sterilisasi. Bahan pangan asam pH4.5 yang dipasteurisasi mempunyai daya awet beberapa bulan Fellow, 1992.
Secara  umum,  tujuan  pasteurisasi  adalah  untuk  memusnahkan  sel-sel vegetatif  mikroba  patogen,  pembentuk  toksik,  maupun  pembusuk.  Beberapa
mikroba  yang  dapat  dimusnahkan  dengan  perlakuan  pasteurisasi  diantaranya adalah:  bakteri  penyebab  penyakit  seperti  Mycobacterium  tuberculosis
penyebab penyakit TBC, Salmonella penyebab penyakit kolera dan tifus, serta Shigella  dysentriae
penyebab  penyakit  disentri.  Disamping  itu,  pasteurisasi juga  dapat  memusnahkan  bakteri-bakteri  pembusuk  yang  tidak  berspora
seperti  Pseudomonas,  Achromobacter,  Lactobacillus,  Proteus,  Micrococcus, Aerobacter
, serta kapang dan khamir Budijanto et al., 2002. Menurut  Budijanto  et  al.  2002,  peralatan  pasteurisasi  yang  paling
sederhana  hanya  berupa  bak  air  panas  yang  telah  ditentukan  suhunya,  lalu bahan pangan yang akan dipasteurisasi dicelupkan ke dalam air panas tersebut
selama  selang  waktu  yang  ditentukan  pula.  Pasteurisasi  adalah  perlakukan panas  pada  suhu  yang  lebih  rendah  daripada  suhu  sterilisasi,  dan  biasanya
disertai  dengan  cara  pengawetan  yang  lain,  misalnya  makanan  yang dipasteurisasi  kemudian  disimpan  dengan  cara  pendinginan  agar  lebih  tahan
lama.  Menurut  Fardiaz  1995,  keawetan  produk  yang  dipasteurisasi tergantung  dari  jenis  bahan,  oleh  karena  itu  biasanya  pasteurisasi
dikombinasikan dengan penyimpanan suhu rendah.
N.  PENYIMPANAN PADA SUHU DINGIN REFRIGERATION
Menurut  Syarief  et  al.  1989,  metode-metode  untuk  pengawetan pangan  adalah  pendinginan,  refrigerasi,  pembekuan,  pengawetan  kimia,  dan
pemanasan. Penggunaan suhu rendah dapat dilakukan untuk menghambat atau mencegah reaksi-reaksi kimia, reaksi enzimatis atau mikrobiologis.
Penggunaan  suhu  rendah  dapat  digolongkan  menjadi  tiga,  yaitu penyimpanan sejuk, pendinginan, dan penyimpanan beku. Penyimpanan sejuk
biasanya  dilakukan  pada  suhu  sedikit  di  bawah  suhu  kamar  dan  tidak  lebih rendah  dari  15°C.  Pendinginan  atau  refrigerasi  adalah  penyimpanan  produk
pangan  pada  suhu  0°C  sampai  10°C.  Pendinginan  yang  biasa  dilakukan
sehari-hari dalam lemari es pada umumnya mencapai suhu 5-8°C Winarno et al
., 1980. Pendinginan  dapat  memperlambat  atau  menghambat  pertumbuhan
mikroba  karena  mikroorganisme  mempunyai  suhu  maksimum  dan  minimum sebagai  batas  suhu  untuk  pertumbuhannya.  Pengaruh  suhu  terhadap
pertumbuhan  mikroorganisme  disebabkan  karena  suhu  mempengaruhi aktifitas  enzim  yang  mengkatalisis  reaksi-reaksi  biokimia  dalam  sel
mikroorganisme.  Di  bawah  suhu  optimum,  keaktifan  enzim  dalam  sel menurun  dengan  semakin  rendahnya  suhu,  akibatnya  pertumbuhan  sel  juga
terhambat.  Pada  suhu  pembekuan,  semua  keaktifan  metabolisme  terhenti. Enzim  juga  terhenti  karena  semua  sel  kekurangan  cairan  di  sekelilingnya,
yang  digunakan  untuk  menyerap  zat-zat  makanan  dan  mengeluarkan  sisa metabolisme,  sehingga  mengakibatkan  pertumbuhan  sel  terhenti  sama  sekali
Fardiaz, 1982. Walaupun  suhu  pendingin  dapat  menghambat  pertumbuhan  atau
aktifitas  mikroba,  atau  mungkin  membunuh  beberapa  bakteri,  tetapi pendinginan  maupun  pembekuan  tidak  dapat  digunakan  untuk  membunuh
semua bakteri mesofilik maupun termofilik. Jika bahan pangan yang disimpan dalam  suhu  rendah  dikeluarkan  dan  dibiarkan  pada  suhu  kamar,  maka
mikroba  dapat  dengan  cepat  tumbuh  kembali  dan  menyebabkan  kerusakan bahan makanan Winarno et al., 1980.
III. METODOLOGI PENELITIAN