menguasai konten yang menjadi isi layanan penguasaan konten yang diselenggarakan. Kedua, individu klien adalah subjek yang diberi layanan yang
menerima layanan. Kemudian ketiga adalah konten, yang merupakan isi layanan penguasaan konten, yaitu satu unit materi yang menjadi pokok bahasan atau materi
latihan yang dikembangkan oleh konselor dan diikuti oleh peserta layanan. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa komponen
pelaksanaan layanan penguasaan konten terdiri dari konselor, individu klien, dan konten. Ketiga komponen tersebut menjadi hal unsur yang penting dalam setiap
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.
2.3.5 Asas Layanan Penguasaan Konten
Asas dalam layanan penguasaan konten tidak jauh berbeda dengan asas-asas dalam layanan bimbingan dan konseling. Prayitno 2004: 6 menyebutkan bahwa
dalam layanan penguasaan konten terdapat beberapa asas, diantaranya asas kegiatan, asas kesukarelaan, dan asas keterbukaan. Dengan ketiga asas tersebut,
proses layanan akan berjalan lancar dengan keterlibatan penuh peserta layanan. Secara umum, layanan penguasaan konten bersifat terbuka. Dalam hal ini
berarti asas keterbukaan. Peserta layanan juga diharapkan aktif mengikuti dan menjalani semua kegiatan yang ada di dalam proses layanan, yang dilandasi asas
kesukarelaan dan asas keterbukaan, dalam hal ini berarti merupakan asas kegiatan. Secara khusus, layanan penguasaan konten bersifat rahasia. Dalam hal ini berarti
asas kerahasiaan, apabila klien dan kontennya menghendakinya.
2.3.6 Pendekatan Layanan Penguasaan Konten
Prayitno 2004: 4 menyatakan bahwa layanan penguasaan konten pada umumnya diselenggarakan secara langsung bersifat direktif dan tatap muka,
dengan format klasikal, kelompok atau individual. Penyelenggara layanan konselor secara aktif menyajikan bahan, memberikan contoh, merangsang,
mendorong, menggerakkan para peserta untuk berpartisipasi, aktif mengikuti materi dan kegiatan layanan.
Materi yang berupa strategi-strategi belajar dengan teknik mind mapping hendaknya menarik sehingga siswa mempunyai dorongan untuk mempraktekkan
dan mengembangkannya yang secara tidak langsung menuntut keterampilan dalam pemberian layanan maupun isi dan bentuk materi layanan. Prayitno 2004: 4
menegaskan bahwa dalam layanan penguasaan konten konselor menegakkan dua nilai proses pembelajaran, yaitu high touch dan high tech.
High-touch yakni berhubungan dengan sentuhan mengenai aspek afektif. seperti kewibawaan, kasih sayang dan kelembutan, keteladanan, dan pemberian
penguatan. Sedangkan high-tech yakni lebih berhubungan dengan teknologi alat yang digunakan untuk menjamin kualitas isi layanan penguasaan konten seperti
materi konten, metode, alat bantu, lingkungan dan evaluasi layanan.
2.3.7 Operasional Layanan Penguasaan Konten