PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN ANTHROPOMETRI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI PADA SISWA PUTRA KELAS II SMP NEGERI 4 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2006 2007

(1)

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN

ANTHROPOMETRI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI PADA SISWA PUTRA KELAS II SMP NEGERI 4 SRAGEN

TAHUN PELAJARAN 2006/2007

SKRIPSI OLEH

MARTINA IKA RATNA SARI NIM: K.5603013

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2007


(2)

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN

ANTHROPOMETRI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI PADA SISWA PUTRA KELAS II SMP NEGERI 4 SRAGEN

TAHUN PELAJARAN 2006/2007

Oleh :

MARTINA IKA RATNA SARI NIM : K.5603013

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2007


(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes Drs. Sapta Kunta Purnama, M.Pd


(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.

Pada hari : Jumat

Tanggal : 20 April 2007

Tim Penguji Skripsi :

(Nama Terang) (Tanda Tangan)

Ketua : Drs. H. Mulyono, M.M ( )

Sekretaris : Drs. Budi Satyawan ( )

Anggota I : Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes ( ) Anggota II : Drs. Sapta Kunta Purnama, M.Pd ( )

Disahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Drs. H. Trisno Martono, M.M NIP. 130 529 720


(5)

ABSTRAK

Martina Ika Ratna Sari. PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN ANTHROPOMETRI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI PADA SISWA PUTRA KELAS II SMP NEGERI 4 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2006/2007. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2007.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Perbedaan pengaruh latihan berbeban dan anthropometri terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007. (2) Perbedaan pengaruh anthropometri lingkar paha besar dan anthropometri lingkar paha kecil terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007. (3) Ada tidaknya interaksi antara latihan berbeban dan anthropometri terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007 sebanyak 100 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling. Sampel diambil sebanyak 40 orang dengan stratifiednya adalah anthropometri lingkar paha besar dan anthropometri lingkar paha kecil. Sampel dibagi menjadi 4 (empat) kelompok sesuai rancangan faktorial 2 X 2. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan pengukuran. Pengukuran anthropometri lingkar paha dan tes kekuatan otot tungkai. Teknik analisis data yang digunakan adalah ANOVA 2 X 2.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : (1) Ada perbedaan pengaruh antara latihan berbeban linear dan latihan berbeban non-linear terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007. Pengaruh peningkatan kekuatan otot tungkai yang ditimbulkan oleh latihan berbeban linear lebih baik dari pada latihan berbeban non-linear, rata-rata peningkatannya adalah 0,35 dan 0,26. (2) Tidak ada perbedaan pengaruh antara anthropometri lingkar paha besar dan anthropometri lingkar paha kecil terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007. Pengaruh peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa yang memiliki anthropometri lingkar paha besar sama dengan siswa yang memiliki anthropometri lingkar paha kecil. (3) Tidak terdapat interaksi antara latihan berbeban dan anthropometri terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa Fhitung = 0,0742 dengan Ftabel = 4,10, maka (Fhit < Ftabel).


(6)

MOTTO

“Mensana in corpore sano”, dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat

“You can if you think you can”. Dengan berpikir bahwa kamu bisa maka menghadapi keadaan sesulit apapun kamu akan bisa disertai dengan usaha dan doa.

Ilmu lebih penting dari harta, karena ilmu akan menjagamu sedangkan harta harus kau jaga


(7)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada :

- Bapak dan Ibu tercinta dengan segala kasih sayangnya

- Nug, Adit dan Chacha, adik-adikku tersayang - Keluarga di Sragen, Solo dan Pekalongan - Sahabat-sahabatku POK O3

- PJKR 03”06” dengan semua semangatmu - Adik-adik JPOK FKIP UNS

- Keluarga besar VITA SOLO tercinta - Almamater


(8)

KATA PENGANTAR

Dengan diucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi ini.

Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ketua Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes. sebagai Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

5. Drs. Sapta Kunta Purnama, M.Pd. sebagai Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

6. Kepala Sekolah dan Guru Penjaskes SMP Negeri 4 Sragen yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.

7. Siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.

8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat.

Surakarta, April 2007 MIRS


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL... i

PENGAJUAN... ii

PERSETUJUAN... iii

PENGESAHAN... iv

ABSTRAK... v

MOTTO... vi

PERSEMBAHAN... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1 A.Latar Belakang Masalah... 1

B.Identifikasi Masalah ... 5

C.Pembatasan Masalah ... 5

D.Perumusan Masalah ... 6

E.Tujuan Penelitian ... 6

F.Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI... 8

A. Tinjauan Pustaka... 8

1. Hakekat Latihan... 8

a. Pengertian Latihan ... 8

b. Prinsip-prinsip Latihan... 9

c. Latihan Untuk Kekuatan ... 13

2. Latihan Berbeban... 14

a. Hal-hal yang harus Diperhatikan Dalam Latihan Berbeban ... 15


(10)

b. Penyusunan Program Latihan Berbeban... 17

c. Latihan Berbeban Untuk Meningkatkan Kekuatan Otot Tungkai... 18

3. Latihan Berbeban Linear... 20

4. Latihan Berbeban Non-Linear... 21

5. Anthropometri ... 23

6. Kekuatan Otot... 25

a. Pengertian Kekuatan Otot ... 25

b. Kekuatan Otot Tungkai ... 26

B. Kerangka Pemikiran ... 28

C. Perumusan Hipotesis ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 32

A. Tempat Dan Waktu Penelitian... 32

1. Tempat Penelitian... 32

2. Waktu Penelitian ... 32

B. Metode Penelitian ... 32

1. Metode Eksperimen ... 32

2. Rancangan Penelitian ... 32

C. Variabel Penelitian ... 33

D. Definisi Operasional Variabel ... 34

E. Populasi dan Sampel... 34

F. Teknik Pengumpulan Data ... 35

G. Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN... 41

A. Deskripsi Data ... 41

B. Uji Prasyarat Analisis ... 44

1. Uji Normalitas ... 44

2. Uji Homogenitas Varians ... 44

C. Pengujian Hipotesis ... 45

1. Pengujian Hipotesis Pertama... 46


(11)

3. Pengujian Hipotesis Ketiga ... 46

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 47

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN... 49

A. Simpulan ... 49

B. Implikasi ... 50

C. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA... 52


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Pengaturan Urutan Kelompok Otot yang Dilatih... 12 Gambar 2. Pelaksanaan latihan half squat... 20 Gambar 3. Latihan Berbeban Dengan Beban Meningkat Secara Linear 20 Gambar 4. Latihan Berbeban Dengan Peningkatan Beban Secara Non-Linear

...22 Gambar 5. Grafik Nilai Rata-Rata Kekuatan Otot Tungkai

Berdasarkan Tiap Kelompok Perlakuan dan Tingkat

Anthropometri Lingkar Paha ... 42 Gambar 6. Grafik Nilai Rata-rata Peningkatan Kekuatan Otot Tungkai

Antara Kelompok Perlakuan. ... 43 Gambar 7. Pengukuran diameter anthropometri lingkar paha ... 70


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Ringkasan Angka-Angka Statistik Deskriptif Data Kekuatan Otot

Tungkai Menurut Kelompok Penelitian... 41 Tabel 2. Hasil Uji Normalitas dengan Liliefors ... 44 Tabel 3. Tabel Hasil Uji Homogenitas dengan Uji Bartlet ... 44 Tabel 4. Ringkasan Nilai Rerata Kekuatan Otot Tungkai Berdasarkan

Latihan Berbeban dan Anthropometri Lingkar Paha Sebelum

dan Sesudah Diberi Perlakuan ... 45 Tabel 5. Ringkasan Keseluruhan Hasil Analisis Varians Dua Faktor.... 45


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Data Tes Pengukuran Anthropometri Lingkar Paha

Pada Siswa Putra Kelas II SMP Negeri 4 Sragen Tahun

Pelajaran 2006/2007... 54 Lampiran 2. Kelompok Sampel Penelitian Berdasar Hasil Tes

Anthropometri Lingkar Paha Dengan Kategori Besar

dan Kecil Diatas dan Dibawah Nilai Rata-rata ... 55 Lampiran 3. Data Tes Awal Kekuatan Otot Tungkai Dengan Back

and Leg Dynamometer Pada Siswa Putra Kelas II SMP

Negeri 4 Sragen Tahun Pelajaran 2006/2007... 56 Lampiran 4. Kelompok Treatment Latihan Beban Squat Pada Siswa

Putra Kelas II SMP Negeri 4 Sragen Tahun Pelajaran

2006/2007……… 57

Lampiran 5. Uji Reliabilitas Data Tes Awal Kekuatan Otot Tungkai dengan Back and Leg Dynamometer Pada Siswa Putra Kelas II SMP Negeri 4 Sragen Tahun Pelajaran

2006/2007... 58 Lampiran 6. Uji Normalitas Data Tes Awal Kekuatan Otot Tungkai

Pada Kelompok 1 , Kelompok 2, Kelompok 3, dan

Kelompok 4... 61 Lampiran 7. Uji Homogenitas Data Tes Awal Kekuatan Otot

Tungkai Pada Siswa Putra Kelas II SMP Negeri 4

Sragen Tahun Pelajaran 2006/2007 ... 64 Lampiran 8. Data Tes Akhir Kekuatan Otot Tungkai Dengan Back

and Leg Dynamometer Pada Siswa Putra Kelas II SMP

Negeri 4 Sragen Tahun Pelajaran 2006/2007... 65 Lampiran 9. Rekapitulasi dan Deskriptif Statistik Data Tes Kekuatan

Otot Tungkai Pada Siswa Putra Kelas II SMP Negeri 4


(15)

Lampiran 10. Deskripsi Data Hasil Peningkatan Rata-Rata Antar Kelompok Sampel Sebagai Persiapan Analisis ANOVA

Faktorial 2 X 2 ... 67 Lampiran 11. Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran Anthropometri

Lingkar Paha ... 70 Lampiran 12. Petunjuk Pelaksanaan Tes Dan Pengukuran Kekuatan

Otot Tungkai ... 71 Lampiran 13. Program Latihan Berbeban Dengan Latihan Linear Dan

Non-Linear... 72 Lampiran 14. Jadwal Treatment atau Perlakuan Latihan Beban ... 74 Lampiran 15. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian... 86 Lampiran 16. Ijin Penelitian Dari Universitas Sebelas Maret

Surakarta ... 91 Lampiran 17. Surat Keterangan Penelitian Dari SMP Negeri 4 Sragen 97 Lampiran 18. Surat Keterangan Penelitian Dari Tempat Fitness ... 98


(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Olahraga sebagai bagian dari upaya kehidupan berperanan mengingatkan bahwa tubuh manusia adalah alat yang utama bagi kehidupan. Hal ini telah disadari bersama, sehingga pada masa kini dimana-mana terlihat banyak manusia melakukan aktivitas ini, setelah merasakan manfaat dari gerak yang dilakukannya. olahraga menjadi kebutuhan hidup setiap individu berdasarkan pentingnya olahraga sebagai suatu medium bagi perkembangan fisik, motorik, mental, sosial dan emosional.

