Efektivitas penerapan model pembelajaran tipe think-pair-share berbantu alat peraga volume balok terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada sub bahasan volume balok di kelas VIII A SMP Santo Aloysius Turi tahun ajaran 2015/2016.
ABSTRAK
Ida Kristiana (121414126). Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Tipe Think-Pair-Share Berbantu Alat Peraga Volume Balok Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Sub Materi Volume Balok di Kelas VIII A SMP Santo Aloysius Turi Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2016.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share berbantu alat peraga volume balok ditinjau dari hasil belajar dan motivasi siswa pada pokok bahasan volume balok.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (kuasi eksperimen). Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data motivasi belajar dan data hasil belajar. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi kuesioner motivasi dan instrumen tes. Data hasil belajar siswa dianalisis dengan membandingkan nilai rata-rata motivasi dan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Think-Pair-Share dan model konvensional, data motivasi belajar siswa dianalisis berdasarkan kriteria motivasi belajar siswa.
Berdasarkan uji inferensial uji Mann Whitney U Test diperoleh Sig (2-tailed) yaitu 0,036 dan kurang dari � (0,05) dan disimpulkan bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol, atau dapat dikatakan bahwa model pembelajaran Think-Pair-Share berbantu alat peraga efektif jika ditinjau dari hasil belajar. Berdasarkan kuesioner motivasi siswa, presentase siswa yang tergolong memenuhi kriteria motivasi sangat tinggi adalah 52,38% sedangkan yang tergolong tinggi adalah 42,86% , sehingga jika dijumlahkan hasilnya adalah 95,24%, artinya presentase lebih dari 75%. Dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa kelas eksperimen tinggi. Berarti siswa mengalami peningkatan motivasi belajar setelah diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran Think-Pair-Share berbantu Alat Peraga. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara beberapa siswa yang mengungkapkan bahwa metode Think-Pair-Share berbantu alat peraga lebih menarik dan memotivasi dilihat dari aspek minat, perhatian, konsentrasi, ketekunan, keterlibatan, keantusiasan, rasa ingin tahu, dan berusaha mencoba.
Kata kunci: efektivitas, model pembelajaran Think-Pair-Share, hasil belajar, motivasi belajar, volume balok.
(2)
ABSTRACT
Ida Kristiana (121414126). The Effectiveness Application of Learning Model Think-Pair-Share Type Assisted by Props Beam Volume toward Motivation and Learning Result In Sub Material of Beam Volume in Class VIII A SMP Turi St. Aloysius Academic Year 2015/2016. Thesis Mathematics Education, Department of Mathematics and Natural Sciences, the Faculty of Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta, 2016.
The purpose of this study is to determine the effectiveness of using cooperative learning model Think-Pair-Share assisted by props beam volume toward learning result and motivation on the subject of beam volume.
This research is a quasi-experimental research (quasi-experiment). The data required in this research is learning motivation data and learning result data. The research instruments used include motivation questionnaire and test instruments. The Data of student learning result is analyzed by comparing the average value of motivation and student learning result with learning model Think-Pair-Share and the conventional model, the data of student learning motivation is analyzed based on the criteria of students' motivation.
Based on the inferential test Mann Whitney U Test was obtained Sig (2-tailed) are 0,036 and less than α (0.05) so Ho rejected. So we can conclude that student learning result using experimental class is higher than the control class, or it can be described that learning model Think-Pair-Share assisted by props is effective to learning result student. Based on the percentage result of student Think-Pair-Share motivation, which reach the highest motivation criteria was 52.38% while the relatively high is 42.86%, so that the total is 95.24%, it means that percentage is more than 75%. It can be concluded that students' learning motivation in experimental class is high. That means students have increased their learning motivation after they are taught by learning model Think-Pair-Share assisted by props. This is reinforced by the result of the interview from some students which revealed that the method -assisted by props more interesting and motivating it can be seen from the aspect of interest, attention, concentration, persistence, engagement, enthusiasm, curiosity, and the students' eagerness.
Keywords: effectiveness, Think-Pair-Share learning model, result learning, motivation, beam volume.
