Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Menurut Permendikbud No. 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan dijelaskan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut menjadi parameter utama untuk merumuskan Standar Nasional Pendidikan yang terdiri atas delapan standar, salah satunya adalah Standar Penilaian Pendidikan yang bertujuan untuk menjamin: a perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian; b pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya; dan c pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif. Namun, pada kenyataannya masih banyak sekolah yang belum memenuhi tujuan penilaian seperti standar yang telah ditetapkan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pasal 344, menjelaskan bahwa tugas Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas adalah melaksanakan perumusan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan serta fasilitas penerapan standar teknis di bidang Sekolah Menengah Atas dan kesetaraan Sekolah Menengah Atas. Selanjutnya, pasal 345 menegaskan bahwa dalam melaksanakan tugas tersebut Direktorat Pembinaan SMA menyelenggarakan fungsinya antara lain fasilitas dan pemberian bimbingan teknis penerapan norma, standar, prosedur, kriteria pembelajaran, sarana dan prasarana, kelembagaan, dan peserta didik Sekolah Menengah Atas dan kesetaraan Sekolah Menengah Atas. Memperhatikan kenyataan di sekolah, sebagai salah satu upaya untuk melaksanakan tugas dan fungsi yang diamanatkan dalam peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pembinaan SMA menyusun Model Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik SMA. Hal ini diharapkan dapat memfasilitasi pendidik dan satuan pendidikan untuk memenuhi standar penilaian serta mengantarkan peserta didik mencapai kompetensi yang telah ditetapkan, yaitu meliputi kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi, mengingat bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan benar. Pembelajaran tersebut akan lebih baik bila dipelajari sejak dini dan berkesinambungan. Salah satu usaha untuk meningkatkan keterampilan berbahasa Indonesia yang baik dan benar adalah melalui program pendidikan di sekolah. Pembinaan keterampilan berbahasa Indonesia di sekolah dilaksanakan melalui mata pelajaran bahasa Indonesia. Peningkatan keterampilan berbahasa Indonesia berkaitan dalam berbagai keperluan sesuai dengan situasi dan kondisi baik secara lisan maupun tulisan. Untuk itu, berbagai upaya pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia harus terus ditingkatkan sehingga hasil yang akan dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Mata pelajaran bahasa Indonesia adalah program untuk mengembangkan keterampilan berbahasa dan bersikap positif terhadap bahasa Indonesia. Keterampilan berbahasa Indonesia bagi peserta didik merupakan dasar untuk mengembangkan dirinya dalam menghadapi berbagai masalah sekarang maupun pada masa yang akan datang. Peserta didik yang terampil berbahasa Indonesia akan mudah melahirkan pikiran, gagasan, dan perasaan baik secara lisan maupun tulis kepada orang lain. Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas SMA Sekolah Menengah Kejuruan SMK dalam Kurikulum KTSP dibagi menjadi empat komponen keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan aspek yang terintegrasi dalam pembelajaran. Berdasarkan aktivitas penggunaannya, keterampilan membaca dan menyimak tergolong keterampilan yang bersifat reseptif, sedangkan keterampilan berbicara dan menulis termasuk keterampilan berbahasa yang bersifat produktif. Kurikulum 2013 yang mulai diterapkan oleh SMASMK termasuk mata pelajaran Bahasa Indonesia tidak lagi membahas empat komponen keterampilan yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Kompetensi inti merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik meliputi sikap religius, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan penerapan pengetahuan. Keterampilan mencakup menginterpretasi, memproduksi, menyunting, mengabstraksi, dan mengonversi. Hal baru inilah yang menjadi perbedaan antara Kurikulum KTSP dengan Kurikulum 2013. Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui pengamatan kinerja yang meminta peserta didik mendemonstrasikan kompetensi tertentu melalui praktik, proyek, atau portofolio. Instrumen penilaian keterampilan berupa daftar cek chcecklist atau skala penilaian rating scale disertai rubrik. Proyek adalah tugas yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu. Portofolio merupakan kumpulan karya seseorang dalam bidang tertentu. Penilaian kompetensi keterampilan dilakukan oleh pendidik melalui pengamatan terhadap perkembangan psikomotorik peserta didik. Mata pelajaran yang berkaitan dengan psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih berorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi-reaksi fisik dan keterampilan tangan. Dalam hal ini penilaian keterampilan juga dilibatkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia kurikulum 2013. Penilaian autentik melibatkan dua komponen yaitu tugas bagi para peserta didik dan sebuah kriteria penilaianrubrik digunakan untuk menilai penampilan berdasarkan tugas yang telah diberikan. Rubrik merupakan alat pemberi skor sebuah pekerjaan atau tugas. Fungsi penggunaan rubrik penilaian kinerja adalah sebagai acuan pengamatan dan kriteria pemberian nilaiskor kemampuan yang digunakan oleh peserta didik. Rubrik ini menjadi sorotan utama dalam skripsi yang akan disusun. Berdasarkan wawancara yang dilakukan di sekolah sasaran pengguna kurikulum 2013, kenyataan yang ditemukan adalah tidak semua guru mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki rubrik penialian keterampilan. Hal tersebut disebabkan kurangnya panduan yang akurat mengenai penilaian keterampilan sehingga guru hanya mampu menyusun penilaian sesuai kemampuan yang dimiliki. Rubrik penilaian yang dapat dikumpulkan memungkinkan perlu adanya tinjauan ulang. Hal ini berkaitan dengan kesesuaian rubrik penilaian keterampilan dan kebutuhan pembelajaran baik untuk peserta didik maupun guru. Kurikulum 2013 yang diterapkan di SMASMK termasuk pada mata pelajaran Bahasa Indonesia telah menarik perhatian semua pihak, khususnya praktisi pendidikan. Perubahan kurikulum tentunya juga mengubah proses dan hasil belajar peserta didik. Mengingat hal ini, maka peneliti yang akan disiapkan sebagai pendidik perlu mengetahui dan mengalami sendiri pengembangan soal aspek keterampilan mata pelajaran bahasa Indonesia Kurikulum 2013, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang proses belajar peserta didik dengan kurikulum 2013 pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas X SMASMK. Dengan demikian, dalam penelitian ini akan membahas ―Rekonstruksi Soal Penilaian Aspek Keterampilan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013‖ agar guru dalam menyusun soal penilaian aspek keterampilan sesuai dengan kaidah penulisan yang benar.

1.2 Batasan Istilah