Perkembangan olahraga dewasa ini semakin pesat dan memperlihatkan gejala yang sangat komplek karena aktivitas ini tidak berdiri sendiri, melainkan berinteraksi langsung dengan berbagai bidang seperti : ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Upaya pencapaian hasil yang baik dalam penampilan dan prestasi membutuhkan penguasaan ketrampilan yang tinggi. Ini hanya bisa dicapai dengan belajar dan berlatih secara benar dan teratur.

Olahraga melibatkan komponen jasmani atau fisik dan rohani atau psikis. Faktor yang paling dominan adalah jasmani atau fisik, karena kebugaran jasmani merupakan salah satu nilai yang langsung dapat dirasakan dari sekian banyak nilai yang diperoleh saat melakukan olahraga secara teratur. Latihan fisik yang dilakukan secara teratur akan meningkatkan kesegaran jasmani, sehingga tubuh akan mampu menghadapi beban kerja secara efektif. Hal ini merupakan manifestasi dari penyesuaian faal tubuh terhadap peningkatan beban kerja fisik. Latihan fisik diartikan sebagai suatu kegiatan menurut cara dan aturan tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan berbagai aspek kemampuan fisik manusia seperti : daya tahan, kekuatan, kecepatan, keterampilan dan lain sebagainya.

Latihan fisik atau olahraga telah diketahui sebagai salah satu cara untuk memelihara dan meningkatkan kesegaran jasmani. Salah satu latihan fisik yang sering dilakukan adalah latihan kekuatan menggunakan beban (weight training).


(17)

Latihan beban merupakan latihan dengan menggunakan suatu beban untuk meningkatkan kekuatan terutama kekuatan otot. Jenis dari latihan beban memiliki manfaat yang berbeda pada jenis otot yang akan dilatih. Latihan beban biasanya untuk meningkatkan kekuatan otot dada, otot perut, otot lengan dan otot tungkai. Berkaitan dengan peningkatan kekuatan otot, penelitian ini akan mengkaji dan meneliti cara untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai dengan latihan beban.

Jenis latihan beban yang bermanfaat untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai antara lain reguler leg press, upper leg press, leg extension, leg curl dan half squat. Latihan beban yang digunakan untuk penelitian ini adalah dengan latihan half squat. Half Squat adalah latihan beban dengan posisi berdiri membawa beban dipundak kemudian disertai gerak tungkai ditekuk dan diluruskan. Melalui gerak tungkai ynag ditekuk lalu diluruskan serta adanya beban dipundak menyebabkan tungkai mengeluarkan kekuatan ototnya untuk melawan beban yang didapat. Dengan latihan teratur dan beban yang semakin bertambah, maka kekuatan otot tungkai dapat meningkat dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

Upaya meningkatkan kekuatan otot tungkai harus melalui metode latihan beban yang sesuai. Metode latihan beban antara lain adalah metode latihan beban linear dan non-linear. Dengan metode latihan beban linear, beban latihan ditingkatkan secara bertahap dan meningkat secara terus menerus. Peningkatan latihan secara teratur dan semakin bertambah beban yang diangkat. Sedangkan dengan latihan beban non-linear, latihan secara bertahap dengan adanya peningkatan dan penurunan beban yang diangkat. Dari metode latihan beban tersebut masing-masing memiliki efektifitas yang berbeda terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai.

Latihan beban pada prinsipnya mempunyai tujuan untuk memberi kemudahan dalam meningkatkan kekuatan otot tungkai. Namun ditinjau dari segi anthropometri, bentuk dan proporsi tubuh yang ideal cukup banyak berpengaruh pada kekuatan otot tungkai. Proporsi tubuh yang ideal untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai adalah memiliki massa otot tungkai yang besar. Hal ini dapat dilihat pada besarnya massa otot tungkai yang ada pada tungkai bagian atas.


(18)

Kemampuan untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai bergantung pada besarnya massa otot tungkai yang dimiliki oleh seseorang. Semakin besar massa otot tungkai, semakin besar pula kekuatan otot tungkai tersebut. Besarnya massa otot tungkai yang diukur pada tungkai bagian atas, yaitu pada paha sepertiga bagian dibawah tulang panggul dan dua pertiga bagian diatas tulang patella atau tempurung lutut. Oleh karena itu diperlukan pengukuran besarnya massa otot tungkai untuk mengetahui peningkatan kekuatan otot tungkai yang telah dilatih dengan latihan beban halfSquat.

Bertolak dari latihan beban (weight training) diatas, metode latihan beban yang akan dikaji dan diteliti adalah latihan beban linear dan non-linear serta pengaruh besar massa otot tungkai atau lingkar paha terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai. Untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan dari latihan beban linear dan non-linear terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai perlu dibuktikan melalui penelitian baik secara teori maupun praktek.

Sebagai orang coba dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007. Pada umumnya siswa putra kelas II SMP berada pada usia 13-15 tahun. Pada usia ini, otot tungkai masih dalam tahap berkembang kearah kekuatan maksimal otot tungkai. Sedangkan pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007, belum diketahui cara meningkatkan kekuatan otot tungkai secara efektif. Kekuatan otot tungkai yang belum terlatih dengan baik, sulit untuk berkembang kekuatan maksimalnya.

Dengan kekuatan otot tungkai yang terlatih, siswa dapat memaksimalkan gerak dengan kekuatan otot tungkai, antara lain melompat, meloncat, berlari, berenang dan sebagainya. Gerak tersebut terdapat pada berbagai cabang olahraga seperti atletik, olahraga permainan, olahraga air, dan sebagainya. Sehingga siswa yang mempunyai bakat, kemampuan dan kemauan dari salah satu cabang olahraga tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut ke tahap yang lebih tinggi melalui latihan-latihan khusus.

Sebenarnya pelaksanaan kegiatan olahraga untuk meningkatan kekuatan otot tungkai melalui pelajaran pendidikan jasmani di SMP Negeri 4 Sragen telah berjalan dengan baik, namun jenis latihan yang tepat belum dilakukan. Kondisi


(19)

semacam ini harus diperhatikan dan perlu dilakukan upaya-upaya untuk melakukan kegiatan olahraga dengan jenis yang tepat untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai siswa.

Ditinjau dari sarana latihan peningkatan otot tungkai, pada umumnya disekolah tidak mempunyai alat-alat untuk latihan beban (termasuk di SMP Negeri 4 Sragen), karena alat-alat ini hanya terdapat ditempat-tempat fitness dan harganya cukup mahal. Kurangnya sarana alat beban menyebabkan latihan peningkatan otot tungkai tidak maksimal. Untuk mengatasi hal ini, sekolah dapat menggunakan alat beban alternatif yang harganya lebih murah seperti besi panjang yang kedua ujungnya diberi beban dari semen. Hanya saja kelemahan alat ini adalah bebannya tetap atau tidak dapat ditambah dan dikurangi, sehingga harus dibuat beberapa alat dengan besar beban yang berbeda-beda sesuai kebutuhan siswa.

Sarana dan pengetahuan yang kurang tentang cara peningkatan kekuatan otot tungkai menuntut seorang guru untuk memiliki kreatifitas dengan alat yang ada disekolah, agar semua siswa dapat melakukan latihan untuk meningkatkan otot tungkai. Melalui penelitian ini diharapkan guru pendidikan jasmani memperoleh pengetahuan tentang latihan beban yang benar untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai siswa dan siswa dapat mengetahui bentuk latihan beban yang tepat untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini mengambil judul “ Perbedaan Pengaruh Latihan Berbeban Dan Anthropometri Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Tungkai Pada Siswa Putra Kelas II SMP Negeri 4 Sragen Tahun Pelajaran 2006/2007 “


(20)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Pengetahuan tentang metode latihan yang tepat untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen masih rendah.

2. Para siswa belum menguasai metode latihan yang tepat untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai dan belum memanfaatkan besar massa otot tungkai yang dimiliki.

3. Belum pernah dilakukan tes dan pengukuran anthropometri lingkar paha dan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen Tahun Pelajaran 2006/2007.

4. Belum diketahui kekuatan otot tungkai siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen Tahun Pelajaran 2006/2007.

5. Belum diketahui efektifitas antara latihan berbeban linear dan latihan berbeban non-linear terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai.

6. Upaya meningkatkan kekuatan otot tungkai siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen dengan latihan berbeban.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda perlu dibatasi permasalahan dalam penelitian ini. Pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Latihan berbeban linear dan non-linear terhadap peningkatan kekuatan otot

tungkai.

2. Anthropometri lingkar paha yaitu besarnya lingkar paha siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007.

3. Kekuatan otot tungkai siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007.


(21)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, pembatasan masalah, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Adakah perbedaan pengaruh antara latihan berbeban linear dan non-linear terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen Tahun Pelajaran 2006/2007?

2. Adakah perbedaan pengaruh antara anthropometri lingkar paha besar dan anthropometri lingkar paha kecil terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007? 3. Adakah interaksi antara latihan berbeban dan anthropometri terhadap

peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui :

1. Perbedaan pengaruh latihan berbeban linear dan non-linear terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007.

2. Perbedaan pengaruh anthropometri lingkar paha besar dan anthropometri lingkar paha kecil terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007.

3. Ada tidaknya interaksi antara latihan berbeban dan anthropometri terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007.


(22)

F. Manfaat Penelitian

Masalah dalam penelitian ini sangat penting untuk diteliti dengan harapan :

1. Dapat meningkatkan kekuatan otot tungkai siswa yang dijadikan obyek dalam penelitian ini.

2. Dapat dijadikan masukan dan pedoman bagi guru Penjaskes di SMP Negeri 4 Sragen pentingnya metode latihan beban dan anthropometri tubuh dalam meningkatkan kekuatan otot tungkai, sehingga akan diperoleh hasil yang maksimal.


