PT SMR UTAMA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2013 Dan 2012
Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain PT SMR UTAMA Tbk AND SUBSIDIARIES
NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS For The Years Ended
December 31, 2013 And 2012 Expressed in Rupiah, unless otherwise stated
63
31. PERJANJIAN DAN IKATAN PENTING lanjutan
31. SIGNIFICANT AGREEMENTS AND
COMMITMENTS continued
g. Peraturan menteri No. 342009 lanjutan g.
Ministerial regulation No. 342009 continued
Setelah itu, pada tanggal 31 Agustus 2010, KESDM mengeluarkan Keputusan Menteri No.
1604 K30MEM2010 yang menetapkan persentase batas minimal DMO sebesar 24,75
untuk tahun 2011. Belum terdapat pengaturan DMO yang berlaku khusus untuk mangan.
Subsequently, on August 31, 2010, the KESDM issued Ministerial Decree No.1604
K30MEM2010 which sets a minimum DMO percentage of 24.75 for the year 2011. There
is no DMO regulation applied specifically for manganese.
h. Peraturan menteri No. 172010 h.
Ministerial regulation No. 172010
Pada bulan September 2010, KESDM mengeluarkan Peraturan Menteri No. 172010
yang mengatur bahwa penjualan mineral logam termasuk mangan harus dilakukan dengan
mengacu pada harga patokan yang ditetapkan oleh Pemerintah, yang akan diatur dalam
peraturan yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Mineral dan Batubara. Dalam Peraturan Menteri
tersebut, untuk kontrak spot dan berjangka yang ada dan telah ditandatangani sebelum peraturan
tersebut dikeluarkan wajib menyamakan ketentuannya dengan ketentuan dalam Peraturan
Menteri, dalam waktu enam bulan untuk kontrak spot dan 12 bulan untuk kontrak berjangka term.
In September 2010, the KESDM issued Ministerial Regulation No. 172010 on the
Procedure for the Setting of Benchmark Prices for Mineral and Coal Sales, which regulates
that the sale of minerals including manganese shall be conducted with reference to the
benchmark price as issued by the Government, which will be set by a regulation issued by the
Director General of Mineral, Coal and Geothermal. In the Ministerial Regulation,
existing spot and term contracts which have been signed prior to the date of the Ministerial
Regulation must conform their provisions with the provisions under the Ministerial Regulation
within six months for spot contracts and 12 months for term contracts.
Pengecualian diberikan untuk kontrak-kontrak yang harga jualnya telah dinegosiasi ulang
berdasarkan dan sesuai dengan instruksi dari Menteri atau Direktur Jenderal Mineral dan
Batubara. Those contracts where their sales prices have
been renegotiated under the instruction of the Minister or Director General of Mineral and
Coal are exempted.
i. Peraturan Pemerintah No. 782010
i. Government Regulation No. 782010
Pada tanggal 20 Desember 2010, Pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan implementasi
atas Undang-undang Mineral No. 42009, yaitu Peraturan Pemerintah No. 782010 yang
mengatur aktivitas reklamasi dan pasca tambang untuk pemegang IUP-Eksplorasi dan IUP-Operasi
Produksi. On December 20, 2010, the Government of
Indonesia released an implementing regulation to Mining Law No. 42009, i.e., Government
Regulation No. 782010 that deals with reclamations and post-mining activities for both
holders of IUP-Exploration and IUP-Production Operation.
Pemegang IUP-Eksplorasi, ketentuannya antara lain, harus memuat rencana eksplorasi di dalam
rencana kerja dan anggaran biaya ekplorasinya dan menyediakan jaminan reklamasi berupa
deposito berjangka yang ditempatkan pada bank Pemerintah.
An IUP-Exploration holder must, among other requirements, include a reclamation plan in its
exploration work plan and budget and provide a reclamation guarantee in the form of a time
deposit placed at a state-owned bank.
