Teori Ekonomi Politik Media

Ketiga, berhubungan dengan filsafat moral, artinya hal ini mengacu kepada nilai-nilai sosial wants about wants dan konsepsi megenai praktek sosial. Prinsip-prinsip keadilan, kesetaraan dan public good merupakan reference utama dari pertanyaan moral mendasar ekonomi-politik. Perhatian ini tdak hanya ditujukan pada “what is” apa itu, tetapi “what ought be” apa yang seharusnya. Keempat, karakterisitiknya praxis, yakni suatu ide mengacu kepada aktivitas manusia dan secara khusus mengacu pada aktivitas keratif dan bebas dimana orang dapat mengahsilkan dan mengubah dunia dan diri mereka. 3 Bagi Mosco, ada tiga entry konsep dalam penerapan ekonomi politik media 4 , yaitu komodifikasi, spasialisasi dan strukturasi namun dalam penelitian ini khusus membahas tentang komodifikasi. Commodification komodifikasi Komodifikasi menurut Vincent Mosco digambarkan sebagai cara kapitalisme dengan membawa akumulasi tujuan kapitalnya atau mudahnya dapat digambarkan sebagai sebuah perubahan nilai fungsi atau guna menjadi sebuah nilai tukar. Dan sekarang ini telah sangat banyak sekali bentuk komodifikasi yang muncul dalam perkembangan kehidupan manusia. Karena mulai banyak juga yang dijadikan komoditas oleh manusia. Bentuk komodifikasi dalam komunikasi ada tiga macam, yaitu: a. Intrinsic commodification komodifikasi intrinsik atau komodifikasi isi, yakni proses pengubahan pesan dari sekumpulan data ke dalam sistem makna dalam wujud produk yang dapat dipasarkan seperti paket produk yang dipasarkan oleh media. Banyak contoh yang dapat kita ambil dan lihat dari media-media di Indonesia. Konten media dibuat 3 Vincent Mosco, The Political Economy of Communication, h.27-37 4 Ibid, h.141-245. sedemikian rupa sehingga agar benar-benar menjadi kesukaan publik meski hal itu bukanlah fakta dan kebutuhan publik. Pengesahan segala cara termasuk cara licik dilakukan demi mendapat perhatian audiens yang tinggi. b. Ekstrinsik commodification komodifikasi ekstrinsik atau komodifikasi khalayak, yakni proses modifikasi peran media massa oleh perusahaan media dan pengiklan dari fungsi awal sebagai konsumen media kepada konsumen produk yang bukan media di mana perusahaan media memproduksi kahlayak dan kemudian menyerahkannya pada pengiklan. Kenapa hal ini dapat terjadi? Audiens dijadikan komoditi para media untuk mendapatkan iklan dan pemasukan. Kasarnya media biasanya menjual rating atau share kepada advertiser untuk dapat menggunakan air time mereka. Caranya adalah dengan membuat program yang dapat mencapai angka tertnggi daripada program di station lain. c. Cybernetic commodification komodifikasi cibernetik, yakni proses mengatasi kendali dan ruang. Dalam prakteknya dapat dibagi dua, yaitu: pertama , komodifikasi intrinsik adalah khalayak sebagai media yang berpusat pada pelayanan jasa rating khalayak. Kedua, komodifikasi ekstensif adalah proses komodifikasi yang menjangkau seluruh kelembagaan pendidikan informasi pemerintah, media, dan budaya yang menjadi motif atau pendorong sehingga tidak semua orang dapat mengakses.

B. Konseptualisasi Bahasa Dakwah

Bahasa dakwah yang diperintahkan al- qur’an sunyi dari kekasaran, lembut, indah, santun, juga membekas pada jiwa, memeberi pengharapan hingga mad’u dapat dikendalikan dan dikendalikan perilakunya oleh da’i. Term Qoulan Sadida merupakan persyaratan umum suatu pesan dakwah agar dakwah persuasif dengan field of experience dan frame of reference komunikan telah dilansir dalam beberapa bentuk oleh al- qur’an 5 , diantaranya: 1. Qoulan Baligha perkataan yang membekas pada jiwa. Ungkapan qaulan baligha terhdapat pada surat an-Nisa ayat 63. Qoulan baligha dapat diterjemahkan ke dalam komonikasi yang efektif. Merujuk asal katanya, Baligha artinya sampai atau fashih. Jadi, untuk orang munafik diperlukan komunikasi efektif yang bisa menggugah jiwanya. Bahasa yang dipakai adalah bahasa yang mengesankan atau membekas pada hatinya. Sebab hatinya banyak dusta, khiatat, dan ingkar janji. Kalu hatinya tidak tersentuh sulit untuk menundukannya. 2. Qoulan sadidah Sadied menurut bahasa berarti yang benar, tepat. Al-Qosyani menafsirkan Qoulan sadidah dengan : kata yang lurus Qowwiman; kata yang benar Haqqan: kata yang betul, tepat Shawaban. Al- Qosyani berkata bahwa sadad dalam pembicaraan berarti berkata dengan kejujuran dan dengan kebenaran dari di situlah terletak unsur segala kebahagiaan. Menurut Moh. Natsir dalam Fiqhud Dakwah-nya 5 M. Munir, Metode Dakwah, Jakarta, Prenada Media, 2003,h. 165 mengatakan bahwa, Qoulan sadidah adalah kata yang lurus tidak berbelit-belit, kata yang benar, keluar dari hati suci yang bersih, dan diucapkan dengan cara demikian rupa, sehingga tepat mengenai sasaran yang dituju. 3. Qoulan karimah perkataan yang mulia Dakwah dengan qoulan karima sasarannya adalah orang yang telah lanjut usia, pendekatan yang digunakan adalah dengan perkataan yang mulia, santun, penuh penghormatan dan penghargaan tidak emngguri tidak perlu retorika yang meledak-ledak. Term qoulan karima terdapat dalam surat al-isyra ayat 23. Dalam perspektif dakwah maka term pergaulan qoulan karima diperlukan jika dakwah itu ditujukan kepada kelompok orang yang sudah masuk kategori usia lanjut, sorang da’i dalam perhubungan dengan lapiasn mad’u yang sudah masuk kategori usia lanjut, haruslah bersikap seperti terhadap orang tua sendiri, yakni hormat dan tidak berkata kasar kepadanya. Karena manusia walaupun sudah mencapai usia lanjut, bisa saja berbuat salah, atau melakukan hal-hal yang sesat menurut ukuran agama. 4. Qoulan layyinan perkataan lembut Term qoulan layyinan terdapat dalam surah Thaha ayat 43-44 secara harfiah berarti komunikasi yang lemah lembut layyin. Al- qur’an mengajarkan agar dakwah kepada mereka haruslah bersifat sejuk dan lemah lembut, tidak kasar dan lantang perkataan yang lantang kepada penguasa tiran dapat memancing respon keras dalam waktu spontan, sehingga menghilangkan peluang untuk berdialog atau komunikasi antar kedua belah pihak, da’i dan penguasa sebagai mad’u.

