Uji Normalitas Kelas XI IPS 2 Pembahasan

Berdasarkan uji normalitas diatas menunjukkan bahwa signifikansi 0,049, sehingga 0,05 maka data tidak memiliki distribusi normal.

b. Uji Normalitas Kelas XI IPS 2

Hasil uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov pada kelas XI IPS 2 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.27 Hasil Uji Normalitas di Kelas XI IPS 2 pada Pertemuan ke-1 Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic Df Sig. KelasXIIPS2KD1 .184 40 .002 .935 40 .023 Berdasarkan uji normalitas diatas menunjukkan bahwa signifikansi 0,002, sehingga 0,05 maka dapat disimpulkan data tidak memiliki distribusi normal. Tabel 4.28 Hasil Uji Normalitas di Kelas XI IPS 2 pada Pertemuan ke-2 Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. KelasXIIPS2KD2 .139 40 .049 .929 40 .015 Berdasarkan uji normalitas diatas menunjukkan bahwa signifikansi 0,049, sehingga 0,05 maka dapat disimpulkan data tidak memiliki distribusi normal. Tabel 4.29 Hasil Uji Normalitas di Kelas XI IPS 2 pada Pertemuan ke-3 Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. KelasXIIPS2KD3 .243 40 .000 .811 40 .000 Berdasarkan uji normalitas diatas menunjukkan bahwa signifikansi 0,000003, sehingga 0,05 maka dapat disimpulkan data tidak memiliki distribusi normal.

c. Uji Normalitas Kelas XI IPS 3

Hasil uji normalitas dengan uji kolmogorov-Smirnov pada kelas eksperimen III dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.30 Hasil Uji Normalitas di Kelas XI IPS 3 pada Pertemuan ke-1 Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. KelasXIIPS3KD1 .096 40 .000 .972 40 .415 Dari hasil uji normalitas menunjukkan signifikansi 0,000004 sehingga 0,05 maka dapat disimpulkan data tidak memiliki distribusi normal. Tabel 4.31 Hasil Uji Normalitas di Kelas XI IPS 3 pada Eksperimen ke-2 Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. KelasXIIPS3KD2 .152 40 .021 .947 40 .060 Berdasarkan uji normalitas diatas menunjukkan bahwa signifikansi 0,02, sehingga 0,05 maka dapat disimpulkan data tidak memiliki distribusi normal. Tabel 4.32 Hasil Uji Normalitas Kelas XI IPS 3 pada Pertemuan ke-3 Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic Df Sig. KelasXIIPS3KD3 .097 40 .200 .963 40 .206 Dari hasil uji normalitas menunjukkan signifikansi 0,200 sehingga 0,05 maka dapat disimpulkan data memiliki distribusi normal. Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan, maka dapat disimpulkan dengan tabel berikut ini : Tabel 4.33 Data Hasil Normalitas Kelas XI IPS 1, 2 dan 3 No Kelas Nilai Keterangan 1 Eksperimen I P 1 0,008 0,05 Tidak Normal 2 Eksperimen I P 2 0,009 0,05 Tidak Normal 3 Eksperimen I P 3 0,049 0,05 Tidak Normal 4 Eksperimen 2 P 1 0,002 0,05 Tidak Normal 5 Eksperimen 2 P 2 0,049 0,05 Tidak Normal 6 Eksperimen 2 P 3 0,000003 0,05 Tidak Normal 7 Eksperimen 3 P 1 0,000004 0,05 Tidak Normal 8 Eksperimen 3 P 2 0,021 0,05 Tidak Normal 9 Eksperimen 3 P 3 0,200 0,05 Normal

4.1.10.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memeriksa apakah skor-skor yang diperoleh dalam penelitian mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Kriteria pengujiannya adalah jika level signifikansi 0,05 maka data tersebut homogen. Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan, bahwa data dari kelas XI IPS 1, 2, dan 3 post test yang dilakukan didapat bahwa data berdistribusi tidak normal menggunakan uji non parametrik dan uji homogenitas tidak dilakukan.

