Kegiatan-kegiatan dalam Mengatasi Masalah Sampah

4. Bahan lain. Bahan lain seperti, gelas, karet mempunyai prosentase yang cukup kecil dalam komponen sampah kecuali pada kasus tertentu. Oleh karena itu dalam skala kecil tidak ekonomis untuk diolah. 7 Dalam menangani sampah ini perlu kebijaksanaan yang tepat, baik berupa perangkat lunak maupun perangkat keras yang mendukung dan menjangkau masyarakat. a. Pengaturan dan penyediaan fasilitas Demi kelancaran proses penangan dan pemanfaatan sampah, maka perlu pengaturan dan penyediaan fasilitas yang memadai. Pengaturan disini meliputi pengaturan perumahan penduduk, pasar, dan daerah industri dengan jalan-jalan yang memadai sehingga memudahkan lalu lintas armada sampah, pengaturan tempat pengumpulan, penimbunan dan pembuangan sampah. b. Pengumpulan sampah menurut jenisnya Penangan sampah di Indonesia umumnya dilaksanakan oleh pemerintah daerah, yang mana armada angkutan sampah mengambilnya dari tempat- tempat penampungan sementara bak dan tong sampah, kemudian membuanganya penimbunan tanpa membedakan jenisnya. Bila industri pengolahan sampah telah berkembang, seperti perusahaan khusus pengolahan sampah plastik, sisa kaca, logam bekas, perusahaan kompos, maka pengaturan pengumpulan sampah menurut jenisnya perlu dilakukan. Pengelolaan Sampah secara Umum : a. Secara teknik operasional, pengelolaan sampah kota mulai dari sumber sampah sampai akhir. b. Kegiatan 3R dimulai dari sumber sampah, dan dilakukan secara sistematis dalam alur perjalanan sampah dari sumber sampah menuju ke TPA. c. Reduksi R1 sampah merupakan upaya yang dilakukan baik oleh produsen maupun konsumen, dengan tujuan utama agar terbentuknya sampah semaksimal mungkin dihindari atau diminimalkan. 7 Wulan Tri Eka, “Evaluasi program pengelolaan sampah berbasis masyarakat Studi Kasus: Pengelolaan sampah terpadu Gerakan Peduli Lingkungan Perumahan Podok Pekayon Indah Bekasi Selatan”, Skripsi Institut Pertanian Bogor, 2009, h:27. Tidak dipublikasikan. d. Kegiatan R2 dan R3 dilakukan pada setiap level dalam perjalanan sampah menuju pemerosesan akhir.

8. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam

Pengelolaan Sampah Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk berpartisipasi. Menurut Pangestu dalam Pratiwi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi seseorang adalah : a. Faktor internal dari individu yang mencakup ciri-ciri atau karakteristik individu yang meliputi: umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, luas lahan garapan, pendapatan, pengalaman berusaha, dan kosmopolitan. b. Faktor eksternal yang merupakan faktor diluar karakteristik individu yang meliputi hubungan antara pengelola dengan masyarakat, kebutuhan masyarakat, pelayanan pengelola, dan kegiatan penyuluhan. Selain faktor pendukung terdapat pula faktor penghambat partisipasi masyarakat. Menurut Nasdian, faktor penghambat partisipasi antara lain adalah masalah struktural. Masalah struktural mengalahkan masyarakat lapisan bawah terhadap interest pribadi akibat aparatur pemerintah yang lebih kuat. Faktor lain yang menghambat partisipasi adalah budaya yang tumbuh dalam masyarakat, yakni sikap masyarakat yang pasrah terhadap nasib dan terlalu tergantung kepada pemimpin sehingga masyarakat menjadi kurang kreatif. Budaya tersebut secara tidak langsung dapat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiata pembangunan. Menurut Slamet partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan akan terwujud sebagai suatu kegiatan nyata apabila terpenuhi faktor-faktor yang mendukungnya, yaitu: a. Adanya kesempatan, yaitu adanya suasana atau kondisi lingkungan yang disadari oleh orang tersebut bahwa dia berpeluang untuk berpartisipasi. b. Adanya kemauan, yaitu adanya sesuatu yang mendorong atau menumbuhkan minat dan sikap mereka untuk termotivasi berpartisipasi, misalnya berupa manfaat yang dapat dirasakan atas partisipasinya tersebut. c. Adanya kemampuan, yaitu adanya kesadaran atau keyakinan pada dirinya bahwa dia mempunyai kemampuan untuk berpartisipasi, bisa berupa pikiran, tenaga, waktu, atau sarana dan material lainnya. Menurut Sahidu dalam Suhendar bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemampuan untuk berpartisipasi adalah motif harapan, needs, rewards, dan penguasaan informasi. Faktor yang memberikan kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi adalah pengaturan dan pelayanan, kelembagaan, struktur, dan stratifikasi sosial, budaya lokal, kepemimpinan, sarana, dan prasarana. Faktor yang mendorong adalah pendidikan, modal, dan pengalaman yang dimiliki. 8

9. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menurut Undang- undang no. 32 tahun 2009 pasal 1 ayat 2 adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum.pengendalian pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup ini terdiri dari 3 hal yaitu : pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan lingkungan hidup. Menurut Syafrudin, ia mengemukakan salah satu alternatif yang bisa dilakukan adalah melaksanakan program pengelolaan sampah berbasis masyarakat, seperti meminimasi limbah dan melakukan 5 R Reuse, Recycling, Recovery, Replacing dan Refilling. Kedua program tersebut bisa dimulai dari sumber timbulan sampah hingga ke lokasi TPA. Seluruh sub sistem didalam sistem harus dipandang sebagi suatu sistem yang memerlukan keterpaduan didalam pelaksanaannya. Sistem pengelolaan 8 Wulan Tri Eka Sasmitha, op, cit. H: 33 sampah terpadu Integrated Solid Waste management didefinisikan sebagai pemilihan dan penerapan program teknologi dan manajemen untuk mencapai sistem yang tinggi, dengan hirarki sebagai berikut. 1. Source Reduction, yaitu proses minimalis sampah di sumber dalam hal kuantitas timbulan sampah dan kualitas timbulan sampah, terutama reduksi sampah berbahaya. 2. Recyclling, yaitu proses daur ulang yang berfungsi untuk mereduksi kebutuhan sumber daya dan reduksi kuantitas sampah ke TPA. 3. Waste Transformation, yaitu proses perubahan fisik, kimia, dan biologis perubahan sampah. Dimana ketiga komponen itu akan menentukan : a. Perubahan tingkat efisiensi yang diperlukan di dalam sistem pengelolaan. b. Perlunya proses reduce, reuse, dan recycle sampah. c. Proses yang dapat menghasilkan barang lain yang bermanfaat seperti pengomposan. d. Landfilling, sebagai akhir dari suatu pengelolaan sampah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali. Pemilihan dan penerapan teknologi dalam kontek ini tentunya dilakukan sehingga terpilih teknologi tepat guna. Di dalam operasional sistem pengelolaan sampah, pendekatan yang tepat adalah pendekatan sistem pemanfaatan terpadu Integrated Material Recovery-IMR. Pada masyarakat yang mengandalkan TPA sebagai akhir pengelolaan limbahnya, strategi pendekatan IMR ini tepat untuk diterapkan. Kesadaran masyarakat untuk menerapkan konsep ini akan memicu timbulnya pengelolaan sampah berbasis masyarakat disamping kegiatan yang berusaha untuk meminimasi sampah. Mengingat konsep IMR pada dasarnya adalah memanfaatkan kembali sampah yang masih berpotensi untuk di daur ulang, di setiap langkah operasi yaitu mulai dari pewadahan, pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Sistem IMR akan meningkatkan perolehan berbagai bahan yang bernilai ekonomi dan dapat dipasarkan, bukan menghambat kemampuan yang ada.

a. Kegiatan-kegiatan dalam pengelolaan sampah

Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan pengelolaan sampah, ada beberapa yang harus dilakukan, seperti : 1. Persiapan a. Penyediaan wadah sampah 3 jenis kertas, plastik dan logamkaca b. Pembentukan organisasi c. Sosialisasi 2. Pewadahan a. Wadah individual, berupa kantong plastikkarung untuk 3 jenis sampah kering plastik, kertas, logamkaca b. Gentong untuk sampah organik composter c. Wadah komunal tong 3 unit untuk 3 jenis sampah kering plastik, kertas dan logamkaca 3. Pengumpulan Gerobak mengumpulkan sampah kering dari wadah komunal ke TPS depo setiap minggu.

b. Komponen pokok dalam Pengelolaan Masalah Sampah Mandiri dan

Produktif Berbasis Masyarakat 1. Ada orang lokal dalam yang mau menjadi Perintis, Penggerak, dan Pengabdi Masyarakat dalam pengelolaan sampah. 2. Adanya komitmen kuat dari masyarakat, tokoh masyarakat dan pemerintah untuk melaksanakan dan mendukung program. 3. Ada wadah “Tim Pengelola Sampah Kampung”. 4. Ada pihak yang mau membeli sampah dan atau produk daur ulangnya. 5. Minimal ada tenaga pengangkut. Akan lebih baik jika ada tenaga penyortir dan pengepak. 6. Ada fasilitas pendukung gerobak, tempat pemisahan, bak kompos, dan TPS.