Analisis Hasil Penelitian DESKRIPSI PEMBELAJARAN, HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN

B. Analisis Hasil Penelitian

Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dan peningkatan motivasi siswa yang diberikan model pembelajaran Think-Pair-Share, maka peneliti melakukan analisis instrumen pengumpulan data sebagai berikut: 1. Analisis Hasil Belajar Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada instrumen tes pre-test dan post-test dan dinyatakan valid serta reliabel, maka peneliti menggunakan instrumen tersebut untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen. Berikut peneliti akan menganalisis nilai siswa berdasarkan uji statistik uji perbedaan rata- rata kelas kontrol dan kelas eksperimen: a. Uji Normalitas Agar dapat melihat dan mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran, maka data pre-test dan post-test diuji normalitas terlebih dahulu menggunakan SPSS Statistics 17.0 dengan uji sampel tunggal Kolmogorov-Smirnov. Tujuan dilakukan uji normalitas data adalah untuk mengetahui apakah data pre-test dan post-test berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Hipotesis: : Data berdistribusi normal : Data berdistribusi tidak normal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Berikut adalah hasil perhitungan SPSS dari data pre-test dan post- test: a Pre-test Sig 2-tailed kelas kontrol = 0,140 0,05 maka gagal ditolak. Jadi data pre-test kelas kontrol berdistribusi normal. Sig 2-tailed kelas kontrol = 0,200 0,05 maka gagal ditolak. Jadi data pre-test kelas eksperimen berdistribusi normal. Data pre-test kelas kontrol berdistribusi normal dan pre-test kelas eksperimen berdistribusi normal. Hasil perhitungan dapat dilihat pada bagian lampiran C.3. b Post-test Sig 2-tailed kelas kontrol = 0,200 0,05 maka gagal ditolak. Jadi data post-test kelas kontrol berdistribusi normal. Sig 2-tailed kelas kontrol = 0,028 0,05 maka ditolak. Jadi data post-test kelas eksperimen tidak berdistribusi normal. Jadi data post-test kelas kontrol berdistribusi normal dan data post-test kelas eksperimen tidak berdistribusi normal, sehingga untuk mengetahui perbedaan rata-rata post- test tidak dapat menggunakan Uji T melainkan menggunakan Uji Mann Withney Test karena ada salah satu data yang tidak berdistribusi normal. Hasil perhitungan dapat dilihat pada bagian Lampiran C.4.

b. Uji Perbedaan Rata-rata Nilai Pre-test

Uji rata-rata dilakukan untuk mengetahui apakah hasil pre- test kelas eksperimen lebih baik dari hasil pre-test kelas kontrol atau sebaliknya. Uji rata-rata menggunakan Uji T independent sample test karena data yang diperoleh berdistribusi normal. Sebelum menghitung rata-rata, perlu dilihat variansi kedua kelas terlebih dahulu yaitu sebagai berikut: Misalkan: : variansi nilai pre-test kelas kontrol : variansi nilai pre-test kelas eksperien : tidak ada perbedaan variansi nilai pre-test kelas kontrol dan kelas eksperimen : ada perbedaan variansi nilai pre-test kelas kontrol dan kelas eksperimen Sig 2-tailed = 0,469 maka gagal ditolak. Jadi tidak ada perbedaan variansi nilai pre-test kelas kontrol dan kelas eksperimen atau variansi kedua kelas sama. Dengan demikian data pre-test dapat dianalisis dengan uji T. Hipotesis yang digunakan sebagai berikut: Misalkan: : rata-rata nilai pre-test kelas kontrol : rata-rata nilai pre-test kelas eksperimen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI : tidak ada perbedaan rata-rata nilai pre-test kelas kontrol dan kelas eksperimen : ada perbedaan rata-rata nilai pre-test kelas kontrol dan kelas eksperimen Sig 2-tailed = 0,626 0,05 maka gagal ditolak. Jadi tidak ada perbedaan rata-rata nilai pre-test siswa kelas kontrol dan rata-rata nilai pre-test siswa kelas eksperimen, sehingga dalam penelitian ini pemilihan kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak menyimpang dari penelitian karena kedua kelas berawal dari kemampuan yang sama. Hasil Perhitungan dapat dilihat pada bagian lampiran C.5.

