PEMBAHASAN Coli In Drinking Water Bacteriological By Genesis Diarrhea In Consumer Drinking Water Refill
92 diare dan tata cara pencegahannya. Selain itu, perlunya peningkatan
promosi dan edukasi mengenai penyakit diare dengan penyediaan leaflet, poster, ataupun standing banner yang mudah diakses oleh konsumen air
minum isi ulang.
6.4.Hubungan Kebiasaan Memasak Air dengan Kejadian Diare pada Konsumen Air Minum Isi Ulang yang Berkunjung ke Puskesmas
Ciputat
Air merupakan salah satu bahan yang digunakan untuk kebutuhan hidup manusia namun juga menjadi media penurunan penyakit perut yang
penting. Jenis bakteri yang sering digunakan sebagai indikator air bersih adalah kandungan E.coli dalam air. Dengan demikian untuk melindungi
dari kesakitan penyakit perut, air yang diminum harus air yang telah dimasak Musran, 2008.
Pada penelitian ini menunjukan sebagian besar 85,3 konsumen air minum isi ulang yang terkena diare tidak melakukan kebiasaan
memasak air. Hasil uji statistik mengatakan bahwa ada hubungan antara memasak air dengan kejadian diare.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Sandra 2007, yang mengatakan kebiasaan konsumen dalam mengonsumsi air minum isi
ulang yang memasaknya terdahulu sebanyak 36,3 sedangkan yang tidak memasaknya terdahulu sebanyak 63,7 sehingga didapatkan hasil bahwa
ada hubungan kebiasaan konsumen memasak terlebih dahulu air yang
93 dikonsumsi dengan penyakit diare pada konsumen air minum isi ulang p-
value: 0,031. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Musran 2008,
mengatakan bahwa ada hubungan antara pengolahan air minum dengan kejadian diare di Kecamatan Celala Kabupaten Aceh Tengah tahun 2008
p=0,000. Konsumen air minum isi ulang yang terkena diare menganggap
bawha air minum isi ulang merupakan air yang sudah bersih dan terjamin kualitasnya, namun dengan tidak adanya jaminan dan pengawasannya
terhadap kualitas air minum dari Depot Air Minum Ulang DAMIU sangat memungkinkan air minum yang dikonsumsi masih mengandung
bakteri dan kuman penyakit. Menurut Titik Wahyudjati selaku Kepala Instalasi RSU Dr.
Soetomo menyatakan bahwa mengkonsumsi air minum isi ulang yang berumur lebih dari 24 jam harus dimasak terlebih dahulu, hal tersebut
merupakan salah satu upaya kewaspadaan terhadap penyakit yang kemungkinan timbul akibat air yang tidak sehat Sandra, 2007.
Memasak air sebelum dikonsumsi merupakan suatu hal yang sangat penting. Sebaiknya air dimasak sampai mendidih dengan suhu
100 C. Hal ini untuk memastikan kuman penyakit yang terdapat didalam
air sudah mati Musran, 2008. Sementara jika dilihat dari hasil penelitian mayoritas konsumen air minum isi ulang yang mengalami diare adalah
konsumen yang tidak memasak air sebelum dikonsumsi.
94
6.5.Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan Pakai Sabun dengan Kejadian Diare pada Konsumen Air Minum Isi Ulang yang
Berkunjung ke Puskesmas Ciputat
Cuci tangan adalah langkah awal untuk mencegah terjadinya penyakit, seperti diare, tifus, dan cacing yang dapat dicegah dengan satu
kebiasaan sederhana yaitu cuci tangan pakai sabun pada lima waktu penting yaitu sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak,
setelah menceboki bayianak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak, sebelum makan dan setelah memegang hewan
Utami, 2010. Cuci tangan pakai sabun merupakan salah satu upaya atau tindakan
sederhana untuk mencegah terjadinya penyakit diare. Kandungan di dalam sabun dapat membunuh bakteri karena di dalam sabun terdapat kandungan
surfaktan yang dapat membuang atau membunuh mikroorganisme secara
mekanis melalui pencucian Utami, 2008.
Pada penelitian ini menunjukan sebagian besar 93,8 konsumen air minum isi ulang yang tidak terkena diare melakukan kebiasaan
mencuci tangan pakai sabun. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,000 dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
kebiasaan mencuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Sukanda
2008 bahwa proporsi ibu tidak mencuci tangan pada kelompok kasus diare pada anak dibawah dua tahun lebih besar jika dibandingkan dengan
kelompok yang tidak diare, yaitu pada kelompok diare 70,79 dan pada
95 kelompok tidak diare 34,16. Masih menurut Sukanda 2008
menunjukkan bahwa pada anak dibawah kurang dari dua tahun dari ibu yang tidak mencuci tangan pakai sabun sebelum memberikan
makananminuman kepada anaknya mempunyai OR terserang diare sebesar 4,67 jika dibandingkan dengan anak dari kelompok ibu yang
mencuci tangan pakai sabun sebelum memberi makan kepada anaknya. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Zakianis 2003, yang
mengatakan bahwa perilaku cuci tangan yang buruk dapat menyebabkan terjadinya diare 1,6 kali dibanding dengan perilaku cuci tangan yang baik.
Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun merupakan salah satu bagian dari hygiene perorangan yang baik dapat mencegah terjadinya
insiden diare. Penurunan 14-48 angka kesakitan diare dapat diharapkan sebagai hasil pendidikan tentang kebersihan dan perbaikan kebiasaan
Sutoto, 1990. Oleh karena itu, kebiasaan mencuci tangan pakai sabun merupakan variabel penting yang harus diberikan kepada masyarakat
untuk mencegah penyakit diare. Kebiasaan cuci tangan menjadi perilaku yang penting dalam
penularan penyakit, khususnya penyakit yang ditularkan melalui mulut, seperti diare. Rendahnya perilaku cuci tangan pakai sabun dapat
menyebabkan timbulnya masalah kesehatan masyarakat. Upaya memberikan informasi melalui penyuluhan tentang cuci tangan pakai
sabun pada lima waktu penting merupakan bagian yang sangat penting. Dengan memberikan penyuluhan yang intensif dan terencana dengan baik
96 dan benar diharapkan masyarakat akan sadar dan mengerti tentang
perilaku hidup bersih dan sehat Utami, 2010.
6.6.Hubungan Keberadaan Bakteriologis E.Coli dalam Air Minum
dengan Kejadian Diare pada Konsumen Air Minum Isi Ulang yang Berkunjung ke Puskesmas Ciputat
Air minum adalah air yang mengalami proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum. Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan kesehatan baik fisik, kimia, bakteriologis dan radioaktif yang
dimuat dalam parameter wajib dan parameter tambahan Permenkes no 492, 2010.
Untuk pengambilan sampel air minum isi ulang pada konsumen air minum isi ulang yang berkunjung ke puskesmas ciputat dilakukan oleh
responden sendiri. Responden diberikan edukasi mengenai tata cara pengambilan sampel secara aseptis. Namun, sebaiknya pengambilan
sampel air dilakukan oleh peneliti agar sampel yang di inginkan lebih repersentatif.
Pada penelitian ini menunjukan sebagian besar 93,8 konsumen air minum isi ulang yang tidak terkena diare mengonsumsi air yang
memenuhi syarat. Hasil uji statistik dapat membuktikan bahwa ada hubungan antara keberadaan E.coli dalam air minum dengan kejadian
diare p=0,009.
97 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Suhardiman 2007,
didapatkan bahwa proporsi air minum yang positif E.coli sebesar 77,4. Hasil uji statistik disimpulkan ada hubungan antara E.coli dalam air
minum dengan kejadian diare pada balita p=0,001. Kejadian diare berisiko 2,9 kali terjadi pada balita yang air minumnya positif E.coli
dibandingkan dengan balita yang air minumnya negatif E.coli. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Thomasia 2012
yang menyatakan ada hubungan antara E.coli pada air minum isi ulang dengan kejadian diare pada balita p=0,02.
E.coli dapat menyebabkan masalah kesehatan pada manusia, seperti diare, muntaber dan masalah pencernaan lainnya. Adanya E.coli di
dalam makananminuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enterpatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi
kesehatan. . Sebagai agen penyebab diare, bakteri E.coli memproduksi
verotoksin yang dapat melakukan perjalanan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah, dari usus besar hingga ke organ ginjal. Jika toksin sudah
sampai ke organ ginjal, kondisi penderita dapat bertambah fatal. Sel endotel pada glomerulus ginjal memiliki reseptor khusus yang mampu
berikatan dengan toksin dari bakteri ini. Kerusakan pada pembuluh darah akan terjadi akibat adanya ikatan antara toksin dan reseptor yang
dinamakan Globotrialosyl ceramide ini. Akibatnya timbul gejala anemia
98 bahkan bisa menyebabkan disfungsi ginjal Priti M, 2006 dalam
Suhardiman, 2007. Selain itu menurut Kumar et all 2012, terjadinya diare disebabkan
oleh beberapa
faktor. Salah
satunya adalah
terinfeksinya makananminuman yang dikonsumsi manusia kemudian masuk kedalam
saluran pencernaan. Masuknya E.coli hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang
biak kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut menimbulkan diare.
Menurut Notoadmodjo 2003, salah satu syarat air minum yang sehat ialah yang memenuhi syarat bakteriologis, dimana air untuk
keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri patogen. cara untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi
oleh bakteri patogen adalah dengan memeriksa sampel air tersebut. Dan bila dari pemeriksaan 100cc air terdapat empat bakteri E.coli maka air
tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI 2010, syarat air minum
adalah syarat fisik, bakteriologis dan kimia. Syarat bakteriologis E.coli dalam air minum yaitu 0 CFU100 ml.
Air minum isi ulang yang tercemar oleh bakteriologis E.coli dalam jumlah yang telah melampui baku mutu merupakan faktor risiko terjadinya
penyakit diare bagi yang mengkonsumsinya Kemenkes RI, 2010.
99 Keberadaan E.coli dalam air minum menunjukkan bahwa air
minum pernah terkontaminasi feses manusia dapat mengandung patogen usus. Sifat E.coli adalah tidak tahan pada pemanasan dan akan mati pada
suhu 100
o
c, sehingga salah satu cara paling mudah menghilangkan E.coli dalam air minum adalah dengan memasak air hingga mendidih
Rahayu,2006.
100