BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
Letak Kabupaten Lamongan berada antara antara 6 51’ 54’’ dan
7 23’ 6’’ garis lintang selatan dan antara 112
4’ 4’’ dan 112 33’ 12’’ garis
bujur timur, dengan dengan batas-batas antara lain disebelah utara dengan perbatasan dengan laut Jawa, sebelah timur Kabupaten Gresik, sebelah
selatan Kabupaten Mojokerto, dan Kabupaten Jombang, sebelah barat Kabupaten Bojonegoro dan Tuban.
Kecamatan Maduran adalah salah satu Kecamatan di Kabupaten Lamongan, yang terletak kurang lebih 31 km arah barat laut dari ibu kota
Kabupaten Lamongan. Memiliki luas wilayah 10.981 Ha, yang sebagian besar berupa tanah Bonorowo terdiri tanah Tanah Pertanian 2.143 Ha. Tanah
Tegalan 355 Ha, Tanah Pekarangan 282 Ha, Tanah Pemukiman 7.980 Ha, Tanah Rawa 12 Ha, Tanah Lain-lain 209 Ha, dengan batas-batas antara lain
sebelah Utara dibatasi oleh Kecamatan Laren, sebelah Timur Kecamatan Karanggeneng, sebelah Kecamatan Sekaran, dan sebelah barat dibatasi oleh
sungai Bengawan SoloKecamatan Laren. Kecamatan Maduran terbebtuk karena adanya pemekaran wilayah
di Kabupaten Lamongan, yang dulu bagian wilayannya termasuk dalam lingkup wilayah Kecamatan Sekaran. Kecamatan Maduran baru terbentuk
pada tahun 1999, yang meliputi 17 desa yaitu desa Duriwetan, Taji, Brumbun, Klagengsrampat, Pangean, Gumantuk, Ngayung, Maduran,
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Jangkungkusumo, Parengan, Pangkatrejo, Kanugrahan, Turi, Gedangan, dan Blumbang.
Di desa Parengan pada tahun 1984-1985 penduduknya berjumlah 2.420 jiwa dan tahun 1990 jumlah penduduknya tercatat sebanyak 2.496
jiwa dan pada tahun 2007 penduduk Parengan tercatat sebabyak 2.428 jiwa. Sebagian besar masyarakat Parengan bekerja pada sector industri, khususnya
pada sector penenunan, pekerjaan dibidang pertenunan membutuhkan banyak pekerja untuk menciptakan kain yang bagus. Begitu banyaknya yang
bekerja pada bidang penenunan sehingga menyebabkan Parengan dijadikan sebagai sentral industri tenun.
Keberadaan industri pertenunan di desa Parengan sudah ada sejak sebelum kemerdekaan Indonesia menyebabkan timbulnya tenaga kerja
secara turun temurun mengenai bidang keahlian tertentu yang menyebar ke desa-desa di sekitar Parengan. Dalam putaran usaha kerajinan tenun ikat ini
seorang pengusaha-pengrajin biasanya mempunyai berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus buruh dengan spesialisasi yang berbeda-beda. Seperti halnya
buruh tukang ikat dari dahulu sampai sekarang keahlian mengikat diwarisi oleh masyarakat desa-desa sekitar Parengan seperti desa Bulu Tigo dan
Pelang Lot. Sedangkan untuk modal kebanyakan dari modal sendiri atau meneruskan usaha atau dari turun temurun.
Meski belum setenar seperti daerah-daerah penghasil tenun lainnya di Tanah Air, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur juga memiliki sentra
tenun ikat yang cukup potensial, tepatnya di Desa Parengan Kecamatan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Maduran. Di Desa yang terletak sekitar 15 km arah barat laut kota Lamongan ini terdapat sekitar 30 unit industri tenun ikat dengan tenaga kerja
yang terserap mencapai 3.000 orang. Pada 2007 lalu sentra tenun ikat di Desa Parengan, Kecamatan Maduran Lamongan ini terpilih sebagai sentra
industri kecil menengah IKM berprestasi Jawa Timur untuk kategori menyerap tenaga kerja terbanyak, karena mampu menyerap 2.700 perajin.
Tenun ikat dibuat perorangan secara terbatas sehingga coraknya sangat banyak dan beragam. Saat ini terdapat 32 motif yang sudah
dipatenkan, antara lain Sengkang Jawa, Wajik Lancip, Gunung Garis, Tiban Ndaru, Saparela, Condro Tirto Putih, Tsunami, Cagung, Gunung
Anakan, Sekar Mekar, Paradila Tiban Ndaru, Pager Lancip, Dadi Wajik, Buntut Urang, Dadi Gunung, Gunung Sembur, Kembang Setaman, Sekar
Kedaton, Garuda Rinonce, dan Singo Mengkok Sunan Drajat.
4.2 Hasil dan Penyajian Data