c. Uji Perbedaan Rata-Rata Post-test

Uji perbedaan rata-rata dilakukan untuk melihat apakah penggunaan model pembelajaran Think-Pair-Share dengan berbantu alat peraga lebih baik dari model pembelajaran konvensional. Uji rata-rata dilakukan dengan menggunakan uji Mann Whithney U Test karena ada salah satu data tidak berdistribusi normal. Hipotesis yang akan digunakan sebagai berikut. Misalkan: : rata-rata nilai post-test kelas kontrol : rata-rata nilai post-test kelas eksperimen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI : rata-rata nilai post-test kelas eksperimen lebih rendah atau sama dengan kelas kontrol : rata-rata nilai post-test eksperimen lebih tingi dari kelas kontrol Berikut adalah hasil uji statistik menggunakan Uji Mann Withney Test. Tabel. 4.11 Uji Mann Withney Tes Test Statistics a Nilai_Posttest Mann-Whitney U 137.000 Wilcoxon W 368.000 Z -2.101 Asymp. Sig. 2- tailed .036 a. Grouping Variable: Kelas Sig2-tailed = 0,036 0,05 maka ditolak. Jadi nilai rata-rata nilai post-test kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Hasil perhitungan dapat dilihat pada bagian lampiran C.6. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Analisis Data Kuesioner Motivasi Belajar

