20 a. Orang yang disiplin tentunya memiliki jadwal kegiatan dan
mempunyai waktu belajar yang teratur. b. Orang yang hidup disiplin akan belajar sedikit demi sedikit
mancicil secara berkesinambungan. c. Mengerjakan tugas sesuai dengan jadwal atau rencana, sehingga
tugas selesai tepat pada waktunya. d. Belajar di tempat dan suasana yang mendukung menurutnya.
Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini kedisiplinan belajar di rumah memiliki indikator sebagai berikut:
1. Belajar secara teratur. 2. Mengerjakan tugas pada waktunya.
3. Memiliki rencana atau jadwal belajar. 4. Belajar dalam tempat dan suasana yang mendukung.
B. Kedisiplinan Belajar di Sekolah
1. Pengertian Kedisiplinan Belajar Siswa di Sekolah
Disiplin secara luas dapat diartikan sebagai semacam pengaruh yang dirancang untuk membantu anak agar mampu menghadapi tuntutan dari
lingkungan. Disiplin itu tumbuh dari kebutuhan untuk menjaga keseimbangan antara kecenderungan dan keinginan individu untuk
berbuat sesuatu yang dapat dan ingin ia peroleh dari orang lain atau karena situasi dan kondisi tertentu, dengan pembatasan peraturan yang
diperlukan terhadap dirinya oleh lingkungan tempat ia hidup.
21 Isu yang dihadapi sekolah dalam menciptakan iklim sekolah yang
sosial dan emosional baik adalah kedisiplinan belajar siswa. Disiplin sekolah sering didefinisikan dengan prosedur yang terfokus pada
konsekuansi pemberian hukuman. Perspektif disiplin secara tradisional ini kurang sempurna sebab tidak memperhatikan perkembangan dan tidak
mendukung perilaku prososial yang ditunjukkan siswa. Zainal Aqib 2011: 118 mengemukakan pendapat bahwa disiplin
adalah langkah-langkah atau upaya yang perlu guru, kepala sekolah, orang tua, dan siswa ikuti untuk mengembangkan keberhasilan perilaku
siswa secara akademik maupun sosial. Jadi, disiplin dianggap sebagai alat menuju keberhasilan untuk semua guru dan semua siswa di berbagai
situasi. Sekolah yang memperlakukan peraturan terlalu ketat tanpa
meletakkan kualitas emosional yang dituntut dalam hubungan interpersonal antar guru dengan murid ataupun sesam guru akan
menimbulkan rasa tidak aman, ketakutan, serta keterpaksaan dalam perkembangan anak. Tetapi sebaliknya sekolah yang dapat meperlakukan
peraturan secara rapi yang dilandasi oleh kualitas emosional yang baik dalam hubungan guru dan murid atau manusia lainnya, akan
menghasilkan kataatan yang spontan. Adapun Menurut Buchari Alma dkk 2010: 131 sekolah yang
berhasil adalah sekolah yang menerapkan tata tertib itu disertai dengan pengawasan yang baik. Karena sebaik apapun aturan, tanpa
22 impelementasi, tentu akan sia-sia. Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa kedisiplinan belajar siswa di sekolah adalah sikap siswa yang menunjukkan ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan atau
tata tertib yang telah ada dan dilakukan dengan senang hati serta
kesadaran diri. 2.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Belajar di Sekolah
Disiplin secara luas dapat diartikan sebagai semacam pengaruh yang dirancang untuk membantu anak agar mampu menghadapi tuntutan dari
lingkungan. Disiplin itu tumbuh dari kebutuhan untuk menjaga keseimbangan antara kecenderungan dan keinginan individu untuk
berbuat sesuatu yang dapat dan ingin ia peroleh dari orang lain atau karena situasi kondisi tertentu, dengan pembatasan peraturan yang
diperlukan terhadap dirinya oleh lingkungan tempat ia hidup. Masalah disiplin di dunia pendidikan tidak dapat terlepas dari
pertumbuhan disiplin anak sejak dini di rumah, kualitas emosional yang habitual sudah menjadi kebiasaan akan ikut menentukan bagaimana ia
menyesuaikan dirinya, kemudian di sekolah kemudian berlanjut di masyarakat sebagai dasar yang diperoleh sebelumnya. Kehidupan emosi
yang merupakan hubungan interpersonal yang melibatkan pola perasaan antar manusia dan sikap-sikap yang mengelilinginya adalah dasar utama
dalam pembentukan pribadi seorang anak. Sikap disiplin atau kedisiplinan seseorang, terutama siswa berbeda-
beda. Ada siswa yang mempunyai kedisiplinan tinggi, sebaliknya ada
23 siswa yang mempunyai kedisiplinan rendah. Tinggi rendahnya
kedisiplinan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari dalam diri maupun yang berasal dari luar.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kedisiplinan tersebut, antara lain yaitu:
1. Siswa itu sendiri Mengingat setiap siswa memiliki potensi dan kepribadian yang
berbeda antara yang satu dan yang lain, maka dalam menanamkan kedisiplinan faktor siswa harus diperhatikan. Pemahaman terhadap
individu siswa secara cermat dan tepat akan berpengaruh terhadap keberhasilan penanaman kedisiplinan.
