2
OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014
1.1 Latar Belakang
Background
Konsumsi energi inal di Indonesia pada periode 2000- 2012 meningkat rata-rata sebesar 2,9 per tahun. Jenis
energi yang paling dominan adalah penggunaan bahan bakar minyak BBM yang meliputi avtur, avgas, bensin,
minyak tanah, minyak solar, minyak diesel, dan minyak bakar. Sektor transportasi merupakan sektor pengguna
BBM yang paling besar.
Saat ini sebagian besar harga BBM masih disubsidi. Besar subsidi BBM pada tahun 2013 tersebut mencapai 199
triliun Rupiah. Disamping subsidi BBM, pemerintah juga masih mensubsidi sebagian harga listrik untuk keperluan
tertentu. Realisasi subsidi listrik pada tahun 2013 mencapai 100 triliun Rupiah. Selama beberapa tahun terakhir ini
subsidi energi BBM dan listrik terus meningkat. Pada tahun 2011 subsidi energi sebesar 195,3 triliun Rupiah dan
meningkat menjadi 268 triliun Rupiah pada tahun 2013. Realisasi subsidi energi selama ini selalu lebih besar dari
anggaran yang dialokasikan, sehingga sering menimbulkan permasalahan setiap tahun anggaran akan berakhir.
Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mengurangi penggunaan BBM. Kebijakan tersebut
diantaranya adalah konversi minyak tanah dengan gas untuk sektor rumah tangga, penggunaan bahan bakar
gas BBG untuk sektor transportasi, dan mandatori penggunaan bahan bakar nabati BBN, yang berlaku
untuk industri, transportasi dan pembangkit listrik. Namun demikian masih banyak kendala yang dihadapi mengingat
kebutuhan BBM dari tahun ke tahun terus meningkat.
Berbagai permasalahan energi yang dihadapi saat ini dan yang mungkin muncul dimasa depan perlu dicari solusi
yang tepat. Perencanaan energi perlu dilakukan supaya dapat menjamin ketersediaan energi dengan harga
yang terjangkau untuk jangka panjang. Untuk itu, BPPT memberikan kontibusi melalui penerbitan Buku Outlook
Energi Indonesia secara berkala. Buku Outlook Energi Indonesia 2014 OEI 2014 memuat proyeksi jangka panjang
untuk kurun waktu 2012-2035 tentang neraca energi, kebutuhan dan penyediaan energi, serta infrastruktur
energi berdasarkan potensi cadangan dan sumberdaya energi serta kondisi saat ini.
Final energy consumption in Indonesia for the period 2000- 2012 increased by an average of 2.9 per year. The most
dominant type of energy is petroleum products which include aviation fuel, avgas, gasoline, kerosene, diesel oil, and fuel
oil. These types of fuel consumed mostly by transport sector.
Today, most of the fuel prices are still subsidized. Fuel subsidies in 2013 have reached 199 trillion rupiah. The
government is also still subsidizing electricity for particular type of users. Total electricity subsidies in 2013 reached 100
trillion rupiah. The energy subsidy fuel and electricity has been increasing steadily. Energy subsidies in 2011 amounted
to 195.3 trillion rupiah and increased to 268 trillion rupiah in 2013. Total spending on energy subsidies is always greater
than the allocated budget and it often causes problems by the end of each iscal year.
The government has issued a number of policies to reduce petroleum fuel usage. Such policies include the kerosene to
gas conversion program for household sector, CNG usage for transport sector, and the mandatory use of biofuels which
applies to industrial, transportation and power generation sectors. However, there are still many diiculties that must be
faced and the petroleum fuel consumption is still increasing as strong as ever.
It is essential to ind solutions to any energy problems that arise. Energy planning is vital in order to ensure energy
availability at afordable prices for a long term period. In line with this objective, BPPT contributes through Indonesia
Energy Outlook Book that published annually. Indonesia Energy Outlook 2014 contains a long-term projections for
the period 2012-2035 on energy balance, energy demand, energy supply, and energy infrastructure based on potential
energy reserves and resources as well as current conditions.