B. Analisis Hasil Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dan peningkatan motivasi siswa yang diberikan model
pembelajaran Think-Pair-Share, maka peneliti melakukan analisis
instrumen pengumpulan data sebagai berikut: 1.
Analisis Hasil Belajar
Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada instrumen tes pre-test dan post-test dan dinyatakan valid serta reliabel, maka
peneliti menggunakan instrumen tersebut untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen. Berikut peneliti akan
menganalisis nilai siswa berdasarkan uji statistik uji perbedaan rata-
rata kelas kontrol dan kelas eksperimen: a.
Uji Normalitas
Agar dapat melihat dan mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran, maka data pre-test dan post-test diuji
normalitas terlebih dahulu menggunakan SPSS Statistics 17.0 dengan uji sampel tunggal Kolmogorov-Smirnov. Tujuan dilakukan
uji normalitas data adalah untuk mengetahui apakah data pre-test dan
post-test berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal.
Hipotesis: : Data berdistribusi normal
: Data berdistribusi tidak normal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berikut adalah hasil perhitungan SPSS dari data pre-test dan post- test:
a Pre-test
Sig 2-tailed kelas kontrol = 0,140 0,05 maka gagal
ditolak. Jadi data pre-test kelas kontrol berdistribusi normal. Sig 2-tailed kelas kontrol = 0,200 0,05 maka
gagal ditolak. Jadi data pre-test kelas eksperimen berdistribusi
normal. Data pre-test kelas kontrol berdistribusi normal dan pre-test kelas eksperimen berdistribusi normal. Hasil
perhitungan dapat dilihat pada bagian lampiran C.3. b
Post-test Sig 2-tailed kelas kontrol = 0,200 0,05 maka
gagal ditolak. Jadi data post-test kelas kontrol berdistribusi normal.
Sig 2-tailed kelas kontrol = 0,028 0,05 maka ditolak.
Jadi data post-test kelas eksperimen tidak berdistribusi normal. Jadi data post-test kelas kontrol berdistribusi normal
dan data post-test kelas eksperimen tidak berdistribusi normal, sehingga untuk mengetahui perbedaan rata-rata post-
test tidak dapat menggunakan Uji T melainkan menggunakan Uji Mann Withney Test karena ada salah satu data yang tidak
berdistribusi normal. Hasil perhitungan dapat dilihat pada bagian Lampiran C.4.
b. Uji Perbedaan Rata-rata Nilai Pre-test
Uji rata-rata dilakukan untuk mengetahui apakah hasil pre- test kelas eksperimen lebih baik dari hasil pre-test kelas kontrol
atau sebaliknya. Uji rata-rata menggunakan Uji T independent sample test karena data yang diperoleh berdistribusi normal.
Sebelum menghitung rata-rata, perlu dilihat variansi kedua kelas
terlebih dahulu yaitu sebagai berikut:
Misalkan: : variansi nilai pre-test kelas kontrol
: variansi nilai pre-test kelas eksperien : tidak ada perbedaan variansi nilai pre-test kelas
kontrol dan kelas eksperimen : ada perbedaan variansi nilai pre-test kelas kontrol
dan kelas eksperimen Sig 2-tailed = 0,469
maka gagal ditolak.
Jadi tidak ada perbedaan variansi nilai pre-test kelas kontrol dan kelas eksperimen atau variansi kedua kelas sama. Dengan
demikian data pre-test dapat dianalisis dengan uji T. Hipotesis yang digunakan sebagai berikut:
Misalkan: : rata-rata nilai pre-test kelas kontrol
: rata-rata nilai pre-test kelas eksperimen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
: tidak ada perbedaan rata-rata nilai pre-test kelas kontrol dan kelas eksperimen
: ada perbedaan rata-rata nilai pre-test kelas kontrol dan kelas eksperimen
Sig 2-tailed = 0,626 0,05 maka gagal ditolak. Jadi
tidak ada perbedaan rata-rata nilai pre-test siswa kelas kontrol dan rata-rata nilai pre-test siswa kelas eksperimen, sehingga dalam
penelitian ini pemilihan kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak menyimpang dari penelitian karena kedua kelas berawal dari
kemampuan yang sama. Hasil Perhitungan dapat dilihat pada bagian lampiran C.5.