PT SMR UTAMA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2013 Dan 2012
Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain PT SMR UTAMA Tbk AND SUBSIDIARIES
NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS For The Years Ended
December 31, 2013 And 2012 Expressed in Rupiah, unless otherwise stated
64
31. PERJANJIAN DAN IKATAN PENTING lanjutan
31. SIGNIFICANT AGREEMENTS AND
COMMITMENTS continued
i. Peraturan Pemerintah No. 782010 lanjutan
i. Government
Regulation No. 782010 continued
Pemegang IUP-Operasi Produksi, ketentuannya, antara lain, harus menyiapkan 1 rencana
reklamasi lima tahunan; 2 rencana pasca tambang; 3 menyediakan jaminan reklamasi
yang dapat berupa rekening bersama atau deposito berjangka yang ditempatkan pada bank
pemerintah, bank garansi, atau cadangan akuntansi bila diijinkan dan 4 menyediakan
jaminan pasca tambang berupa deposito berjangka yang ditempatkan di bank Pemerintah.
An IUP-Production Operation holder must, among other requirements, prepare 1 a
5- years reclamation plan; 2 a post-mining plan; 3 provide a reclamation guarantee
which may be in the form of a joint account or time deposit placed in a state-owned bank, a
bank guarantee, or an accounting provision if eligible; and 4 provide a post-mine
guarantee in the form of a time deposits placed in state-owned banks.
Penempatan jaminan reklamasi dan jaminan pasca tambang tidak menghilangkan liabilitas
pemegang IUP dari ketentuan untuk melaksanakan aktivitas reklamasi dan pasca
tambang. The requirement to provide reclamation and
post-mine guarantees does not release the IUP holder from the requirement to perform
reclamation and post-mine activities.
j. Peraturan mengenai Peningkatan Nilai Tambah
Mineral j.
Regulations on Domestic Value-Add Minerals
Pada tanggal 6 Februari 2012, KESDM mengeluarkan Peraturan No. 07 Tahun 2012
mengenai Peningkatan Nilai Tambah Mineral melalui Pengolahan dan Pemurnian Mineral
PerMen No. 72012. Peraturan ini dikeluarkan untuk penerapan Pasal 96 dan 111 dari Peraturan
Pemerintah PP No. 23. On February 6, 2012, the KESDM issued
Regulation No. 07 Year 2012 on the Increment in Value Added Minerals through Mineral
Processing and Refining Activities “PerMen No. 72012”. This regulation was issued to
further implement Articles 96 and 111 of Goverment Regulation PP No. 23.
Berdasarkan PP No. 23 dan PerMen No. 72012, logam mineral tertentu, termasuk mangan,
dianggap sebagai komoditas pertambangan yang nilainya dapat meningkat melalui proses
pengolahan danatau kegiatan pemurnian. Dengan demikian, mangan harus diproses
danatau dimurnikan didalam negeri sesuai dengan batasan minimum yang ditetapkan dalam
PerMen No. 72012. Pursuant to PP No. 23 and PerMen
No. 72012, certain metal minerals, including manganese, are regarded as mining
commodities, the value of which can be increased through processing andor refining
activities. As such, manganese must be processed andor refined within the country in
accordance with the minimum threshold provided in PerMen No. 72012.
PerMen No. 72012 juga melarang perusahaan pertambangan untuk menjual bijih mineral keluar
negeri mulai tanggal 6 Mei 2012 dan mewajibkan pemegang IUP operasi produksi yang telah
berproduksi sebelum tanggal berlakunya PerMen No. 72012 untuk melakukan penyesuaian
rencana batasan minimum pengolahan dan pemurnian.
PerMen No. 72012 also regulates the prohibition for mining companies to export
mineral ores since May 6, 2012 and for holders of operation and production mining rights who
are already in production stage before the effective date of PerMen No. 72012 to
make adjustments regarding the minimum plan of processing and refinery.
Pemegang IUP yang telah melakukan produksi sebelum Peraturan ini diterbitkan diwajibkan
untuk: IUP holders that have been producing prior to
the issuance of the regulation must:
a. melakukan penyesuaian terhadap batasan minimum pengolahan danatau pemurnian
sesuai dengan batas yang ditentukan diatas dalam waktu 5 tahun setelah UU Minerba
2009 dikeluarkan; dan a. make adjustment to the processing andor
refining minimum threshold plan to be in accordance with the limit set out above
within 5 years of the issuance of the 2009 UU Minerba; and
PT SMR UTAMA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2013 Dan 2012
Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain PT SMR UTAMA Tbk AND SUBSIDIARIES
NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS For The Years Ended
December 31, 2013 And 2012 Expressed in Rupiah, unless otherwise stated
65
31. PERJANJIAN DAN IKATAN PENTING lanjutan
31. SIGNIFICANT AGREEMENTS AND
COMMITMENTS continued
j. Peraturan mengenai Peningkatan Nilai Tambah
Mineral lanjutan j.
