Penutup BPPT Outlook Energi Indonesia 2014

112 OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014 OEI 2014 discusses two GDP growth scenarios, BAU and High scenarios, as well as a special case on the energy development in supporting fuel substitution programs. GDP growth is assumed to increase 6.2 per year and 7.6 per year in BAU and High scenarios respectively. Final energy demand in the BAU scenario grows 4.5 per year in the period 2012-2035, increases from 1,079 million BOE in 2012 to 2,980 million BOE in 2035. While on the High scenario, inal energy demand grows 5.6 per year. The use of petroleum fuel dominates national energy demand as for petroleum fuel-based technology is more eicient and convenient to use. Total primary energy supply for the BAU scenario in 2012- 2035 increased almost 3-fold with an average growth rate of 4.7 per year, from 1,542 million BOE to 4,475 million BOE. The higher GDP growth in High scenario led total energy supply to increase more sharply with average growth of 5.9 per year. Energy mix in 2012 was dominated by petroleum and will replaced by coal in 2035. Limitation on energy resources caused domestic energy production fossil and NRE in 2033 for BAU scenario is no longer able to meet domestic demand and Indonesia becomes a net energy importer. In high scenario, this condition occurs faster which is in 2030 due to higher energy demand. High energy import dependence could harm national energy security. Therefore, eforts such as energy diversiication, new reineries construction, as well as investments for exploration and exploitation are absolutely necessary. In addition, gas and coal export policies need to be reviewed in order to secure domestic energy supply. OEI 2014 ini membahas dua skenario pertumbuhan PDB yaitu skenario dasar dan skenario tinggi serta satu kasus yang merupakan bahasan khusus, yaitu pengembangan energi untuk mendukung program substitusi BBM. Pada skenerio dasar pertumbuhan rata-rata PDB diasumsikan sebesar 6,2 per tahun pada skenario dasar sedangkan pada skenario tinggi pertumbuhan PDB sebesar 7,6 per tahun. Pada skenario dasar pertumbuhan kebutuhan energi inal sebesar 4,5 per tahun dalam kurun waktu 2012-2035, atau meningkat dari 1.079 juta SBM pada tahun 2012 menjadi 2.980 juta SBM pada tahun 2035. Sedangkan pada skenario tinggi pertumbuhan kebutuhan energi inal sebesar 5,6 per tahun. Penggunaan bahan bakar minyak BBM mendominasi kebutuhan energi nasional karena teknologi berbasis BBM lebih eisien dan nyaman digunakan. Total penyediaan energi primer untuk skenario dasar pada tahun 2012-2035 meningkat hampir 3 kali lipat dengan laju pertumbuhan rata-rata 4,7 per tahun, dari 1.542 juta SBM menjadi 4.475 juta SBM. Pertumbuhan PDB yang lebih besar menyebabkan total penyediaan energi pada skenario tinggi meningkat lebih tajam dengan pertumbuhan rata- rata 5,9 per tahun. Bauran energi tahun 2012 didominasi oleh minyak bumi dan akan bergeser ke batubara pada tahun 2035. Keterbatasan sumber daya energi menyebakan pada tahun 2033 produksi energi dalam negeri fosil dan EBT sudah tidak mampu lagi memenuhi konsumsi domestik dan Indonesia menjadi negara pengimpor energi untuk skenario dasar. Pada skenario tinggi menjadi net importir energi lebih cepat lagi yaitu pada tahun 2030 karena kebutuhan energinya lebih tinggi. Ketergantungan impor energi yang tinggi dapat membahayakan ketahanan energi nasional. Oleh karena itu upaya seperti diversiikasi energi, penambahan kilang, maupun investasi untuk eksplorasi dan eksploitasi mutlak diperlukan. Selain itu, kebijakan ekspor gas dan batubara perlu ditinjau ulang dalam rangka mengamankan pasokan energi domestic di kemudian hari.