STRATEGI BISNIS USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DALAM MENGEMBANGANKAN USAHANYA (Study pada Industri Ikat Tenun di Parengan Kecamatan Maduran-Lamongan).

(1)

Kecamatan Maduran-lamongan)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana

Administrasi Bisnis pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

NURUL HIDAYATI

NPM : 0742010076

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS

SURABAYA

2011


(2)

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi dengan judul

“Strategi Bisnis Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam

Mengembangankan Usahanya (Study Pada Industri Tenun Ikat di Parengan

Kecamatan Maduran-Lamongan)”

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyempaikan rasa hormat dan

ucapan terima kasih pada bapak R.Y. Rusdianto, S.Sos. M.Si selaku dosen

pembimbing yang bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan

dan petunjuk kepada penulis dan tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih

kepada :

1.

Ibu Hj. Suparwati, Dra, Ec, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

2.

Bapak Alm. Sadjudi, Drs, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Administrasi

Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur

3.

Bapak Nurhadi, Drs M. Si., selaku Sekretaris Program Studi Administrasi

Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4.

Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

Timur.


(3)

UD. PARADILA, kepada Bapak Subchan selaku pemilik UD. SUCI

UTAMA, dan Bapak Mukhlisin yang telah menerima peneliti dengan baik

selama melaksanakan pengambilan data.

7.

Saudara dan teman-teman yang sudah memberi semangat dan dukungannya

dalam menyelesaikan laporan skripsi ini.

Penulis menyadari segala keterbatasan kemampuan dan pengetahuan,

sehingga saran dan kritik sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan

ini. Akhir kata penulis berharap semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak.

Surabaya, Mei , 2011


(4)

Kecamatan Maduran-Lamongan)

Disusun Oleh:

Nurul Hidayati

0742010076

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui:

Pembimbing

R.Y. Rusdianto, S.Sos. M.Si

NIP. 372069500461

Mengetahui,

DEKAN

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si

NPT: 195507181983022001


(5)

Oleh:

Nurul Hidayati

0742010076

Telah dipertahankan di hadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi

Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pada tanggal 27 Mei 2011.

PEMBIMBING

TIM PENGUJI

Ketua

R.Y. Rusdianto, S.Sos. M.Si

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si

NIP : 372069500461

NPT: 195507181983022001

Sekertaris

R.Y. Rusdianto, S.Sos. M.Si

NIP : 372069500461

Anggota

Drs. Nurhadi, M.Si

NIP. 196902011994031001

Mengetahui,

DEKAN

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si

NPT: 195507181983022001


(6)

Halaman Persetujuan dan Pengesahan Ujian Skripsi ... ii

Halaman Persetujuan dan Pengesahan Ujian Skripsi ... iii

Kata Pengantar………...iv

Daftar Isi……….………vi

Daftar Tabel………..…...x

Daftar Gambar ………xi

Daftar Lampiran……….xii

Abstraksi………...xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang……….1

1.2.

Focus Penelitian………...6

1.3.

Rumusan Masalah ………...6

1.4.

Tujuan Penelitian………...6

1.5.

Manfaat Penelitian………...7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori………...8

2.1.1. Usaha Mikro KeciL Menengah……….8

2.1.1.1.Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah……….8

2.1.1.2. Kekuatan dan Kelemahan Usaha Mikro

Kecil Menengah………9


(7)

2.1.1.5. Hakikat. Bentuk dan Usaha Mikro Kecil Menengah…..17

2.1.1.6. Keunggulan dan Kelemahan Usaha Mikro

Kecil Menengah………...18

2.1.2. Strategi Fungsional……….20

2.1.2.1. Pengertian Strategi Fungsional………..20

2.1.2.2. Strategi Dibidang Pemasaran……….20

2.1.2.3 Strategi di Bidang Produksi………...28

2.1.2.3.1 Pengertian Proses Produksi……….28

2.1.2.3.2 Persediaan Bahan Baku………...30

2.1.2.4. Strategi dibidang Manajemen Sumber Daya Manusia..32

2.1.2.4.1

Penarikan Tenaga Kerja………..32

2.1.2.4.2 Seleksi……….33

2.1.2.4.3 Pelatihan dan Pengembangan………..35

2.1.2.4.4 Evaluasi Prestasi………..36

2.1.2.5 Strategi di Bidang Keuangan……….36

2.1.2.5.1 Sistem Administrasi dan Pembukuan…………..37

2.1.2.5.2

Analisis Keuangan Industri Kecil………...38


(8)

3.3. Lokasi Penelitian………45

3.4. Unit Analisis Penelitian……….46

3.5. Subjek dan Informan Penelitian……….48

3.6. Teknik Pengumpulan Data……….49

3.7. Teknik Analisis Data………..51

3.8. Penguji Keabsahan Data………52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian………...54

4.2 Hasil dan Penyajian Data ………..56

4.2.1

UD. PARADILA...58

4.2.1.1 Strategi di bidang Manajemen Sumber Daya Manusia……...60

4.2.1.2 Strategi di Bidang Pemasaran……….61

4.2.1.3

Strategi di Bidang Keuangan...65

4.2.2

UD. SUCI UTAMA...67

4.2.2.1 Strategi di Bidang Manajemen Sumber Daya Manusia…….69

4.2.2.2

Strategi di Bidang Pemasaran……….70

4.2.2.3

Strategi di Bidang Keuangan………..73

4.2.3

Pengusaha 2, Bapak Mukhlisin...74

4.2.3.1 Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia………76


(9)

4.3.2

Proses Produksi ……….89

4.4

Pembahasan………...96

4.4.1

Strategi Di Bidang Manajemen Sumber Daya Manusia…………96

4.4.2

Strategi di Bidang Pemasaran………98

4.4.3

Strategi di Bidang Keuangan………...100

4.4.4

Strategi di Bidang Produksi……….100

4.4.5

Perbandingan usaha yang telah berkembang dan masih dalam

pengembangan………..102

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan ... 104

5.2 Saran ... 105

5.3 Keterbatasan Penelitian………...106


(10)

Tabel 4.2 Penggolongan bahan baku dan kualitas benang ... 82

Tabel 4.3 Upah pekerja tenun ikat sesuai dengan jenis pekerjaan ... 97

Tabel. 4.4 Penggolongan Bahan Baku, Kualitas Benang dan harga……….99

Tabel 4.5 Perbandingan usaha telah berkembang dan masih dalam


(11)

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir………...39

Gambar 4.1 Alur proses pembuatan kain tenun ikat Parengan………101


(12)

Lampiran 1. UD. PARADILA ...109

Lampiran 2. UD. SUCI UTAMA...114

Lampiran 3. Pengusaha (Bapak Mukhlisin)...119

Lampiran 4. Untuk pegawai...123

Lampiran 5. Proses Produksi tenun ikat...125


(13)

Kecamatan Maduran-lamongan)

OLEH

NURUL HIDAYATI

ABSTRAKSI

Pertumbuhan ekonomi di era globalisasi salah satunya ditandai dengan

semakin berkembangnya dunia usaha di segala bidang. Salah satu usaha untuk

memperluas lapangan pekerjaan adalah dengan mengembangkan sektor Usaha

Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Pentingnya sektor UMKM di Indonesia

adalah untuk memeratakan perekonomian penduduk, dan untuk menunjang

perkembangan sektor-sektor yang lain. Dalam hal ini peneliti memfokuskan

penelitian di Parengan, Kecamatan Maduran-Lamongan, yaitu UMKM yang

bergerak dibidang kerajinan tenun ikat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi bisnis yang dilakukan

oleh UMKM di Parengan, Kecamatan Maduran-Lamongan,. Strategi bisnis

tersebut meliputi strategi keuangan, strategi produksi, strategi manajemen sumber

daya manusia, dan strategi pemasaran.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yaitu

metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada obyek yang alamiah,

dimana peneliti adalah instrument kunci. Teknik pengumpulan data dilakukan

secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Teknik yang akan

digunakan untuk menumpulkan sumber data adalah teknik pengumpulan data in

depth interview (wawancara mendalam), participant observasi (observasi

berperan serta), dan studi literature.

Tujuan mereka untuk mendirikan usaha adalah ingin membuka lapangan

pekerjaan serta menumbuhkan pada remaja rasa cinta pada produk asli Parengan

yaitu tenun ikat karena banyaknya remaja yang kurang memperhatikan tenun khas

parengan. Usaha tenun ikat telah melibatkan 2.700 pekerja dan 30 pengusaha

tenun ikat.

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa dalam strategi produksi

dalam bidang kerajinan tenun ikat tidak jauh berbeda yaitu dengan differensiasi

produk dalam hal bentuk maupun jenisnya.


(14)

secara borongan. Strategi pemasaran, untuk produk kain tenun ikat melalui

internet, pameran, membuka showroom dan juga melalui agen.

Kata kunci : Pengusaha Tenun Ikat, Strategi Pemasaran, Strategi Keuangan,

Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia, dan Strategi Produksi.


(15)

Dalam era pasar bebas dimana situasi pasar yang semakin kompetitif serta penuh dengan ketidakpastian , setiap akan dihadapkan pasa persaingan yang ketat. Hal ini yang mengharuskan perusahaan untuk dapat melakukan aktifitas yang seefektif mungkin dan seefesien. Sehingga perusahan tersebut dapat meningkatkan daya saingnya dan kelangsungan hidup perusahaan dapat terjamin dalam jangka waktu yang lama.

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu Negara, meskipun dilihat dari skala ekonominya tidak seberapa namun jumlah UMKM sangat besar dan dominan serta sumbangan yang diberikan selama ini baik untuk masyarakat maupun untuk Negara. Peran penting tersebut telah mendorong banyak Negara termasuk Negara Indonesia untuk terus berupaya mengembangkan UMKM. Terdapat tiga alasan yang mendasari Negara berkembang memandang pentingnya keberadaan UMKM yaitu, Pertama karena kinerja UMKM cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif, Kedua sebagai bagan dari dinamikanya, UMKM sering mencapai peningkatan produktifitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi, Ketiga adalah karena sering diyakini bahwa UMKM memiliki keunggulan dalam hal fleksibelitas dari pada usaha besar.


(16)

Sampai saat ini masalah yang sering dihadapi oleh UMKM adalah masalah permodalan,. Sebagian besar modal tersebut berasal dari modal sendiri. Perkembangan UMKM dari waktu ke waktu secara rutin harus dilakukan pengkajian, penyempurnaan dan peningkatan. Hal ini masalah yang dihadapi adalah kondisi pengusaha pada umumnya lemah dalam kredit modal kerja. Permasalahan modal tersebut timbul karena tidak adanya titik temu Usaha Mikro Kecil Menengah di Indonesia antara lain adalah masih belum menjalankan bisnisnya dengan prinsip-prinsip manajemen modern, tidak/belum memiliki badan usaha resmi, serta keterbatasan asset yang dimiliki. Sementara itu, di sisi kreditur, pemodal atau lembaga pembiayaan untuk melindungi resiko kredit menuntut adanya kegiatan bisnis yang dijalankan dengan prinsip-prinsip manajemen modern, izin usaha resmi serta adanya jaminan (collateral). Lembaga perbankan menjadi salah satu sumber modal, secara optimal masih belum membantu permasalahan yang dihadapi usaha kecil menengah. Relatif tingginya tingkat bunga kredit perbankan, prosedur serta persyaratan pengajuan kredit yang relative sulit untuk dipenuhi, serta tidak adanya jaminan merupakan alasan utama bagi sebagian besar Usaha Mikro Kecil Menengah untuk tidak mengajukan kredit kepada perbankan, untuk usaha kecil menengah dengan segala keterbatasannya masih sulit untuk meraih modal dari sumber-sumber modal dan lembaga-lembaga keuangan non-bank.