Regulations on Domestic Value-Add Minerals continued
b. menyampaikan laporan berkala mengenai penyesuaian terhadap batasan minimum
pengolahan danatau pemurnian kepada Direktur Jenderal Mineral dan Batubara untuk
evaluasi. b. submit periodic reports on the
development of the adjustment to the processing andor refining minimum limit
plan to the Director General of Minerals and Coal for evaluation.
Dalam hal pemegang IUP tidak dapat membuat penyesuaian tersebut di atas atau tidak dapat
melakukan kerjasama dengan pihak lain, mereka harus berkonsultasi dengan Direktur Jenderal.
In the event that IUP holders cannot make the above-mentioned adjustment or cannot do so
through cooperation with other parties, they must consult with the Director General.
Pada tanggal 11 Mei 2012, KESDM menerbitkan Peraturan No. 11 Tahun 2012 ”PerMen
No. 112012” yang merupakan amandemen atas PerMen No. 72012.
On May 11, 2012, Regulation No. 11 Year 2012 “PerMen No.112012” was issued by the
KESDM to amend PerMen No. 72012.
PerMen No. 112012 ini menegaskan bahwa pemegang IUP dan IPR dapat melakukan ekspor
bijihbahan mentah setelah memperoleh rekomendasi dari KESDM, apabila telah
memenuhi seluruh persyaratan yang ditetapkan, dan akan dikenakan Bea Keluar berdasarkan
Harga Patokan Ekspor. Direktur Jenderal telah menerbitkan peraturan-peraturan tertentu terkait
dengan implementasi PerMen No. 112012 ini. Under this PerMen No.112012, IUP and IPR
holders may export oreraw materials after obtaining recommendation from the KESDM,
subject to certain requirements being fulfilled by the IUP and IPR holders, and will be
subjected to Export Duty based on Export Standard Prices. Certain Director General
regulations have been issued regarding the implementation of PerMen No. 112012.
Pemerintah Republik Indonesia juga telah menerbitkan peraturan-peraturan terkait Bea
Keluar, yaitu, antara lain, Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 29M-
DAGPER52012 tanggal 7 Mei 2012 tentang Ketentuan Ekspor Produk Pertambangan,
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 33M-DAGPER52012 tanggal
28 Mei 2012 tentang Tata Cara Penetapan Harga Patokan Ekspor atas Produk Pertambangan yang
Dikenakan Bea Keluar, Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 34M-
DAGPER52012 Tanggal 28 Mei 2012 tentang Penetapan Harga Patokan Ekspor atas Produk
Pertambangan yang Dikenakan Bea Keluar, Peraturan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara
No. 574.K30DJB2012 tanggal 11 Mei 2012 tentang Ketentuan Tata Cara dan Persyaratan
Rekomendasi Ekspor Produk Pertambangan dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
No.75PMK.0112012 tanggal 16 Mei 2012 tentang Penetapan Barang Ekspor Yang
Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar. The Government of the Republic of Indonesia
also has issued an Export Duty regulations package consisting of, among others, the
Minister of Trade of the Republic of Indonesia Regulation No. 29M-DAGPER52012 dated
May 7, 2012 on Mineral Export Regulation, the Minister of Trade of the Republic of Indonesia
Regulation No. 33M-DAGPER52012 dated May 28, 2012 on Procedures to Stipulate
Benchmark Prices of Mining Products which are Subject to Export Duty, the Minister of
Trade of the Republic of Indonesia Regulation No.
34M-DAGPER52012 dated May 28, 2012 on Stipulation of Benchmark
Prices of Mining Products which are Subject to Export Duty, Director General of Minerals and
Coal Regulation No. 574.K30DJB2012 dated May 11, 2012 on Procedures and
Requirements for Mining Product Export Recommendation, and Minister of Finance of
the Republic of Indonesia Regulation No. 75PMK.0112012 dated May 16, 2012 on
Stipulation of Export Products which are Subject to Export Duty and Tariff.