c. Uji Perbedaan Rata-Rata Post-test
Uji perbedaan rata-rata dilakukan untuk melihat apakah penggunaan model pembelajaran Think-Pair-Share dengan
berbantu alat peraga lebih baik dari model pembelajaran konvensional. Uji rata-rata dilakukan dengan menggunakan uji
Mann Whithney U Test karena ada salah satu data tidak berdistribusi normal. Hipotesis yang akan digunakan sebagai
berikut.
Misalkan: : rata-rata nilai post-test kelas kontrol
: rata-rata nilai post-test kelas eksperimen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
: rata-rata nilai post-test kelas eksperimen lebih rendah atau sama dengan kelas kontrol
: rata-rata nilai post-test eksperimen lebih tingi dari kelas kontrol
Berikut adalah hasil uji statistik menggunakan Uji Mann Withney Test.
Tabel. 4.11 Uji Mann Withney Tes
Test Statistics
a
Nilai_Posttest Mann-Whitney U
137.000 Wilcoxon W
368.000 Z
-2.101 Asymp. Sig. 2-
tailed .036
a. Grouping Variable: Kelas Sig2-tailed = 0,036 0,05 maka
ditolak. Jadi nilai rata-rata nilai post-test kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Hasil
perhitungan dapat dilihat pada bagian lampiran C.6. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Analisis Data Kuesioner Motivasi Belajar
Pada penelitian ini, kuesioner motivasi belajar siswa digunakan oleh peneliti untuk melihat dan mengetahui motivasi siswa kelas VIII A
setelah diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran Think-Pair- Share.
a. Analisis Motivasi Belajar Matematika Setiap Siswa
Perhatikan tabel berikut:
Tabel 4.12 Presentase dan Kriteria Motivasi Belajar
Per Siswa Setelah Pembelajaran Kelas Eksperimen
Nomor Absen
Hasil Motivasi
Siswa Kriteria
1 83
Sangat Tinggi 2
87 Sangat Tinggi
3 83
Sangat Tinggi 4
67 Tinggi
5 79
Tinggi 6
56 Cukup
7 83
Sangat Tinggi 8
73 Tinggi
9 79
Tinggi 10
85 Sangat Tinggi
11 73
Tinggi 12
80 Tinggi
13 78
Tinggi 14
79 Tinggi
15 74
Tinggi 16
83 Sangat Tinggi
17 87
Sangat Tinggi 18
84 Sangat Tinggi
19 81
Sangat Tinggi 20
86 Sangat Tinggi
21 98
Sangat Tinggi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.9 menyatakan presentase motivasi belajar kelas eksperimen, yang kemudian dikelompokkan menjadi beberapa
kriteria motivasi belajar pada tabel 3.6. Berdasarkan tabel 4.9, maka dapat dihitung jumlah siswa yang tergolong pada setiap
kriteria seperti pada tabel berikut:
Diagram 4.1
Berdasarkan tabeldiagram 4.1, maka dapat diketahui motivasi belajar siswa pada kelas eksperimen. Pada kelas eksperimen
terdapat 11 siswa 52,38 yang mempunyai motivasi belajar sangat tinggi, 9 siswa 42,86 yang mempunyai motivasi belajar
matematika yang tinggi, dan 1 siswa 4,76 yang mempunyai motivasi belajar matematika cukup.