C. Konseptualisasi Pemberitaan

1. Pengertian berita

Berita berasal dari Bahasa Sangsekerta, yakni Vrit yang dalam bahasa Inggris disebut write, arti sebenarnya ialah ada atau terjadi. Sebagian ada yang menyebut dengan vritta, artinya “kejadian”atau “yang telah terjadi”. Vritta dalam bahasa Indonesia kemudian menjadi berita atau warta. 6 Menurut Mitchel U. Charrley dan James M. Neal berita atau news adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menraik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan. 7 Kata news itu sendiri menunjukkan adanya unsur waktu, apa yang new, apa yang baru, yaitu lawan dari lama. Berita memang selalu baru, selalu hangat. 8 Menurut Micthel V Charnley mengemukakan pengertian berita yang lebih lengkap dan untuk keperluan praktis – layak kita jadikan acuan. Ia mengatakan: berita adalah laporan tercepat dari suatu perisitwa atau 6 Totok Djunarto, Manajemen Penerbitan Pers, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000, cet ke-1. h.46. 7 AS. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature Panduan Jurnalis Profesional, Bandung:Simbiosa Rekatama Media, 2005, cet ke-1h.64. 8 Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktik, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006, cet ke-2 h.57.

Dokumen yang terkait

PEMBERITAAN MEDIA CETAK TENTANG 100 HARI PEMERINTAHAN SBY(Analisis Framing Headline pada Harian Kompas dan Jawa PosEdisi 28-29 Januari 2005)

0 5 1

ANALISIS FRAMING PADA PEMBERITAAN ALIRAN AL QIYADAH AL ISLAMIYAH DI HARIAN MEDIA INDONESIA

0 6 131

Konstruksi Realitas Media Massa (Analisis Framing Pemberitaan Korupsi M. Nazaruddin di Harian Republika)

1 8 148

PEMERINTAH DALAM KONSTRUKSI MEDIA (Analisis Framing dalam Pemberitaan Intimidasi PNS Pemerintah Dalam Konstruksi Media (Analisis Framing dalam Pemberitaan Intimidasi PNS Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali di Harian Solopos Edisi 18-25 Februari 2013).

0 1 15

Analisis Framing Pemberitaan Intimidasi Boyolali di Harian Solopos Edisi 18-25 Februari 2013 Pemerintah Dalam Konstruksi Media (Analisis Framing dalam Pemberitaan Intimidasi PNS Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali di Harian Solopos Edisi 18-25 Februa

0 1 16

ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN CIVIL VIOLENCE FPI DI MEDIA MASSA ( Studi Analisis Framing Media Surat Kabar Harian Solopos Terhadap Pemberitaan Civil Violence FPI di Gandekan Solo ).

0 0 11

Konstruksi Pemberitaan Satu Tahun Kabinet Kerja di Media Massa Nasional (Analisis Framing Robert Entman Mengenai Pemberitaan Satu Tahun Kabinet Kerja di Majalah Gatra)

0 0 12

Konstruksi Pemberitaan Satu Tahun Kabinet Kerja di Media Massa Nasional (Analisis Framing Robert Entman Mengenai Pemberitaan Satu Tahun Kabinet Kerja di Majalah Gatra)

0 0 2

Konstruksi Pemberitaan Satu Tahun Kabinet Kerja di Media Massa Nasional (Analisis Framing Robert Entman Mengenai Pemberitaan Satu Tahun Kabinet Kerja di Majalah Gatra)

0 0 9

Konstruksi Pemberitaan Satu Tahun Kabinet Kerja di Media Massa Nasional (Analisis Framing Robert Entman Mengenai Pemberitaan Satu Tahun Kabinet Kerja di Majalah Gatra)

0 1 20