(23)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Hakekat Latihan

a. Pengertian Latihan

Dalam upaya untuk mencapai dan meningkatkan prestasi olahraga dapat dicapai melalui latihan. Menurut Harsono (1988:10) latihan adalah “Proses yang sistematis, berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaan”. Selanjutnya menurut Soedjarwo (1993:14) yang dimaksud dengan latihan adalah “suatu proses sistematis secara berulang-ulang secara ajeg dengan selalu memberikan peningkatan beban latihan”. Adapun menurut A. Hamidsyah Noer (1995:90) bahwa “Latihan adalah suatu proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan dengan berulang-ulang secara kontiyu dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan untuk mencapai tujuan”.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa latihan adalah proses kerja yang dilakukan secara sistematis, berulang-ulang dengan peningkatan beban secara periodik dan berkelanjutan dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi olahraga. Yang dimaksud dengan sistematis adalah berencana, menurut jadwal, pola dan sistem tertentu, metodis dari yang mudah ke yang sukar, latihan teratur dari yang sederhana ke yang lebih komplek. Berulang-ulang maksudnya agar gerakan-gerakan yang semula sukar dilakukan menjadi semakin mudah, otomatis dan reflektif pelaksanaannya sehingga semakin menghemat energi. Kian hari maksudnya setiap kali secara periodik dan segera setelah tiba saatnya untuk ditambah jumlah beban latihannya.

Latihan fisik merupakan salah satu unsur dari latihan olahraga secara menyeluruh. Dengan latihan fisik yang terencana, sistematis, kontinyu dan pembebanan tertentu dapat mengubah faal tubuh yang selanjutnya akan mengubah tingkat kesegaran jasmani ke tingkatan fitnes yang tinggi, sehingga dapat menunjang penampilan atlet dalam olahraga.


(24)

b. Prinsip-prinsip Latihan

Agar dapat mencapai hasil sesuai yang diharapkan, program latihan yang disusun dan dilakukan harus memperhatikan prinsip-prinsip latihan secara benar.Prinsip- prinsip latihan berbeban yang perlu digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan latihan, menurut E.L. Fox yang dikutip M. Sajoto (1995:30-31) yaitu:

1. Prinsip overload

2. Prinsip penggunaan beban secara progresif 3. Prinsip pengaturan latihan

4. Prinsip kekhususan program latihan

Dengan latihan yang terprogram dengan berdasarkan prinsip-prinsip latihan secara benar, akan dapat mencapai hasil sesuai yang diharapkan. Prinsip-prinsip dasar latihan tersebut perlu dipedomani dalam melaksanakan latihan. Prinsip-prinsip latihan tersebut diuraikan sebagai berikut :

1) Prinsip Beban Lebih

Prinsip beban lebih ( overload principle ) merupakan dasar dari program latihan berbeban. Prinsip beban lebih ini merupakan faktor penting dalam peningkatan kemampuan atlet. Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin (1996:131) mengemukakan bahwa, “prinsip beban lebih adalah prinsip latihan yang menekankan pada pembebanan latihan yang lebih berat daripada yang mampu dilakukan oleh atlet” .

Kemampuan seseorang dapat meningkat jika mendapatkan beban latihan lebih berat dari beban yang diterima sebelumnya secara teratur dan kontinyu. Dalam hal ini Pate R. Rotella R. & Mc. Clenaghan S. (1993:318) mengemukakan bahwa, “ sebagian besar sistem fisiologi dapat menyesuaikan diri pada tuntutan fungsi yang melebihi dari apa yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari”. Berdasarkan hal tersebut maka latihan yang dilakukan haruis berdasarkan pada prinsip beban lebih. Dapat dikatakan bahwa prinsip beban lebih merupakan prinsip dasar dalam latihan.


(25)

Dengan pembebanan yang lebih berat dari sebelumnya, akan merangsang tubuh untuk beradaptasi dengan beban tersebut. Tubuh manusia akan beradaptasi secara positif terhadap beban yang diberikan, yang berarti bahwa kemampuan tubuh akan meningkat. Di dalam tubuh manusia akan timbul superkompensasi terhadap beban latihan yang diberikan. Suharno H.P. (1993:8) mengemukakan bahwa, “superkompensasi artinya kenaikan kemampuan atlet setelah di beri beban berat, teratur dan cukup ulangannya”.

Prinsip beban lebih ini harus benar-benar diterapkan dalam pelaksanaan latihan. Tetapi harus selalu diingat, bahwa beban latihan yang diberikan tidak boleh terlalu berat atau berlebihan. Sebab jika beban latihan yang diberikan tersebut terlalu berat dan berlebihan, yang diperoleh bukanlah kemajuan kondisi fisik, tetapi malah sebaliknya akan terjadi cedera dan fisik menurun karena overtraining atau kelebihan beban latihan. Untuk menghindari pemberian beban yang berlebihan, maka harus memperhatikan cara penambahan beban yang benar.

2) Prinsip Penggunaan Beban Secara Progresif

Penggunaan beban secara progresif adalah latihan yang dilakukan dengan menggunakan beban yang ditingkatkan secara teratur dan bertahap sedikit demi sedikit. Pemberian beban latihan yang dilakukan secara bertahap yang kian hari kian meningkat jumlah pembebanannya akan memberikan efektifitas kemampuan fisik. Dengan pemberian beban, tubuh akan beradaptasi dengan beban yang diberikan tersebut. Jika itu sudah terjadi maka beban tersebut harus ditambah sedikit demi sedikit untuk meningkatkan kemampuan tubuh.

Peningkatan pemberian beban merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan tubuh. Harus diperhatikan bahwa peningkatan beban latihan yang diberikan tidak boleh terlalu berat, tapi tetap berada dalam ambang rangsang latihan. Untuk menghindari pemberian beban yang berlebihan, maka peningkatan beban latihan diberikan sedikit demi sedikit secara bertahap. Beban yang diberikan harus dinaikkan terus-menerus secara teratur atau secara progresif. Menurut Soekarman (1987:60) bahwa, “Dalam latihan, beban harus ditingkatkan


(26)

sedikit demi sedikit sampai maksimum. dan jangan berlatih melebihi kemampuan”

Peningkatan beban latihan dilakukan setiap 1 minggu latihan, karena organisme tubuh baru akan beradaptasi setelah kurun waktu 1 minggu. Hal ini sesuai dengan pendapat Nosseck (1982) yang menyatakan bahwa “Periode stabilitas atau adaptasi organisme terhadap rentetetan beban yang lebih tinggi selesai dalam waktu yang berbeda, paling tidak satu atau dua minggu”. Hal ini senada dikemukakan Suharno H.P. (1993:14) yang menyatakan bahwa,

Peningkatan beban latihan jangan dilakukan setiap kali latihan, sebaiknya dua atau tiga kali latihan baru dinaikkan. Bagi si atlet masalah ini sangat penting, karena ada kesempatan untuk beradaptasi terhadap beban latihan sebelumnya yang memerlukan waktu paling sedikit dua puluh empat jam agar timbul superkompensasi.

Peningkatan beban yang diberikan harus diperhitungkan dengan cermat dan tepat. Peningkatan atau penambahan beban yang dilakukan dengan tepat akan dapat menimbulkan adaptasi tubuh terhadap latihan secara yang tepat pula. Dengan hal tersebut, maka hasil latihan akan optimal.

3) Prinsip Pengaturan Latihan

Dalam latihan berbeban, pemberian beban terhadap otot-otot tubuh harus diatur sedemikian rupa sehingga latihan tersebut dapat efektif. Dalam hal ini M. Sajoto (1995:31) mengemukakan bahwa :

Latihan hendaknya diatur sedemikian rupa, sehingga kelompok otot-otot besar dulu yang dilatih, sebelum otot yang lebih kecil. Hal ini dilaksanakan agar kelompok otot kecil tidak akan mengalami kelelahan lebih dulu.

Selain itu menurut M. Sajoto (1995:31) bahwa “program latihan hendaknya diatur agar tidak terjadi dua bagian otot pada tubuh yang sama mendapat dua kali latihan secara berurutan”. Oleh karena itu, untuk memberikan latihan yang tepat adalah mendahulukan otot-otot yang lebih besar, kemudian otot-otot yang kecil sebelum mengalami kelelahan. Misalnya kelompok otot tungkai bawah dan paha dilatih lebih dahulu daripada kelompok otot lengan yang


(27)

lebih kecil. Mengenai pengaturan urutan kelompok otot yang dilatih dalam latihan berbeban menurut M. Sajoto (1995:32) adalah sebagai berikut :

1. Kaki bagian atas dan pinggul 2. Dada dan lengan atas

3. Punggung dan bagian posterior kaki 4. Kaki bagian bawah dan pergelangan kaki 5. Bahu dan bagian posterior lengan atas 6. Otot perut

7. Bagian anterior lengan atas

Gambar 1. Pengaturan urutan kelompok otot yang dilatih ( M. Sajoto, 1995:32)

4) Prinsip Kekhususan

Prinsip kekhususan dapat juga disebut Principle of Specifity. Pengaruh yang ditimbulkan akibat latihan itu bersifat khusus, sesuai dengan karakteristik kondisi fisik, gerakan dan sistem energi yang digunakan selama latihan. Latihan yang ditujukan pada unsur kondisi fisik tertentu hanya akan memberikan pengaruh yang besar terhadap komponen tersebut. Berdasarkan hal tersebut, agar aktifitas latihan itu mempunyai pengaruh yang baik, latihan yang dilakukan harus bersifat khusus, sesuai dengan unsur kondisi fisik dan jenis olahraga yang akan dikembangkan. Dalam hal ini Soekarman (1987:60) mengemukakan bahwa,


(28)

“latihan itu harus khusus untuk meningkatkan kekuatan atau sistem energi yang digunakan dalam cabang olahraga yang bersangkutan”.

c. Latihan Untuk Kekuatan

Cara yang paling populer dan paling berhasil dalam meningkatkan kekuatan adalah dengan latihan-latihan tahanan (resistence exercise). Menurut Aip Syarifudin dan Yusuf Hadisasmita (1996:108), “Latihan tahanan adalah latihan di mana seorang atlet harus mengangkat, mendorong atau menarik suatu beban, baik itu badan atlet itu sendiri, maupun bobot dari luar (external resistence). Latihan eksternal harus maksimal atau sub maksimal untuk menahan beban tersebut. Beban harus sedikit demi sedikit bertambah berat, agar perkembangan otot terjamin. Karena itu latihan tahanan harus selalu merupakan latihan yang semakin meningkat bobot latihannya.

