Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan aspek yang terpenting untuk diperhatikan dalam sistem pengelolaan sampah secara
terpadu. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan salah satu faktor teknis untuk menanggulangi persoalan sampah perkotaan
atau lingkungan pemukiman dari tahun ke tahun yang semakin kompleks. Masyarakat
senantiasa ikut
berpartisipasi terhadap
proses-proses pembangunan bila terdapat faktor-faktor yang mendukung, antara lain
kebutuhan, harapan, motivasi, ganjaran, kebutuhan sarana dan prasarana, dorongan moral, dan adanya kelembagaan baik informal maupun formal.
3. Mekanisme keuntungan dalam pengelolaan sampah
Solusi dalam mengatasi masalah sampah ini dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi terhadap semua program pengelolaan sampah yang
dimulai pada skala yang lebih luas lagi. Misalnya melalui kegiatan pemilihan sampah mulai dari sumbernya yang dapat dilakukan oleh skala rumah tangga
atau skala perumahan. Dari sistem ini akan diperoleh keuntungan berupa biaya pengangkutan dapat ditekan karena dapat memotong mata rantai
pengangkutan sampah, tidak memerlukan lahan besar untuk TPA, dapat menghasilkan nilai tambah hasil pemanfaatan sampah menjadi barang yang
memiliki nilai ekonomis, dapat lebih mensejahterahkan petugas pengelola kebersihan, bersifat lebih ekonomis dan ekologi, dapat lebih memberdayakan
masyarakata dalam mengelola kebersihan kota. 4.
Tempat Pembuangan Akhir sampah TPA Pada dasarnya pola pembuangan sampah yang dilakukan dengan sistem
Tempat Pembuangan Akhir TPA sudah tidak relevan lagi dengan lahan kota yang semakin sempit dan bertambahnya penduduk yang pesat, sebab bila hal
ini terus dipertahankan akan membuat kota dikepung “lautan sampah” sebagai akibat kerakusan pola ini terhadap lahan dan volume sampah yang
terus bertambah. Pembuangan yang dilakukan dengan pembuangan sampah secara terbuka dan ditempat terbuka juga berakibat meningkatnya intensitas
pencemaran. Penanganan model TPA pada jangka panjang karena dalam banyak hal pengelolaan TPA masih sangat buruk mulai dari penanganan air
sampah leachet sampai penanganan bau yang sangat buruk. Cara penyelesaian yang ideal dalam penangan sampah di perkotaan adalah dengan
cara membuang sampah sekaligus memanfaatkannya sehingga selain membersihkan lingkungan, juga menghasilkan kegunaan baru. Hal ini secara
ekonomi akan mengurangi biaya penanganannya. 5.
Kelembagaan dalam pengelolaan sampah yang ideal Dalam pengelolaan sampah perkotaan yang ideal, sistem manajemen
persampahan yang dikembangkan harus merupakan sistem manajemen yang berbasis masyarakat yang dimulai dari pengelolaan sampah di tingkat rumah
tangga. Dalam perencanaan pengelolaan sampah perlu adanya metode pengelolaan sampah yang lebih baik, peningkatan peran serta dari lembaga-
lembaga yang terkait dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sampah, meningkatkan pemberdayaan masyarakat, peningkatan
aspek ekonomi yang mencakup upaya meningkatkan retribusi sampah dan mengurangi beban pendanaan serta peningkatan aspek legal dalam
pengelolaan sampah.
6. Jenis, Sumber dan Pengelolaan Sampah Perkotaan Menurut
Undang-Undang No.18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
Dalam Undang-Undang No.18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, jenis sampah yang diatur adalah :
1. Sampah Rumah Tangga
Yaitu sampah yang berbentuk padat yang berasal dari sisa kegiatan sehari-hari di rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik dan
dari proses alam yang berasal dari lingkungan rumah tangga. Sampah ini bersumber dari rumah atau dari komplek perumahan.
2. Sampah sejenis sampah rumah tangga
Yaitu sampah rumah tangga yang berasal bukan dari rumah tangga dan lingkungan rumah tangga melainkan berasal dari sumber lain seperti pasar,
pusat perdagangan, kantor, sekolah, rumah sakit, rumah makan, hotel, terminal, pelabuhan, industri, taman kota, dan lainnya.
3. Sampah Spesifik
Yaitu sampah rumah tangga atau sampah sejenis rumah tangga yang karena sifat, konsentrasiatau jumlahnya memerlukan penanganan khusu,
meliputi sampah yang mengandung B3 bahan berbahaya dan beracun seperti batere bekas, bekas toner, dan sebagainya, sampah yang mengandung limbah
B3 sampah medis, sampah akibat bencana, puing bongkaran, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, sampah yang timbul secara periodik
sampah hasil kerja bakti.
Mekanisme pengelolaan sampah dalam UU No.18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah meliputi kegiatan-kegiatan berikut:
1. Pengurangan sampah, yaitu kegiatan untuk mengatasi timbulnya sampah
sejak dari produsen sampah rumah tangga, pasar dan lainnya, menggunakan ulang sampah dari sumbernya danatau di tempat pengolahan. Pengurangan
sampah akan diatur dalam Peraturan Menteri tersendiri, kegiatan yang termasuk dalam pengurangan sampah ini adalah:
a. Menetapkan sasaran pengurangan sampah
b. Mengembangkan teknologi bersih dan label produk
c. Menggunakan bahan produksi yang dapat di daur ulang atau digunakan
ulang d.