(17)

Selain permodalan, masalah yang dihadapi oleh usaha kecil adalah bagaimana dan dimana produk itu dipasarkan. Konsentrasi pemasaran tidak lagi sekedar bagaimana produk itu sampai pada pelanggan, akan tetapi lebih fokus pada apakah produk itu dapat memenuhi kebutuhan pelanggan yang berujung pada tercapainya kepuasan pelanggan. Strategi pemasaran yang efektif, salah satunya dapat dilihat dari stabilitas tingkat penjualan dari tahun ke tahun sesuai dengan kuantitas produk yang mampu diproduksi oleh perusahaan.

Pada sektor Industri, Kabupaten Lamongan banyak memiliki Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang tersebar hampir disetiap kecamatan. Usaha kecil menengah yang merupakan bentuk kemandirian masyarakat tersebut bergerak di bidang pertanian, perkebunan, kerajinan, peternakan, pertambakan, dan sebagainya. Mengenai pemasaran, Pemkab Lamongan mendirikan gedung pusat promosi dan penjualan produk unggulan. Letak gedung yang strategis diharapkan dapat menarik perhatian orang-orang dari berbagai daerah untuk berkunjung dan berbelanja. Potensi perkembangan menuju terciptanya tatanan perekonomian yang lebih mantap semakin kelihatan di Kabupaten Lamongan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menetapkan Kabupaten Lamongan sebagai salah satu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dari tujuh kawasan ekonomi khusus yang ada di Indonesia. Tujuan penetapan kawasan ekonomi khusus (KEK) adalah untuk merangsang pertumbuhan ekonomi agar berjalan lebih cepat lagi di suatu daerah propinsi.


(18)

Pada sektor Industri pengolahan, keunggulan potensi sektor ini banyak ditopang oleh besarnya keberadaan Industri rumah tangga (IRT) dan Usaha Mikro kecil Menengah (UMKM) yang ada. Berdasarkan data tahun 2006 , di Kabupaten Lamongan berkembang 13.676 unit industri non formal dan 445 unit industri formal yang kesemuanya memberikan kontribusi yang tidak sedikit terhadap perekonomian daerah dan penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Lamongan.

(/http.//Kabupaten Lamongan - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.mht)

Pada tahun 2008 potensi Industri Kecil dan Kerajinan Rakyat di Kabupaten Lamongan mengalami peningkatan yaitu jumlah industri kecil baik formal maupun non formal mencapai sebanyak 23.843 unit usaha, dan menyerap tenaga kerja 63.762 orang, nilai investasi Rp.41.503.182.000,00 dengan nilai produksi terjual Rp. 103.449.400.000,00. Potensi itu kebayakan perusahaan dibidang makanan dan minuman, sandang dan kulit, kimia dan bahan bangunan, kerajinan, dan logam emas, sedangkan industri skala menengah dan besar terdapat 315 unit usaha, tenaga terserap sebanyak 6.622 orang dengan nilai investasi Rp. 39.888.782.000,00.

(http://liputan86.blogspot.com/2008_12_01_archive.html)

Salah satu dari usaha kecil yang berkembang adalah kerajinan tenun , seni tenun menenun sejak dulu dilakukan oleh nenek moyang masyarakat disana. Seni kerajinan tenun ikat yang berwarna warni dan kaya akan motif hias, dikerjakan para perajin hampir di seluruh daerah di Indonesia yang


(19)

setiap tenunannya berciri khas sesuai dengan budaya setempat. Biasanya, kain tenun dibuat untuk kelengkapan upacara adat seperti dalam ritual merayakan kelahiran anak, perkawinan dan kematian. Selain itu juga dipakai sebagai kain busana adat. Kini, selain untuk fungsi tersebut, kain tenun juga dapat digunakan sebagai penunjang interior.

Di Kabupaten Lamongan terdapat sentra industri tenun ikat, tepatnya di desa Parengan kecamatan Maduran yang sudah merambah hingga pasar timur tengah. Di desa ini, terdapat sedikitnya 30 orang pengrajin tenun ikat yang rata-rata telah menekuini usahanya secara turun temurun. Usaha tenun ikat di desa Parengan melibatkan 2.700 tenaga kerja, pembuatan tenun ikat di desa Parengan bersifat padat karya, dari bahan baku diolah menjadi barang jadi yang dikerjakan secara borongan oleh para pengrajin. Oleh karena itu pengrajin tenun ikat tidak berada pada satu lokasi saja melainkan di satu lokasi saja, melainkan tersebar di rumah-rumah pengrajin termasuk di berbagai desa sekitar, Untuk saat ini ada dua bentuk yaitu tenun ikat sarung dan busana.

Tenun ikat di desa parengan Kecamatan Maduran-Lamongan mempunyai kekhasan dan keunikan tersendiri bila dibandingkan dengan produk tenun buatan pabrik. Keunikan dari tenun ikat ini adalah praktis pada pemakaiannya, tenun ikat dibuat oleh perorangan sehingga memiliki corak yang sangat banyak dengan ciri khas timbul dipermukaan.


(20)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui strategi bisnis yang digunakan oleh Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Lamongan khususnya di desa parengan Kecamatan Maduran-Lamongan untuk mempertahankan usahanya agar dapat berkembang dan mampu bersaing dengan produk lainnya.

1.2. Focus Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian pada kerajinan tenun ikat di desa Parengan Kecamatan Maduran-lamongan, focus penelitian diaarahkan pada strategi bisnis yang digunakan pada UMKM tersebut yang meliputi beberapa bidang yaitu pemasaran, produksi, manajemen sumber daya manusia, dan keuangan sehingga mampu bersaing dengan produk lainnya.

1.3. Perumusan masalah

Bagaimana strategi bisnis yang digunakan Usaha Mikro Kecil Menengah yang berlokasi di desa Parengan Kecamatan Maduran-Lamongan untuk mengembangkan usahanya tersebut yang meliputi dibidang Pemasaran, Produksi, Manajemen Sumber Daya Manusia, Keuangan ?

1.4. Tujuan Penelitian

Untuk mengetehui strategi bisnis yang digunakan pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah yang berlokasi di desa Parengan Kecamatan Maduran -Lamongan.


(21)

1.5. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai :

1. Bagi perusahaan, sebagai masukan bagi perusahaan industry tenun ikat dalam mengembangkan usahanya.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi atau bahan pertimbangan selanjutnya, khususnya Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis yang berkaitan dengan topic sejenis.

                 

   

             


(22)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Usaha Mikro Kecil Menengah

2.1.1.1. Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah

Biro Pusat Statistik Indonesia (BPS) (1988) mendefinisikan usaha kecil dengan ukuran tenaga kerja , yaitu 5 sampai dengan 19 orang yang terdiri (termasuk) pekerja kasar yang dibayar, pekerja pemilik, dan pekerja keluarga. Perusahaan industri yang memiliki tenaga kerja kurang dari 5 orang diklasifikasikan sebagai industri rumah tangga (home industry). Berbeda dengan klasifikasi yang dikemukakan oleh Stanley dan Morse, bahwa industri yang menyerap tenaga kerja 1-9 orang termasuk industri kerajinan rumah tangga. Industri kecil menyerap 10-49 orang, industri sedang menyerap 50-99 orang, dan industri besar menyerap tenaga kerja 100 orang lebih (Suryana, 2001 : 84).

Batasan usaha kecil dan menengah – Industri dagang menurut keputusan yang telah dikeluarkan :

1. Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 : mengenai usaha kecil dan menengah yang disebut usaha kecil adalah suatu usaha yang mempunyai kekayaan bersih maksimum 200 juta rupiah di luar tanah dan bangunan atau mempunyai omset penjualan maksimal 1 milyar rupiah per tahun.


(23)

2. Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1999 mengenai usaha kecil dan menengah industri dagang, yang disebut usaha menengah adalah usaha yang mempunyai kekayaan bersih lebih besar dari 200 juta rupiah sampai dengan maksimal 10 milyar rupiah. Usaha kecil dan menengah binaan Dirjen IKDK berdasarkan SK Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 589 tahun 1999 adalah usaha yang mempunyai nilai investasi seluruhnya sampai dengan 1 milyar rupiah.

(http://karimritonga.info/home/?p=6)

2.1.1.2. Kekuatan dan Kelemahan Usaha Mikro Kecil Menengah

Menurut Suryana (2001 : 85-86) usaha kecil memiliki kekuatan dan kelemahan tersendiri. Beberapa kekuatan usaha kecil antara lain : 1. Memiliki kebebasan untuk bertindak

Bila ada perubahan, misalnya perubahan produk baru, teknologi baru, dan perubahan mesin baru, usaha kecil bisa bertindak dengan cepat untuk menyesuaikan dengan keadaan yang berubah tersebut. Sedangkan pada perusahaan besar, tindakan tersebut susah dilakukan. 2. Fleksibel

Perusahaan kecil dapat menyesuaikan dengan kebutuhan setempat. Bahan baku, tenaga kerja dan pemasaran produk usaha kecil pada umumnya menggunakan sumber-sumber setempat yang bersifat lokal.


(24)

3. Tidak mudah goncang

Karena bahan baku kebanyakan lokal dan sumber daya lainnya bersifat lokal, maka perusahaan kecil tidak rentan terhadap fluktuasi bahan baku impor.

Sedangkan kelemahan perusahaan kecil dapat dikategorikan ke dalam dua aspek, antara lain :

1. Aspek kelemahan struktural, yaitu kelemahan dalam strukturnya, misalnya kelemahan dalam bidang manajemen dan organisasi, kelemahan dalam pengendalian mutu, kelemahan dalam mengadopsi dan penguasaan teknologi, kesulitan mencari permodalan, tenaga kerja masih lokal, dan terbatasnya akses pasar.

2. Kelemahan Kultural, mengakibatkan kelemahan struktural, kurangnya akses informasi dan lemahnya berbagai persyaratan lain guna memperoleh akses permodalan, pemasaran, dan bahan baku, seperti informasi peluang dan cara memasarkan produk; informasi untuk mendapatkan bahan baku, murah dan mudah didapat; informasi untuk memperoleh fasilitas dan bantuan pengusaha besar dalam menjalin hubungan kemitraan untuk memperoleh bantuan permodalan dan pemasaran; informasi tentang tata cara pengembangan produk, baik desain, kualitas, maupun kemasannya; serta informasi untuk menambah sumber permodalan dengan persyaratan yang terjangkau.