Bentuk beban latihan yang dapat dipergunakan dalam latihan ada bemacam-macam. Beberapa bentuk tahanan dalam latihan misalnya : (a) tahanan dengan berat badan sendiri, (b) tahanan berupa teman atau orang lain, (c) Tahanan berupa gesekan, (d) tahanan berupa alat, seperti barbell dan dumbell.

Latihan tahanan menurut kontraksi ototnya dapat digolongkan dalam dua kategori, yaitu kontraksi isotonis dan kontraksi isometris. Dalam kontraksi isotonis akan tampak terjadi suatu gerakan dari anggota tubuh yang disebabkan oleh karena otot memanjang dan memendek, sehingga terdapat perubahan dalam panjangnya otot. Kontraksi ini disebut kontraksi dinamis (dynamic contraction). Sedangkan untuk kontraksi isometris tidak tampak gerakan yang nyata karena otot tidak memanjang atau memendek, dengan kata lain tidak ada jarak yang ditempuh. Kontraksi demikian disebut kontraksi statis.

Meskipun telah dibuktikan bahwa kontraksi isometris dapat mengembangkan kekuatan, latihan kekuatan yang paling populer adalah latihan isotonis, karena bentuk latihan ini mempunyai keuntungan-keuntungan yang lebih bila dibandingkan dengan bentuk latihan kontraksi isometrik. Keuntungan-keuntungan tersebut menurut Aip Syarifuddin dan Yusuf Hadisasmita (1996:108) adalah :


(29)

1) Ruang geraknya lebih luas, hal ini menjamin tetap terlatihnya fleksibilitas. 2) Perbaikan daya tahan bersamaan dengan perkembangan kekuatan.

3) Lebih memberikan kepuasan dalam mengatasi bobot-bobot yang ditahan, dan yang sedikit demi sedikit bertambah.

4) Lebih memberikan kepuasan dalam menggerakkan bagian-bagian tubuh terhadap suatu beban.

5) Gerakan-gerakannya lebih menjamin fungsi peredaran zat-zat dalam alat-alat tubuh kita.

Salah satu macam latihan tahanan isotonis yang paling populer dalam olahraga adalah latihan beban (weight training).

2. Latihan Berbeban

Latihan beban (weight training) merupakan latihan yang cukup efektif untuk meningkatkan kekuatan dan power otot. Sehingga untuk meningkatkan prestasi olahraga yang memerlukan kekuatan otot, sangat efektif jika menggunakan latihan berbeban (weight training).

Yang dimaksud dengan latihan berbeban, menurut Harsono (1988:185) “ Latihan berbeban adalah latihan yang sistematis di mana beban hanya dipakai sebaga alat untuk menambah kekuatan otot guna mencapai tujuan tertentu”. Selanjutnya Iwan Setiawan (1994:6) berpendapat bahwa : “latihan beban yang dilakukan secara sistematis dan fungsi beban latihan hanya untuk tujuan menambah kekuatan otot dalam rangka memperbaiki kondisi fisik, kesehatan, kekuatan, prestasi dalam cabang olahraga”. Sedangkan menurut M. Furqon (1996:1) latihan berbeban adalah “suatu cara menerapkan prosedur pengkondisian secara sistematis pada berbagai otot tubuh”. Latihan beban (weight training) adalah latihan yang sistematis, dimana beban hanya dipakai sebagai alat untuk menambah tahanan kontraksi otot untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu beban yang digunakan tidak terlalu berat, namun sesuai dengan kebutuhan atlet.

Latihan beban merupakan latihan fisik dengan cara menambah beban, yang utamanya memberikan efek terhadap otot-otot rangka dan memberikan perubahan- perubahan secara morfologis. Sesuai dengan pendapat Nosseck (1982:16) yang menyatakan bahwa, ”Seorang atlet yang sedang berlatih atau


(30)

latihan beban akan mengalami perubahan-perubahan morfologis daripada seorang atlet yang lari menempuh jarak 15 km yang akan mengalami perubahan fungsional dalam lari jarak jauh”.

Pelaksanaan dan penerapan latihan beban, harus dilakukandengan tepat dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan agar tujuan latihan beban benar-benar tercapai. Latihan beban jika dilaksanakan dengan benar kecuali dapat mempertinggi kekuatan fisik secara keseluruhan juga dapat mengembangkan kecepatan, daya ledak otot, kekuatan dan keuletan, yang merupakan faktor-faktor yang penting dalam olahraga.

a. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Berlatih Beban

Latihan fisik dengan beban tidak boleh tanpa ukuran atau porsi yang tidak tepat , tetapi harus dilakukan secara sistematis dan hati-hati. Jika latihan berbeban dilakukan tanpa ukuran yang sesuai, kemungkinan akan menyebabkan terjadi cedera, terganggunya pertumbuhan dan perkembangan atlet.

Agar pengaruh yang ditimbulkan dari latihan berbeban yang dilakukan dapat efektif, latihan berbeban harus dilakukan dengan hati-hati. Pelatih harus dengan cermat dan seksama memperhitungkan dengan tepat beban yang harus dilakukan oleh atlet. Disamping itu pelatih harus memperhatikan kondisi fisik yang dimiliki oleh atletnya. Dalam latihan berbeban perlu pula diperhatikan mengenai umur seseorang boleh latihan beban. Harsono (1988:207) berpendapat bahwa :

Cukup aman kalau melalui weight training pada umur 14 tahun asal mulai dengan beban-beban yang ringan, oleh karena tulang-tulang masih lunak dan belum sempurna perkembangan, sendi-sendi anak-anak muda belum tumbuh secara sempurna serta belum stabil.

Latihan berbeban memang cukup banyak resikonya, oleh karena itu dalam mempergunakan peralatan, pelatih dan atlet harus mengetahui cara penggunannya demi kebaikan dan keselamatan atlet.


(31)

Adapun petunjuk pengamanan dalam penggunaan peralatan latihan berbeban menurut Harsono (1988:195-196) antara lain sebagai berikut :

1) Barbells (bobot-bobot besi) harus diteliti sehingga tidak mungkin bergeser-geser, karena itu untuk kunci penahan harus kencang

2) Sikap permulaan adalah penting, perhatikan bahwa pada waktu megangkat beban dari lantai, kepala, bahu, punggung harus lurus dan pinggang rendah.

3) Setiap bentuk latihan harus dilakukan dengan gerakan yang benar.

4) Konsentrasi adalah penting untuk mampu mengeluarkan tenaga maksimal.

5) Gerakan harus smooth dan penuh tenaga, bukan mendadak atau kaku.

6) Setelah setiap set istirahat sebentar sambil meregangkan otot-otot yang baru bekerja.

7) Setiap berlatih catatlah jumlah beban yang diangkat dan jumlah repetisi yang telah dilakukan.

8) Setiap session latihan sebaiknya diakhiri dengan latihan peregangan statis dan latihan relaksasi.

Hal ini senada dengan beberapa syarat dan prinsip yang penting diperhatikan dalam latihan beban yang menurut Aip Syarifuddin dan Yusuf Hadisasmita (1996:109) adalah sebagai berikut :

1) Latihan beban harus didahului oleh pamanasan yang menyeluruh.

2) Prinsip beban lebih harus diterapkan.

3) Sebagai patokan, dianjurkan untuk melakukan tidak lebih dari 12 dan tidak kurang dari 8 ulangan untuk setiap bentuk latihan.

4) Setiap mengangkat, mendorong atau menarik beban, harus dilaksanakan dengan teknik yang benar.

5) Ulangan angkatan sedikit, dengan beban maksimum akan menghasilkan adaptasi terhadap kekuatan, artinya akan membentuk kekuatan sedangkan ulangan banyak dengan beban ringan pada umumnya akan mengasilkan perkembangan daya tahan otot.

6) Setiap bentuk latihan harus dilakukan dalam ruang gerak seluas-luasnya, yaitu sampai batas gerak sendi-sendi, sehingga otot-otot agak terasa tertarik.


(32)

7) Setelah latihan, pengaturan pernapasan harus diperhatikan

8) Pada akhir melakukan suatu bentuk latihan, atlet harus berada dalam keadaan lelah otot lokal yang berlangsung hanya untuk sementara.

9) Latihan beban setidaknya dilakukan tiga kali dalam seminggu dan diselingi dengan satu hari istirahat.

10)Latihan beban harus diawasi oleh pelatih yang mengerti betul dengan latihan beban.

Program latihan berbeban harus disusun dan dilaksanakan dengan baik dan benar. Jika latihan berbeban dapat dlakukan dengan baik dan benar maka ini merupakan pengamanan bagi atlet itu sendiri. Hal-hal yang telah diuraikan diatas perlu diperhatikan dan dipenuhi agar latihan yang dilakukan dapat mencapai hasil yang diinginkan.

b. Penyusunan Program Latihan Berbeban

Latihan beban akan memberikan manfaat pada aspek yang dilatih jika dalam pelaksanaan dan penerapannya dilakukan dengan tepat dan memenuhi prinsip-prinsip

latihan beban yang telah disarankan. Dalam menyusun program latihan harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap keberhasilan latihan. Menurut M. Sajoto (1995:33-35) , hal-hal yang harus diperhatikan dalam latihan beban yaitu : “(1) Jumlah beban, (2) Repetisi dan set (3) Frekuensi dan lama latihan “.

1) Jumlah Beban

Jumlah beban yang harus diberikan dalam latihan harus tepat. Berkaitan dengan jumlah beban yang harus diberikan dalam latihan kekuatan, Nosseck (1982:46) mengelompokkan menjadi tiga tujuan yaitu “ (a) kekuatan maksimum, (b) kekuatan kecepatan, dan (c) ketahanan kekuatan”. Beban yang diberikan dalam latihan kekuatan berbeda-beda, sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Unsur kondisi fisik yang diperlukan meningkatkan kekuatan otot tungkai adalah


(33)

terutama kekuatan maksimal, menurut Nosseck (1982:55) bebannya adalah “80-100% dari beban maksimum”.

Dalam penelitian ini tujuan yang akan dicapai adalah untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai. Beban yang akan diberikan adalah 80-90% dari beban kekuatan maksimum. Jumlah beban ini disesuaikan dengan usia sampel penelitian yang berkisar antara 13-15 tahun, sehingga beban yang diangkat tidak boleh sampai 100% dari beban maksimal. Beban awal yang harus diberikan kepada tiap individu berbeda-beda. Beban awal yang diberikan kepada tiap individu dihitung sesuai dengan kemampuan maksimal masing-masing atlet.

