7
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.2 Kurva Reologi Berbagai Jenis Aliran aaliran newton; b.aliran plastis; caliran pseudoplastis; d aliran dilatan
Sumber : Aulton, 2001
Reogram reologi terdiri dari dua kurva yang berbeda. Satu kurva menggambarkan peningkatan laju geser kurva menaik. Sedangkan, kurva
lainnya menggambarkan perlambatan laju geser kurva menurun. Kedua kurva ini didapatkan dengan melakukan pengukuran dari laju geser nol ke maksimum
dan kembali lagi ke laju geser nol Triantafillopoulos, 1998.
2.2 Aliran Newton
Newton adalah orang pertama yang memperlajari sifat-sifat aliran cairan secara kuantitatif. Newton menemukan bahwa semakin besar viskositas suatu
cairan, semakin besar juga gaya persatuan luas tegangan geser yang diperlukan untuk menghasilkan suatu laju geser tertentu Martin et al., 2008.
Gambar 2.3 Kurva Reologi dan Viskositas Aliran Newton
Sumber : Aulton, 2001
2.3 Aliran non-Newton
Cairan farmasetik pada umumnya tidak mengikuti hukum Newton karena terdapat variasi viskositas dengan peningkatan atau penurunan laju geser Aulton,
8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2001. Sifat non-Newton umumnya ditunjukkan oleh sediaan seperti larutan koloid, emulsi, suspensi cair, dan salep Martin et al., 2008. Sistem non-Newton
dibagi menjadi 3 kategori aliran yaitu plastis, pseudoplastis, dan dilatan.
2.3.1 Aliran Tidak Dipengaruhi Waktu 2.3.1.1 Aliran Plastis
Aliran Plastis atau yang dikenal dengan badan Bingham Bingham bodies untuk menghormati peneliti yang pertama kali menemukan bahan yang memiliki
aliran plastis Aulton, 2001. Kurva aliran plastis tidak melewati titik asal 0,0, tapi memotong sumbu tegangan geser pada suatu bagian tertentu yang dikenal
yield value. Aliran plastis berhubungan dengan adanya partikel-partikel yang terflokulasi dalam suspensi pekat. Adanya yield value merupakan indikasi adanya
flokulasi. Semakin banyak suspensi yang terflokukasi maka semakin tinggi yield value Martin et al., 2008.
Gambar 2.4 Kurva Reologi dan Viskositas Aliran Plastis
Sumber : Aulton, 2001
2.2.1.2 Aliran Pseudoplastis
Aliran pseudoplastis secara khas diperlihatkan antara lain dispersi cair dari gom alam dan sintesis tragakan, Na Alginat, metilselulosa, dan Na CMC. Aliran
ini merupakan kebalikan dari sistem plastis. Aliran pseudoplastis dimulai dari titik asal 0,0 atau paling tidak mendekati titik asal pada laju geser yang rendah.
Viskositas zat pseudoplastis berkurang dengan meningkatnya laju geser Martin et al., 2008.
Gambar 2.5 Kurva Reologi dan Viskositas Aliran Pseudoplastis
Sumber : Aulton, 2001
9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.2.1.3 Aliran Dilatan
Dilatan adalah istilah yang biasa digunakan untuk suspensi-suspensi tertentu dengan persentase zat padat yang tinggi 50 atau lebih dan
menunjukkan peningkatan tahanan untuk mengalir dengan meningkatnya laju geser. Suspensi dilatan dapat dituangkan dari satu botol karena pada kondisi ini
suspensi tersebut cukup cair. Ketika terjadi peningkatan tegangan geser pada beberapa titik, jumlah pembawa tidak cukup untuk membasahi partikel-partikel
sehingga suspensi akan menjadi seperti pasta yang kaku Martin et al., 2008.
Gambar 2.6 Perubahan Struktur Aliran dilatan
Sumber : Aulton, 2001
Gambar 2.7 Kurva Reologi Aliran Dilatan
Sumber : Aulton, 2001
2.3.2 Sifat Reologi Bergantung Waktu
Ketika suatu bahan diberi laju geser tertentu atau jika telah terjadi pemecahan struktur yang bersifat reversibel, bahan tersebut tidak langsung
kembali ke struktur aslinya maka sifat alirnya bergantung oleh waktu. Karakteristik umum dari bahan ini adalah jika mereka mengalami peningkatan
laju geser secara bertahap dan segera diikuti oleh penurunan laju geser ke titik nol, maka akan dihasilkan kurva menurun yang berbeda dengan kurva menaik Aulton,
2001.
