67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dipaparkan hasil dan pembahasan mengenai kesulitan yang dihadapi guru dalam mengembangkan soal penilaian aspek keterampilan,
kualitas soal penilaian aspek keterampilan, dan rekonstruksi soal penilaian aspek keterampilan.
4.1 Kesulitan Guru Dalam Mengembangkan Soal Penilaian Aspek Keterampilan
Di bawah ini akan dipaparkan hasil penelitian mengenai kesulitan guru dalam mengembangakan soal penilaian apek keterampilan. Kesulitan guru dalam
mengembangkan soal penilaian aspek keterampilan ini didukung dengan kutipan hasil kegiatan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap narasumber. Kesulitan
yang dialami guru dalam mengembangkan soal penilaian apek keterampilan terbagi menjadi 2 macam, yaitu kesulitan dalam proses perencanaan penilaian
aspek keterampilan dan kesulitan dalam proses pelaksanaan penilaian aspek keterampilan.
4.1.1 Kesulitan Guru Dalam Proses Perencanaan Penilaian Aspek Keterampilan
Faktor pertama yang membuat guru kesulitan guru dalam mengembangkan soal penilaian aspek keterampilan adalah sulit memahami konsep penilaian dalam
kurikulum 2013. Penilaian dalam kurikulum 2013 mencakup aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan dan untuk menilai tiap aspek diperlukan berbagai
macam penilaian. Dalam mata pelajaran bahasa Indonesia yang berlaku pada kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 2006, keterampilan dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia adalah membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Kurikulum 2013 menjadikan menginterpretasi, memproduksi, menyunting,
mengabtraksi, dan mengoversi sebagai aspek keterampilan. Menilai tiap keterampilan tersebut juga menggunakan berbagai macam tes yang berbeda
karena tiap keterampilan merupakan tingkatan. Faktor kedua yang membuat guru kesulitan dalam mengembangkan soal penilaian
aspek keterampilan adalah contoh soal penilaian yang terbatas. Berdasarkan pengalaman guru selama mengikuti pelatihan implementasi Kurikulum 2013,
yang paling banyak diterima adalah cara mengkombinasikan kompetensi dasar dan mengembangkannya menjadi langkah pembelajaran. Adapun guru
menghasilkan soal yang digunakan untuk menilai pengetahuan peserta didik, dan soal untuk menilai keterampilan tidak sering dicontohkan selama kegiatan
pelatihan. Faktor ketiga yang membuat guru kesulitan dalam mengembangkan soal penilaian
aspek keterampilan yaitu, banyaknya jenis penilaian dan rubrik yang harus digunakan dalam penilaian. Setiap pembelajaran bahasa Indoneisa, peserta didik
dinilai dari segi sikap religius, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan, ditambah lagi ada penilaian diri dan penilaian kelompok. Setiap jenis penilaian
menggunakan rubrik penilaian agar dapat digunakan untuk menilai peserta didik.
Kesulitan yang dialami guru dalam mengembangkan soal penilaian aspek keterampilan didukung dengan bukti hasil pendokumentasian perangkat
pembelajaran. Untuk mengetahui guru mengalami kesullitan dalam merencanakan penilaian aspek keterampilan dapat dilihat dari hasil RPP yang digunakan guru
sebagai bagian dari kelengkapan mengajar. Dari hasil pendokumentasian RPP, dapat terlihat bahwa dalam mengembangkan KD dan Indikator, guru menjadikan
KD dan indikator dalam satu subbab dengan penomoran yang cukup membingungkan karena tidak sistematis. Dalam RPP tidak dilampirkan tugas
untuk menilai tes keterampilan peserta didik. Terdapat tugas untuk peserta didik mengenai tes pengetahuan, bukan tes penilaian aspek keterampilan.
Kegiatan guru dalam merencanakan penilaian pada aspek keterampilan meliputi penentuan tujuan penilaian, penentuan SK dan KD yang digunakan,
perumusan indikator, penentuan alat ukur dan pembuatan kisi-kisi, serta penggunaan instrumen. Guru mampu mengembangkan tes hal ini dapat terlihat
dengan kemampuan guru menentukan tujuan penilaian, menentukan SK dan KD, penentuan alat ukur dan instrumen yang digunakan. Adapun, guru sudah mampu
mengembangkan SK dan KD menjadi indikator, namun hasil yang terlihat adalah penyusunan rumusan KD dan indikator yang dijadikan dalam satu subbab. Sistem
penomoran pada subbab KD dan indikator tersebut tidak sistematis, sehingga sulit dipahami dan dibedakan antara KD dan Indikator. Dari hal terebut dapat
disimpulkan bahwa guru masih mengalami kesulitan dalam merumuskan SK dan KD menjadi Indikator.
Guru tidak mencantumkan kisi-kisi yang seharusnya menjadi bahan pengembangan pembuatan soal. Adapun instrumen yang dihasilkan masih belum
lengkap, guru tidak mencantumkan soal yang harus dikerjakan peserta didik. Melihat dari hasil pengembangan tes, dapat disimpulkan bahwa guru mengalami
kesulitan dalam mengembangkan soal. Selain hal tersebut, rubrik penskoran yang dihasilkan guru cenderung belum dapat menilai kompetensi peserta didik. Dari
rubrik yang dihasilkan, indikator dalam rubrik penilaian belum mencakup penilaian aspek keterampilan, masih terbatas pada menilai aspek pengetahuan.
Dari kekurangan-kekurangan tersebut dapat disimpulkan bahwa guru masih mengalami kesulitan dalam merencanakan penilaian aspek keterampilan yang
terlihat dari hasil pengembang perangkat pembelajaran ang masih belum sesuai dengan kriteria pengembangan tes.
4.1.2 Kesulitan Guru Dalam Proses Pelaksanaan Penilaian Aspek Keterampilan