2) Repetisi dan Set

Repetisi adalah jumlah ulangan mengangkat suatu beban, sedangkan set adalah suatu rangkaian kegiatan dari satu repetisi. Penentuan jumlah repetisi dan set disesuaikan dengan tujuan latihan, yaitu meningkatkan kekuatan. Latihan untuk meningkatkan kekuatan maksimal, menurut Nosseck (1982:55) yaitu, “dengan jumlah repetisi 6 - 10 kali, 3-4 set, dengan istirahat antar set 2-4 menit”. Menurut O Shea dalam M.Sajoto (1995:70) “apabila menggunakan beban maksimal maka waktu istirahat antara repetisi atau set adalah 2 menit, sedang untuk beban ringan atau menengah adalah ½ - 1 menit”. Adapun menurut M. Sajoto (1995:34) latihan dengan beban dapat dilakukan dengan “10-12 repetisi untuk 3-4 set”.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa latihan beban untuk meningkatkan kekuatan adalah dengan jumlah repetisi 6-10 kali, 3-4 set dan istirahat antar set 2-4 menit.

c. Latihan Berbeban Untuk Meningkatkan Kekuatan Otot Tungkai

Otot tungkai memiliki penampang otot yang besar pada bagian pangkal paha dan kecil namun kuat pada bagian tumit pergelangan kaki. Otot-otot dari


(34)

pangkal paha sampai tumit saling mendukung gerak tungkai. Untuk meningkatkan kekuatan otot-otot pendukung gerak tungkai diperlukan latihan yang tepat.

Salah satu bentuk latihan yang tepat untuk kekuatan otot tungkai adalah latihan berbeban. Jenis latihan beban tersebut antara lain reguler leg press, upper leg press, leg extension, leg curl dan half squat. Latihan berbeban yang sesuai untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai adalah half squat. Menurut M. Furqon (1996:112) latihan half squat ini terutama dapat “ mengembangkan otot-otot paha bagian depan dan kaki bagian bawah “ .

Latihan half squat dipilih karena sampel penelitian ini adalah siswa dengan usia antara 13-15 tahun. Pada usia ini siswa dalam masa pertumbuhan dimana tulang dan otot tubuh mulai tumbuh. Oleh karena itu latihan berbeban yang diberikan tidak melebihi beban maksimal yang dianjurkan, karena dapat mengganggu pertumbuhan tubuh siswa. Dengan gerak half squat yang hanya setengah dari gerak squat, otot tungkai siswa dapat ditingkatkan kekuatannya secara tepat dan mengurangi rasa sakit pada persendian lutut karena beban yang diangkat.

Pelaksanaan dari latihan half squat adalah sebagai berikut : 1) Sikap awal :

Berdirilah dengan kaki terbuka selebar bahu. Peganglah barbell dengan pegangan overhand dibelakang leher dan disandarkan di bahu.

2) Gerakan :

Tekuklah lutut untuk melakukan half squat (kurang lebih 90 derajat ). Kembali ke posisi awal.


(35)

Gambar 2. Pelaksanaan latihan half squat ( M. Furqon, 1996:112)

3. Latihan Berbeban Linear.

Latihan berbeban dengan beban meningkat secara linear yaitu beban latihan ditingkatkan secara bertahap dan meningkat secara terus menerus. Peningkatan kekuatan secara terus menerus hanya dapat dicapai dengan peningkatan beban latihan. Berdasarkan hal tersebut maka beban latihan harus ditingkatkan terus secara progresif. Peningkatan beban latihan dilakukan setelah tiga kali latihan.

Gambaran mengenai peningkatan beban secara linear dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 3. Latihan Berbeban Dengan beban Meningkat Secara Linear ( Bompa, 1990:48 )


(36)

Peningkatan beban secara linear didasarkan pada peningkatan beban secara progresif dan terus menerus, dan berdasarkan pada prinsip overload. M. Sajoto (1995:31) menyatakan bahwa, “Dalam latihan harus ada peningkatan atau penambahan beban kerja secara progresif”. Apabila dalam pelaksanaan latihan, beban tidak dinaikkan maka superkompensasi tidak terbentuk dan terjadi stagnasi prestasi.

Tiap latihan mempunyai kelebihan dan kekurangan. Hal ini menyebabkan seorang pelatih memilih jenis latihan yang tepat untuk atlitnya berdasarkan kelebihan dan kekurangan suatu metode latihan. Demikian pula untuk latihan beban linear terdapat kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan dari latihan linear berdasarkan kesimpulan yang diambil dari pendapat beberapa ahli adalah sebagai berikut :

1. Kapasitas fungsional sistem didalam tubuh meningkat 2. Kekuatan daya tahan otot semakin meningkat

3. Beban latihan meningkat teratur

Sedangkan untuk kekurangan dari latihan linear adalah sebagai berikut : 1. Kesempatan organisme untuk regenerasi sedikit

2. Persiapan kondisi tubuh untuk mengantisipasi peningkatan beban latihan kurang.

3. Pemulihan energi secara fisiologis relatif sedikit.

4. Latihan Berbeban Non Linear

Latihan pembebanan non-linear ini dapat pula disebut dengan “sistem tangga (step- type approach) (Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin, 1996 : 134). Latihan dengan peningkatan beban secara non-linear yaitu suatu latihan dengan peningkatan beban latihan yang dilakukan secara bertahap tetapi terdapat fase peningkatan dan penurunan beban latihan ( bergelombang ). Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin (1996:134) menyatakan bahwa, “ agar adaptasi terhadap latihan


(37)

dapat dicapai dengan baik, maka penerapannya harus diselingi dengan masa-masa pemulihan atau penurunan intensitas dan volume latihan”.

Yang dimaksud dengan cara penambahan beban dalam latihan yang disusun secara berjenjang, bergelombang yaitu bergantian antara jenjang naik disuatu saat dan jenjang turun disaat yang lain. Beban bertambah secara bertahap dan bergelombang atau non-linear memberi kesempatan kepada organisme untuk melakukan regenerasi yang memungkinkan atlet untuk mengakumulasi cadangan fisiologis serta psikologisnya dalam mengantisipasi peningkatan beban latihan berikutnya.

Gambaran mengenai pembebanan secara non-linear dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 4. Latihan Berbeban Dengan Peningkatan Beban Secara Non-Linear ( Bompa, 1990:47)

Dalam pembebanan non-linear ini setelah tiga kali latihan beban ditingkatkan kemudian dilanjutkan satu persiapan penurunan atau fase tanpa beban. Fase penurunan beban ini sangat baik untuk memberikan kesempatan pada organisme tubuh untuk melakukan regenerasi.

Kelebihan dari latihan berbeban non-linear adalah sebagai berikut : 1. Adanya regenerasi organisme dalam tubuh

2. Persiapan kondisi tubuh dalam peningkatan beban semakin matang 3. Dapat mengembalikan energi secara fisiologis

1

2

3

4

5


(38)

Sedangkan kekurangan dari latihan non-linear adalah : 1. Kekuatan daya tahan kurang berkembang

2. Peningkatan beban tidak teratur

3. Peningkatan kekuatan fungsional sedikit

5. Anthropometri

Anthropometri adalah cabang ilmu yang mengkaji tentang pertumbuhan dan pegukuran tubuh manusia Menurut Barham (1973) dalam Soeharsono (1993), “Anthropometri adalah ilmu pengetahuan tentang permasalahan pengukuran terhadap berat (weight), ukuran (size) dan proporsi tubuh manusia serta bagian-bagiannya (proportions of thehuman body and its parts). Sehingga bagian-bagian anthropometri menurut Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996:72-75) terdiri dari :

a. Berat badan, dapat dibedakan menjadi 2 komponen pokok yaitu : 1) Komponen lemak (fat component)

2) Komponen bebas lemak (fat free component) b. Ukuran badan (body size), yang meliputi :

1) Dimensi linear dari badan, 2) Lilitan (lingkaran) dari badan

3) Bagian badan (the girth/circumference/of body parts) 4) Daerah permukaan badan (the body surface area)

Adapun menurut Sugiyanto (2003:35) “pengukuran anthropometri meliputi tinggi badan, berat badan, besarnya penampang, kelebaran dan panjag bagian-bagian tubuh”. Pertumbuhan fisik dapat diketahui melalui pengukuran dalam hal-hal tersebut yang dilakukan secara berkala sejak bayi. Dengan mengetahui peningkatan ukuran dari waktu ke waktu maka dapat diketahui pertumbuhannya.

Sedangkan untuk mengetahui pertumbuhan seorang anak normal atau tidak, bisa diketahui melalui cara membandingkan ukuran tubuh anak yang bersangkutan dengan ukuran tubuh anak-anak seusia pada umumnya. Apabila


(39)

anak yang bersangkutan memiliki ukuran tubuh melebihi ukuran rata-rata anak yang seusia pada umumnya, maka pertumbuhannya bisa dikatakan maju. Sebaliknya bila ukurannya lebih kecil maka pertumbuhannya lambat.

Perkembangan ukuran dan proporsi tubuh erat kaitannya dengan keterbentukan setiap individu kearah tipe bentuk tubuh tertentu. Bentuk tubuh seseorang merupakan wujud dari perpaduan antara tinggi badan, berat badan serta berbagai ukuran anthropometri lainnya yang ada pada seseorang. Variasi dari ukuran-ukuran bagian tubuh akan membentuk kecenderungan tipe bentuk tubuh. Pada masa anak besar kecenderungan setiap anak untuk tumbuh kearah tipe tubuh tertentu mulai terlihat, namun masih belum begitu jelas. Kecenderungan itu akan makin jelas pada masa adolesensi atau masa dewasa.

Sheldon dalam Sugiyanto (2003:53) berhasil membuat cara untuk mengklasifikasi tipe tubuh menjadi 3 tipe tubuh yang ekstrim, yaitu :

1.Tipe Mesomorph ( sedang, tubuh berotot, tangkas) 2.Tipe Endomorph (pendek, gemuk, kurang lincah) 3.Tipe Ectomorph (tinggi, kurus,pendiam)

Dalam kenyataannya, tipe tubuh yang dimiliki oleh setiap orang seringkali sulit untuk diklasifikasi dalam satu dari ketiga tipe tubuh tersebut secara pasti dan pada umunya hanya berupa kecenderungan kearah tipe tubuh tertentu atau merupakan perpaduan dari ketiga tipe tubuh.