Manajemen berpendapat bahwa secara keseluruhan peraturan-peraturan ini berdampak
terhadap operasi SMR. Management believes that these regulations
affect SMR’s operations.
PT SMR UTAMA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2013 Dan 2012
Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain PT SMR UTAMA Tbk AND SUBSIDIARIES
NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS For The Years Ended
December 31, 2013 And 2012 Expressed in Rupiah, unless otherwise stated
66
31. PERJANJIAN DAN IKATAN PENTING lanjutan
31. SIGNIFICANT AGREEMENTS AND
COMMITMENTS continued
j. Peraturan mengenai Peningkatan Nilai Tambah
Mineral lanjutan j.
Regulations on Domestic Value-Add Minerals continued
PadPada tanggal 11 Januari 2014, Pemerintah Indonesia telah menyelesaikan revisi peraturan
pelarangan ekspor mineral mentah. Peraturan Pemerintah Nomor 12014 telah diterbitkan
sebagai perubahan kedua atas Peraturan Nomor 232010 tentang “Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batu Bara”. Peraturan Nomor 12014 menetapkan bahwa pemegang
Kontrak Pengerjaan dalam tahapan pemurnian dan Pemegang Izin Produksi Pertambangan
dalam tahapan produksi diperbolehkan untuk mengekspor mineral dalam jumlah tertentu, di
mana jumlah tersebut akan diatur dalam Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.
On January 11, 2014, the Indonesian Government had finalized the revision of
regulations banning export of raw minerals. Government Regulation No. 12014 has been
issued as second amendment of Regulation No. 232010 on “Implementation of Coal and
Mineral Mining Business”. Regulation No. 12014 stipulates that holders of Contract
of Works in refining phase and holders of Mining Production License in processing phase
are allowed to export mineral in certain amount, in which the amount will be stipulated
in Minister of Energy and Mineral Resources.
PerMen No. 12014 telah diterbitkan oleh KESDM sebagai perubahan ketiga dari PerMen No.
72012. Sehubungan dengan larangan ekspor yang
diberlakukan melalui
PerMen No. 72012, PerMen No 12014 mengenai
perpanjangan batas waktu ekspor mineral sampai dengan
2017. PerMen No. 12014 juga menetapkan jumlah minimum pengolahan dan
pemurnian mineral di dalam negeri. PerMen Regulation No. 12014 has been
issued by KESDM as third amendment of PerMen No.72012. Contrary to the export ban
enforced by PerMen No. 72012, PerMen No. 12014 extends the deadline of export of
mineral until 2017. PerMen No. 12014 also stipulates the minimum amount of domestic
mineral processing and refining.
Pada tanggal yang sama, Menteri Keuangan juga menerbitkan Peraturan
Menteri Keuangan No. 62014 yang menetapkan bea keluar progresif
atas ekspor mineral mentah. Bea keluar ekspor yang ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Keuangan adalah sebesar 25 untuk tembaga
dan 20 untuk jenis mineral mentah lainnya. Bea keluar ekspor akan semakin meningkat hingga
tarif tertinggi 60 pada semester kedua tahun 2016 untuk semua jenis mineral yang diatur oleh
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, dan larangan total ekspor mineral mentah pada
tahun 2017. At the same date, Minister of Finance also
issued MOF Regulation No. 62014 which stipulates the progressive raw mineral export
duties. The export duties stipulated in MOF regulation are 25 for copper and 20 for
other types of raw mineral. The export duties will be progressively increased up to the
highest tariff of 60 in second semester of 2016 for all types of mineral regulated by
Ministry of Energy and Mineral Resources, and total ban of raw mineral export in 2017.
Berdasarkan peraturan tersebut Pemegang kontrak karya dan Pemegang IUP-Operasi
Produksi wajib melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri,
Pemegang kontrak karya dan Pemegang IUP- Operasi Produksi ke luar negeri tersebut, yang
melakukan kegiatan penambangan mineral logam dan telah melakukan kegiatan pemurnian di
dalam negeri, dapat melakukan penjualan ke luar negeri dalam jumlah tertentu.