Pada penelitian ini, kuesioner motivasi belajar siswa digunakan oleh peneliti untuk melihat dan mengetahui motivasi siswa kelas VIII A setelah diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran Think-Pair- Share. a. Analisis Motivasi Belajar Matematika Setiap Siswa Perhatikan tabel berikut: Tabel 4.12 Presentase dan Kriteria Motivasi Belajar Per Siswa Setelah Pembelajaran Kelas Eksperimen Nomor Absen Hasil Motivasi Siswa Kriteria 1 83 Sangat Tinggi 2 87 Sangat Tinggi 3 83 Sangat Tinggi 4 67 Tinggi 5 79 Tinggi 6 56 Cukup 7 83 Sangat Tinggi 8 73 Tinggi 9 79 Tinggi 10 85 Sangat Tinggi 11 73 Tinggi 12 80 Tinggi 13 78 Tinggi 14 79 Tinggi 15 74 Tinggi 16 83 Sangat Tinggi 17 87 Sangat Tinggi 18 84 Sangat Tinggi 19 81 Sangat Tinggi 20 86 Sangat Tinggi 21 98 Sangat Tinggi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 4.9 menyatakan presentase motivasi belajar kelas eksperimen, yang kemudian dikelompokkan menjadi beberapa kriteria motivasi belajar pada tabel 3.6. Berdasarkan tabel 4.9, maka dapat dihitung jumlah siswa yang tergolong pada setiap kriteria seperti pada tabel berikut: Diagram 4.1 Berdasarkan tabeldiagram 4.1, maka dapat diketahui motivasi belajar siswa pada kelas eksperimen. Pada kelas eksperimen terdapat 11 siswa 52,38 yang mempunyai motivasi belajar sangat tinggi, 9 siswa 42,86 yang mempunyai motivasi belajar matematika yang tinggi, dan 1 siswa 4,76 yang mempunyai motivasi belajar matematika cukup. b. Analisis Data Wawancara Wawancara dilakukan untuk melengkapi data kuesioner. Wawancara dilakukan setelah peneliti mendapatkan data hasil belajar dan kuesioner yang berkaitan tentang motivasi belajar 11,53 9,43 1,4 0,0 10 20 30 40 50 60 11 9 1 p R E S E N T A S E JUMLAH SISWA Jumlah dan Presentase Motivasi Siswa Per-Kriteria siswa, yaitu pada hari Sabtu, 21 Mei 2016 pada pukul 13.00-14.00 WIB. Setelah melakukan analisis terhadap hasil belajar dan kuesioner, peneliti menetapkan 4 siswa sebagai perwakilan dari seluruh siswa kelas VIII A yang telah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share. Pertanyaan yang diajukan oleh peneliti berkaitan tentang pembelajaran dengan model pembelajaran Think-Pair-Share pada sub materi volume balok pedoman wawancara dapat dilihat pada lampiran A.11. Berikut adalah analisis hasil wawancara yang telah dilakukan: 1. Minat Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran Matematika Apakah pembelajaran matematika dengan metode Think-Pair- Share dan alat peraga lebih menarik dan menyenangkan? Jika ya, mengapa, jika tidak mengapa Siswa A : “ Iya. Menurut saya iya, karena kalau pakai alat peraga itu lebih mudah dipahami,terus juga lebih menyenangkan, jadi tidak terlalu serius. Siswa B : “ Iya lebih menarik, karena lebih fokus kak, gak bosen dan menyenagkan karena ada alat peraganya juga. Siswa C : “ Lebih menarik dan menyenangkan, karena pembelajaran dengan Think-Pair-Share menurut saya itu yang pertama kita mikir sama-sama, terus kita memperagakan, terus habis itu kita berbagi jadi lebih dong daripada cuma guru yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menjelaskan, mencatat dan mengerjakan. Saya lebih suka praktek sendiri. Siswa D :” Lebih menarik ya kak, karena ada bantuan alat peraganya itu. Berdasarkan pendapat keempat siswa tersebut, banyak siswa tertarik mengikuti pembelajaran dengan model pem- belajaran Think-Pair-Share dengan berbantu alat peraga. Ketertarikan itu diakui oleh siswa karena didalam model pembelajaran tersebut dibantu dengan alat peraga, jadi mereka lebih senang dalam mengikuti pembelajaran dan lebih mudah memahami materi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa banyak siswa yang mempunyai minat yang baik saat mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Think-Pair-Share dengan berbantu alat peraga. 