Dari ketiga tipe tubuh diatas, sama-sama memiliki anggota-anggota tubuh yang mempunyai pengaruh besar terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Anggota-anggota tubuh tersebut antara lain kepala, badan, dan anggota gerak atas dan bawah.

Salah satu anggota gerak tubuh adalah anggota gerak bawah yang berfungsi untuk menopang tubuh pada saat melakukan gerak. Anggota gerak bawah adalah tungkai dengan bagian-bagiannya yaitu tungkai bawah dan tungkai atas. Dari masing-masing bagian mempunyai tulang, sendi, otot dan saraf yang saling bekerjasama pada saat tungkai bergerak.

Tubuh manusia yang dibentuk oleh tulang-tulang,sendi-sendi dilekati otot dan digerakkan atas perintah dari saraf-saraf. Bentuk tubuh sangat dipengaruhi


(40)

oleh tulang-tulang dan otot-otot. Melalui tulang-tulang dan otot-otot dapat dilihat bentuk tubuh seseorang tinggi, sedang, pendek, kurus, gemuk, dan sebagainya. Tetapi bagian yang sangat terlihat adalah otot. Besar kecilnya otot tergantung pada tulang yang dilekati dan fungsi otot tersebut, misalnya otot besar terdapat pada tulang lengan atas atau otot bisep yang berfungsi sebagai penggerak aktif dari tulang lengan atas.

Otot tungkai merupakan salah satu otot terbesar, terutama otot kuadrisep yang berada di tungkai atas atau paha bagian depan. Otot ini berfungsi sebagai penggerak aktif dari kerangka anggota gerak bawah yang merupakan penyangka tubuh. Seperti yang telah disebutkan diatas, otot tungkai memiliki berbagai macam jenis otot yang saling bekerjasama dalam melakukan gerak. Jenis gerak yang dilakukan oleh otot tungkai juga tergantung pada kekuatan otot tungkai, misalnya pemain bola voli mempunyai kekuatan otot tungkai yang besar untuk melompat pada saat melakukan smes.

6. Kekuatan Otot a. Pengertian Kekuatan Otot

Kekuatan merupakan kemampuan otot untuk dapat mengatasi tahanan atau beban, menahan atau memindahkan beban dalam menjalankan aktifitas olahraga. Kekuatan otot merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang penting dalam kehidupan sehari-hari terutama untuk aktifitas fisik seperti olahraga. Menurut Suharno HP. (1978:21), “Kekuatan adalah kemampuan dari otot untuk dapat mengatasi tahanan atau beban dalam melakukan aktifitas”. Tingkat kekuatan otot yang tinggi sangat bermanfaat bagi aktifitas olahraga, karena kekuatan otot merupakan salah satu unsur yang penting guna meningkatkan kondisi fisik.Ada tiga alasan yang mendasar pentingnya kekuatan menurut Harsono (1988:177) yaitu :


(41)

2) Kekuatan memegang peranan yang penting dalam melindungi atlet atau orang dari kemungkinan cedera.

3) Dengan kekuatan, atlet akan dapat berlari lebih cepat, melempar dan menendang lebih jauh dan efisien, memukul lebih keras, demikian pula dapat membantu memperkuat stabilitas sendi-sendi.

Kekuatan otot sendiri menurut Nosseck (1982:54) terdiri dari tiga macam, yaitu : 1) Kekuatan Maksimal : adalah kemampuan otot dalam kontraksi maksimal serta

dapat melawan atau menahan dan memindahkan beban maksimal pula.

2) Kekuatan Daya Ledak ( Explosive Power ) : adalah kemampuan otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kecepatan tinggi.

3) Kekuatan Daya Tahan ( Power Endurance ) : adalah kemampuan tahan lamanya kekuatan otot untuk melawan tahanan beban yang tinggi intensitasnya.

Berdasarkan jenis kekuatan tersebut, berbagai macam aktifitas dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan masing-masing, seperti mengangkat beban, melompat, lari, dan sebagainya.

Untuk dapat meningkatkan kekuatan otot, perlu dipertimbangkan beberapa faktor penentunya. Menurut Nosseck (1982:65) faktor-faktor penentu baik tidaknya kekuatan otot adalah :

1) Besar kecilnya potongan melintang otot

2) Jumlah serabut otot yang turut bekerja dalam melawan beban. 3) Tergantung besar kecilnya rangka tubuh.

4) Keadaan zat kimia dalam otot. 5) Umur.

6) Jenis kelamin.

Dengan berbagai faktor tersebut, dapat diketahui besarnya kekuatan yang di miliki seseorang dan dapat dicari upaya peningkatannya.

b. Kekuatan Otot Tungkai

Yang dimaksud dengan tungkai adalah anggota gerak badan bagian bawah yang terdiri dari tulang anggota gerak bawah bebas ( sceleton extremitas inferior liberae ). Adapun menurut Prof. Drs. Soedarminto (1992:60) tulang-tulang anggota gerak bawah bebas terdiri dari :


(42)

1) Femur ( tulang paha )

2) Crus / crural ( tungkai bawah ) : a. tibia

b. fibula 3) Ossa pedis :

a. Ossa tarsalia :

Tulang-tulang pergelangan kaki yang terdiri dari 7 buah tulang. b. Ossa metatarsalia :

Tulang-tulang telapak kaki yang terdiri dari 5 buah tulang. c. Ossa palangea digitorum pedis :

Tiap-tiap jari terdiri dari tiga ruas tulang kecuali ibu jari hanya terdiri dari dua ruas tulang.

Sebagai tulang anggota gerak bawah bebas ( sceleton extremitas inferior liberae) tungkai bawah mempunyai tugas yang sangat penting untuk melakukan gerak. Namun untuk dapat melakukan gerak tersebut secara sistematis, harus merupakan hasil dari gerak yang dilakukan oleh adanya suatu sistem penggerak, yang meliputi : otot, tulang, sendi dan saraf. Dalam hal ini, otot-otot tungkai, dan articulatio coxae, articulatio genus, articulatio talo cruralis.

Ada tiga otot penggerak tungkai, dimana masing-masing otot penggerak terdiri dari beberapa otot, yaitu :

1) Otot penggerak paha : iliopsoas, rectus femoris, gluteus maximus, gluteus medius, gluteus minimus, tensor fascialatae, piriformis, adductor brevis, adductor longus, adductor magnus, gracilis.

2) Otot penggerak tungkai bawah : rectus femoris, vastus lateralis, vastus medialis, vastus intermedius, sartorius, biceps femoris, semitendonisus, semi membranosus.

3) Otot penggerak kaki : tibialis anterior, gastrocnemius, soleus, peroneus longus, peroneus brevis, tibialis posterior, peroneus tertius.

Dari bermacam-macam otot tersebut ditambah dengan tulang ,sendi, dan saraf, tungkai dapat bergerak sesuai dengan yang diinginkan.


(43)

Menurut Sugiyanto (1994:39) ”kekuatan otot adalah kualitas yang memungkinkan pengembangan ketegangan otot-otot dalam kontraksi maksimal atau bisa diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakangaya tegang untuk melawan beban atau hambatan. Sedangkan menurut M. Sajoto(1995:8) “kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja”.

Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat dirumuskan bahwa kekuatan otot tungkai adalah kemampuan dari otot atau sekelompok otot tungkai untuk dapat mengatasi tahanan atau berkontraksi melawan beban dalam menjalankan berbagai aktivitas dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mendapatkan kekuatan otot yang maksimal harus dilatih secara teratur. Kekuatan otot tungkai dapat dilatih dengan latihan beban (weight training). Dengan otot-otot tungkai yang kuat, maka akan membantu dalam pencapaian prestasi dibidang olahraga.

B. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas dapat diajukan kerangka pemikiran sebagai berikut :

1) Perbedaan Pengaruh Latihan Berbeban Dengan Latihan Berbeban Linear dan Non-Linear

Latihan berbeban dengan latihan berbeban linear dan non-linear merupakan salah satu bentuk latihan beban dengan menekankan pada beban yang akan ditingkatkan. Latihan berbeban linear adalah suatu latihan dengan beban latihan ditingkatkan secara bertahap dan meningkat secara terus menerus. Dalam latihan ini setelah 3 kali latihan beban dalam 1 minggu, beban bisa ditambah sesuai kebutuhan siswa, demikian seterusnya sampai 6 minggu latihan selesai.

Sedangkan latihan dengan peningkatan beban secara non-linear yaitu suatu latihan dengan peningkatan beban latihan yang dilakukan secara bertahap tetapi terdapat fase peningkatan dan penurunan beban latihan ( bergelombang ).


(44)

Beban latihan terus meningkat selama 3 minggu latihan. Pada minggu keempat terdapat penurunan beban latihan, kemudian beban meningkat lagi pada minggu kelima dan keenam.

Perbedaan peningkatan beban latihan dari kedua metode latihan diatas akan menimbulkan pengaruh yang berbeda pula terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai. Perbedaan perlakuan yang diberikan selama proses latihan akan menimbulkan hasil yang berbeda pula terhadap hasil latihan.

2) Perbedaan Pengaruh Anthropometri Lingkar Paha dengan Peningkatan Kekuatan Otot Tungkai

Tungkai merupakan anggota gerak tubuh bagian bawah yang digunakan manusia untuk bergerak. Tungkai terdiri dari tulang, otot, sendi, dan saraf yang saling bekerjasama untuk melakukan gerak. Dari besarnya otot tungkai dapat diketahui kekuatan otot tungkai yang dimiliki oleh seseorang.

Berdasarkan pengukuran anthropometri, besarnya otot tungkai diukur pada lingkar paha, yaitu diantara sepertiga paha dibawah tulang pinggul dan dua pertiga paha diatas tulang patella. Pada umumnya semakin besar massa otot tungkai seseorang, semakin besar pula kekuatan otot tungkainya.

Kekuatan otot tungkai yang besar memberikan banyak manfaat dalam berolahraga. Dengan otot tungkai yang kuat, seseorang dapat melakukan berbagai macam gerak seperti berjalan, berlari, melompat, meloncat, berenang dan sebagainya. Berbagai macam gerak diatas banyak terdapat pada cabang-cabang olahraga seperti atletik, sepakbola, bola voli, renang dan banyak lagi.

