Sejarah Jurusan KPI dan Visi Misi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Dakwah. Pada tahun 1990, IAIN meresmikan berdirinya Fakultas Dakwah. Fakultas Dakwah memulai penerimaan mahasiswa pada tahun akademik
19901991. Pada saat pertama kali dibuka, Fakultas Dakwah memiliki satu Jurusan
Penerangan dan Penyiaran agama PPA dengan jumlah mahasiswa 96 orang yang terbagi dalam dua kelas. Dua tahun kemudian tepatnya tahun akademik
19921993, sejalan dengan semakin besarnya minat calon mahasiswa, Fakultas Dakwah membuka jurusan Bimbingan Penyuluhan Masyarakat BPM. Pada
tahun akademik 19941995, jurusan ini berubah menjadi Jurusan Bimbingan Penyuluhan Agama BPA. Pada tahun 19961997 kembali terjadi pergantian
nama, yaitu jurusan PPA berubah menjadi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam KPI. Jurusan BPA berubah menjadi Jurusan Bimibingan dan Penyuluh
Islam BPI. Dengan demikian jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam KPI
merupakan jurusan tertua dan pertama yang ada di Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Hingga saat ini, jurusan ini merupakan jurusan dengan jumlah
peminat terbesar di banding jurusan-jurusan lain yang ada di Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Hal ini dapat ditunjukkan dengan terus meningkatnya peminat
yang memilih jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam KPI. Oleh karenanya, harus mendapatkan perhatian yang serius dari pihak pimpinan fakultas agar
sarjana lulusannya semakin berkualitas dan kompetitif. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam didesign sebagai respon
terhadap meningkatnya kebutuhan masyarakat dan institusi pendidikan profesional. Jurusan ini diharapkan mampu menghasilkan sarjana yang memiliki
pengetahuan dan keahlian praktisi di bidang komunikasi dan penyiaran dilandasi spiritualisme islam. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam memiliki kesadaran
bahwa proses pendidikan yang menekankan pengayaan pengetahuan knowledge di dalam ruang belajar saja tidak memadai. Untuk itu dibutuhkan proses
pembelajaran yang melibatkan interaksi langsung antara mahasiswa dengan lingkungannya terutama lingkungan yang relevan dengan orientasi keahliannya di
masa mendatang. Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki mahasiswa selain diperoleh di bangku kuliah juga dapat secara langsung diperoleh dari pengalaman
partisipasinya baik di institusi-institusi media massa cetak maupun elektronik, institusi pemerintah, organisasi masa, perusahaan swasta, LSM dan lain-lain.
Dalam pendidikan Komunikasi dan Penyiaran Islam, metode pembelajaran berbasis pengalaman experiental learning adalah sangat penting dan utama.
Harapannya, tentu saja adalah munculnya sarjana-sarjana Komunikasi dan Penyiaran Islam yang memiliki kompetensi profesi sehingga sipa pakai dipasar
kerja. Dalam konteks pendidikan jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,
aspek pemahaman teoritik dan penajaman keahlian didapat dalam kegiatan in house. Sementara aspek experiental learning didapatkan dari partisipasi, interaksi
dan kemitraan dengan lembaga-lembaga yang tersebar di masyarakat dan dunia industri.
Melalui praktikum di laboratorium in house laboratorium dan praktikum di lapangan secara berjenjang, mahasiswa secara bersama-sama
diharapkan dapat belajar membiasakan diri dengan kondisi dan problem yang
kelak akan dihadapi setelah menjadi sarjana. Dengan demikian sarjana Komunikasi dan Penyiaran Islam di harapkan memiliki kemampuan antara lain :
1. menguasai varian teori komunikasi serta perangkat metodologinya sehingga dapat menjadikan teori komunikasi ini sebagai basis
keilmuan untuk melakukan berbagai tindakan sosial lain. 2. menguasai berbagai pendekatan praktisi ilmu komunikasi dalam
konteks penyiaran islam di berbagai lingkup kebutuhan kekinian seperti : pelaku industri media jurnalis, presenter, script writer dan
lain-lain, penggiat hubungan publik dan komunitas event organizer, public relation dan lain-lain. Penggiat advokasi dan policy maker
kebijakan media, penggiat literasi informasi, dan tentu saja adalah profesionalisme da i.
50