2. Perhatian Siswa Selama Mengikuti Pembelajaran Apa yang kamu lakukan ketika guru atau teman menjelaskan materi baik dalam kelompok maupun di depan kelas? Siswa A : “ memperhatikan, lebih memperdalam dan memahami” Siswa B : “ mendengarkan, kadang-kadang suka dicatet sedikit” Siswa C : “ kalau ada yang ngerti aku tanya, tapi kadang kalau guru menjelaskannya muter- muter aku jadi bingung juga” PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Siswa D : “ memperhatikan” Berdasarkan hasil wawancara diatas, siswa mempunyai perhatian yang cukup tinggi selama proses pembelajaran. Selain itu, siswa juga aktif bertanya jika ada materi yang tidak dimengerti atau berbeda dengan hasil diskusi dan mencatat sedikit materi. 3. Konsentrasi Siswa Selama Mengikuti Pembelajaran Apakah kamu fokus mengikuti kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Think-Pair-Share dan alat peraga? Siswa A : “ lebih fokus” Siswa B : “ nggak begitu fokus” Siswa C : “fokus” Siswa D : “ fokus” Berdasarkan hasil wawancara, siswa sudah fokus dalam mengikuti pembelajaran, walaupun ada beberapa siswa yang merasa kurang fokus, namun sebagian besar siswa fokus dalam mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Think-Pair-Share berbantu alat peraga. 4. Ketekunan Selama Mengikuti Pembelajaran Apakah kamu merasa enggan dan terbebani ketika harus menjelaskan hasil diskusi didepan teman kelompok lain? Siswa A : “iya, karena saya tidak terbiasa dan susah buat menjelaskannya, tetapi mungkin kalau sering seperti itu saya bisa ” Siswa B : “ Tidak, karena saya orangnya PD Percaya Diri mbak, tidak takut” Siswa C : “ Tidak, karena kalau menurut saya senang bisa berbagi ilmu sama teman, terus ngertinya lebih banyak.” Siswa D : “ ya kalau saya terbebani karena saya tidak percaya diri” Dua siswa merasa terbebani untuk menjelaskan hasil diskusi di depan teman kelompok lain, hal ini dipengaruhi oleh kurangnya rasa percaya diri siswa karena tidak biasa berbicara didepan banyak orang, namun dua siswa tidak merasa terbebani karena mereka merasa percaya diri dan mau erbagi kepada teman kelompok lain. 5. Keterlibatan Selama Mengikuti Pembelajaran Apakah kamu terlibat dalam pembelajaran seperti diskusi dalam kelompok? Siswa A : “ iya terlibat, saya mendapat bagian meghitung” Siswa B : “ iya, saya terlibat mencatat hasil diskusi” Siswa C : ” iya, misalnya kaya kemarin tentang volume terus bagi-bagi nomor, lalu saya kebagian nomor 4 jadi waktunya lebih cepet, kalau pas ngerjain ada yang gak dong kita nanya” Siswa D : ” iya, terlibat, karena hanya saya yang mengerjakan” Berdasarkan hasil wawancara, keempat siswa terlibat dalam berdiskusi kelompok untuk memecahkan masalah. Mereka saling berbagi pekerjaan dan bertanya saat ada soal yang kurang jelas. Ada beberap siswa yang merasa dirinya bekerja sendiri dalam kelompok, teman lainnya hanya diam saja. Namun, secara keseluruhan sebagian siswa ikut terlibat dalam diskusi kelompok. 6. Keantusiasan Selama Mengikuti Pembelajaran Bagaimana kesanmu terhadap metode Think-Pair-Share dan alat peraga yang telah dilaksanakan? Apakah menjadi bersemangat atau sebaliknya? Siswa A : “ lebih senang, bisa dapat pembelajaran baru menggunakan alat peraga, lebih mudah dipahami” Siswa B : “ kalau pakai alat peraga lebih fokus” Siswa C : “ seru, mau diterapin kaya gitu lagi kalau bisa Bu Sisilnya guru mata pelajaran matematika, juga lebih bersemangat” Siswa D : “ saya menjadi lebih jelas, pas kakak ngajarin detail banget” Berdasarkan hasil wawancara di atas, siswa lebih senang, fokus, bersemangat, dan merasa lebih jelas ketika PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran think- pair-share berbantu alat peraga. Secara keseluruhan siswa bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. 7. Rasa Ingin Tahu Selama Mengikuti Pembelajaran Apa yang kamu lakukan ketika tidak memahami suatu materi yang dipelajari? Siswa A : “ bertanya, bisa bertanya pada teman atau guru, kalau nggak cari di buku.” Siswa B : “ tanya teman” Siswa C : “ kalau aku tanya ke gurunya langsung, soalnya kalau tanya temen kadang bilangnya tau tapi tenyata juga gak tau” Siswa D : “ tanya pada guru, tapi pertama tanya sama temen, kalau temen juga ga dong tanya guru” Berdasarkan hasil wawancara diatas, ada siswa yang bertanya kepada teman, ada siswa yang memilih bertanya guru supaya lebih jelas karena jika bertanya dengan teman kadang tidak di beri tahu dan teman juga tidak paham mengenai materi. Namun, terlepas dari itu semua, siswa sudah memiliki rasa ingin tahu yang baik apabila ada materi yang kurang dimengerti. 