3) Interaksi Latihan Berbeban dan Anthropometri Lingkar Paha Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Tungkai

Latihan beban merupakan latihan fisik dengan cara menambah beban, yang utamanya memberikan efek terhadap otot-otot rangka dan memberikan perubahan- perubahan secara morfologis pada tubuh manusia. Metode latihan


(45)

beban yang diterapkan pada siswa akan memberikan pengaruh yang berbeda sesuai jenis metode latihannya.

Latihan berbeban linear merupakan metode latihan beban dengan peningkatan beban terus menerus sampai waktu yang telah ditentukan. Sedangkan latihan beban non-linear merupakan suatu latihan dengan peningkatan beban latihan yang dilakukan secara bertahap tetapi terdapat fase peningkatan dan penurunan beban latihan (bergelombang). Secara metodis metode latihan tersebut diatas akan mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai.

Disisi lain untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai tidak hanya dipengaruhi oleh metode latihan saja. Faktor yang dapat mempengaruhi besarnya peningkatan kekuatan otot tungkai, salah satunya adalah faktor anthropometri tubuh bagian tungkai khususnya lingkar paha. Besar lingkar paha merupakan bagian tubuh yang mempunyai peran penting mendukung peningkatan kekuatan otot tungkai. Oleh karenanya metode latihan berbeban yang digunakan hendaknya dengan besar lingkar paha yang dimiliki siswa harus mampu dimanfaatkan secara optimal.

Dari kedua variabel ini masing-masing dapat mempengaruhi terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai. Metode latihan berbeban linear dan non-linear mempengaruhi anthropometri lingkar paha. Dengan demikian diduga antara metode latihan berbeban dan anthropometri lingkar paha ada interaksi terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai


(46)

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Ada perbedaan pengaruh latihan berbeban linear dan non-linear terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007

2. Ada perbedaan pengaruh antara anthropometri lingkar paha besar dan anthropometri lingkar paha kecil terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007. 3. Tidak ada interaksi antara latihan berbeban dan besarnya anthropometri

lingkar paha terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007.


(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Sragen dan di Cha-Cha Gym & Fitness Sragen.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Pebruari sampai dengan bulan Maret 2007, dengan frekuensi latihan tiga kali dalam satu minggu.

B. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Dasar penggunaan metode ini adalah kegiatan percobaan yang diawali dengan memberikan perlakuan kepada subjek yang diakhiri dengan suatu bentuk tes guna mengetahui pengaruh perlakuan yang telah diberikan.

2. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah faktorial 2 x 2. Rancangan faktorial adalah rancangan dimana bisa dimasukkan dua variabel atau lebih untuk memanipulasi secara simultan. Dengan rancangan ini bisa diteliti pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependen, dan juga pengaruh interaksi antara variabel-variabel independen (Sugiyanto1995:30).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan berbeban linear dan latihan berbeban non-linear, pengaruh besar anthropometri lingkar paha, dan interaksi antara latihan berbeban dan besar anthropometri lingkar paha terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai. Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :


(48)

Latihan berbeban

Anthropometri lingkar paha

Linear (A1)

Non Linear (A2)

Besar (B1) A1B1 A2B1

Kecil (B2) A1B2 A2B2

Keterangan :

A1B1 = Kelompok latihan peningkatan otot tungkai dengan latihan berbeban linear dan memiliki anthropometri lingkar paha besar.

A1B2 = Kelompok latihan peningkatan kekuatan otot tungkai dengan latihan berbeban linear dan memiliki anthropometri lingkar paha kecil.

A2B1 = Kelompok latihan peningkatan kekuatan otot tungkai dengan latihan berbeban non-linear dan anthropometri memiliki lingkar paha besar. A2B2 = Kelompok latihan peningkatan kekuatan otot tungkai dengan latihan

berbeban non-linear dan memilki anthropometri lingkar paha kecil.

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian terdapat dua variabel bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen) yaitu :

1. Variabel bebas (independen) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain: Variabel independen dalam penelitian ini yaitu :

a. Latihan berbeban dengan latihan linear b. Latihan berbeban dengan latihan non-linear

2. Variabel atributif adalah variabel yang melekat pada sampel dan menjadi sifat dari sampel tersebut. Variabel atributif dalam penelitian ini adalah anthropometri lingkar paha yang dibedakan antara anthropometri lingkar paha besar dan anthropometri lingkar paha kecil.

3. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kekuatan otot tungkai.


(49)

D. Definisi Operasional Variabel 1. Latihan Linear

Latihan linear yaitu latihan dengan beban latihan yang ditingkatkan secara bertahap dan meningkat secara terus menerus. Beban akan ditingkatkan setelah tiga kali latihan.

2. Latihan Non-Linear

Latihan non-linear yaitu suatu latihan dengan peningkatan beban latihan yang dilakukan secara bertahap tetapi terdapat fase peningkatan dan penurunan beban latihan ( bergelombang ). Beban latihan meningkat selama tiga minggu latihan, pada minggu keempat terjadi penurunan beban latihan dan beban latihan meningkat kembali untuk minggu kelima dan keenam.

3. Anthropometri Lingkar Paha

Anthropometri lingkar paha adalah besarnya lingkar paha yang dihitung pada tungkai bagian atas yaitu paha sepertiga bagian dibawah tulang panggul dan dua pertiga bagian diatas tulang patella.

4. Kekuatan Otot Tungkai

Kekuatan otot tungkai adalah kemampuan dari otot tungkai untuk dapat mengatasi tahanan atau beban dalam melakukan aktifitas.

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007 sebanyak 100 orang yang terbagi atas enam kelas.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling. Sampel diambil 40 orang, kemudian stratifiednya adalah anthropometri


(50)

lingkar paha besar dan anthropometri lingkar paha kecil, kemudian dikelompokkan secara random sesuai rancangan faktorial 2 x 2 yaitu menjadi 2 kelompok.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini diadakan tes dan pengukuran meliputi pengukuran anthropometri lingkar paha dan tes kekuatan otot tungkai dengan Back and Leg Dynamometer.

G. Teknik Analisis Data

Berdasarkan data yang diperoleh, teknik pengolahannya menggunakan ANOVA Rancangan 2 x 2. Sebelum menguji dengan ANOVA Rancangan 2 x 2, terlebih dulu digunakan uji prasyarat analisis data dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Uji Prasyarat Analisis

Uji Prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

a. Uji Normalitas ( Metode Lilliefors )

Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini berasal dari populasi yang normal atau tidak.

Langkah-langkah :

1) Pengamatan X1, X2, X3,……..Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3,……..Zn dengan menggunakan rumus:

Zi = { Xi – X} / SD, dengan X dan SD berturut-turut merupakan rata-rata dan simpangan baku.

2) Data dari sampel tersebut kemudian diurutkan dari skor terendah sampai skor tertinggi.


(51)

3) Untuk tiap bilangan baku ini dan dengan menggunakan daftar distribusi normal baku kemudian dihitung peluang F (Zi) = P (Z ≤ Zi)

4) Menghitung perbandingan antara nomor subyek I dengan subyek n yaitu: S (Zi) = i/n

5) Mencari selisih antara F (Zi) – S (Zi) dan ditentukan harga mutlaknya. 6) Menentukan harga terbesar dari harga mutlak diambil sebagai Lo.

Rumusnya : Lo = | F (Zi) – S (Zi) | maksimum Kriteria:

Lo ≤ Ltab : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Lo > Ltab : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

a) Uji Homogenitas (Metode Bartlett)

Uji Homogenitas dilakukan dengan Uji Bartlet. Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:

1) Membuat tabel perhitungan yang terdiri dari kolom-kolom kelompok sampel : dk (n-1), 1/sk, Sdi2, dan (dk) log Sdi2.

2) Menghitung varians gabungan dari semua sampel

Rumusnya : SD2 =

) 1 (

) 1 ... ... )

1

(( 2

− −

n Sd

n i

B = log Sdi2(n – 1) 3) Menghitung X2

Rumusnya : X2 = (Ln) B – (n-1) Log Sdi 1 ………..(2) Dengan (Ln 10) = 2,3026

Hasilnya (X2 hitung) kemudian dibandingkan dengan (X2 tabel), pada taraf signifikansi α = 0,05 dan dk (n –1).

4) Apabila X2 hitung < X2 tabel, maka Ho diterima

Artinya varians sampel bersifat homogen. Sebaliknya apabila X2 hitung > X2 tabel, maka Ho ditolak. Artinya varians sampel bersifat tidak homogen.


(52)

2. Analisis Data a. ANOVA Rancangan Faktorial 2 x 2

1) Metode AB untuk Perhitungan ANOVA Dua Faktor Tabel Ringkasan ANOVA untuk Eksperimen faktorial 2 x 2

Sumber Variansi JK db RJK Fh Ft

A JKA a - 1 JKA / dbA RJKA / RJKe

B JKB b - 1 JKB / dbB RJKB / RJKe

AB JKAB (a-1)(b-1) JKAB / dbAB RJKAB / RJKe Error JKe G (n-1) JKe / dbe

Total JKT Nt - 1

Keterangan:

A = Antar Kolom Perlakuan A B = Antar Baris Perlakuan B N = Jumlah Sampel

Langkah-langkah perhitungan: a) Perhitungan Jumlah Kuadrat (JK)

- Jumlah Kuadrat Total (JKt)

JKt = ∑Xt2 -

(

)

N

Xt 2

- Jumlah Kuadrat Antar Kelompok (JKak)

JKak =

(

) (

) (

) (

) (

)

n X n X n X n X n

X t 2

2 4 2 3 2 2 2

1

+ + +

- Jumlah Kuadrat Kesalahan/Error (JKe) JKe = JKt - JKak

- Jumlah kuadrat Antar Kolom Kelompok Perlakuan (JKA)

JKA =

(

) (

) (

)

N X n

X n

X t 2

a2 2 a2

a1 2

a1


(53)

- Jumlah Kuadrat Antar Baris Kelompok Perlakuan (JKB)

JKB =

(

) (

) (

)

N X n

X n

X t 2

b2 2 b2

b1 2

b1

+

- Jumlah Kuadrat Interaksi (JKAB) JKAB = JKak – JKA - JKB b) Perhitungan Derajat Bebas (db)

- Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Total (dbt) dbt = Nt – 1

- Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Antar Kelompok (dbak) dbak = G – 1

- Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kesalahan/Error (dbe) dbc = G (n – 1)