2. Sikap pendidikguru Sikap pendidik dalm hal ini adalah seorang guru juga mempengaruhi
kedisiplinan anak. Sikap pendidika yang bersikap baik, penuh kasih sayang, memungkinkan keberhasilan penanaman kedisiplinan pada
siswa. Hal ini dimungkinkan karena pada hakikatnya siswa cenderung lebih patuh kepada pendidik yang bersikap baik.
Sebaliknya, sikap pendidik yang kasar, keras, tidak peduli, dan kurang wibawa akan berdampak terhadap kegagalan penanaman
kedisiplinan di sekolah. 3. Lingkungan
Situasi lingkungan akan mempengaruhi proses dan hasil pendidikan, situasi lingkungan ini meliputi lingkungan fisis, limgkungan teknis,
24 dan lingkungan sosiokultural. Lingkungan fisis berupa lingkungan
sekolah, keluarga, dan masyarakat. Lingkungan teknis berupa fasilitas atau sarana prasarana yang bersifat kebendaan, dan
lingkungan sosiokultural berupa lingkungan antar individu yang mengacu kepada budaya sosial masyarakat tertentu. Ketiga
lingkungan tersebut juga mempengaruhi kedisiplinan seseorang, khususnya siswa.
4. Tujuan Faktor tujuan juga berpengaruh terhadap kedisiplinan seseorang.
Tujuan yang dimaksud di sini adalah tujuan yang berkaitan dengan penanaman kedisiplinan. Agar penanaman kedisiplinan kepada siswa
dapat berhasil, maka tujuan tersebut harus ditetapkan dengan jelas, termasuk penentuan kriteria pencapaian tujuan penanaman
kedisiplinan di sekolah. Oleh karena itu, amatlah penting memahami dahulu psikologi
perkembangan anak sebelum ia memasuki sekolah, prinsip dan asa pertumbuhan
yang berkenaan
erat dengan
kebutuhannya, ketergantungannya kepada orang lain serta kesan-kesan pertama yang
meletakkan pola perasaan dlam tumbuh kembang pribadinya, yang kemudian menjadi pola perasaan yang habitual yang akan menjadi dasar
untuk menempa disiplin di sekolah. Bila dasar baik yang dimaksud sebagai pola emosional yang habitual
sudah terbentuk, tidaklah sukar bagi lingkungan lain seperti sekolah
25 untuk melanjutkan usaha ini. Hubungan timbal balik untuk kebutuhan
rasa aman dan perlindungan akan berlanjut terus, juga di luar rumah meskipun dalam gradasi yang berbeda. Apabila di sekolah siswa
memiliki teman sebaya atau teman guru yang dapat memberikan rasa aman dan keteladanan tingkah laku yang baik, maka akan tumbuhlah
pola emosional yang sehat dan interakasi anak dengan lingkungannya.
3. Menumbuhkan Kedisiplinan dalam Belajar di Sekolah