Waktu Pekerajaan Pelaksanaan Prakerin

77 Berdasarkan pekerjaan yang dilakukan, tingkat relevansinya mencapai 60 dengan apa yang diajarkan di sekolah.

g. Pembimbing

Persentase monitoring pembimbing saat siswa prakerin adalah 100. Semua siswa menyatakan adanya monitoring dari pembimbing saat prakerin berlangsung. Sedangkan berdasarkan aspek kemudahan mengubungi pembimbing saat prakerin, 83 siswa menyatakan mudah menghubungi, dan 17 siswa menyatakan sulit untuk menghubungi pembimbing.

h. Keterampilan

Berbeda dengan pekerjaan yang dilakukan, keterampilan lebih diartikan sebagai skill yang diperoleh dari industri yang sebelumnya tidak diperoleh di sekolah. Ada sepuluh jenis keterampilan yang diperoleh siswa saat prakerin, yaitu memasang jaringan, memasang KWh 1 dan 3 phasa, memperbaiki motor listrik, memasang instalasi rumah, memasang panel, memasang trafo 1 dan 3 phasa, memperbaiki mesin industri, perbaikan peralatan listrik rumah tangga, memasang instalasi tenaga dan memperbaiki magnetik kontaktor. Keterampilan yang paling banyak adalah memasang jaringan 21. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh jumlah industri yang dijadikan tempat prakerin siswa sebagian besar adalah kontraktor listrik dan PLN. Sedangkan keterampilan yang paling sedikit diperoleh siswa adalah memperbaiki magnetik kontaktor 1,6. Hal ini kemungkinan disebabkan karena jenis industri yang bergerak di bidang magnetik kontaktor sangat sedikit. 78

i. Ujian

Pelaksanaan ujian khusus setelah pelaksanaan prakerin belum berjalan maksimal. Hanya 77 siswa yang menyatakan bahwa ada pelaksanaan ujian khusus prakerin. Sekolah tertentu biasanya hanya mengharuskan siswa membuat laporan prakerin saja tanpa melaksanakan ujian. Sebenarnya adanya ujian prakerin adalah penting untuk menguji sejauh mana keterampilan yang diperoleh siswa saat prakerin, sehingga ketercapaian tujuan prakerin bisa diketahui.

j. Kendala

Ada lima jenis kendala yang dihadapi siswa saat prakerin, yaitu tidak ada pekerjaan, jarak tempat prakerin terlalu jauh, pembimbing kurang maksimal, pekerjaan terlalu berat dan pekerjaan tidak relevan. Kendala paling besar adalah tidak ada pekerjaan di industri 33,8, hal ini menunjukkan bahwa konsumen di industri masih sedikit, sehingga siswa prakerin sering mengalami waktu luang. Sedangkan kendala yang paling sedikit adalah pekerjaan tidak relevan dengan bidang keahlian 10,8.

2. Kemampuan Awal siswa SMK Sebelum Prakerin

Kemampuan siswa SMK masih jauh dari apa ang diharapkan industri. Kebanyakan peserta prakerin belum bisa dipercaya untuk menyelesaikan pekerjaan di lapangan. Selain itu terjadi kesenjangan antara apa yang dipelajari siswa di sekolah dengan apa yang harus dikerjakan di lapangan. Pembelajaran di sekolah lebih banyak teori dari pada praktik. Pembelajaran praktik masih kurang secara durasi, serta berbeda secara karakteristik dengan yang ada di lapangan. Keampuan siswa prakerin rata-rata dianggap nol oleh pihak industri. Kreativitas siswa tidak berjalan, karena belum memiliki kemampuan dasar. Bahkan