b. Analisis Data Wawancara
Wawancara dilakukan untuk melengkapi data kuesioner. Wawancara dilakukan setelah peneliti mendapatkan data hasil
belajar dan kuesioner yang berkaitan tentang motivasi belajar
11,53 9,43
1,4 0,0
10 20
30 40
50 60
11 9
1
p R
E S
E N
T A
S E
JUMLAH SISWA
Jumlah dan Presentase Motivasi Siswa Per-Kriteria
siswa, yaitu pada hari Sabtu, 21 Mei 2016 pada pukul 13.00-14.00 WIB. Setelah melakukan analisis terhadap hasil belajar dan
kuesioner, peneliti menetapkan 4 siswa sebagai perwakilan dari seluruh siswa kelas VIII A yang telah mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share. Pertanyaan yang diajukan oleh peneliti berkaitan tentang
pembelajaran dengan model pembelajaran Think-Pair-Share pada sub materi volume balok pedoman wawancara dapat dilihat pada
lampiran A.11. Berikut adalah analisis hasil wawancara yang telah dilakukan:
1. Minat Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran Matematika
Apakah pembelajaran matematika dengan metode Think-Pair- Share dan alat peraga lebih menarik dan menyenangkan? Jika
ya, mengapa, jika tidak mengapa Siswa A
: “ Iya. Menurut saya iya, karena kalau pakai alat peraga
itu lebih
mudah dipahami,terus
juga lebih
menyenangkan, jadi tidak terlalu serius. Siswa B
: “ Iya lebih menarik, karena lebih fokus kak, gak bosen dan menyenagkan karena ada alat peraganya juga.
Siswa C : “ Lebih menarik dan menyenangkan, karena
pembelajaran dengan Think-Pair-Share menurut saya itu yang pertama kita mikir sama-sama, terus kita memperagakan, terus
habis itu kita berbagi jadi lebih dong daripada cuma guru yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menjelaskan, mencatat dan mengerjakan. Saya lebih suka praktek sendiri.
Siswa D :” Lebih menarik ya kak, karena ada bantuan alat
peraganya itu. Berdasarkan pendapat keempat siswa tersebut, banyak
siswa tertarik mengikuti pembelajaran dengan model
pem- belajaran Think-Pair-Share dengan berbantu alat peraga.
Ketertarikan itu diakui oleh siswa karena didalam model pembelajaran tersebut dibantu dengan alat peraga, jadi mereka
lebih senang dalam mengikuti pembelajaran dan lebih mudah memahami materi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
banyak siswa yang mempunyai minat yang baik saat mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Think-Pair-Share
dengan berbantu alat peraga. 2.
Perhatian Siswa Selama Mengikuti Pembelajaran Apa yang kamu lakukan ketika guru atau teman menjelaskan
materi baik dalam kelompok maupun di depan kelas? Siswa A
: “ memperhatikan, lebih memperdalam dan memahami”
Siswa B : “ mendengarkan, kadang-kadang suka dicatet
sedikit” Siswa C
: “ kalau ada yang ngerti aku tanya, tapi kadang kalau guru menjelaskannya muter-
muter aku jadi bingung juga” PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Siswa D : “ memperhatikan”
Berdasarkan hasil wawancara diatas, siswa mempunyai perhatian yang cukup tinggi selama proses pembelajaran. Selain
itu, siswa juga aktif bertanya jika ada materi yang tidak dimengerti atau berbeda dengan hasil diskusi dan mencatat
sedikit materi. 3.
Konsentrasi Siswa Selama Mengikuti Pembelajaran Apakah kamu fokus mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
model pembelajaran Think-Pair-Share dan alat peraga? Siswa A
: “ lebih fokus” Siswa B
: “ nggak begitu fokus” Siswa C
: “fokus” Siswa D
: “ fokus” Berdasarkan hasil wawancara, siswa sudah fokus
dalam mengikuti pembelajaran, walaupun ada beberapa siswa yang merasa kurang fokus, namun sebagian besar siswa fokus
dalam mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Think-Pair-Share berbantu alat peraga.
4. Ketekunan Selama Mengikuti Pembelajaran
Apakah kamu merasa enggan dan terbebani ketika harus menjelaskan hasil diskusi didepan teman kelompok lain?