Fasilitas kegiatan guna atau daur ulang e.
Mengembangkan kesadaran program guna ulang atau daur ulang 2.
Penanganan sampah, yaitu rangkaian kegiatan penangan sampah yang mencakup penilaian pengelompokan dan pemisahan sampah dari sumber
sampah menurut jenis dan sifatnya. Pengumpulan pemindahkan sampah dari sumber sampah ke TPS atau tempat pengolahan sampah terpadu,
pengangkutan kegiatan memindahkan sampah dari sumber, TPS atau tempat pengolahan sampah terpadu, pengolahan hasil akhir mengubah bentuk,
komposisi, karakteristik dan jumlah sampah agar diproses lebih lanjut, dimanfaatkan atau dikembalikan alam dan pemrosesan aktif kegiatan
pengolahan sampah atau residu hasil pengolahan sebelumnya agar dapat dikembalikan ke media lingkungan.
Dalam perencanaan pengolahan sampah, Undang-Undang Pengelolaan Sampah mengharapkan pemerintah kotakabupaten dapat membentuk
semacam forum pengelolaan sampah skala kotakabupaten atau provinsi. Forum ini beranggotakan masyarakat secara umum, perguruan tinggi, tokoh
masyarakat, organisasi lingkunganpersampahan, pakar, badan usaha lainnya. Hal-hal yang dapat difasilitasi forum adalah memberikan usul,
pertimbangan dan saran terhadap kinerja pengolahan sampah, membantu merumuskan kebijakan pengolahan sampah, memberikan saran yang dapat
menyelesaikan sengketa persampahan. Sampai saat ini, belum ada kebijakan nasional mengenai persampahan itu sendiri masih bersifat sosialisasi. Melihat
di prkotaan penanganan pengelolaan sampah sudah sangat mendesak, diharapkan UU No.18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dapat di
implementasikan. Untuk pengelolaan sampah spesifik baik B3 bahan berbahaya dan
beracun dan sampah medis yang bersifat infektius mengenai pengelolaannya telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor. 18 tahun 1999 tentang
pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dan Peraturan Pemerintah No.85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 18 tahun 1999 tentang Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan beracun.
7. Kegiatan-kegiatan dalam Mengatasi Masalah Sampah
Permasalahan lingkungan yang ditimbulkan oleh perkembangan kota adalah karena pencemaran oleh berbagai buangan, limbah, kotoran industri.
Disamping itu jumlah dan pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi makin menambah masalah lingkungan ini, terutama pencemaran oleh limbah dan
sampah, yang mana setiap orang diperkirakan membuang sampah sekitar 2 sampai 4 kilogram setiap hari, disamping limbah lainnya. Sedangkan kota
tidak mempunyai kemampuan yang cukup untuk menangani masalah tersebut karena kurangnya modal, tenaga terampil, tenaga pemikir dan fasilitas
lainnya. Menurut Nainggolan dan Safrudin, terdapat tiga jenis teknologi yang
saat ini banyak diterapkan dalam pengelolaan sampah, yaitu: a.
Pengomposan Sampah Pengomposan merupakan salah satu cara dalam mengolah bahan
padatan organik untuk menjadi kompos yang secara nasional ketersediaan bahan organik dalam sampah kota cukup melimpah yaitu
antara 70-80 persen. Akan tetapi, sebagian besar sampah kota belum dimanfaatkan secara maksimal sebagai kompos. Pada dasarnya
pengomposan merupakan proses degradasi materi organik menjadi stabil melalui reaksi biologis mikroorganisme dalam kondisi yang terkendali.
Teknologi pengomposan sampah yang dilakukan saat ini sangat beragam ditinjau dari segi teknologi maupun kapasitas produksinya antara lain:
pengomposan dengan cara aerobik, pengomposan dengan cara semi aerobik, pengomposan dengan reaktor cacing, dan pengomposan dengan
menggunakan additive. Kompos sebenarnya mempunyai nilai pasar, akan tetapi studi BPP
Teknologi pada tahun 1990 menemukan bahwa hanya 4 persen dari pedagang tanaman hias yang menjual kompos karena kompos ini kurang
populer pada masyarakat. Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah ini dapat digunakan untuk: menguatkan struktur lahan kritis,
menggemburkan kembali tanah pertanian; menggemburkan kembali lahan pertamanan, sebagai bahan penutup sampah di TPA, reklamasi pantai,
pasca penambangan, dan sebagai media tanaman, mengurangi pupuk kimia. b.
Pembakaran Sampah Teknologi pembakaran sampah dalam skala besar atau skala kota
dilakukan di instalasi pembakaran yang disebut juga dengan incinerator. Dengan teknologi ini, pengurangan sampah dapat mencapai 80 persen
dari sampah yang masuk, sehingga hanya sekitar 20 persen yang