Under the regulation, the work contract holders and Production Operation-IUP are required to
process the results of mining and refining in the country, the work contract holders and
Production Operation-IUP to foreign countries, which metallic mineral mining operations and
had engaged in domestic refining, can make sales abroad in a certain amount.
Sebagai akibat peraturan-peraturan diatas, SMR tertunda melakukan kegiatan ekspor komoditas
bijih mangan selama kuartal kedua tahun 2012. As a result of the above regulations, SMR
postponed the manganese ore commodities export during the second quarter of 2012.
PT SMR UTAMA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2013 Dan 2012
Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain PT SMR UTAMA Tbk AND SUBSIDIARIES
NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS For The Years Ended
December 31, 2013 And 2012 Expressed in Rupiah, unless otherwise stated
67
31. PERJANJIAN DAN IKATAN PENTING lanjutan
31. SIGNIFICANT AGREEMENTS AND
COMMITMENTS continued
j. Peraturan mengenai Peningkatan Nilai Tambah
Mineral lanjutan j.
Regulations on Domestic Value-Add Minerals continued
Berdasarkan Surat Menteri Pedagangan Republik Indonesia No. 03.PE-05.12.0092 tanggal
24 Oktober 2012 dan No. 2335M- DAGSD122012 tanggal 28 Desember 2012,
SMR telah menerima persetujuan ekspor produk pertambangan komoditas bijih mangan sebesar
15.000 ton dengan batas waktu pengapalan sampai dengan tanggal 19 Februari 2013.
Based on Letter No. 03.PE-05.12.0092 dated October 24, 2012 and No. 2335MDAG
SD122012 dated December 28, 2012 of the Minister of Trade of the Republic of Indonesia,
SMR received export approval for manganese ore commodities amounting to 15,000 tonnes
with shipment date at the
latest on February 19, 2013.
Manajemen berpendapat bahwa produk SMR telah memenuhi ketentuan ekspor ini. Namun,
SMR masih terus mengevaluasi dampak dari peraturan ini terhadap kegiatan operasinya.
Management believes that SMR’s products have satisfied the export requirements.
However, SMR is currently assessing the impact of those regulations to its operations.
Untuk dapat mematuhi peraturan-peraturan tersebut diatas lihat Catatan 32d-j, Kelompok
Usaha terus memonitor perkembangan peraturan- peraturan tersebut dan menganalisa dampak dari
peraturan tersebut, jika ada, terhadap operasinya. In order to be in compliance with those
regulations above see Notes 32d-j, the Group is closely monitoring their progress and keeps
analyzing their impact, if any, on its operations.
32. KELANGSUNGAN USAHA
32. GOING CONCERN
Kelompok Usaha mengalami rugi sebesar Rp 45.508.236.240 dan Rp 65.660.812.565 masing-
masing untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012. Kelompok Usaha
memiliki arus kas negatif dari aktivitas operasi pada tahun 2013 dan 2012.
The Group suffered loss amounting to Rp 45,508,236,240 and Rp 65,660,812,565 for the
years ended December 31, 2013 and 2012, respectively. The Group had negative cash flows
from operating activities in 2013 and 2012.
Dalam mengatasi kondisi ini, Kelompok Usaha telah dan akan secara berkala melakukan langkah-langkah
berikut: In response to these conditions, the Group has
implemented and continues to implement the following actions:
• Menetapkan perencanaan kerja dan anggaran
yang terintegrasi dan komprehensif yang mencakup semua aspek kegiatan usaha
Kelompok Usaha dan melaksanakan pengendalian yang memadai atas realisasi
anggaran dan rencana kerja yang sudah ditetapkan;
•
Determine an integrated and comprehensive work plan and budget that cover all aspects of
the Group’s business activities and perform sufficient control over the budget realization and
the established work plan;
•
Berupaya untuk selalu meningkatkan dan mengoptimalkan kapasitas produksi;
•
Continuously seek ways to increase and optimize the production capacity;
• Meningkatkan efisiensi biaya produksi. Kelompok
Usaha dituntut untuk lebih efisien guna menekan biaya produksi dengan cara berupaya untuk
meningkatkan utilitas peralatan produksi dan membuat perencanaan tambang yang lebih baik
agar dapat menghasilkan hasil yang optimal. •
Improve the efficiency in production costs.The Group asserted to be more efficient in order to
reduce the production cost by working to enhance the function and production equipment
in order to produce optimal results.