Siswa A : “iya, karena saya tidak terbiasa dan susah buat
menjelaskannya, tetapi mungkin kalau sering seperti itu saya bisa ”
Siswa B :
“ Tidak, karena saya orangnya PD Percaya Diri mbak, tidak takut”
Siswa C : “ Tidak, karena kalau menurut saya senang bisa
berbagi ilmu sama teman, terus ngertinya lebih banyak.” Siswa D
: “ ya kalau saya terbebani karena saya tidak percaya diri”
Dua siswa merasa terbebani untuk menjelaskan hasil diskusi di depan teman kelompok lain, hal ini dipengaruhi
oleh kurangnya rasa percaya diri siswa karena tidak biasa berbicara didepan banyak orang, namun dua siswa tidak merasa
terbebani karena mereka merasa percaya diri dan mau erbagi kepada teman kelompok lain.
5. Keterlibatan Selama Mengikuti Pembelajaran
Apakah kamu terlibat dalam pembelajaran seperti diskusi dalam kelompok?
Siswa A : “ iya terlibat, saya mendapat bagian meghitung”
Siswa B : “ iya, saya terlibat mencatat hasil diskusi”
Siswa C : ” iya, misalnya kaya kemarin tentang volume terus
bagi-bagi nomor, lalu saya kebagian nomor 4 jadi waktunya lebih cepet, kalau pas ngerjain ada yang gak dong kita nanya”
Siswa D : ” iya, terlibat, karena hanya saya yang
mengerjakan” Berdasarkan hasil wawancara, keempat siswa terlibat
dalam berdiskusi kelompok untuk memecahkan masalah. Mereka saling berbagi pekerjaan dan bertanya saat ada soal
yang kurang jelas. Ada beberap siswa yang merasa dirinya bekerja sendiri dalam kelompok, teman lainnya hanya diam
saja. Namun, secara keseluruhan sebagian siswa ikut terlibat dalam diskusi kelompok.
6. Keantusiasan Selama Mengikuti Pembelajaran
Bagaimana kesanmu terhadap metode Think-Pair-Share dan alat peraga yang telah dilaksanakan? Apakah menjadi
bersemangat atau sebaliknya? Siswa A
: “ lebih senang, bisa dapat pembelajaran baru menggunakan alat peraga, lebih mudah dipahami”
Siswa B : “ kalau pakai alat peraga lebih fokus”
Siswa C : “ seru, mau diterapin kaya gitu lagi kalau bisa Bu
Sisilnya guru mata pelajaran matematika, juga lebih bersemangat”
Siswa D : “ saya menjadi lebih jelas, pas kakak ngajarin
detail banget” Berdasarkan hasil wawancara di atas, siswa lebih
senang, fokus, bersemangat, dan merasa lebih jelas ketika PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran think- pair-share berbantu alat peraga. Secara keseluruhan siswa
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. 7.
Rasa Ingin Tahu Selama Mengikuti Pembelajaran Apa yang kamu lakukan ketika tidak memahami suatu materi
yang dipelajari? Siswa A
: “ bertanya, bisa bertanya pada teman atau guru, kalau nggak cari di buku.”
Siswa B : “ tanya teman”
Siswa C : “ kalau aku tanya ke gurunya langsung, soalnya
kalau tanya temen kadang bilangnya tau tapi tenyata juga gak tau”
Siswa D : “ tanya pada guru, tapi pertama tanya sama temen,
kalau temen juga ga dong tanya guru” Berdasarkan hasil wawancara diatas, ada siswa yang
bertanya kepada teman, ada siswa yang memilih bertanya guru supaya lebih jelas karena jika bertanya dengan teman kadang
tidak di beri tahu dan teman juga tidak paham mengenai materi. Namun, terlepas dari itu semua, siswa sudah memiliki rasa
ingin tahu yang baik apabila ada materi yang kurang dimengerti.