(3)
EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE THINK-PAIR-SHARE BERBANTU ALAT PERAGA VOLUME BALOK TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA SUB BAHASAN VOLUME BALOK DI KELAS VIII A SMP SANTO ALOYSIUS
TURI TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Pada Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh: Ida Kristiana
121414126
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
i
EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE THINK-PAIR-SHARE BERBANTU ALAT PERAGA VOLUME BALOK TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA SUB BAHASAN VOLUME BALOK DI KELAS VIII A SMP SANTO ALOYSIUS
TURI TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Pada Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh: Ida Kristiana
121414126
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(5)
(6)
(7)
iv
PERSEMBAHAN
Dengan penuh syukur, kupersembahkan karya ini kepada:
Kedua orang tuaku tercinta, bapak Petrus Taryono dan Ibu Theresia Ngatiyem, yang selalu memberikan perhatian, cinta, kasih sayang, dukungan serta doa yang
tidak pernah habis untukku.
Kakakku tercinta Stanuslaus Wahyu Handono yang selalu memberi dukungan dan motivasi setiap saat.
Keluarga besarku, Rm Ignatius Suparno CM yang telah memberi bantuan, perhatian dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dan
pendidikan ini
(8)
(9)
(10)
vii ABSTRAK
Ida Kristiana (121414126). Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Tipe Think-Pair-Share Berbantu Alat Peraga Volume Balok Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Sub Materi Volume Balok di Kelas VIII A SMP Santo Aloysius Turi Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2016.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share berbantu alat peraga volume balok ditinjau dari hasil belajar dan motivasi siswa pada pokok bahasan volume balok.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (kuasi eksperimen). Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data motivasi belajar dan data hasil belajar. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi kuesioner motivasi dan instrumen tes. Data hasil belajar siswa dianalisis dengan membandingkan nilai rata-rata motivasi dan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Think-Pair-Share dan model konvensional, data motivasi belajar siswa dianalisis berdasarkan kriteria motivasi belajar siswa.
Berdasarkan uji inferensial uji Mann Whitney U Test diperoleh Sig (2-tailed) yaitu 0,036 dan kurang dari � (0,05) dan disimpulkan bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol, atau dapat dikatakan bahwa model pembelajaran Think-Pair-Share berbantu alat peraga efektif jika ditinjau dari hasil belajar. Berdasarkan kuesioner motivasi siswa, presentase siswa yang tergolong memenuhi kriteria motivasi sangat tinggi adalah 52,38% sedangkan yang tergolong tinggi adalah 42,86% , sehingga jika dijumlahkan hasilnya adalah 95,24%, artinya presentase lebih dari 75%. Dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa kelas eksperimen tinggi. Berarti siswa mengalami peningkatan motivasi belajar setelah diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran Think-Pair-Share berbantu Alat Peraga. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara beberapa siswa yang mengungkapkan bahwa metode Think-Pair-Share berbantu alat peraga lebih menarik dan memotivasi dilihat dari aspek minat, perhatian, konsentrasi, ketekunan, keterlibatan, keantusiasan, rasa ingin tahu, dan berusaha mencoba.
Kata kunci: efektivitas, model pembelajaran Think-Pair-Share, hasil belajar, motivasi belajar, volume balok.
(11)
viii ABSTRACT
Ida Kristiana (121414126). The Effectiveness Application of Learning Model Think-Pair-Share Type Assisted by Props Beam Volume toward Motivation and Learning Result In Sub Material of Beam Volume in Class VIII A SMP Turi St. Aloysius Academic Year 2015/2016. Thesis Mathematics Education, Department of Mathematics and Natural Sciences, the Faculty of Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta, 2016.
The purpose of this study is to determine the effectiveness of using cooperative learning model Think-Pair-Share assisted by props beam volume toward learning result and motivation on the subject of beam volume.
This research is a quasi-experimental research (quasi-experiment). The data required in this research is learning motivation data and learning result data. The research instruments used include motivation questionnaire and test instruments. The Data of student learning result is analyzed by comparing the average value of motivation and student learning result with learning model Think-Pair-Share and the conventional model, the data of student learning motivation is analyzed based on the criteria of students' motivation.