2.3.2.1 Tiksotropik
Tiksotropik merupakan istilah yang digunakan untuk gejala yang menunjukkan adanya pemecahan struktur yang tidak terbentuk kembali dengan
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
segera jika tengangan tersebut dihilangkan atau dikurangi. Tiksotropik merupakan pemecahan struktur saat laju geser dengan pemulihan saat didiamkan Siginer,
1999. Tiksotropik adalah sifat dimana konsistensi suatau bahan lebih rendah
pada satu laju geser manapun pada kurva menurun dibandingkan pada kurva menaik. Sifat seperti ini yang diinginkan dalam suatu sistem farmasetik cair yang
idealnya harus mempunyai konsistensi tinggi dalam wadah namun dapat ditung atau disebar dengan mudah Martin et al., 2008.
Reogram cairan tiksotropik ditandai dengan adanya loop hysteresis antara kurva naik up curve dan kurva menurun down curve Triantafillopoulos,
1998. Daerah loop ini menandakan waktu yang dibutuhkan untuk suatu struktur kembali seperti semula setelah gaya dihilangkan Herh et al., 1998.
2.3.2.2 Antitiksotropik
Antitiksotropik terjadi karena meningkatnya frekuensi tumbukan dari partikel-partikel terdispersi yang kemudian membentuk gumpalan-gumpalan
akibat adanya laju geser, sehingga terjadi peningkatan viskositas Samyn dan Jung, 1967. Antitiksotropik merupakan gejala dimana terjadi peningkatan
konsistensi pada kurva menurun. Sifat ini ditunjukkan dalam analisis reologi magma dimana bila magma magnesia diberi geseran shear pada laju geser
menaik, kemudian pada laju geser menurun secara bergantian, maka magma akan terus mengental Martin et al., 2008.
Gambar 2.8 Reogram Aliran Tiksotropik dan Antitiksotropik
Sumber : Podczcek, 2007
2.3.2.3 Reopeksi
Reopeksi adalah gejala yang menunjukkan bahwa suatu zat padat lebih mudah membentuk suatu gel jika diaduk perlahan-lahan atau bila diberi geseran
daripada jika dibiarkan tanpa pengadukan Martin et al., 2008. Pemberian laju
11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
geser yang lebih tinggi maka viskositasnya akan menurun Triantafillopoulos, 1998. Reopeksi juga didefinisikan sebagai pembentukan struktur karena adanya
laju geser Siginer, 1999.
2.4 Viskotester Haake 6R
Viskotester 6R merupakan viskometer tipe rotasi klasik. Prinsip viskometer ini sama seperti viskometer rotasi pada umumnya yaitu silinder atau
spindle yang terendam dalam substansi yang menimbulkan ketahanan larutan terhadap gerak rotasi silinder pada kecepatan tertentu. Nilai torque dihitung
berdasarkan kecepatan putar spindle yang menghasilkan pembacaan langsung nilai viskositas larutan yang diuji dalam satuan mPas. Untuk penentuan
viskositas, ukuran dan kecepatan spindle yang digunakan harus proporsional terhadap ketahanan larutan. Untuk penentuan sifat reologi, dilakukan rentang
pengukuran pada berbagai kecepatan putar Thermo Scientific, 2007.
2.5 Polimer Anionik
Polimer adalah molekul besar atau makromolekul yang tersusun dari unit- unit molekul kecil yang disebut monomer. Polimer anionik merupakan polimer
yang dibentuk dari reaksi polimerisasi adisi monomer anionik yang dapat berupa ion bebas ataupun ion berpasangan Guerra dan Lima, 2013. Istilah anion
didefinisikan sebagai sebuah atom atau sekelompok atom yang memiliki muatan negatif dan pasangan elektron bebas. Polimer anionik cenderung memiliki
kestabilan yang cukup baik, tidak toksik dan tidak mengiritasi Rowe et al., 2011. Contoh polimer anionik dari antara lain xanthan gum, Na CMC, Na Alginat,
tragakan, polimer asam akrilat karbopol dan polimetakrilat eudragit.
Gambar 2.9 Struktur Dasar Polimer Anionik
Sumber : Guerra dan Lima, 2013
12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.6 Pengaruh pH terhadap Polimer Anionik