- Derajat Bebas Kuadrat Antar Kolom Kelompok Perlakuan (JKA) dbA = a – 1

- Derajat Bebas Kuadrat Antar Baris Kelompok Perlakuan (JKB) dbB = b – 1

- Derajat Bebas Interaksi (JKAB) dbAB = (a – 1) (b – 1)

c) Perhitungan Rata-rata Jumlah Kuadrat

- Rata-rata Jumlah Kuadrat Antar Kelompok (JKak)

RJKak = ak ak

db JK

- Rata-rata Jumlah Kuadrat Kesalahan (JKe)

RJKe =

e e

db JK

- Rata-rata Jumlah Kuadrat Antar Kolom Kelompok Perlakuan (JKA)

RJKA = A A

db JK

- Rata-rata Jumlah Kuadrat Antar Baris Kelompok Perlakuan (JKB)

RJKB = B B

db JK


(54)

- Rata-rata Jumlah Interaksi (JKAB)

RJKAB = AB AB

db JK

d) Perhitungan Rasio – F

- Rasio F untuk Perlakuan Metode Latihan (F-A)

F-A =

e A

RJK RJK

- Rasio F untuk Perlakuan Metode Latihan (F-A)

F-B =

e B

RJK RJK

- Rata-rata Jumlah Interaksi (JKAB)

F-AB =

e AB

RJK RJK

2) Kriteria Pengujian Hipotesis

Jika F ≥ F (1 - α) (V1 – V2), maka hipotesis nol ditolak

Jika F < F (1 - α) (V1 – V2), maka hipotesis nol diterima dengan : dk pembilang V1 (K – 1) dan dk penyebut V2 = (n1 + ……..nk – k) α = taraf signifikan untuk

pengujian hipotesis.

b. Uji Rentang Newman – Keuls Setelah ANOVA

Menurut Sudjana (1994:36) langkah-langkah untuk melakukan uji Newman-Keuls adalah sebagai berikut :

1) Susun k buah rata-rata perlakuan menurut urutan nilainya dari yang terkecil sampai yang terbesar

2) Dari rangkaian ANOVA, diambil harga RJK disertai dk-nya.

3) Hitung kekeliruan buku rata-rata untuk setiap perlakuan dengan rumus : Sy = RJKE(Kekeliruan) RJK (Kekeliruan) juga didapat dari hasil rangkuman

N ANOVA.


(55)

4) Tentukan taraf signifikan α, lalu gunakan daftar rentang student. Untuk uji Newman-Keuls, diambil V = dk dari RJK (Kekeliruan) dan P = 2,3,…,k. Harga-harga yang didapat dari bagian daftar sebanyak (k-1) untuk V dan P supaya dicatat.

5) Kalikan harga-harga yang didapat dititik……..di atas masing-masing dengan Sy dengan jalan demikian diperoleh apa yang dinamakan rentang signifikan

yang terkecil (RST).

6) Bandingkan selisih rata-rata terkecil dengan RST untuk mencari P-k selisih rata-rata terbesar dan rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk P = (k-1), dan seterusnya. Demikian halnya perbandingan selisih rata-rata terbesar kedua rata-rata terkecil dengan RST untuk P = (k-1), selisih rata-rata terbesar kedua dan selisih rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk P = (k-2), dan seterusnya. Dengan jalan begitu semua akan ada 1/2K(k-1) pasangan yang harus dibandingkan. Jika selisih-selisih yang didapat lebih besar daripada RST-nya masing-masing maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata perlakuan

c. Hipotesa Statistik

Hipotesa 1 H0 = µ A1 ≥ µ A2 HA = µ A1 < µ A2 Hipotesa 2 H0 = µ B1 ≥ µ B2 HA = µ B1 < µ B2 Hipotesa 3 H0 = Interaksi A x B = 0

HA = Interaksi A x B ≠ 0 Keterangan:

µ = Nilai rata-rata

A1 = Latihan berbeban linear A2 = Latihan berbeban non-linear B1 = Anthropometri lingkar paha besar B2 = Anthropometri lingkar paha kecil


(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian beserta interprestasinya akan disajikan secara ringkas pada bab ini. Pada tahap awal hasil analisis data menggunakan statistik deskripitif, dan dilanjutkan pengujian hasil penelitian dengan statistik inferensial yang merupakan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis menggunakan teknik statistik analisis varians (ANOVA) yang memerlukan pengujian persyaratan analisis, maka disajikan pula hasil uji persyaratan analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.

A. Deskripsi Data

Deskripsi hasil analisis data hasil tes kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen Tahun pelajaran 2006/2007, yang dilakukan sesuai dengan kelompok yang dibandingkan, disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 1. Ringkasan Angka-Angka Statistik Deskriptif Data Kekuatan Otot Tungkai Menurut Kelompok Penelitian

Perlakuan

Tingkat Anthropometri

Lingkar Paha

Statistik Tes Awal Tes Akhir Peningkatan Besar Jumlah

Mean SD 705 70,5 20,27 930 93,0 22,14 225 22,5 6,77 Latihan Berbeban Linear Kecil Jumlah Mean SD 560 56,0 12,65 775 77,5 17,83 215 21,5 10,01 Besar Jumlah

Mean SD 690 69,0 13,09 865 86,5 17,65 175 17,5 10,61 Latihan Berbeban Non-Linear Kecil Jumlah Mean SD 570 57,0 21,37 720 72,0 24,63 150 15,0 6,67


(57)

1. Jika antara kelompok siswa yang mendapat perlakuan latihan berbeban dengan latihan linear dan latihan non-linear dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok latihan berbeban dengan latihan linear sebesar lebih besar daripada kelompok latihan berbeaban dengan latihan non-linear. 2. Jika antara kelompok siswa yang mempunyai anthropometri lingkar paha

besar dan anthropometri lingkar paha kecil dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok siswa yang mempunyai anthropometri lingkar paha besar sama dengan kelompok siswa yang mempunyai anthropometri lingkar paha kecil.

3. Untuk mengetahui gambaran menyeluruh dari nilai rata-rata hasil peningkatan kekuatan otot tungkai sebelum dan sesudah diberi perlakuan, maka dapat dibuat grafik perbandingan nilai-nilai sebagai berikut :

63.25 63

69.5

56.5 85

79.25

89.75

74.75

21.75

16.25 20.25 18.25

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

K.L.L K.L.N-L ALPbsr ALPkcl

Pre T Post T NP

Gambar 5. Grafik Nilai Rata-Rata Kekuatan Otot Tungkai Berdasarkan Tiap Kelompok Perlakuan dan Tingkat Anthropometri Lingkar Paha

Keterangan :

K.LL : Latihan Linear K.L.N-L : Latihan Non-Linear

ALPbsr : Anthropometri Lingkar Paha Besar ALPkcl : Anthropometri Lingkar Paha Kecil


(58)

4. Agar nilai rata-rata peningkatan kekuatan otot tungkai yang dicapai tiap kelompok perlakuan mudah dipahami, maka nilai peningkatan kekuatan otot tungkai pada tiap kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk grafik sebagi berikut :

22.5

21.5

17.5

15

0 5 10 15 20 25

A1B1 A1B2 A2B1 A2B2

Nilai Rt

Gambar 6. Grafik Nilai Rata-rata Peningkatan Kekuatan Otot Tungkai Antara Kelompok Perlakuan.

Keterangan :

A1B1 : Kelompok latihan berbeban dengan latihan linear siswa yang memiliki anthropometri lingkar paha besar

A1B2 : Kelompok latihan berbeban dengan latihan linear siswa yang memiliki anthropometri lingkar paha kecil

A2B1 : Kelompok latihan berbeban dengan latihan non-linear siswa yang memiliki anthropometri lingkar paha besar

A2B2 : Kelompok latihan berbeban dengan latihan non-linear siswa yang memiliki anthropometri lingkar paha kecil


(1)

Jadwal Treatment Weight Training Squat dengan Metode Latihan Non-Linear Kelompok 2

No Hari Nama Set Ulangan Istirahat Beban 90%(Kg) 1 SENIN Septian Prabowo 4 10 3 menit 19

2 Oky Iskandar 19

3 Anang Dwi S 24

4 Wibowo Dwi A 44

5 RABU Satria Surya W 4 10 3 menit 24

6 Maryanto 24

7 Denny Hartanto 14

8 Nono 24

9 Ardianto Ferry D 14

10 SABTU Apriyanto Deni S 4 10 3 menit 14 Kelompok 4

No Hari Nama Set Ulangan Istirahat Beban 90%(Kg)

1 SENIN Dedy Budi L 4 10 3 menit 24

2 Hendra Danang P 14

3 Agus Santoso 24

4 Moh Ahsanul I 9

5 RABU Oky Yudi W 4 10 3 menit 14

6 Aji Erry Indra P 19

7 Andreas 14

8 Iwan Setyo W 9

9 Johan Adi M 14


(2)

Lampiran 15.

DOKUMENTASI PELAKSANAAN PENELITIAN


(3)

Pelaksanaan Tes Awal Kekuatan Otot Tungkai


(4)

Pelaksanaan Pemanasan


(5)

Latihan Berbeban Dengan Latihan Non-Linear


(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH METODE LATIHAN DAN KEKUATAN TERHADAP POWER OTOT TUNGKAI

15 131 149

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA

0 4 61

PENGARUH LATIHAN ROPE SKIPPING TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI PADA PEMAIN BULUTANGKIS DI PB Pengaruh Latihan Rope Skipping Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Tungkai Pada Pemain Bulutangkis Di Pb Tanker Kartasura.

0 5 11

PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN PLYOMETRIK DAN BERBEBAN TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN SMASH BOLAVOLI DITINJAU DARI KEKUATAN OTOT LENGAN

0 17 119

PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN PLANK TRAINING TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT Pengaruh Latihan Pliometrik Depth Jump Dan Plank Training Terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai Dan Kekuatan Otot Perut Pada Pemain Sep

1 2 25

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLYOMETRICS DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN MENGGIRING BOLA

0 1 142

PENGARUH LATIHAN BEBAN TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT LENGAN DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI KARATEKA PUTRA BINAAN FORKI MEDAN.

1 3 19

Hubungan kecepatan lari 100 meter, panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai terhadap prestasi lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas VIII SMP Islam Karangpucung Kabupaten Cilacap tahun ajaran 2006/2007.

0 0 74

PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN PASING LAMBUNG SEPAKBOLA PADA SISWA SSB NEW ANDANG TARUNA SRAGEN TAHUN 2012.

0 0 15

SUKONO A. 120809126

7 55 124