Based on the inferential test Mann Whitney U Test was obtained Sig (2-tailed) are 0,036 and less than α (0.05) so Ho rejected. So we can conclude that student learning result using experimental class is higher than the control class, or it can be described that learning model Think-Pair-Share assisted by props is effective to learning result student. Based on the percentage result of student Think-Pair-Share motivation, which reach the highest motivation criteria was 52.38% while the relatively high is 42.86%, so that the total is 95.24%, it means that percentage is more than 75%. It can be concluded that students' learning motivation in experimental class is high. That means students have increased their learning motivation after they are taught by learning model Think-Pair-Share assisted by props. This is reinforced by the result of the interview from some students which revealed that the method -assisted by props more interesting and motivating it can be seen from the aspect of interest, attention, concentration, persistence, engagement, enthusiasm, curiosity, and the students' eagerness.
Keywords: effectiveness, Think-Pair-Share learning model, result learning, motivation, beam volume.
(12)
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ” Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Tipe Think-Pair-Share Berbantu Alat Peraga Volume Balok Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Sub Materi Volume Balok di Kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi Tahun Ajaran 2015/2016”.
Keberhasilan dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam penelitian maupun dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Ymogyakarta.
2. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Beni Utomo,M.Sc,. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh sabar dan ikhlas membimbing serta memberikan masukan, dorongan, dan motivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak ibu dosen dan staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang senantiasa membimbing dan memberi masukan yang
(13)
x
membangun bagi penulis sejak awal menjadi mahasiswa di Universitas Sanata Dharma.
5. Bruder Kosmas Mulyadi, S.Pd., CSA., selaku kepala sekolah SMP Santo Aloysius Turi yang telah mengizinkan peneliti melakukan penelitian dan membantu memperlancar pelaksanaan penelitian.
6. Ibu Hendri Widyanti, S.Pd.,selaku guru pengampu mata pelajaran Matematika Kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi yang telah memberikan masukan, pendampingan dan membantu memperlancar pelaksanaan penelitian.
7. Para guru dan staf di SMP Santo Aloysius Turi yang turut membantu memperlancar penelitian skripsi ini.
8. Siswa-siswa kelas VIII A,B, dan C SMP Santo Aloysius Turi yang telah membantu pelaksanaan penelitian.
9. Bapak Petrus Taryono dan Ibu Theresia Ngatiyem selaku orang tua yang selalu memberikan dorongan, semangat, dan kasih sayang serta doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
10.Untuk kakakku Stanuslaus Wahyu handono dan Om Romo Ignatius Suparno CM yang telah memberikan dorongan, fasilitas,semangat, perhatian dan doa selama menyelesaikan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikannya. 11.Ignatius Mozes Dewantri yang selalu memberikan doa, motivasi, semangat
dan bantuan pada proses penelitian hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
(14)
(15)
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii
HALAMAN PENGESAHAN...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN...iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...vi
ABSTRAK ...vii
ABSTRACT...viii
KATA PENGANTAR...ix
DAFTAR ISI...xii
DAFTAR TABEL...xv
DAFTAR LAMPIRAN...xvi
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang...1
B. Identifikasi Masalah...4
C. Pembatasan Masalah...5
D. Rumusan Masalah...6
E. Tujuan Penelitian...6
F. Batasan Istilah...6
G. Manfaat Penelitian...9
(16)
xiii
BAB II LANDASAN TEORI...12
A. Efektivitas Pembelajaran...12
B. Pembelajaran Kooperatif...13
C. Model Pembelajaran Kooperatif...15
D. Think-Pair-Share...20