(25)

Menurut Subanar (2001 : 6-9) usaha kecil memiliki keunggulan dan kelemahan. Beberapa keunggulan usaha kecil antara lain :

1. Pemilik merangkap manajer perusahaan yang bekerja sendiri dan memiliki gaya manajemen sendiri (merangkap semua fungsi manajerial seperti marketing, finance dan administrasi)

2. Sebagian besar membuat lapangan peerjaan baru, inovasai, sumber daya baru serta barang dan jasa-jasa baru.

3. Resiko usaha menjadi beban pemilik. 4. Prosedur hukumnya sederhana.

5. Merupakan type usaha yang paling cocok untuk mengelola produk, jasa atau proyek perintisan, yang sama sekali baru atau belum pernah ada yang mencobanya, sehingga memiliki sedikit pesaing.

Sedangkan kelemahan serta hambatan bagi pengelolaan suatu usaha kecil diantaranya menyangkut faktor intern serta beberapa faktor ekstern, seperti :

1. Kekurangan informasi bisnis, hanya mengacu pada intuisi dan ambisi pengelola, lemah dalam promosi.

2. Pembagian kerja tidak proporsional, sering terjadi pengelolamemiliki pekerjaan yang melimpah atau karyawan yang bekerja diluar batas jam kerja standar.

3. Risiko dan utang-utang pada pihak ketiga ditanggung oleh kekayaan pribadi.


(26)

4. Perkembangan usaha tergantung pada pengusaha yang setiap waktu dapat berhalangan karena sakit atau meninggal.

5. Sumber modal terbatas pada kemampuan pemilik.

2.1.1.3. Tantangan, Masalah dan Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah

Menurut Suharjdono (2003 : 39) tantangan usaha kecil dan menengah adalah bagian dari UKM dengan omset kurang Rp 50 juta sampai Rp 1 milyar perbulan atau yang lebih dikenal dengan usaha mikro, umumnya tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menjaga kelangsungan hidup usahanya. Bagi mereka, umumnya asal dapat berjualan dengan “aman” sudah cukup. Mereka umumnyantidak membutuhkan modal yang besar untuk ekspensi produksi, biasanya yang diperlukan sekedar membantu kelancaran cash flow saja, dan mulai memikirkan untuk melakukan ekspensi usaha lebih jauh.

Menurut Suhardono (2003 : 39) masalah usaha kecil menengah adalah sebagai berikut :

a. Belum mempunyai system administrasi keuangan dan manajemen yang baik karena belum dipisahkan kepemilikan dan pengelolahan perusahaan.

b. Masalah bagaimana menyusun proposal dan membuat studi kelayakan untuk memperoleh pinjaman dari bank maupun modal ventura karena kebanyakan UKM mengeluh berbelitnya prosedur


(27)

mendapatkan kredit, agunan untuk memenuhi syarat, dan tingkat bungan yang dinilai terlalu tinggi.

c. Masalah menyusun perencanaan bisnis karena persaingan dalam merebut pasar semakin erat.

d. Masalah memperoleh bahan terutama karena adanya persaingan yang ketat dalam mendapatkan bahan baku, bahan baku berkualitas rendah dan tingginya harga bahan baku.

e. Masalah perbaikan kualitas barang dan efesiensi terutama bagi yang sudah menggarap pasar ekspor karena selera konsumen yang berubah cepat, pasar dikuasai perubahan tertentu, dan banyak barang pengganti.

Menurut dalam pengembangan UKM pemerintah mempunyai kebijakan antara lain:

1. Landasan kebijakan a. Kerakyatan

Sebesar-besarnya rakyat ikut serta berpartisipasi dalam pengambangan UKM.

b. Kemartabatan

Memperbesar peran UKM dalam perekonomian nasional sehingga keberadaanya diakui oleh pelaku ekonomi lainnya.


(28)

Memenuhi kebutuhan sendiri dengan keunggulan untuk menejar ketertinggalan dan membangun saling ketergantungan dengan pelaku ekonomi lainnya.

2. Memasukan era dan pasca-reformasi guna mengatasi berbagai masalah dalam bidang ekonomi yang terjadi selama ini maka kedudukan dan posisi UKM perlu ditingkatkan. UKM diharapkan bersama diharapkan dapat menjadi kekuatan yang mengandalkan resource based dan berbasis pada tingkatan yang kedua. Oleh karena itu, upaya pemberdayaan UKM merupakan salah satu alternative yang harus segara dilakukan.

3. Walaupun secara umum UKM memiliki kedudukanaa yang sangat potensial dalam perekonomian nasional, kenyataan masih banyak masalah yang menghalang dalam pengembangan UKM. Diantaranya adalah kelemahan akses dan perluasan pangsa pasar, kelemahan akses dan pemupukan modal, kelemahan akses pada informasi dan teknologi, kelemahan dalam organisasi dan manajemen, serta kelemahan dalam pembentukan jaringan usaha dan kemitraan. Kesemuannya ini bersumber dari kelemahan sumber daya manusia yang berdampak pada rendahnya kualitas produk dan jasa sehingga kurang memiliki daya saing, baik dalam pasar local maupun nasional dan internasional. 2.1.1.4.Kriteria Usaha Kecil Mikro Menengah

Dalam Undang-Undang No.9 / 1995 pasal 5 tentang usaha kecil disebutkan beberapa kriteria usaha kecil antara lain : memiliki kekayaan


(29)

bersih paling banyak Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu miliar rupiah), (Suryana, 2001 : 84)

Menurut Suhardjono (2003 : 53), kriteria usaha kecil sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/9/Bkr tahun 2001, adalah sebagai berikut :

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 2. Memiliki hasil penjualan bersih tahunan paling banyak

Rp.1.000.000.000,- (Satu Milyar Rupiah). 3. Milik Warga Negara Indonesia.

4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar. 5. Berbentuk usaha orang perseorangan , badan usaha yang tidak

berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Komisi untuk Perkembangan Ekonomi (Community for Economic Development (C. E. D), mengemukakan kriteria usaha kecil yaitu manajemen berdiri sendiri, manajer adalah pemilik; modal disediakan oleh pemilik atau sekelompok kecil; daerah operasi bersifat lokal; ukuran dalam keseluruhan relatif kecil (Suryana, 2001 : 84).


(30)

Menurut KADIN dan Assosiasi serta Himpunan Pengusaha Kecil, juga kriteria dari Bank Indonesia, maka yang termasuk kategori Usaha Kecil adalah :

a. Usaha Perdagangan

Keagenan, Pengecer, Ekspor/Impor, dan lain-lain dengan modal aktif perusahaan (MAP) tidak melebihi Rp 150.000.000/tahun dan Capital Turn-over (CTO) atau perputaran modal tidak melebihi Rp 600.000,00 b. Usaha Pertanian

Pertanian pangan maupun perkebunan, perikanan darat/laut, peternakan dan usaha lain yang termasuk lingkup pengawasan departemen pertanian. Ketentuan batas MAP dan CTO seperti usaha perdagangan diatas.

c. Usaha Industri

Industri logam/kimia, makanan/minuman, pertambangan, bahan galian, serta aneka industri keciol lainnya, dengan batas MAP = Rp 250.000.000,00 serta batas CTO = Rp 1000.000.000,00

d. Usaha Jasa

Menjual tenaga/pelayanan bagi pihak ketiga, konsultan, perencana, perbengkelan, transportasi serta restoran dan lainnya dengan batas MAP dan CTO seperti usaha perdagangan dan pertanian diatas.


(31)

e. Usaha Jasa Konstruksi

Kontraktor bangunan, jalan, kelistrikan, jembatan,pengairan dan usaha-usaha lain yang berkaitan teknis konstruksi bangunan, dengan batas MAP dan CTO seperti usaha industri.

Pada masing-masing jenis usaha diatas, batas jumlah tenaga kerja perusahaan tidak lebih dari 300 orang (Subanar, 2001 : 2).

2.1.1.5. Hakikat. Bentuk dan Usaha Mikro Kecil Menengah

Menurut subanar (2001 : 3-4) hakikat UKM yang ada secara umum dikelompokan kedalam 3 (tiga) golongan yang khusus yang meliputi : a. Industri kecil

Industry kerajinan rakyat, Industri cor logam, konveksi dan berbagai Industri lainnya.

b. Perusahaan berskala kecil

Penyalur, Toko Kerajinan Kecil, Koperasi, Waserba, Restoran, Toko Bunga, Jasa Profesi, dan lainnya.

c. Sector informal

Menurut subanar (2001 : 4) berdasarkan bentuk usahanya, maka UKM terdapat di Indonesia apat digolongan kedalam 2 golongan sebagai berikut: a. Usaha perorangan

Usaha perorangan bertanggung jawab kepada pihak ketiga atau pihak lain (dalam hal ini konsumen) dengan dukungan harta kekuasaan perusahaan yang merupakan milik pribadi dari pengusaha yang bersangkutan. Jumlahnya diindonesia cukup besar dan skala usahanya


(32)

relative kecil. Pada umumnya mudah untuk mendirikan, karena tidak memerlukan persyaratan yang rumit dan bertahap seperti bentuk-bentuk usaha lainnya.

b. Usaha persekutuan/ partnership

Usaha persekutuan berusaha mencapai tujuan-tujuan perusahaan dalam memperoleh laba. Merupakan bentuk kerja sama dari beberapa orang yang bertanggung jawab secara pribadi terhadap kewajiban-kewajiban usaha persekutuannya. Bentuk pertanggung jawaban dan pola kepemimpinannya berbeda-beda menurut bentuk-bentuk persekutuan yang dibentuk.

2.1.1.6. Keunggulan dan Kelemahan Usaha Mikro Kecil Menengah

Menurut Subanar (2001 :6-7) secara umum perusahaan dalam skala kecil atau perorangan maupun kerja sama memiliki keunggulan dan kelemahan dalam daya tarik seperti :

1. Pemilik merangkap Manajer perusahaan yang berkerja sendiri dan memiliki gaya manajemen sendiri seperti marketing, finance, dan administrsi.

2. Perusahaan keluarga, dimana pengelolannya mungkin tidak memiliki keahlian manajerial yang handal.

3. Sebagian besar membuat lapanganpekerjaan baru, inovasi, sumber daya baru serta barang dan jasa-jaa baru.


(33)

5. Pertumbuhan yang lambat, tidak teratur, terkadang cepat dan premature ( premature high-growth).

6. Fleksibel dalam bentuk fluktuasi jangka pendek, namun tidak memiliki rencana jangka panjang (Corporate-plan)

7. Independen dalam penentuan harga produksi atas barang dan jasa-jasanya.

8. Prosedur hukumnya sederhana.

9. Pajak relative ringan, karena yang dikenakan pajak adalah pribadi/pengusaha, bukan perusahaanya.

10.Konta-kontak dengan pihak luar bersifat pribadi. 11.Mudah dalam proses pendiriannya.