8. Berusaha Mencoba dan Aktif Mengatasi Tantangan Selama Mengikuti Pembelajaran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Apa yang kamu lakukan ketika mendapati soal latihan yang sulit untuk diselesaikan dalam pembelajaran dengan metode Think-Pair-Share dan alat peraga? Siswa A : “ minta bantuan kepada teman untuk ngajarin, kalau enggak minta tolong kasih tau rumusnya” Siswa B : “ kadang saya ngasal, kalau tanya teman juga ga ngerti” Siswa C : “ aku nyoba dulu sampai metok, kalau bener-bener gak bisa tanya temen kalo mepet- mepetnya tanya guru” Siswa D : ” bertanya ke kelompok lain, ketika buntu di dalam kelomp ok” Berdasarkan hasil wawancara di atas, ketika menghadapi suatu masalah ada siswa mempunyai inisiatif untuk bertanya, ada yang berusaha berfikir dahulu sampai benar-benar tidak bisa, namun ada juga yang pasrah jika bertanya pada teman namun teman juga tidak tahu, namun ia juga sudah mempunyai inisiatif untuk bertanya. Berikut ini merupakan kesimpulan dari wawancara mengenai motivasi belajar siswa yang telah dilakukan: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel. 4.13 Kesimpulan Hasil Wawancara No Aspek Jawaban 1 Minat Banyak siswa tertarik mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Think-Pair-Share dengan berbantu alat peraga. Ketertarikan itu diakui oleh siswa karena didalam model pembelajaran tersebut dibantu dengan alat peraga, jadi mereka lebih senang dalam mengikuti pembelajaran dan lebih mudah memahami materi. 2 Perhatian Siswa mempunyai perhatian yang cukup tinggi selama proses pembelajaran. Selain itu, siswa juga aktif bertanya jika ada materi yang tidak dimengerti atau berbeda dengan hasil diskusi dan mencatat sedikit materi. 3 Konsentrasi Siswa sudah fokus dalam mengikuti pembelajaran, walaupun ada beberapa siswa yang merasa kurang fokus, namun sebagian besar siswa fokus dalam mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Think-Pair-Share berbantu alat peraga. Jadi konsentrasi siswa cukup baik. 4 Ketekunan Dua siswa merasa terbebani untuk menjelaskan hasil diskusi di depan teman kelompok lain, hal ini dipengaruhi oleh kurangnya rasa percaya diri siswa karena tidak biasa berbicara didepan banyak orang, namun dua siswa tidak merasa terbebani karena mereka merasa percaya diri dan mau berbagi kepada teman kelompok lain. Terlepas dari itu, beberapa siswa sudah memiliki kepercayaan diri yang baik. 5 Keterlibatan Keempat siswa terlibat dalam berdiskusi kelompok untuk memecahkan masalah. Mereka saling berbagi pekerjaan dan bertanya saat ada soal yang kurang jelas. Ada beberap siswa yang merasa dirinya bekerja sendiri dalam kelompok, teman lainnya hanya diam saja. Namun, secara keseluruhan sebagian siswa ikut terlibat dalam diskusi kelompok. 6 Keantusiasan Siswa lebih senang, fokus, bersemangat, dan merasa lebih jelas ketika mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran think-pair-share berbantu alat peraga. Secara keseluruhan siswa bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. 7 Rasa ingin tahu Siswa sudah memiliki rasa ingin tahu yang baik apabila ada materi yang kurang dimengerti. Baik bertanya kepada teman maupun kepada guru. c. Analisis Motivasi Belajar Matematika Secara Keseluruhan Presentase motivasi belajar siswa secara keseluruhan dapat dilihat dari presentase motivasi belajar setiap siswa dan dilihat menggunakan beberapa kriteria. Berdasarkan kriteria motivasi belajar siswa secara keseluruhan pada tabel 3.7, peneliti akan melakukan penjumlahan presentase siswa yang memiliki motivasi belajar sangat tinggi, tinggi, dan cukup. Hasil presentase motivasi siswa yang tergolong kriteria sangat tinggi adalah 52,38 sedangkan yang tergolong tinggi adalah 42,86 , sehingga hasil penjumlahannya menjadi 95,24, artinya presentase lebih dari 75. Dapat disipulkan bahwa motivasi belajar siswa kelas eksperimen tinggi. Berarti siswa mengalami peningkatan motivasi belajar setelah diberikan model pembelajaran Think-Pair-Share. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara beberapa siswa. Kesimpulan hasil wawancara dapat dilihat pada tabel 4.13.