4.1.11 Hasil Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis ditolak atau diterima. Uji ini dilakukan untuk pengujian hipotesis penelitian yang telah dipaparkan bab sebelumnya. Apabila data memenuhi kriteria uji prasyarat yang telah dipaparkan sebelumnya maka dilanjutkan dengan uji perbedaan rata-rata parametrik yaitu uji t, sedangkan apabila data tidak memenuhi uji prasyarat maka selanjutnya dilakukan uji perbedaan nonparametrik yaitu uji U Mann Whitney. Dalam penelitian ini terdapat sembilan hipotesis, yaitu:

1. Uji Hipotesis Pertama

Hipotesis yang pertama yaitu terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dengan kelas XI IPS 2 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table. Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 4.37 berikut : Tabel 4.34 Hasil Uji Hipotesis Pertama Hipotesis1 Mann-Whitney U 634.500 Wilcoxon W 1454.500 Z -1.596 Asymp. Sig. 2-tailed .002 Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa signifikansi 0,002 0,05. Dengan demikian H ditolak, artinya terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dengan kelas XI IPS 2 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table.

2. Uji Hipotesis Kedua

Hipotesis kedua yaitu terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 2 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table dengan kelas kontrol XI IPS 3 yang menggunakan metode ceramah. Tabel 4.35 Hasil Uji Hipotesis Kedua Hipotesis2 Mann-Whitney U 499.000 Wilcoxon W 1319.000 Z -2.902 Asymp. Sig. 2-tailed .004 Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa signifikansi 0,004 0,05. Dengan demikian H ditolak, artinya terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 2 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table dengan kelas kontrol XI IPS 3 yang menggunakan metode ceramah.

3. Uji Hipotesis Ketiga

Hipotesis ketiga yaitu terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dengan kelas kontrol XI IPS 3 yang menggunakan metode ceramah. Tabel 4.36 Hasil Uji Hipotesis Ketiga Hipotesis3 Mann-Whitney U 515.500 Wilcoxon W 1335.500 Z -2.747 Asymp. Sig. 2-tailed .006 Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa hasil signifikansi 0,006 0,05. Dengan demikian H ditolak, artinya terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dengan kelas kontrol XI IPS 3 yang menggunakan metode ceramah.

4. Uji Hipotesis Keempat

Hipotesis keempat yaitu terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table dengan kelas XI IPS 2 yang menggunakan metode ceramah. Tabel 4.37 Hasil Uji Hipotesis Keempat Hipotesis4 Mann-Whitney U 199.500 Wilcoxon W 1019.500 Z -5.789 Asymp. Sig. 2-tailed .000 Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa signifikansi 0,00001 0,05. Dengan demikian H ditolak, artinya terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table dengan kelas kontrol XI IPS 2 yang menggunakan metode ceramah.

5. Uji Hipotesis Kelima

Hipotesis kelima yaitu terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol XI IPS 2 yang menggunakan metode ceramah dengan kelas XI IPS 2 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share. Tabel 4.38 Hasil Uji Hipotesis Kelima Hipotesis5 Mann-Whitney U 453.000 Wilcoxon W 1273.000 Z -3.346 Asymp. Sig. 2-tailed .001 Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa signifikansi 0,001 0,05 Dengan demikian H ditolak, artinya terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol XI IPS 2 yang menggunakan metode ceramah dengan kelas XI IPS 3 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share.

6. Uji Hipotesis Keenam

Hipotesis keenam yaitu terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table dengan kelas XI IPS 3 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share. Tabel 4.39 Hasil Uji Hipotesis Keenam Hipotesis6 Mann-Whitney U 401.500 Wilcoxon W 1221.500 Z -3.842 Asymp. Sig. 2-tailed .000 Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa signifikansi 0,00012 0,05. Dengan demikian H ditolak, artinya terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table dengan kelas XI IPS 3 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share.