12.Mudah dibubarkan setiap saat jika dikehendaki. 13.Pemilik mengelola secara mandiri dan bebas waktu. 14.Pemilik menerima seluruh laba.

15.Umumnya mempunyai kecenderungan mampu untuk survive.

16.Merupakan tipe usaha yang paling cocok untuk mengelola produk, jasa atau proyek perintisan, yang sama sekali baru atau belum pernah ada yang mencobanya, sehingga memiliki sedikit pesaing.

17.Terbukannya peluang dengan adanya berbagai kemudahan dalam peraturan dalam kebijakan pemerintah yang mendukung berkembangnya usaha kecil yang ada di Indonesia.

18.Diversivikasi usaha terbuka luas sepanjang waktu dan pasar konsumen senangtiasa tergali melalui kreativitas pengel


(34)

2.1.2. Strategi Fungsional

2.1.2.1. Pengertian Strategi Fungsional

Henry Mintzberg mendefinisikan strategi sebagai 5P, yaitu: strategi sebagai PERSPECTIF, strategi sebagai POSISI, strategi sebagai PERENCANAAN, strategi sebagai POLA kegiatan, dan strategi sebagai “PENIPUAN” (Ploy) yaitu muslihat rahasia. Sebagai Perspektif, di mana strategi dalam membentuk misi, misi menggambarkan perspektif kepada semua aktivitas. Sebagai Posisi, di mana dicari pilihan untuk bersaing. Sebagai Perencanaan, dalam hal strategi menentukan tujuan performansi perusahaan. Sebagai Pola kegiatan, di mana dalam strategi dibentuk suatu pola, yaitu umpan balik dan penyesuaian.

Dari berbagai pengertian dan definisi mengenai strategi, secara umum dapat didefinisikan bahwa strategi itu adalah rencana tentang serangkaian manuver, yang mencakup seluruh elemen yang kasat mata maupun yang tak-kasat mata, untuk menjamin keberhasilan mencapai tujuan. http://strategika.wordpress.com/2007/06/24/pengertian-strategi/ 2.1.2.2. Strategi Dibidang Pemasaran

Menurut Sofjan (2007 : 3) dalam penafsiran yang sempit tentang pemasaranini terlibat pula dari definisi American Marketing Association 1960, yang menyatakan pemasaran adalah hasil prestasi kerja kegiatan usaha yang berkaitan dengan mengalirnya barang dan jasa dari produsen sampai ke konsumen. Dalam hal ini terdapat pula pandangan yang lebih luas, yang menyatakan pemasaran merupakan kegiatan yang mulai jauh


(35)

sebelum barang-barang/ bahan-bahan masuk dalam proses produksi. Dalam hal ini banyak keputusan pemasaran yuang harus dibuat jauh sebelum produkm itu dihasilkan, seperti mengenai produk apa yang akan diproduksi, pasarnya, harga, dan promosinya.

Menurut Sofjan (2007 : 168-169) Strategi Pemasaran adalah serangkai tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang memberikan arahan kepada uasaha-usaha pemasaran dari waktu ke waktu, pada masing-masing tingkatan dan acuhan serta alokasinya, terutama sebagai tanggapan perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan yang selalu berubah. Strategi pemasaran harus didasarkan atas analisis lingkungan dan internal perusahaan melalui analisis keunggulan dankelemahan perusahaan, serta analisis kesempatan dan ancaman yang dihadapi perusahaan dari lingkungan.

Faktor Lingkungan yang dianalisis dalam menyusun strategi pemasaran adalah keadaan pasar atau persaingan, perkembangan teknologi, keadaan ekonomi, peraturan dan kebijakan pemerintah, keadaan sosial budaya dan keadaan politik. Masing-masing faktor ini dapat menimbulkan adanya kesempatan atau ancaman bagi pemasaran produk suatu perusahaan.

Faktor Internal perusahaan yang dianalisis dalam menyusun strategi pemasaran adalah faktor yang terkait dengan pelaksanaan fungsi perusahaan, yang meliputi keuangan/ pembelanjaan, pemasaran, produksi serta organisasi dan sumber daya manusia.


(36)

Menurut Sofjan (2005 : 198-269) Salah satu unsur dalam strategi pemasaran terpadu adalah startegi Bauran Pemasaran atau Marketing Mix, yang merupakan strategi yang dijalankan perusahaan menyajikan penawaran produk pada segmen pasar tertentu, yang merupakan sasaran pasarnya. Marketing mix terdiri dari himpunan beberapa variabel yang dapt dikendalikan dan digunakan oleh perusahaan untuk mengetahui tanggapan konsumen dalam pasar sasarannya. Unsur atau variabel strategi bauran pemasaran atau marketing mix terdapat empat unsur adalah : 1. Strategi Produk

Strategi produk dalam hal ini adalah menetapkan cara dan penyediaan produk yang tepat bagi pasar yang dituju, sehingga dapat memuaskan para konsumennya dan sekaligus dapat meningkatkan penjualan dan peningkatan share pasarnya.

Faktor-faktor yang terkandung dalam suatu terkandung dalam suatu produk adalah

1) Konsep produk, konsep produk ini terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu Pertama produk inti (core product) yang merupakan inti atau dasar yang sesunggunya dari produk yang ingin diperoleh atau yang didapatkan oleh seorang pembeli atau konsumen dari produk tersebut, Kedua produk formal (formal product), yang merupakan bentuk, model, kualitas/mutu, merek, dan kemasan yang menyertai produk tersebut. Ketiga produk tambahan (augemented product) adalah produk formal dengan berbagai jasa yang menyertainya,


(37)

sepeerti pelayanan (instalasi), pelayanan, pemeliharaan, pengangkutan secara cuma-cuma.

2) Merek dagang, adalah nama, istilah, tanda atau lambang dan kombinasi dari dua atau lebih unsur tersebut, yang dimaksudkan untuk menidentifikasikan barang atau jasa. Pemberian nama adalah salah satu teknik salah satu kebijakan produk. Alasan pemberian merek adalah untuk tujuan identifikasi, guna mempermudahkan penanganan (handling) atau mencari jejak (tracing) produk yang dipasarkan, melindungi produk yang unik dari kemungkinanditiru pesaing, produsen ingin menekannkan mutu tertentu yang ditawarkan dan untuk mempermudah konsumen menentukan produk tersebut dibeli, dan sebagai landasan untuk mengadakan deferensiasi harga.

3) Kemasan (packaging), kemasan atau mempungkus mempunyai arti yang penting, karena tidak hanya digunakan sebagi pelindung terhadap produk, tetapi juga digunakan untuk dapat menyenangkan dan menarik pelanggan

4) Kualitas (mutu) produk, kualitas merupakan salah satu dari alat untam untuk mncapai posisi produk, kualitas menyatakan tingkat kemampuan dari suatu merek atau produk tertentu dalam melaksanakan fungsi yang diharapkan.


(38)

5) Pelayanan (services), pelayanan yang diberikan dalam pemasaran suatu produk mencakup pelayanan sewaktu penawaran produk, pelayanan dalam pembelian/ penjualan produk itu, dan lain-lain. 6) Diversifikasi produk, diversifikasi produk dilakukan oleh suatu

perusahaan akibat dilaksanakannya pengembangan produk, sementara produk lama masih dapat digunakan.

7) Pengembangan produk, dilakukan untuk menghadapi kemungkinan perubahan produk kearah yang lebih baik, sehingga dapat memberikan dayaguna maupun daya pemuas yang lebih besar. 2. Strategi Harga

Harga merupakan salah satu unsur marketing mix yang menghasilkan penerimaan penjualan, sedangkan unsur lainnya hanya unsur biaya saja. Walaupun penetapan harga merukan persoalan penting, masih banyak perusahaan yang kurang menangani masalah penetapan harga tersebut.

Tujuan dari penetapan harga yang diambil adalah mem peroleh laba yang maksimum, mendapatkan pasar share tertentu, memerah pasar, mencapai tingkat hasil penerimaan penjualan maksimum pada waktu itu, mencapai keuntungan yang ditargetkan, mempromosikan produk. 3. Strategi Distribusi atau Penyalur

Suatu perusahaan dapat menentukan penyaluran produknya melalui pedagang besar atau distributor, yang menyalurkannya ke pedagang


(39)

besar atau distributor dan meneruskannya ke pengecer (retailer), yang menjual produk itu kepada pemakai atau konsumen.

Bentuk pola saluran distribusi dapat dibedakan atas : 1) Saluran langsung.

2) Saluran tidak langsung, yang dapat berupa : a.

b.

c.

4. Strategi Promosi

Suatu produk betepapun bermanfaatnya akan tetapi jika tidak dikenal oleh konsumen, maka produk tersebut tidak akan diketahui manfaatnya dan mungkin tidak akan dibeli oleh konsumen agar dikenal konsumen maka diadakan promosi.

Kegiatan promosi oleh perusahaan menggunakan bauran promosi (promotional mix) yang terdiri dari :

1) Advertensi, merupakan suatu bentuk penyajian dan promosi dari gagasan, barang atau jasa yang dibiayai oleh suatu sponsor tertentu yang bersifat nonformal. Media yang sering digunakan dalam

Produsen Konsumen

Produsen Pengecer Konsumen

Produsen Pedagang besar/menengah Pengecer

Konsumen

Pengacer Konsumen

Pedagang menengah Produsen Pedagang besar


(40)

advertensi ini adalah radio, televisi, majalah, surat kabar, dan bilboard.

2) Personal selling, yang merupakan penyajian secara lisan dalam suatu pembicaraan dengan seseorang atau lebih calaon pembeli dengan tujuan agar dapat terealisasinya penjualan.

3) Promosi penjualan (sales promotian, yang merupakan segala

kegiatan pemasaran selain personal selling, advertensi, publisitas, yang merangsang pembelian oleh konsumen dan keefektifan agen seperti pameran, pertunjukan, dokumentasi, dan segala usaha penjualan tidak dilakukan secara teratur dan kontinyu.

4) Publisitas (publicity, merupakan usaha untuk merangsang

permintaan dari suatu produk secara nonpersonal dengan membuat, baik yang berupa berita yang bersifat komersial tentang produk tersebut di dalam media tercetak atau tidak maupun hasil wawancara yang disiarkan dalam media tersebut.

Menurut Husein (2005 : 323-327) adapun factor-faktor penting lain dalam strategi pemasaran adalah sebagai berikut :

a. Daur hidup produk

Setelah produk baru diluncurkan, keinginan perusahaan adalah produk dapat berada dipasar dalam waktu yang lama dan mencatat hasil penjualan yang baik. Manajemen menyadari bahwa tiap produk mempunyai daur hidup.


(41)

b. Segmen, Target, dan Posisi di Pasar

Segmentasi pasar dilakukan dengan berbagai macam cara .

