalur wisata ini yang berpotensi mengurangi estetika lanskap kawasan. Pembatasan ijin pemasangan reklame juga perlu dilakukan dengan menetapkan kawasan ini sebagai kawasan terbatas dalam pemasangan reklame.

4.4 Rekomendasi Pengaturan Reklame di Jalur Wisata Puncak

Reklame yang merupakan elemen buatan pada kawasan ini, berdasarkan hasil analisis sebelumnya berpotensi mengurangi atau menurunkan kualitas keindahan lanskap kawasan wisata Puncak, terutam pad aera kebun teh dan pemandangan alamiah lainnya. Untuk itu, dalam penyelenggaraan reklame di kawasan ini pertimbangan estetika perlu diprioritaskan sehingga keberadaan reklame tidak mengganggu. Salah satu aspek yang mempengaruhi penurunan kualitas pemandangan kawasan alami di kawasan wisata puncak dengan keberadaan reklame adalah terkait dengan ukuran dan warna naskah reklame. Ukuran reklame yang besar mendominasi pemandangan, menutupi bagian-bagiab dari pemandangan yang menarik sehingga diperlukan pembatasan terhadap reklame yang boleh dipasang di kawasan wisata Puncak. Demikian juga halnya dengan pemakaina warna pada naskah reklame, sehingga dengan memprioritaskan aspek perlindungan terhadap pemandangan alami, maka perlu dilakukan pengaturan terhadap warna reklame. Atribut kenampakan elemen reklame yang paling mencolok adalah ukuran dan warna naskah. Pemasang reklame berkepentingan untuk memasang papan reklame mereka sebesar mugkin, meskipun untuk itu mereka harus membayar pajak yang mahal Kasali 2007. Tetapi dengan memperhatikan bahwa ukuran reklame yang besar berpotensi menutup pemandangan yang ada, maka diperlukan pengaturan ukuran reklame yang boleh dipasang. Apalagi dengan memperhatikan karakter lanskap jalur wisata Puncak yang merupakan lanskap alami, maka 63 keberadaan reklame berukuran besar dan berwarna mencolok yang tidak mendukung karakter lanskap akan menurunkan kualitas estetik lanskap. Untuk itu ukuran yang dipasang dibatasi sampai pada ukuran dapat terlihat dari jarak yang tidak terlalu jauh, dan hanya terlihat untuk satu sekuens pandangan. Maka ukuran yang diperbolehkan tidak lebih dari 3 meter x 4 meter, dengan memperhatikan proporsionalitas keterlihatan reklame dan kecepatan kendaraan di sekitar lokasi. Selain itu dapat direncanakan suatu zona pemandangan, yaitu zona yang pemandangan alamiahnya diproteksi dengan terencana agar tidak menurunkan kualitas estetika kawasan wisata. Di Jepang, konsep zona proteksi pemandangan ini fuchi chiku merupakan konsep yang telah lama dipakai sebagai upaya untuk melindungi dan mengkonservasi area yang memilki kualitas pemandangan yang tinggi Arifin dan Masuda, 1997. Konsep semacam fuchi chiku ini dapat dipertimbangkan sebagai salah satu alternatif perlindungan terhadap kualitas pemandangan kawasan wisata Puncak. Meskipun demikian, konsep ini memerlukan penelitian lebih lanjut untuk dapat diterapkan sebagai salah satu alternatif perlindungan terhadap kualitas pemandangan kawasan wisata Puncak. Aspek lainnya yang berkaitan dengan gangguan pemandangan oleh keberadaan reklame adalah jumlah atau kerapatan keberadaan reklame. Reklame yang dipasang saling berdekatan dan saling menutupi pada suatu sudut pandang akan memberi kesan kumuh dan berpotensi mengurasi estetika lingkungan di sekitarnya apalagi pada lanskap yang memilki pemandangan alami. Untuk itu diperlukan pengaturan tentang jumlah reklame yang boleh dipasang pada suatu lokasi dan pengaturan terhadap posisi pemasangannya. Perencanaan zonasi terhadap pemasangan reklame ini dapat mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi aspek-aspek perencanaan ruang secara integratif. Misalnya dengan merencanakan pemanfaatan ruang secara terencana berupa pengadaan fasilitas peristirahatan rest area dimana pada area ini dapat diselenggarakan pemasangan reklame secara tertata serta pengalokasian pedagang kaki lima sehingga keberadaan mereka terlokalisasi sehingga tidak menyebar sepanjang koridor atau jalur wisata puncak. Dengan mengingat jumlah