PT SMR UTAMA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2013 Dan 2012
Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain PT SMR UTAMA Tbk AND SUBSIDIARIES
NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS For The Years Ended
December 31, 2013 And 2012 Expressed in Rupiah, unless otherwise stated
68
32. KELANGSUNGAN USAHA lanjutan
32. GOING CONCERN continued
• Kelompok Usaha akan meningkatkan utilitas
proses pencucian, proses pencucian yang ada akan meminimalkan hasil tambang yang terbuang
karena tercampur tanah dan meningkatkan kualitas hasil tambang guna mendapatkan harga
yang lebih baik. •
The Group will enhance the washing process in order to minimize the wastage due to mixed soil
and improve the mining results in order to get a better price.
• Memperluas pangsa pasar domestik.
•
Expand the domestic market share.
•
Dewan Komisaris mengusulkan kepada Direksi untuk melihat kesempatan terhadap adanya
kemungkinan peluang bisnis yang baru. •
Boards of Commisoners propose to Director for the opportunity of the new business possibility.
PT Alam Abadi Resources, sebagai entitas induk terakhir Perusahaan akan mendukung pendanaan dan
operasional yang dibutuhkan oleh Kelompok Usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya secara
berkesinambungan. PT Alam Abadi Resources, as the Company’s
ultimate parent, has committed to support the funding of the operational needs of the Group in
order to continue its business activities.
Sebagai tambahan, di dalam industri pertambangan sendiri, terdapat tantangan tambahan antara lain
sebagai berikut: In addition, in the mining sector, companies are
facing the following additional challenges:
- penyesuaian rencana usaha jangka panjang
Kelompok Usaha terhadap UU Minerba, di mana implementasinya dijelaskan lebih lanjut dalam
Peraturan Pemerintah. UU Minerba selain mempunyai dampak positif bagi Kelompok Usaha
namun juga dapat memiliki dampak negatif bagi kelangsungan bisnis Kelompok Usaha apabila
aturan yang dimuat dalam PP tidak dapat mengakomodasi kepentingan Kelompok Usaha;
- modification to the Group’s long-term business
plan regarding UU Minerba, the implementation of which is explained in Government
Regulations. UU Minerba not only has a positive impact to the Company and Subsidiaries but
also may have negative impact to the Group’s continuation of business operations if the
regulations stipulated in the PP will not be able to accommodate the Group’s best interests;
-
ketidakjelasan mengenai perubahan-perubahan terakhir atas peraturan Perpajakan dan dampak
dari Undang-undang Kehutanan;
-
lack of clarity regarding recent changes to Taxation and the impact of the Forestry Law;
- perselisihan dengan masyarakat dan pemerintah
setempat yang meminta kompensasi tambahan dari perusahaan yang beroperasi di daerahnya;
- disputes with local communities and
government that are requesting additional compensation from companies operating in their
areas;
- kondisi perekonomian global yang masih tidak
menentu yang berdampak kepada pergerakan harga komoditas yang “volatile” dan cenderung
melemah; -
global economic conditions are still uncertain which affect the movement of commodity prices
to be volatile and tends to be weaken;
-
Menteri Keuangan menerbitkan Peraturan No. 6PMK.0112014 yang menetapkan bea keluar
ekspor pad lima jenis mineral : tembaga, seng, mangan, besi dan timah.
-
The Minister of Finance has issued Regulation No. 6PMK.0112014 which imposes tax on the
export of five mineral concentrates : copper, zinc, manganese, iron and lead;
-
persyaratan pengolahan dan pemurnian mineral, tantangan Kelompok Usaha dalam rangka
pembangunan smelter
adalah terbatasnya infrastruktur dan pemasok daya listrik; dan
-
as part of mineral processing and refining requirements, the Group encounters difficulity in
the development of infrastructure and the smelter due to the limited of power supplu; and