3. Analisis Keterlaksanaan Model Pembelajaran Think-Pair-Share

Pada bagian ini penulis akan menganalisis keterlaksanaan model pembelajaran Think-Pair-Share pada kelas eksperimen. Berikut peneliti akan menjelaskan keterlaksanaan model pembelajaran Think-Pair- 8 Berusaha mencoba dan aktif mengatasi tantangan Ketika menghadapi suatu masalah ada siswa mempunyai inisiatif untuk bertanya, ada yang berusaha berfikir dahulu sampai benar-benar tidak bisa, namun ada juga yang pasrah jika bertanya pada teman namun teman juga tidak tahu, namun ia juga sudah mempunyai inisiatif untuk bertanya. Share setiap pertemuan maupun keterlaksanaan model pembelajaran Think-Pair-Share secara keseluruhan. a. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Setiap Pertemuan Berdasarkan data pada tabel 4.8, tabel 4.9 dan tabel 4.10 maka peneliti menggunakan Microsoft Office Excel 2013 untuk menghitung persentase keterlaksanaan model pembelajarn Think- Pair-Share setiap pertemuan dari hasil pengamatan video pembelajaran pada pembelajaran kelas eksperimen. Pada perhitungan keterlaksanaan model pembelajaran Think-Pair-Share akan diberikan skor 1 pada pernyataan yang diberikan tanda cek √ p ada kolom “ya” dan skor 0 pada kolom “tidak”. Setelah itu, dihitung skor keseluruhannya sehingga diperoleh sebagai berikut: Tabel 4.14 Data Hasil Keterlaksanaan Model Pembelajaran Think-Pair-Share Pertemuan Skor Keterlaksanaan Model Pembelajaran Persentasi Seluruhnya Kriteria I 12 92,31 Sangat Tinggi II 12 92,31 Sangat Tinggi III 8 88.89 Sangat Tinggi Bersadarkan tabel diatas, dapat dilihat keterlaksanan model pembelajaran Think-Pair-Share pada setiap pertemuan di kelas eksperimen. Pada pertemuan pertama terdapat 12 aspek yang terlaksana dari 13 aspek dalam proses pembelajaran. Dengan demikian dapat dilihat persentasi keterlaksanaan model pembelajaran Think-Pair-Share adalah 92,31 dan tergolong sangat tinggi. Pada pertemuan pertama terdapat 12 aspek yang terlaksana dari 13 aspek dalam proses pembelajaran. Dengan demikian dapat dilihat persentasi keterlaksanaan model pembelajaran Think-Pair- Share adalah 92,31 dan tergolong sangat tinggi. Sedangkan pada pertemuan ketiga, terdapat 8 aspek yang terlaksana dari 9 aspek dalam proses pembelajaran. Dengan demikian dapat dilihat persentasi keterlaksanaan model pembelajaran Think-Pair-Share adalah 88,89 dan tergolong sangat tinggi. b. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Secara Keseluruhan Setelah melihat keterlaksanaan model pembelajaran Think- Pair-Share , maka dapat diketahui keterlaksanaan model pembelajaran Think-Pair-Share pada kelas eksperimen secara keseluruhan yakni: Keterlaksanaan Keseluruhan = = = = 91,17 Jadi, keterlaksanaan model pembelajaran Think-Pair-Share yang dilakukan oleh peneliti adalah 91,17 dan tergolong sangat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tinggi berdasarkan kriteria keterlaksanaan model pembelajaran pada tabel 3.8

C. Pembahasan

Dokumen yang terkait

Hubungan antara persepsi dan motivasi belajar fisika dengan hasil belajar fisika pokok bahasan energi siswa kelas 1 cawu III SLTP Negeri 3 Jember tahun ajaran 2001/2002

0 4 69

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe roundtable terhadap hasil belajar Matematika siswa jenjang analisis dan sintesis

3 31 178

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi

1 20 162

Efektivitas pemanfaatan media audio visual vidio pembelajaran dalam upaya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran sejarah (penelitian kelas di SMP Bina Sejarah Depok)

2 9 235

Pengaruh penggunaan alat peraga dakon terhadap hasil belajar matematika siswa

4 25 161

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchangnge terhadap hasil belajar matematika siswa

0 5 203

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle (ioc) untuk meningkatkan hasil belajar ips siswa kelas VII-B smp muhammadiyah 17 ciputat tahun ajaran 2014/2015

3 43 0

Peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball 0hrowing pada siswa kelas III MI Hidayatul Athfal Depok

0 10 0

Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 (studi eksperimen) - Digital Library IAIN

0 0 22

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) menggunakan peta konsep terhadap hasil belajar siswa pada materi struktur dan fungsi tubuh tumbuhan di Kelas VIII MTs Miftahul Jannah Palangka Raya tahun ajaran 2015/2016

1 0 16