7. Uji Hipotesis Ketujuh

Hipotesis ketujuh yaitu terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol XI IPS 1 menggunakan metode ceramah dengan kelas XI IPS 2 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share. Tabel 4.40 Hasil Uji Hipotesis Ketujuh Hipotesis7 Mann-Whitney U 510.000 Wilcoxon W 1330.000 Z -2.800 Asymp. Sig. 2-tailed .005 Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa signifikansi 0,008 0,05. Dengan demikian H ditolak, artinya terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas control XI IPS 1 menggunakan metode ceramah dengan kelas XI IPS 2 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share.

8. Uji Hipotesis Kedelapan

Hipotesis kedelapan yaitu terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas XI IPS 2 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dengan kelas XI IPS 3 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table. Tabel 4.41 Hasil Uji Hipotesis Kedelapan Hipotesis8 Mann-Whitney U 235.000 Wilcoxon W 1055.000 Z -5.447 Asymp. Sig. 2-tailed .000 Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa signifikansi 0,000 0,05. Dengan demikian H ditolak, artinya terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas XI IPS 2 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dengan kelas XI IPS 3 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table.

9. Uji Hipotesis Kesembilan

Hipotesis kesembilan yaitu terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol XI IPS 1 yang menggunakan metode ceramah dengan kelas XI IPS 3 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table. Tabel 4.42 Hasil Uji Hipotesis Kesembilan Hipotesis9 Mann-Whitney U 408.000 Wilcoxon W 1228.000 Z -3.778 Asymp. Sig. 2-tailed .000 Dari tabel diatas dapat terlihat signifikansi 0,00002 0,05. Dengan demikian H ditolak, artinya terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas XI IPS 1 yang menggunakan metode ceramah dengan kelas XI IPS 3 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table.