Manajemen dapat dikombinasikan bebarapa variable untuk mendapatkan suatu cara yang paling pasa dalam segmentasi pasarnya. Target pasar setelah segmen-segmen pasar diketahui, selanjutnya perusahaan melakukan evaluasi lalu memutuskan beberapa segmen pasar yang akan dicakup dan memilih segmen mana yang akan dilayani. Evaluisi dilakukan dengan menelaah tiga factor, yaitu ukuran dan pertumbuhan segmen, serta sasarandan sumber daya yang memiliki perusahaan.

Posisi pasar setelah perusahaan memutuskan segmen pasar yang akan dimasuki, selanjutnya harus diputuskan pula posisi mana yang akan ingin ditempati dalam segmen pasar tersebut.

c. Strategi persaingan

Agar dapat ungul dalam persaingan produk dipasar, teknik-tekni yang diperlukan adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi keunggulan kompetitif. 2. Memilih keunggulan kompetitif

3. Mewujudkan dang mengkomunikasikan posisi. 4. Bersaing di pasar


(42)

2.1.2.3 Strategi di Bidang Produksi 2.1.2.3.1 Pengertian Proses Produksi

Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada diubah untuk memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa (Assauri, 1995).

Proses juga diartikan sebagai cara, metode ataupun teknik bagaimana produksi itu dilaksanakan. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan danan menambah kegunaan (Utility) suatu barang dan jasa. Menurut Ahyari (2002) proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah keguanaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada.

Melihat kedua definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia.

http://yprawira.wordpress.com/pengertian-dan-proses-produksi/

Untuk bisa melakukan produksi suatu barang memerlukan tenaga kerja manusia didalamnya, sumber daya alam, modal dalam segala bentuk serta kecakapan dan keterampilan yang dimiliki (skill). Jadi semua unsure yang menopang usaha penciptaan nilai atau usaha untuk membesarkan


(43)

nilai barang disebut sebagai factor-factor produksi seperti yang dikemukakan diatas. Factor-faktor produksi tersebut terdiri dari :

a. Tanah (land) atau sumber daya alam (human source) .

b. Tenaga kerja manusia (labour) atau sumber daya manusia (human resource).

c. Modal (capital)

d. Kecakapan tata laksana (manajerial skill)

Semua usaha daya serta kemampuan yang dapat menunjang produksi disebut dengan istilah produktif. Sehubungan dengan hal tersebut maka keempat factor produksi tersebut diatas dapat pula disebut sumber-sumber produktif yang dimiliki. Namun demikian, sekalipun semua usaha dan kemampuan yang dapat menupang proses disebut sebagai produktif, tetapi semua yang produktif memiliki kapasitas produktif yang sama. Cara yang dapat dipakai untuk melihat besarnya kapasitas produktif suatu sumber produktif tertentu adalah dengan melihat produktivitas. Produivitas berarti besarnya hasil produksi yang dapat dihasilkan oleh setiap satuan input, sedangkan untuk hasil produksi dipakai istilah produk atau keluaran.

Proses produksi terdiri dari :

1. Meninjau ulang disain produksi yang diterapkan dan menentukan disain produksi yang paling tepat.

2. Meninjau ulang proses pemilihan/penentuan peralatan yang paling tepat.


(44)

3. Meninjau ulang lokasi dan fasilitas produksi dan penentuan lokasi dari fasilitas produksi yang efektif dan efesien bagi perusahaan.

4. Meninjau ulang layout lokasi dan fasilitas produksi dan penentuan layout yang paling efektif dan efesiensi yang disesuaikan dengan operasional managemen. (ukmpustaka.unpad.ac.id)

2.1.2.3.2 Persediaan Bahan Baku

Setiap perusahaan baik perusahaan perdagangan maupun perusahaan yang memproduksi suatu barang, memerlukan persediaaan karena pada suatu waktu perusahaan akan dihadapkan kepada permintaan konsumen akan barang atau jasa uang dihasilkannya. Jenis persediaan secara fisik terdiri dari persediaan bahan baku/material, persediaan komponen, persediaan bahan pembantu, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi. Sedangkan jenis persediaan berdasarkan fungsinya adalah ; Lot size inventory, fluctuation stock, dan anticipation stock.

Istilah persediaan suatu istilah yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya organisasi yang disimpan dalam rangka mengantisipasi pemenuhan permintaan. Jenis-jenis persediaan termasuk persediaan secara fisik dan persediaan menurut fungsinya, sedangkan fungsi persediaan itu sendiri yaitu fungsi decoupling, fungsi economic lot sizing dan fungsi antisipasi. Jenis biaya yang dikeluarkan dalam persediaan terdiri dari biaya penyimpanan, biaya pemesanan, biaya penyiapan dan biaya kekurangan bahan.


(45)

http://massofa.wordpress.com/2008/02/02/manajemen-produksi-Persediaan ada berbagai jenis. Setiap jenisnya mempunyai karakteristik khusus dan cara pengelolaannya juga berbeda. Menurut jenisnya, persediaan dapat dibedakan atas (Handoko, 2002):

1. Persediaan bahan mentah (raw materialis), yaitu persediaan barang-barang berwujud mentah. Persediaan ini dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari para Supplier atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.

2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased paris), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi produk.

3. Persediaan barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.

4. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.

5. Persedian barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam bentuk produk dan siap untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan.


(46)

2.1.2.4 Strategi di bidang Manajemen Sumber Daya Manusia

Menurut husein (2005 : 331) manajemen sumber daya manusia didefinisikan sebagai perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan atas pengadaan,, pengembangan, konpensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan secara terpadu. Tugas MSDM untuk mengelola unsur manusia secara baik diperoleh tenaga kerja yang mencintai dan puas akan pekerjaannya.

Menurut mamduh (2003 : 260-278) Manajemen sumber daya manusia menjadi sangat penting dalam suatu organisasi, peran yang sangat penting itu disebabkan oleh antara lain karena perubahan terhadap karyawan. Kalau dulu karyawan dianggap sebagai alah satu factor produksi, seperti mesin, dimana biaya produksi termasuk gaji karyawan cenderung ditekan untuk mendorong efesiensi, maka pandangan yang lebih popular saat ini menganggap karyawan sebagai salah satu partner untuk mencapai tujuan organisasi.

2.1.2.4.1 Penarikan Tenaga Kerja

Penarikan tenaga kerja didefinisikan sebagai proses menarik tenaga kerja yang memenuhi kualifikasi untuk melamar kerja di organisasi atau perusahaan. Manjer memulai merekrut dengan mengingat deskripsi kerja dan spesifikasi kerja, yang kemudian spesifikasi kerja dijadikan sebagai standar kualifikasi rekrutmen.


(47)

Penarikan tenaga kerja dapat dilakukan melalui dua cara yaitu sebagi berikut :

1. Internal

Melalui cara internal, calon pengisi posisi tertentu dicari dan diseleksi dari tenaga kerja yang ada dalam organisasi saat ini. Cara semacam ini mempunyai keuntungan, Pertama tenaga kerja yang direkrut sudah memahami organisasi dengan baik, sehingga proses penyesuian menjadi lebih mudah dan kemungkinan berhasil akan lebih tinggi.

Kedua, mendorong semangat kerja, loyalitas, dan komotmen

kerjayang senakin tinggi. Ketiga lebih mudah.

Keuntungannya adalah apabila satu orang dipromosikan, maka akan terjadi promosi berantai untuk jabatan dibawahnya.

Kelemahannya terbatasnya calon tenaga kerja yang potensial didalam organisasi, kurangnya ide baru yang segar, dan kemungkinan mendorong rasa puas diri pada tenaga kerja.

2. Eksternal

Menarik tenaga kerja dari luar perusahaan atau organisasi, manajer dapat mengiklankan posisi pekerjaan yang lowong melalui surat kabar atau majala. Atau manajer dapt menarik tenaga kerja melalui universitas yang akan menhasilkan lulusan yang akan dikehendaki. 2.1.2.4.2Seleksi

Seleksi ditujukan untuk memilih tenaga kerja yang diinginkan, idealnya seleksi merupakan proses dua arah: organisasi menawarkan posisi kerja


(48)

dengan imbalan, sedangkan calon tenaga kerja menevaluasi organisasi dan daya tarik posisi serta imbalan yang ditawarkan.

Bagan Proses Seleksi adalah

Gambar 2.1 Bagan Proses Seleksi

Keterangan :

1. Lamaran kerja, lamaran kerja yang lengkap memberikan informasi pertama mengenai pelamar kerja.

2. Wawancara awal, digunakan untuk melihat secara cepat apakah calon cocok untuk pekerjaan yang ditawarkan.

Lamaran Kerja

Wawancara Awal

Tes

Evaluasi Latar Belakang dan Tenaga Kerja

Wawancara Mendalam

Tes kesehatan atau Fisik


(49)

3. Tes, untuk melihat kemampuan atau keterampilan calon untuk belajar atau untuk mengerjakan tugas yang ditawarkan.

4. Evaluasi Latar Belakang, melihat kebenaran informasi yang diberiakan oleh pelamar kerja.

5. Wawancara mendalam, wawancara yang mendalam diperoelh untuk informasi yang lebih lanjut mengenai pelamar.

6. Tes kesehatan dan fisik, tes kesehatan yang biasanya dilakukan untuk tenaga kerja mempunyai penyakit atau cacat yang serius. 7. Penawaran kerja, jika pelamar sudah lulus semua tahap seleksi,

pelamar siap bergabung dalam organisasi.

2.1.2.4.3Pelatihan dan Pengembangan

Pelatihan (training) bertujuan untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu untuk kebutuhan sekarang, sedangkan penegmbangan bertujuan untuk menyiapkan pegawainya agar siap memengku jabatan tertentu dimasa yang akan datang.

Pelatian dan pengembangan adalah untuk meningkatkan efesiensi dan efektifitas kerja karyawan dalam mencapai sasaran kerja. Melaksanakan program pelatian dan pengembangan hendaknya lebih dahulu melakukan analisis mengenai kebutuhan, tujuan, sasaran, serta isi dan prinsip belajar agar hasil pelaksanaan program pelatian tidak sia-sia.


(50)

2.1.2.4.4Evaluasi Prestasi

Evaluasi yang dilakukan dengan adil diharapkan dapat meningkatkan produktivitas karyawan. Karyawan yang tidak berprestasi baik memperoleh umpan balik dan diharapkan akan mengkatkan prestasinya. Tetapi kadang-kadang cara evaluasi tidak memperbaiki situasi. Karyawan yang ditegur atau dinilai tidak baik akan merasa tersinggung atau frustasi, dalam hal ini akan memperburuk prestasinya. Dengan demikian manajer harus berhati-hati dalam menjelaskan evaluasinya terhadap karyawan.

Evaaluasi prestasi mempunyai babrapa fungsi :

a. Evaluasi prestasi dapat dipakai untuk menilai pelatihan atau evektivitas seleksi karyawan.

b. Evaluasi pretasi sering dipakai sebagai dasar penggajian, promosi, atau pelatihan, yang diperlukan.

c. Evaluasi prestasi dapat memberikan umpan balik (feedback) kepada karyawan.