8. Berusaha Mencoba dan Aktif Mengatasi Tantangan Selama
Mengikuti Pembelajaran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Apa yang kamu lakukan ketika mendapati soal latihan yang sulit untuk diselesaikan dalam pembelajaran dengan metode
Think-Pair-Share dan alat peraga? Siswa A
: “ minta bantuan kepada teman untuk ngajarin, kalau enggak minta tolong kasih tau
rumusnya” Siswa B
: “ kadang saya ngasal, kalau tanya teman juga ga ngerti”
Siswa C : “ aku nyoba dulu sampai metok, kalau bener-bener
gak bisa tanya temen kalo mepet- mepetnya tanya guru”
Siswa D : ” bertanya ke kelompok lain, ketika buntu di dalam
kelomp ok”
Berdasarkan hasil
wawancara di
atas, ketika
menghadapi suatu masalah ada siswa mempunyai inisiatif untuk bertanya, ada yang berusaha berfikir dahulu sampai
benar-benar tidak bisa, namun ada juga yang pasrah jika bertanya pada teman namun teman juga tidak tahu, namun ia
juga sudah mempunyai inisiatif untuk bertanya. Berikut ini merupakan kesimpulan dari wawancara
mengenai motivasi belajar siswa yang telah dilakukan: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel. 4.13 Kesimpulan Hasil Wawancara
No Aspek
Jawaban
1 Minat
Banyak siswa tertarik mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Think-Pair-Share dengan berbantu
alat peraga. Ketertarikan itu diakui oleh siswa karena didalam model pembelajaran tersebut dibantu dengan
alat peraga, jadi mereka lebih senang dalam mengikuti pembelajaran dan lebih mudah memahami materi.
2 Perhatian
Siswa mempunyai perhatian yang cukup tinggi selama proses pembelajaran. Selain itu, siswa juga aktif
bertanya jika ada materi yang tidak dimengerti atau berbeda dengan hasil diskusi dan mencatat sedikit
materi.
3 Konsentrasi
Siswa sudah fokus dalam mengikuti pembelajaran, walaupun ada beberapa siswa yang merasa kurang
fokus, namun sebagian besar siswa fokus dalam mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran
Think-Pair-Share berbantu alat peraga. Jadi konsentrasi siswa cukup baik.
4 Ketekunan
Dua siswa merasa terbebani untuk menjelaskan hasil diskusi di depan teman kelompok lain, hal ini
dipengaruhi oleh kurangnya rasa percaya diri siswa karena tidak biasa berbicara didepan banyak orang,
namun dua siswa tidak merasa terbebani karena mereka merasa percaya diri dan mau berbagi kepada teman
kelompok lain. Terlepas dari itu, beberapa siswa sudah memiliki kepercayaan diri yang baik.
5 Keterlibatan
Keempat siswa terlibat dalam berdiskusi kelompok untuk memecahkan masalah. Mereka saling berbagi
pekerjaan dan bertanya saat ada soal yang kurang jelas. Ada beberap siswa yang merasa dirinya bekerja sendiri
dalam kelompok, teman lainnya hanya diam saja. Namun, secara keseluruhan sebagian siswa ikut terlibat
dalam diskusi kelompok.
6 Keantusiasan
Siswa lebih senang, fokus, bersemangat, dan merasa lebih jelas ketika mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran think-pair-share berbantu alat peraga. Secara keseluruhan siswa bersemangat dalam mengikuti
pembelajaran.
7 Rasa ingin
tahu Siswa sudah memiliki rasa ingin tahu yang baik apabila
ada materi yang kurang dimengerti. Baik bertanya kepada teman maupun kepada guru.
c. Analisis Motivasi Belajar Matematika Secara Keseluruhan
Presentase motivasi belajar siswa secara keseluruhan dapat dilihat dari presentase motivasi belajar setiap siswa dan dilihat
menggunakan beberapa kriteria. Berdasarkan kriteria motivasi belajar siswa secara keseluruhan pada tabel 3.7, peneliti akan
melakukan penjumlahan presentase siswa yang memiliki motivasi belajar sangat tinggi, tinggi, dan cukup. Hasil presentase motivasi
siswa yang tergolong kriteria sangat tinggi adalah 52,38 sedangkan yang tergolong tinggi adalah 42,86 , sehingga hasil
penjumlahannya menjadi 95,24, artinya presentase lebih dari 75. Dapat disipulkan bahwa motivasi belajar siswa kelas
eksperimen tinggi. Berarti siswa mengalami peningkatan motivasi belajar setelah diberikan model pembelajaran Think-Pair-Share.
Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara beberapa siswa. Kesimpulan hasil wawancara dapat dilihat pada tabel 4.13.
3. Analisis Keterlaksanaan Model Pembelajaran Think-Pair-Share
Pada bagian ini penulis akan menganalisis keterlaksanaan model pembelajaran Think-Pair-Share pada kelas eksperimen. Berikut peneliti
akan menjelaskan keterlaksanaan model pembelajaran Think-Pair-
8 Berusaha
mencoba dan aktif mengatasi
tantangan Ketika menghadapi suatu masalah ada siswa mempunyai
inisiatif untuk bertanya, ada yang berusaha berfikir dahulu sampai benar-benar tidak bisa, namun ada juga
yang pasrah jika bertanya pada teman namun teman juga tidak tahu, namun ia juga sudah mempunyai inisiatif
untuk bertanya.
Share setiap pertemuan maupun keterlaksanaan model pembelajaran Think-Pair-Share secara keseluruhan.
a. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Setiap Pertemuan
Berdasarkan data pada tabel 4.8, tabel 4.9 dan tabel 4.10 maka peneliti menggunakan Microsoft Office Excel 2013 untuk
menghitung persentase keterlaksanaan model pembelajarn Think- Pair-Share setiap pertemuan dari hasil pengamatan video
pembelajaran pada pembelajaran kelas eksperimen. Pada perhitungan keterlaksanaan model pembelajaran Think-Pair-Share
akan diberikan skor 1 pada pernyataan yang diberikan tanda cek √ p
ada kolom “ya” dan skor 0 pada kolom “tidak”. Setelah itu, dihitung skor keseluruhannya sehingga diperoleh sebagai berikut:
Tabel 4.14 Data Hasil Keterlaksanaan Model Pembelajaran Think-Pair-Share
Pertemuan Skor Keterlaksanaan
Model Pembelajaran Persentasi
Seluruhnya Kriteria
I 12
92,31 Sangat Tinggi
II 12
92,31 Sangat Tinggi
III 8
88.89 Sangat Tinggi
Bersadarkan tabel diatas, dapat dilihat keterlaksanan model pembelajaran Think-Pair-Share pada setiap pertemuan di kelas
eksperimen. Pada pertemuan pertama terdapat 12 aspek yang terlaksana dari 13 aspek dalam proses pembelajaran. Dengan
demikian dapat
dilihat persentasi
keterlaksanaan model
pembelajaran Think-Pair-Share adalah 92,31 dan tergolong sangat tinggi.
Pada pertemuan pertama terdapat 12 aspek yang terlaksana dari 13 aspek dalam proses pembelajaran. Dengan demikian dapat
dilihat persentasi keterlaksanaan model pembelajaran Think-Pair- Share adalah 92,31 dan tergolong sangat tinggi. Sedangkan pada
pertemuan ketiga, terdapat 8 aspek yang terlaksana dari 9 aspek dalam proses pembelajaran. Dengan demikian dapat dilihat
persentasi keterlaksanaan model pembelajaran Think-Pair-Share adalah 88,89 dan tergolong sangat tinggi.
b. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Secara Keseluruhan
Setelah melihat keterlaksanaan model pembelajaran Think- Pair-Share , maka dapat diketahui keterlaksanaan model
pembelajaran Think-Pair-Share pada kelas eksperimen secara keseluruhan yakni:
Keterlaksanaan Keseluruhan =
= =
= 91,17 Jadi, keterlaksanaan model pembelajaran Think-Pair-Share
yang dilakukan oleh peneliti adalah 91,17 dan tergolong sangat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tinggi berdasarkan kriteria keterlaksanaan model pembelajaran pada tabel 3.8
C. Pembahasan