5.2 Pengaruh Faktor Umur terhadap Laju Kesembuhan Penderita
Typhus Abdominalis yang Dirawat Inap di RSUD Dr.Pirngadi Medan Tahun 2014
Berdasarkan penelitian didapat bahwa penderita Typhus Abdominalis terbanyak berada dalam kelompok umur 15-49 tahun yaitu sebanyak 70 orang
72,2. Kelompok umur15 tahun memiliki median sebesar 6 hari. Kelompok umur 15-49 tahun memiliki median sebesar 5 hari. Sedangkan ≥50 tahun
memiliki median sebesar 6 hari. Hasil analisis Kaplan Meier dengan uji Log Rank menunjukkan bahwa variabel umur memiliki nilaip = 0,149 0,05yang berarti
tidak terdapat pengaruh umur terhadap laju kesembuhan penderita Typhus Abdominalis.
Berdasarkan hasil Hazard Ratio HR, kelompok umur 15 tahun 1,376 kali kemungkinannya untuk sembuh dibandingkan kelompok umur 15-49 tahun
dan kelompok umur 15-49 tahun memiliki kemungkinan sembuh 1,937 kali lebih cepat dibandingkan kelompok umur 50 tahun.
Hal ini sesuai dengan penelitian Rinni 2014 yang menyatakan hasil bahwa pasien dengan usia kurang dari 15 tahun memiliki laju kesembuhan lebih
cepat dibandingkan dengan pasien lebih dari sama dengan 15 tahun.
5.3 Pengaruh Faktor Jenis Kelamin terhadap Laju Kesembuhan
Penderita Typhus Abdominalis yang Dirawat Inap di RSUD
Dr.Pirngadi Medan Tahun 2014
Berdasarkan penelitian didapat bahwa penderita Typhus Abdominalis terbanyak adalah perempuan yaitu berjumlah 54 orang 55,7, sedangkan laki-
Universitas Sumatera Utara
laki berjumlah 43 orang 44,3. Hasil analisis Kaplan meier dengan uji Log Rank menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin memiliki nilai p = 0,516 0,05
yang berarti tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap laju kesembuhan penderita Typhus Abdominalis yang dirawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2014.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Herawati 2009 yangmengatakan bahwa kelompok laki-laki lebih dominan terkena tifoid
daripada kelompok perempuan. Berdasarkan nilai HR Hazard Ratio, laki- laki0,876 kali kemungkinannya untuk lebih cepat sembuh dibandingkan
perempuan. Untuk laju kesembuhannya sendiri penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rinni 2014 yang menyatakan hasil
bahwa pasien dengan jenis kelamin perempuan memiliki laju kesembuhan lebih cepat dibandingkan dengan pasien berjenis kelamin laki-laki.
Berdasarkan perbandingan penelitian tersebut menunjukkan bahwa benar tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap laju kesembuhan penderita Typhus
Abdominalis, baik laki-laki maupun perempuan memiliki kemungkinan yang sama untuk sembuh lebih cepat namun pada penelitian ini kelompok laki-laki
ditemukan lebih dominan untuk sembuh lebih cepat.
5.4 Pengaruh Faktor Titer Uji Widalterhadap Laju Kesembuhan
Penderita Typhus Abdominalis yang Dirawat Inap di RSUD
Dr.Pirngadi Medan Tahun 2014
Berdasarkan penelitian didapat bahwa penderita Typhus Abdominalis terbanyak berdasarkan titer uji widal adalah yang nilai titer uji widalnya 1160
Universitas Sumatera Utara
yaitu sebanyak 39 orang 40,2. Sedangkan yang paling sedikit adalah penderita Typus Abdominalis dengan titer uji widalnya 140 yaitu sebanyak 7 orang 7,2.
Median separuh dari subyek yang mengalami event penderita Typhus Abdominalis yang titer uji widalnya 140 adalah sebesar 5 hari, penderita yang
nilai titer uji widalnya 180 mediannya sebesar 5 hari, dan median yang titer uji widalnya 1160 adalah sebesar 6 hari sedangkan median yang titer uji widalnya
1320 adalah sebesar 5 hari. Hasil analisis Kaplan Meier dengan uji Log Rank menunjukkan bahwa
variabel titer uji widal memiliki nilai p = 0,918 0,05 yang berarti tidak ada pengaruh titer uji widal terhadap laju kesembuhan penderita Typhus
Abdominalis.Berbeda dengan penelitian Syafrani 2013 yang berjudul “Korelasi Titer Uji Widal Dengan Derajat Klinis Pada Pasien Demam Tifoid Di RSUD
Panglima Sebaya Kabupaten Paser Periode Tahun 2012”
,
menyatakan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kadar titer uji widal memiliki hubungan
dengan derajat klinis pasien. Peneliti beranggapan bahwa nilai titer berpengaruh terhadap derajat klinis
penderita Typhus Abdominalis sehingga sedikit banyaknya dapat memengaruhi laju kesembuhan penderita ternyata tidak terbukti. Hal ini dikarenakan titer uji
widal yang dimaksud dalam peneliti adalah titer saat pertama kali pasien datang dan di uji laboratorium, sedangkan pada penelitian yang dilakukan Syafrani
2013, titer yang dimaksud adalah seluruh hasil titer uji widal pada setiap kali pemeriksaan laboratorium. Syafrani 2013 juga melakukan observasi terhadap
Universitas Sumatera Utara
nilai titer tersebut sedangkan penelitian ini tidak melakukan observasi terhadap nilai titer.
5.5 Pengaruh Faktor Komplikasi terhadap Laju Kesembuhan Penderita