2.1.2.5Strategi di Bidang Keuangan

Keungan adalah untuk menciptakan neraca, rugi laba, dan arus kas yang positif. Salah satu factor yang menyebabkan buruknya kinerja keuangan suatu usaha adalah kredit bermasalah dimana perusahaan dibebani dengan hutang yang semakin menumpuk dan beban bunga yang semakin besar namun disisi lain pendapatan belum mampu untuk menutupi kredit tersebut. (ukmpustaka.unpad.ac.id)


(51)

Menurut husein (2005 : 328-330) strategi dibidang keuangan merupakan bagian dari perusahaan yang fungsinya adalah mengorganisasikan perolehan dana, menggunakan dana, dan sekaligus mengendalikan dana tersebut dalam rangka memaksimalkan nilai perusahaan. Dana dapat diperoleh dari berbagai sumber, yaitu dari sumber informal dan eksternal. Selanjutnya, dana yang didapatkan tersebut dikendalikan melalui manajemen kas, yang tahapan selanjutnya dana tersebut akan diinvestasikan baik untuk investasi jangka panjang maupun jangka pendek untuk memperoleh laba.

2.1.2.5.1 Sistem Administrasi dan Pembukuan

Setiap perusahaan baik yang berskala besar, maupun kecil dalam melakukan kegiatan usahanya memerlukan beberapa catatan/pembukuan untuk menulis berbagai fenomena yang terjadi pada perusahaan tersebut, bentuk dan model catatannya bermacam-macam, tetapi pada prinsipnya catatan tersebut rapi, tertib, sistematik dan sederhana sehingga mudah diperiksa dan dikendalikan. Dalam proses pencatatan semua aktivitas perusahaan, perlu adanya pengelompokan kegiatan tersebut menurut jenis kegiatannya.

Pembukuan dalam perusahaan biasanya dikaitkan dengan catatan keuangan perusahaan, dan catatan yang baik merupakan landasan bagi pengelolaan keuangan. Data yang dicatat tergantung kepada jenis dan kegiatan usaha serta informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan, dimana


(52)

setiap proses pencatatan dimulai dengan daftar inventaris, buku harian, selanjutnya membuat laporan keuangan yang berbentuk Neraca dan Laporan Rugi Laba.

2.1.2.5.2 Analisis Keuangan Industri Kecil

Pengendalian keuangan industri kecil pada umumnya tidak memiliki pedoman secara terperinci, hal ini merupakan salah satu kelemahan pengelolaan keuangan industri kecil, sehingga industri kecil akan menghadapi berbagai kesulitan, misalnya mengenai proses pengajuan kredit kepada pihak perbankan, karena tidak didukung oleh sistem pembukuan yang tertib dan teratur.

Kunci utama dalam mengelola sistem keuangan industri kecil adalah pembukuan dan administrasi yang tertib dan terarah secara tepat, hal ini didukung pula oleh berbagai bukti yang jelas seperti kuitansi dan berbagai jenis faktur. Selain itu perusahaan kecil sebelum memutuskan untuk menggunakan dana dalam berbagai aktivitas perusahaan, perlu dibuatkan sebuah anggaran atau budget dalam jangka pendek, di dalamnya terdapat rencana pendapatan, pengeluaran dan berbagai bentuk, pembiayaan. Tahap akhir dari pengelolaan sistem keuangan yaitu penyusunan laporan keuangan dalam bentuk itu neraca dan laporan rugi laba. Dari laporan keuangan tersebut dapat dibuat analisis rasio yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam proses pengambilan keputusan.

http://massofa.wordpress.com/2008/02/02/manajemen-produksi-dan-industri-kecil/


(53)

2.2 Kerangaka Berpikir                          

Gambar 2.2 kerangka berfikir

  Yang dilatar belakangi dengan adanya kondisi ekonomi yang tidak pasti dan persaingan dalam dunia usaha, maka asalah satu cara atau alternative adalah dengan menciptakan sector Usaha Mikro Kecil Menengah. UMKM adalah sector yang sangat penting karena mampu bertahan pada saat kritis ekonomi, denagn adanya latar belakang seperti itu untuk menunjang tercapainya tujuan dibutuhkan adanya dukungan dari stakeholder, yaitu semua pihak yang terlibat dengan adanya terciptanya UMKM yang meliputi pemerintah, investor, konsumen, pelanggan, pesaing, dan semua pihak yang mendukung tercapainnya tujuan

Dukungan stakeholder

Kondisi Ekonomi

dan Persaingan Sektor UMKM

Tujuan organisasi 1. Pendapatan 2. Perkembangan 3. Kontinuitas Startegi bisnis 1. Keuangan 2. Produksi 3. SDM 4. Pemasaran


(54)

organisasi. Selain adanya dukungan dari stakeholder, agar dapt tercapainya tujuan yang diinginkan oleh UMKM , UMKM harus mempunyai startegi bisnis yang meliputi Keuangan, Pemasaran, Produksi, dan manajemen sumber daya manusia.

Yang dimaksud dengan Keuangan ini adalah modal awal yang akan digunakan untuk membuka usaha dan sistem pengelolahan usahanya dan pribadinya. Pemasaran disini adalah bagaimana pemasaran yang akan digunakan untuk mempromosikan barang yang diproduksi dan dapat memenuhi kebutuhan konsumen serta dapat diterima oleh konsumen dan harus memperhatikan dan mempertimbangkan bagaimana, kemana, kapan, dan untuk siapa produk ini dipasarkan.

Produksi, dalam hal ini barang yang diproduksi harus mempunyai keunikan atau mempunyai cirri khas tersendiri, pentingnya strategi dalam membuat variasi produk, selain itu juga memperhatikan kualitas dan manfaat produk tersebut.

Dengan adanya banyak sector UMKM terutama didaerah-daerah akan membantu mengembangkan potensi sumber daya manusia dari masyarakat sekitar, dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan pekerjaan.


(55)

Dengan dukungan dari stakeholder yang ditunjang oleh penerapan strategi bisnis yang baik, maka akan menghasilkan keuangan yang besar. Dengan kondisi yang seperti ini UMKM akan mampu mengembangkan usahannya dan usahanya akan terus bisa bertahan.

Dalam penelitian ini lebih difokuskan tentang strategi bisnis (Keuangan, Produksi, SDM, Pemasaran) yang dilakukan UKM untuk mencapai tujuannya.


(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pada penelitian ini penulis tidak menguji hubungan antara variabel sehingga tidak ada hubungan X dan Y. penulis ini difokuskan pada strategi bisnis Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Industry Tenun Ikat di Parengan Kecamatan Maduran - Lamongan. Sehingga peneliti akan menggunakan metode penelitian kualitatif.

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alami (natural setting), dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan). Analisis bersifat induktif, dan hasil penelitian lebih menekankan pada makna daripada generalisasi. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang nampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak melakukan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan kedalaman informasi sehingga sampai pada tingkat makna. Generalisasi pada penelitian kualitatif dinamakan transferability (keteralian), artinya hasil penelitian dapat digunakan ditempat lain, manakalah kondisi tempat tersebut memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan tempat penelitian (Sugiono, 2005 : 1-3).


(57)

Pendekatan kualitatif dipilih dengan pertimbangan lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda, menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dengan informan, lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi, meskipun mempunyai bahasa biasa peneliti. Metode kualitatif yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research) dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif. Ide pentingnya adalah bahwa peneliti berangkat ke “lapangan” untuk mengadakan pengamatan tentang sesuatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah atau ‘in situ’. Dalam hal demikian maka pendekatan ini terkait erat dengan pengamatan-berperan serta. Peneliti lapangan biasanya membuat catatan lapangan secara ekstensif yang kemudian dibuatkan kodenya dan dianalisis dalam berbagai cara. (Moleong, 2006 : 26).

Pengumpulan data dengan teknik triangulasi adalah pengumpulan data yang menggunakan berbagai sumber dan berbagai teknik pengumpulan data secara simultan, sehingga dapat diperoleh data yang pasti. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian dilapangan. Oleh karena itu analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dan kemudian dapat dikontruksikan menjadi hipotesis atau teori. Jadi dalam penelitian kualitatif melakukan analisis data untuk membangun hipotesis, sedangkan penelitian kuantitatif melakukan analisis data dengan


(58)

menguji hipotesis. Criteria data dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti yaitu data yang sebenarnya menjadi sebagaimana adanya, bukan data yang sekedar yang terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna di balik yang terlihat dan terucap tersebut.

Karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan and Biklen dalam

Sugiyono ( 2005 : 9-10) adalah seperti berikut; 1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah , (sebagai lawanya adalah

aksperimen), langsung ke sumber data dan penelitian adalah intstrumen kunci.

2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar ,sehingga tidak menekankan pada angka.

3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses dari pada produk atau autcome.

4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif

5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati).

Penelitian kualitatif mempunyai karakteristik pokok yang lebih mementingkan makna dan konteks, dimana proses penelitiannya lebih bersifat siklus daripada linear. Dengan demikian pengumpulan data dan analisa berlangsung secara simultan, lebih mementingkan ke dalam dibanding keluasan penelitian, sementara peneliti sendiri merupakan instrument kunci. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang


(59)

menggunakan pengamatan berperan serta (participant observation) yang didefinisikan mengadakan pengamatan dan mendengarkan secara cermat sampai pada yang sekecil-kecilnya sekalipun dengan wawancara mendalam atau indept interview. (Bondan dalam Moleong, 2002:117).

3.2. Batasan Masalah Penelitian.

Dalam penelitian ini akan lebih ditekankan pada strategi bisnis Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam usahanya agar terus berkembang dan mampu bersaing dengan yang lainnya.

Dalam menentukan strategi bisnis ditentukan dengan 4 (empat) hal penting yaitu Produksi, Pemasaran, Keuangan, dan Sumber Daya Manusia. Karena empat hal ini dapat dijadikan patokan atau tolak ukur dalam pengembangan usahanya. Penetapan strategi bisnis itu berbeda-beda, hal ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk diteliti strategi apakah yang diterapkan oleh masing-masing usaha kecil itu cukup mampu untuk mengembangkan usahanya.

3.3. Lokasi Penelitian.

Kegiatan penelitian ini yang akan dilaksanakan di desa Parengan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan. Objek penelitian ini adalah UMKM yang merupakan pengrajin tenun ikat. Peneliti memilih lokasi di Parengan karena sudah berkembang sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) khususnya didaerah-daerah yang menunjukan bahwa masyarakat sudah mulai mengembangkan kemampuan dan keahliannya untuk berwirausaha.