4.2 Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sukabumi kelas XI IPS semester 1 pada tahun ajaran 20132014. Penelitian ini menggunakan tiga kelas yaitu kelas XI IPS 1, XI IPS 2 dan XI IPS 3. Ketiga kelas tersebut diberikan perlakuan yang berbeda dalam setiap pertemuan. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan round table serta dengan menggunakan metode ceramah sebagai variabel kontrol. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa kemampuan berpikir kritis siswa dapat meningkat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ellen Weber 1997 yang menyatakan bahwa dalam model pembelajaran teknik round table dilontarkan sebuah pertanyaaan kritis atau suatu masalah guna menciptakan aktivitas berpikir bagi siswa. Selain itu model pembelajaran kooperatif teknik round table mengharuskan setiap siswa untuk berpartisipasi aktif dan mendengarkan rekan- rekannya dalam diskusi kelompok. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Astri Srigustini 2012 bahwa pembelajaran kooperatif menggunakan teknik round table pada mata pelajaran ekonomi berpengaruh signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Kemudian penelitian yang sama juga dilakukan oleh Rayendri 2005, dalam penelitiannya Rayendri mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif teknik round table dapat menunjukkan pengaruh positif dalam proses pembelajaran serta dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran fisika. Adapun kelebihan dari model pembelajaran kooperatif teknik round table ialah para peserta boleh bergerak dan sekaligus dapat mengaktifkan dan mencairkan suasana. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung juga mampu melatih siswa mendengar arahan dengan teliti dan kemudian melaksanakan arahan tersebut dengan cepat dan tepat. Selain itu, sikap yang baik antar siswa dapat ditumbuhkan melalui aktifitas yang dilaksanakan. Latihan untuk siswa bekerja dalam satu kelompok merupakan salah satu ciri dalam pembelajaran koperatif. Siswa yang cerdas dapat membantu siswa yang lemah secara langsung atau tidak langsung. Kegiatan pembelajaran dengan teknik round table ini dapat memkelihatan mampu membuka membantu siswa untuk membuka wawasan yang lebih luas. Selain menggunakan teknik round table, kemampuan berpikir kritis siswa juga dapat meningkat menggunakan model pembelajaran teknik think pair share. Hal ini sesuai dengan pernyataan Trianto 2011: 59 yang menyatakan bahwa slah satu dari tujuan pembelajaran kooperatif teknik think pair share adalah membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Tri Murdiyanto 2011 bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif teknik think pair share berpengaruh signifikan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran fisika. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Candra Kristian 2013, dalam penelitiannya Candra mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Beberapa kelebihan model pembelajaran kooperatif menggunakan model pembelajaran teknik think pair share adalah meningkatkan daya pikir siswa. Selain itu dengan teknik ini memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Kemudian siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok serta memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh murid sehingga ide yang ada menyebar. Berdasarkan beberapa penelitian dan kelebihan model pembelajaran kooperatif teknik round table dan think pair share yang diungkapkan diatas, dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan round table dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Berbeda dengan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan round table, pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah kurang efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Karena pada saat pembelajaran berlangsung, sulit bagi yang kurang memiliki kemampuan menyimak dan mencata yang baik, kemudian kurang memberikan kesempatan pada siswa utnuk berpartisipasi secara total dalam proses pembelajaran. Selain itu peran guru lebih banyak sebagai sumber belajar dan proses pelajaran ada dalam otoritas guru. Dalam penelitian ini, kondisi ketiga kelas eksperimen setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan round table serta menggunakan metode ceramah diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran ekonomi standar kompetensi memahami kondisi ketenagakerjaan dan dampaknya terhadap pembagunan ekonomi. Antara siswa kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share, round table, maupun metode ceramah. Dari data yang telah dibahas sebelumnya pada pertemuan ke-1 dan ke-2 diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran teknik round table lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Sedangkan pada eksperimen ke-3 model pembelajaran kooperatif teknik think pair share lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperataif teknik think pair share dan round table dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini sejalan dengan hipotesis, dapat diketahui bahwa dengan adanya model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan round table terdapat perbedaan dengan variable control yang menggunakan metode ceramah. Meningkatnya kemampuan berpikir kritis siswa merupakan hasil dari perubahan strategi pembelajaran yang diterapkan dari model pembelajaran yang biasa disampaikan oleh guru kepada siswa. Terlepas dari apakah merupakan pengalaman yang pertama bagi siswa, sehingga motivasi belajar menjadi tinggi. Akan tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa pada materi ketenagakerjaan, pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi menggunakan teknik think pair share dan round table menunjukkan hasil yang baik. Model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan round table merupakan dua teknik pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik yang lebih efektif dalam kegiatan pembelajaran. Nissa Putri Rahayu,2013 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis penelitian dan pembahasan yang dikemukakan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dengan kelas XI IPS 2 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table. 2. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 2 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table dengan kelas kontrol XI IPS 3 yang menggunakan metode ceramah. 3. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dengan kelas kontrol XI IPS 3 yang menggunakan metode ceramah. 4. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table dengan kelas kontrol XI IPS 2 yang menggunakan metode ceramah. 5. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol XI IPS 2 yang menggunakan metode ceramah dengan kelas XI IPS 3 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share. 6. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table dengan kelas XI IPS 1 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share. 7. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol XI IPS 1 menggunakan metode ceramah dengan kelas XI IPS 2 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share.

Dokumen yang terkait

Pengaruh model cooperative learning teknik think-pair-share terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem peredaran darah : kuasi eksperimen di smp pgri 2 ciputat

0 11 202

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan teknik think pair squre

0 4 174

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

PENGARUH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS)

2 35 47

PENGARUH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS)

0 12 47

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

1 25 62

Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Thinks Pair Share Pada Siswa Kelas V Mi Manba’ul Falah Kabupaten Bogor

0 8 129

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VI DI SD MUHAMMADIYAH 12 MEDAN.

0 3 35

PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOMUNIKASI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG DIBERI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SQUARE DENGAN THINK-PAIR-SHARE.

0 2 24

PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN EKONOMI.

2 9 36