Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Industri

57 melaksanakan prakerin di Industri, sehingga pelaksanaan prakerin bisa berjalan dengan efektif agar tujuan utama bisa tercapai. Informasi tentang perbedaan semester pelaksanaan prakerin secara rinci ditampilkan pada gambar 15. Gambar 15. Perbandingan semester pelaksanaan prakerin SMK Aspek lain yang menjadi pembahasan adalah mengenai standar minimal jam kerja di industri. Berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada 30 siswa, 23 77 siswa menyatakan bahwa standar minimal jam kerja di industri adalah diatas 500 jam yaitu semua siswa SMK N 1 Adiwerna dan SMK N 1 Bumijawa. Sisanya 6 20 siswa SMK N 1 Warureja menyatakan 401-500 jam dan 1 3 siswa SMK N 1 Warureja menyatakan dibawah 400 jam. Gambar 16. menampikan informasi tentang persentase standar minimal jam prakerin. Gambar 16. Persentase standar minimal jam kerja prakerin 58

f. Pekerjaan

Pekerjaan yang dilakukan siswa SMK Jurusan TITL saat prakerin dikelompokkan ke dalam beberapa kategori, yaitu perbaikan dan pemasangan instalasi penerangan, perbaikan dan pemasangan instalasi tenaga, perbaikan dan pemasangan motor listrik, perbaikan dan perawatan peralatan listrik rumah tangga dan pengendalian motor listrik. Berikut ini penjelasannya. sebanyak 26 dari 30 86,7 siswa menyatakan bahwa pekerjaan perbaikan dan pemasangan instalasi penerangan dilakukan saat prakerin. Pekerjaan perbaikan dan pemasangan instalasi penerangan memperoleh persentase paling banyak dibandingkan pekerjaan yang lain. Hal ini kemungkinan disebabkan karena banyaknya rumah baru yang memasang instalasi atau banyaknya kerusakan instalasi yang terjadi di rumah. Informasi mengenai persentase perbaikan dan pemasangan instalasi penerangan secara detail ditampilkan pada gambar 17. Gambar 17. Persentase perbaikan instalasi penerangan Sebanyak 18 dari 30 60 siswa menyatakan bahwa mereka melakukan pekerjaan perbaikan dan pemasangan instalasi tenaga saat prakerin di industri. Data ini lebih sedikit dibandingkan dengan data instalasi penerangan. Hal ini biasanya disebabkan karena jumlah pemasangan jaringan listrik baru yang 59 sedikit atau kerusakan jaringan yang jarang terjadi. Informasi mengenai persentase perbaikan instalasi tenaga ditampilkan pada gambar 18. Gambar 18. Persentase perbaikan instalasi tenaga Berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada 30 siswa, 13 43,3 siswa menyatakan bahwa mereka melakukan pekerjaan perbaikan dan pemasangan motor listrik saat prakerin. Seharusnya pekerjaan perbaikan dan pemasangan motor listrik banyak dilakukan siswa prakerin, tetapi data yang diperoleh menunjukkan bahwa pekerjaan perbaikan dan pemasangan motor listrik sedikit dilakukan siswa. Hal ini kemungkinan disebabkan karena persentase siswa yang prakerin di bengkel motor listrik hanya 10. Informasi mengenai persentase perbaikan dan pemasangan motor listrik ditampilkan pada gambar 19. Gambar 19. Persentase perbaikan motor listrik