(60)

3.4. Unit Analisis Penelitian.

Dalam penelitian kualitatif penelitian sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor konstektual. Jadi maksud sampling dalam hal ini adalah untuk menjaring sebanyak mungkin informan dari berbagai macam nara sumber dan bangunanya (construction) dengan tujuan bukanlah memusatkan diri pada adanya perbedaan-perbedaan yang nantinya dikembangkan kedalam generalisasi, maksud yang kedua dari sampling adalah menggali informasi yang akan menjadi dasar rancangan dan teori yang muncul. (Moleong,2002:117) oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan (purposive sampling). Didalam teknik purposive ini ditandai ciri-ciri antara lain :

1. Rancangan sampel yang muncul : sampel dalam penelitian kualitatif merupakan subjek penelitian yang dipilih untuk memperoleh informasi secara mendalam.

2. Pemilihan sampel secara berurutan : tujuan memperoleh variasi sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai apabila pemilihan satuan sanpel dilakukan jika satuan sebelumnya sudah dijaring dan dianalisis. Setiap satuan berikutnya dapat dipilih untuk memperluas informasi yang telah diperoleh terlebih dahulu sehingga dapat dipertentangkan atau disisi lain adanya kesenjangan informasi yang ditemui. Dari mana atau dari siapa ia memulai tidak menjadi persoalan, tetapi bila hal sudah berjalan, maka pemilihan berikutnya bergantung pada apa keperluan peneliti.


(61)

Unit analisis data dalam penelitian ini adalah informasi yang berupa narasi-narasi kualitatif yang dihasilkan dalam wawancara mendalam (in-depth interview) yang berkaitan dengan strategi bisnis Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Desa parengan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan. (Moleong, 2002:165-166).

Dalam unit analisis penelitian ini peneliti mengambil 3 usaha mikro kecil menengah dari 30 pengusaha tenun ikat sebagai sampling untuk dijadikan informan. Karena dianggap sesuai dengan kriteria yang sesuai dengan UMKM yaitu sudah mampu berkembang dalam hal pemasaran, produksi, sumber daya manusia, dan keuangan.

Kriteria UMKM yang dijadikan Informan Beberapa kriteria tersebut antara lain :

a. Eksistensi usaha, dilihat dari peningkatan laba dan perkembangan usaha. b. Karyawan lebih dari 10 orang, merupakan salah satu kriteria usaha kecil

dan menengah.

c. Sudah berdiri lebih dari 5 tahun.

d. Lokasi. Yang berlokasi di desa Parengan Kecamatan Maduran-Lamongan. Peneliti dalam hal ini meneliti tiga UMKM dalam bidang kerajinan yang sesuai dengan kriteria tersebut diatas,


(62)

Adapun UMKM yang diteliti antara lain :

a. UD. PARADILA : Produk Tenun Ikat Sarung dan Pakaian. b. UD. SUCI UTAMA : Produk kerajinan pada Tenun Ikat Sarung

dan pakaian

c. Pengusaha tenun ikat (Bapak Mukhlisin) : Produk kerajinan adalah Sarung

3.5. Subjek dan Informan Penelitian

Dalam penelitian ini subjeknya adalah Usaha Mikro kecil Menengah (UMKM) dalam bidang kerajinan yaitu tenun ikat di Parengan Kecamatan Maduran-Lamongan. Sedangkan untuk informan adalah orang-orang yang dianggap mengetahui, memahami permasalahan yang terjadi sesuai dengan substansi penelitian ini. Dalam mencari informan tidak dibatasi jumlanya karena penelitian kualitatif tidak membatasi jumlah informan yang akan dijadikan sebagai sumber informasi untuk menjawab permasalahan tersebut yaitu orang yang melakoni usaha tenun ikat.

Walaupun dalam pengambilan informan tidak membatasi jumlah informan peneliti akan menjaring sebanyak mungkin informasi yang berkaitan dengan tujuan penelitian dari berbagai sumber. Peneliti akan mencari variasi informasi sebanyak-banyaknya dari informasi dengan menggunakan teknik sampling in depth interview, sehingga dapat menghasilkan data-data dan tindakan, dan memungkinkan nara sumber untuk


(63)

mendefinisikan dirinya sendiri dan lingkungannya dengan menggunakan istilah-istilah mereka sendiri atau bahasa mereka sendiri.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang akan digunakan untuk menumpulkan sumber data adalah teknik pengumpulan data in depth interview (wawancara mendalam), participant observasi (observasi berperan serta), dan studi literature.

1. In depth interview. (Wawancara mendalam)

Tenik pengumpulan data dengan wawancara mendalam yang menghasilkan data berupa kata-kata tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Teknik ini dinilai paling sesuai, karena hal tersebut memungkinkan pihak yang diwawancarai untuk mendefinisikan dirinya sendiri dan lingkungannya, untuk menggunakan istilah-istilah mereka sendiri mengenai fenomena yang diteliti, tidak sekedar menjawab pertanyaan. Dengan teknik ini diharapkan informan dapat lebih terbuka dan berani dalam memberikan jawaban dan respon terhadap pertanyaan yang diajukan peneliti.

In depth interview juga memiliki kelebihan dan kelemahan, kelebihan utamanya kekayaan data yang diperoleh in depth interview mampu menghasilkan respon yang lebih akurat dalam penelitian yang membahan topik-topik sensitive. Hubungan yang dekat dengan informan dan peneliti mampermudah untuk menggali informasi tertentu yang


(64)

mungkin masih tabu dalam pendekatan lain (Wimmer dan Dominick 2000 : 122).

Sedangkan kelemahan in-depth interview biasanya dilakukan dengan sample yang kecil dan tidak acak. Karena interview biasanya dilakukan tanpa menggunakan standar-standar tertentu, masing-masing informan dapat memberikan berbagai versi jawaban dari sebuah pertanyaan. Bahkan, sangat mungkin bila seorang informan memberikan jawaban atas pertanyaan yang tidak ditanyakan pada informan lain. Kelemahan ini adalah adanya bias dari peneliti. Dalam beberapa interview mungkin saja sikap dan pendirian peneliti tanpa sengaja terkontaminasi, misalnya melalui perilaku non verbal atau tekanan suara. Hal ini dapat mempengaruhi validitas dari jawaban informan.

2. Participant observasi (observasi berperan serta)

Participant observasi (observasi berperan serta) adalah penelitian yang mengunakan pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang tidak menajukan pertanyaan-pertanyaan. Peneliti ikut terlibat dengan cara mencatat perilaku subjek (orang), objek (benda), atau kejadian yang sistematik tanpa adanya komunikasi atau pertanyaan dengan individu yang teliti (Krisyanto, 2006:109)

3. Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen biasanya berbentuk : tulisan (seperti biografi, peraturan, kebijakan), gambar ( seperti foto, sketsa), karya (seperti karya seninberupa gambar,


(65)

patung, film) studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

4. Study literature, teknik pengumpulan data dengan mencari data penunjang dengan mengelola buku-buku dan sumber lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian.

3.7. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data menggunakan focused synthesis yaitu metode yang menggunakan teori-teori dari literature yang relavan digunakan menjelaskan fenomena yang diamati. Kemudian peneliti menganalisis data atau informasi yang berupa narasi – narasi, penelitian kualitatif yang dihasilkan dalam wawancara mendalam (in depth interview) yang berkaitan dengan strategi bisnis Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pada industri tenun ikat di desa Parengn Kecamatan Maduran-Lamongan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis strategi bisnis dan usaha pengembangannya tetapi tidak mencari solusi dari masalah penelitian.

Setelah seluruh data diperoleh dan di observasi, maka peneliti akan menganalisis data secara deskriptif yang menggambarkan data berdasarkan strategi-strategi bisnis, yaitu strategi produksi, keuangan, sumber daya manusia, dan pemasaran. Selanjutnya peneliti akan mengatur, mengurutkan, mengelompokan, dan mengkategorikan data secara deskriptif dan analisisnya data secara induktif sehingga diperoleh gambaran, jawaban untuk


(66)

mengetahui bagaimana strategi bisnis yang dilakukan oleh industry tenun di Lamongan.

3.8. Penguji Keabsahan Data

Dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif menggunakan istilah yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas) (Sugiyono, 2005 : 120-121). Namun yang utama adalah uji kredibilitas data.

Uji kredibilitas (credibility) data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, menggunakan bahan referensi dan member chek. Uji kredibilitas data (validitas internal) dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan bahan referensi, adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara.

Dalam penelitian kualitatif validitas diartikan sebagai suatu tujuan, bukan sebagai hasil. Sehingga validitas disini merupakan kebenaran dan kejujuran sebuah deskripsi, kesimpulan, penjelasan tafsiran dari segala jenis laporan.


(67)

Validitas internal dalam penelitian kualitatif merujuk pada persoalan apakah temuan penelitian itu bersesuaian dengan realitas yang ada ?, apakah temuan itu memotret realitas yang sebenarnya ?, apakah peneliti benar-benar mengamati atau mengukur apa yang ia niati untuk mengamati atau mengukurnya ?. sedangkan validitas eksternal merujuk pada ide sejauh mana temuan-temuan penelitian dapat diterapkan pada situasi-situasi lain, yaitu digeneralisasi. Reliabilitas, yaitu sejauh mana temuan-temuan penelitian dapat direplikasi.


(68)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

Letak Kabupaten Lamongan berada antara antara 60 51’ 54’’ dan 70 23’ 6’’ garis lintang selatan dan antara 1120 4’ 4’’ dan 1120 33’ 12’’ garis bujur timur, dengan dengan batas-batas antara lain disebelah utara dengan perbatasan dengan laut Jawa, sebelah timur Kabupaten Gresik, sebelah selatan Kabupaten Mojokerto, dan Kabupaten Jombang, sebelah barat Kabupaten Bojonegoro dan Tuban.

Kecamatan Maduran adalah salah satu Kecamatan di Kabupaten Lamongan, yang terletak kurang lebih 31 km arah barat laut dari ibu kota Kabupaten Lamongan. Memiliki luas wilayah 10.981 Ha, yang sebagian besar berupa tanah Bonorowo terdiri tanah Tanah Pertanian 2.143 Ha. Tanah Tegalan 355 Ha, Tanah Pekarangan 282 Ha, Tanah Pemukiman 7.980 Ha, Tanah Rawa 12 Ha, Tanah Lain-lain 209 Ha, dengan batas-batas antara lain sebelah Utara dibatasi oleh Kecamatan Laren, sebelah Timur Kecamatan Karanggeneng, sebelah Kecamatan Sekaran, dan sebelah barat dibatasi oleh sungai Bengawan Solo/Kecamatan Laren.

Kecamatan Maduran terbebtuk karena adanya pemekaran wilayah di Kabupaten Lamongan, yang dulu bagian wilayannya termasuk dalam lingkup wilayah Kecamatan Sekaran. Kecamatan Maduran baru terbentuk pada tahun 1999, yang meliputi 17 desa yaitu desa Duriwetan, Taji, Brumbun, Klagengsrampat, Pangean, Gumantuk, Ngayung, Maduran,


(69)

Jangkungkusumo, Parengan, Pangkatrejo, Kanugrahan, Turi, Gedangan, dan Blumbang.

