penggunaan napza, lingkungan dan dukungan sosial, pengetahuan dan perilaku terhadap HIV dan terapinya.
2. Karakteristik penyakit penyerta. Meliputi stadium klinis dan lamanya sejak terdiagnosis HIV, jenis infeksi
oportunistik penyerta, dan gejala yang berhubungan dengan HIV. Adanya infeksi oportunistik atau penyakit lain menyebabkan penambahan jumlah obat
yang harus diminum. 3. Fasilitas layanan kesehatan.
Fasilitas dan ruangan yang nyaman, jaminan kerahasiaan, penjadwalan yang baik, dan petugas yang ramah dapat membantu pasien dalam menjalani terapi.
4. Paduan terapi ARV. Meliputi jenis obat yang digunakan dalam paduan, jumlah pil yang harus
diminum, karakteristik obat dan efek samping dan kemudahan untuk mendapatkan ARV.
5. Hubungan pasien-tenaga kesehatan Hubungan tersebut dapat memengaruhi kepatuhan meliputi: kepuasan dan
kepercayaan pasien terhadap tenaga kesehatan dan staf klinik, pandangan pasien terhadap kompetensi tenaga kesehatan, komunikasi, nada afeksi dari
hubungan tersebut hangat dan terbuka, kesesuaian kemampuan dan kapasitas tempat layanan dengan kebutuhan pasien.
2.3.3. Jenis Ketidakpatuhan Non Compliance
a. Ketidakpatuhan yang disengaja Intentional non Compliance
Kepatuhan yang disengaja dapat disebabkan oleh : 1
Keterbatasan biaya pengobatan 2
Sikap apatis pasien 3
Ketidakpercayaan pasien akan efektifitas obat b.
Ketidakpatuhan yang tidak disengaja Unitional non Compliance Ketidakpatuhan yang tidak disengaja dapat disebabkan karena :
1 Pasien lupa minum obat
2 Ketidaktahuan akan petunjuk pengobatan
3 Kesalahan dalam hal pembacaan etiket
2.3.4. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Ketidakpatuhan
Faktor-faktor yang memengaruhi ketidakpatuhan dapat digolongkan menjadi empat bagian dikutip dari Risty Ivanti, 2009 yaitu :
1. Pemahaman tentang Instruksi Tak seorang pun mematuhi instruksi jika orang tersebut salah paham atau tidak
mengerti tentang instruksipetunjuk yang diberikan padanya. Ley dan Spelman Ester, 2000 menemukan bahwa lebih dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan
dokter salah mengerti tentang instruksi yang diberikan pada mereka. Kadang-kadang hal ini disebabkan oleh kegagalan profesional kesehatan dalam memberikan
informasi yang lengkap, penggunaan istilah-istilah medis, dan banyak memberikan instruksi yang harus diingat oleh pasien.
2. Kualitas Interaksi Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan pasien merupakan bagian
yang terpenting dalam menentukan derajat kepatuhan. Pasien membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini, apa penyebabnya dan apa yang dapat mereka
lakukan dengan kondisi seperti ini. 3. Isolasi Sosial dan Keluarga
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang program
pengobatan yang dapat mereka terima. Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit.
4. Keyakinan, sikap, Kepribadian Menurut Schwartz Griffin Bart,1994, riset tentang ketaatan pasien
didasarkan atas pandangan tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh.
Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap sebagai masalah kontrol. Riset berusaha untuk mengidentifikasi kelompok-
kelompok pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosio ekonomi, pendidikan, umur dan jenis kelamin.
Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku dan kaset
oleh pasien secara mandiri.