Di desa Parengan pada tahun 1984-1985 penduduknya berjumlah 2.420 jiwa dan tahun 1990 jumlah penduduknya tercatat sebanyak 2.496 jiwa dan pada tahun 2007 penduduk Parengan tercatat sebabyak 2.428 jiwa. Sebagian besar masyarakat Parengan bekerja pada sector industri, khususnya pada sector penenunan, pekerjaan dibidang pertenunan membutuhkan banyak pekerja untuk menciptakan kain yang bagus. Begitu banyaknya yang bekerja pada bidang penenunan sehingga menyebabkan Parengan dijadikan sebagai sentral industri tenun.

Keberadaan industri pertenunan di desa Parengan sudah ada sejak sebelum kemerdekaan Indonesia menyebabkan timbulnya tenaga kerja secara turun temurun mengenai bidang / keahlian tertentu yang menyebar ke desa-desa di sekitar Parengan. Dalam putaran usaha kerajinan tenun ikat ini seorang pengusaha-pengrajin biasanya mempunyai berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus buruh dengan spesialisasi yang berbeda-beda. Seperti halnya buruh / tukang ikat dari dahulu sampai sekarang keahlian mengikat diwarisi oleh masyarakat desa-desa sekitar Parengan seperti desa Bulu Tigo dan Pelang Lot. Sedangkan untuk modal kebanyakan dari modal sendiri atau meneruskan usaha atau dari turun temurun.

Meski belum setenar seperti daerah-daerah penghasil tenun lainnya di Tanah Air, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur juga memiliki sentra tenun ikat yang cukup potensial, tepatnya di Desa Parengan Kecamatan


(70)

Maduran. Di Desa yang terletak sekitar 15 km arah barat laut kota Lamongan ini terdapat sekitar 30 unit industri tenun ikat dengan tenaga kerja yang terserap mencapai 3.000 orang. Pada 2007 lalu sentra tenun ikat di Desa Parengan, Kecamatan Maduran Lamongan ini terpilih sebagai sentra industri kecil menengah (IKM) berprestasi Jawa Timur untuk kategori menyerap tenaga kerja terbanyak, karena mampu menyerap 2.700 perajin.

Tenun ikat dibuat perorangan secara terbatas sehingga coraknya sangat banyak dan beragam. Saat ini terdapat 32 motif yang sudah dipatenkan, antara lain Sengkang Jawa, Wajik Lancip, Gunung Garis, Tiban Ndaru, Saparela, Condro Tirto Putih, Tsunami, Cagung, Gunung Anakan, Sekar Mekar, Paradila Tiban Ndaru, Pager Lancip, Dadi Wajik, Buntut Urang, Dadi Gunung, Gunung Sembur, Kembang Setaman, Sekar Kedaton, Garuda Rinonce, dan Singo Mengkok Sunan Drajat.

4.2 Hasil dan Penyajian Data

Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 1 bulan di Desa Parengan Kecamatan Maduran-Lamongan. Sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya, subjek penelitian ini yang dijadikan informan tidak dapat dibatasi atau ditentukan, tetapi peneliti mengambil sekurangnya 3 usaha mikro kecil menengah. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menggambarkan strategi bisnis yang dilakukan oleh perajin tenun ikat di Desa Parengan Kecamatan Maduran-Lamongan. Data diperoleh dengan melakukan in depth interview (wawancara mendalam), yaitu orang-orang


(1)

3.

4.

Keuangan

Produksi

luar. Pasar regional seperti Surabaya, Bandung, Jakarta, Jogjakarta, sedangkan pasar luar seperti bali, Kalimantan, Mataran. Dalam menentukan keuntungan yang diperoleh sudah jelas karena walaupun perhitungan yang digunakan masih relative manual tetapi sudah terperinci.         Tidak hanya memproduksi sarung tetapi juga baju, tas, bedcover, gorden, dll

   

luar. Pasar regional seperti Lamongan, Surabaya, Jakarta, Gresik, sedangkan pasar luar seperti Sumatra dan Kalimantan.

Sama halnya dengan UD. Paradila, UD. Suci utama dalam menentukan keuntungan yang diperoleh sudah jelas karena walaupun perhitungan yang digunakan masih relative manual tetapi sudah terperinci. Tidak hanya memproduksi sarung tetapi juga baju, tas, bedcover, gorden, dll

hanya pasar regional yaitu Surabaya dan Gresik. Selain itu belum menggunakan merk sendiri.

Dalam pengolahan keuangan belum

terperinci oleh sebab itu dalam penentuan keuntungan yang diperoleh tidak pasti karena hanya dengan perkiraan saja.                   Hanya memproduksi sarung.

Tabel 4.4 Perbandingan Usaha telah berkembang dan masih dalam pengembangan


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN

1. Usaha tenun ikat yang dirintis sebelum kemerdekaan Indonesia sampai sekarang ini telah melibatkan 2.700 pekerja dan 30 pengusaha tenun ikat. Industri pertenunan dengan segala usahanya dapat menembus pasar luar. Kemampuan untuk menyerap hingga 2.700 pekerja, maka sentral tenun ikat yang ada di Parengan kecamatam Maduran- Lamongan memperoleh penghargaan pada tahun 2007 berupa Parengan di jadikan sebagai sentral Industri tenun ikat dan berprestasi di Jawa Timur mampu menyerap tenaga kerja terbanyak.

2. Tujuan mereka untuk mendirikan usaha adalah ingin membuka lapangan pekerjaan serta menumbuhkan pada remaja rasa cinta pada produk asli Parengan yaitu tenun ikat karena banyaknya remaja yang kurang memperhatikan tenun khas parengan.

3. Jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh pengusaha tenun ikat adalah 30 sampai 150 tenaga kerja yang semuanya berasal dari masyarakat sekitar dan desa – desa sekitar seperti maduran, pelangwot, pringgoboyo, dll tujuannya adalah membantu perekonomian masyarakat sekitar.

4. Sistem kerjanya adalah sistem borongan, upah yang diberikan adalah sesuai dengan hasil pekerjaan dan dalam satu hari upah yang diperoleh per orang mencapai Rp. 35.000,- sampai Rp. 75.000,-. Selain itu juga pegawai masih mendapatkan bonus atau tunjangan hari raya.


(3)

5. Pemasaran yang dilakukan oleh pengusaha tenun ikat adalah melalui agen dan juga showroom untuk memperkenalkan produk-produknya. Pemasaran pengusaha tenun ikat dilakukan juga dengan melalui promosi yaitu dengan memberi kartu nama, memasang papan iklan, mengikuti pameran yang dilakukan pemerintah, juga melalui internet. Sedangkan strategi harga yang dilakukan pengusaha tenun ikat adalah dengan memasang harga yang dapat dijangkau oleh menengah ke bawah. Selain itu juga harga yang ditawarkan sesaui dengan tingkat kerumitan dalam penenunan dan benang yang digunakan semakin bagus benang dan tingkat kerumitan maka harga yang ditawarkan akan semakin tinggi.

6. Pengolahan keuangan oleh pengusaha tenun ikat masih relative tradisional tetapi sudah mulai berkembang, dalam arti pemilik masih melakukan pencatatan secara manual. Tetapi sebagian dari pengusaha juga sudah mulai modern.

7. Strategi produki adalah dengan deferensiasi produk yaitu dalam hal motif dan juga bentuk. Pengusaha tidak hanya memproduksi sarung tetapi sekarang dikembangkan dengan baju, gorden, bedcover, dll. Untuk motif selalu berkembang tetapi tetap mempertahankan khas dari motif tenun ikat sendiri. Proses produksinya diproduksi secara terus-menerus dan berdasarkan pemesanan.

5.2 SARAN

1) Bagi pengusaha tenun ikat sebaiknya perlu melakukan pencatatan keuangan secara sistematis sehingga dapat diketahui komdisi keuangan.


(4)

2) Mempertahankan mutu dan kwalitas produk, mengembangkan motif dan produk agar konsumen tidak jenu dengan produk-produk yang sama. 3) Bagi pengusaha tenun ikat agar memberikan merk kepada produk yang

diproduksi karena pemberian merk merupakan identitas dari produk itu sendiri.

4) Guna menjaga kelangsungan hidup usaha, pemilik seharusnya lebih teliti dan merekrut karyawan yang berpengalaman di dalam bidang masing-masing.

5) Guna memperluas pasar, maka pihak pemilik seharusnya mulai mempertimbangkan metode promosi lain agar dapat menjaring pasar yang lebih kuas lagi, dalam arti melakukan event-event promosi/pameran yang diikuti mulai meningkatk kelevel yang lebih luas.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dari peneliti ini adalah peneliti hanya mengamati bagaimana strategi bisnis usaha tenun ikat di desa Parengan Kecamatan Maduran-Lamongan hanya dari tiga (3) yang dipandang peneliti mampu survive. Sehingga hasil yang diperoleh tidak dapat dijadikan acuan dalam mengembangkan bisnis sejenis di tempat lain. Namun demikian, peneliti yakin bahwa permasalahan yang dihadapi oleh pengrajin tenun ikat yang ada di desa Parengan relative sama, sehingga apa yang peneliti sajikan dalam penelitian ini dapat menjadi referensi bagi pengrajin tenun ikat lain, Khususnya di Parengan dalam mengembangkan usahanya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Moenir, H.A.S, 2001 Manajemen Pemasaran Modern, Edisi Pertama, Penerbit Liberty, Jakarta.

Moleong, J. Lexy, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Moleong, J. Lexy, 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sofjan assaury, Prof. DR.M.B.A, 2007, Manajemen Pemasaran, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Subanar, Harimurti, 2001, Manajemen Usaha Kecil Edisi Pertama, Yogyakarta : BPFE.

Sugiyono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta.

Suhardjono, 2003, Manajemen Perkreditan Usaha Kecil dan Menengah, Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

Suryana, 2001, Kewirausahaan, Jakarta : Salemba Empat.

Umar, Husein, Strategic Manajemen In Action, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Non buku :

(/http.//Kabupaten Lamongan - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.mht). Diakses pada : 1 maret 2011, Pukul 20-00 WIB

(http://tips-belajar-internet.blogspot.com/2009/08/pengertian-persediaan-bahan-baku.html). Diakses pada : 1 maret 2011, Pukul 20-00 WIB

(http://yprawira.wordpress.com/pengertian-dan-proses-produksi/) Diakses pada : 1 maret 2011, Pukul 20-00 WIB


(6)

(G:\http\Manajemen Produksi dan Industri Kecil « CARI ILMU ONLINE BORNEO.htm). Diakses pada : 1 maret 2011, Pukul 20-00 WIB

(http://www.slideshare.net/guestc5111e/manajemen-produksi). Diakses pada : 1 maret 2011, Pukul 20-00 WIB

(http://massofa.wordpress.com/manajemen-produksi-dan-industri-kecil/). Diakses pada : 1 maret 2011, Pukul 20-00 WIB

(http://perencanakeuangan123.com//pentingnya-mengenal-laporan-keuangan-pribadi-keluarga-anda-dalam-perencanaan-keuangan/). Diakses pada : 1 maret 2011, Pukul 20-00 WIB