E. Alat Pengajaran/Peraga...23
F. Hasil Belajar...25
G. Motivasi Belajar...29
H. Pembelajaran Matematika...34
I. Volume Balok...35
J. Kerangka Berfikir...39
K. Hipotesis...40
L. Penelitian yang relevan...40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...42
A. Jenis Penelitian...42
B. Subyek Penelitian...42
C. Waktu dan Tempat Penelitian...43
D. Variabel Penelitian...43
E. Bentuk Data...44
F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data...44
G. Metode Analisis Data...50
(17)
xiv
BAB IV DESKRIPSI PEMBELAJARAN, HASIL PENELITIAN, ANALISIS
DAN PEMBAHASAN...63
A. Deskripsi Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian...63
B. Hasil dan Pembahasan Penelitian...74
C. Analisis Hasil Penelitian...82
D. Pembahasan...100
E. Keterbatasan Penelitian...101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...102
A. Kesimpulan ...102
B. Saran ...103
DAFTAR PUSTAKA...104 LAMPIRAN
(18)
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Instrumen Penilaian...45
Tabel 3.2 Kriteria Validasi...46
Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas...47
Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda...48
Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Kesukaran...49
Tabel 3.6 Kriteria Motivasi Belajar Siswa...56
Tabel 3.7 Kriteria Motivasi Belajar Siswa Secara Keseluruhan...57
Tabel 3.8 Kriteria Kerlaksanaan Model Pembelajaran...59
Tabel 4.1 Data uji Coba Pre-test dan Post-test...65
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Uji Validitas Butir Soal Pre-test dan Post-Pre-test...66
Tabel 4.3 Data Pre-test kelas Kontrol...75
Tabel 4.4 Data Pre-test kelas Eksperimen...75
Tabel 4.5 Data Post-test kelas Kontrol...76
Tabel 4.6 Data Post-test kelas Kontrol...77
Tabel 4.7 Data Kuesioner Motivasi Belajar...78
Tabel 4.8 Pertemuan Pertama, Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran...80
Tabel 4.9 Pertemuan Kedua, Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran...81
Tabel 4.10 Pertemuan Ketiga, Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran...81
(19)
xvi
Tabel 4.11 Uji Mann-Withney Tes...86 Tabel 4.12 Presentase dan Kriteria Motivasi Belajar Per Siswa Setelah
Pembelajaran ...87 Tabel 4.13 Kesimpulan Hasil Wawancara...96
DAFTAR DIAGRAM
(20)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol...106
A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen...113
A.3 Kuesioner Motivasi Belajar...122
A.4 Soal Pre-test...124
A.5 Kunci Jawaban dan Pedoman Penilaian Soal Pre-test ...126
A.6 Soal Post-test...129
A.7 Kunci Jawaban dan Pedoman Penilaian Soal Post-test...131
A.8 Pedoman Wawancara...134
LAMPIRAN B B.1. Hasil Belajar Siswa...135
B.1.a Pre-test kelas Kontrol...135
B.1.b Post-test Kelas Kontrol...139
B.1.c Pre-test Kelas Eksperimen...143
B.1.d Post-test Kelas Eksperimen...147
B. 2. Hasil Kuesioner Motivasi Siswa...152
LAMPIRAN C C.1 Lembar Analisis Uji Validitas Pre-test dan Post-test...158
C.2 Lembar Analisis Reliabilitas Pre-test dan Post-test...161
C.3 Lembar Analisis Uji Normalitas Nilai Pre-test...162
(21)
xviii
C.5 Lembar Analisis Variansi dan Perbedaan Rata-rata Nilai Pre-test...163 C.6 Lembar Analisis Perbedaan Rata-rata Nilai Post-test...164 C.7 Lembar Analisis Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen...165 LAMPIRAN D
D.1 Surat Keterangan Pelaksanaan pembelajaran...166 D.2 Dokumentasi kegiatan...167
(22)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Matematika merupakan ilmu yang dipelajari mulai dari tingkat pendidikan dasar, menengah hingga di tingkat pendidikan tinggi. Namun, di sekolah pelajaran matematika sering dianggap sulit oleh kebanyakan siswa. Kesulitan yang dialami siswa sering terkait dengan proses pembelajaran. Oleh karena itu, pelaksanaan proses pembelajaran, memegang peranan penting bagi kesuksesan siswa di sekolah khususnya pada pelajaran matematika.
Menurut Jerome Bruner (H. Erman Suherman dkk, 2001:44) dalam teori psikologi kognitif menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam bahasan yang diajarkan, disamping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur.
Keberhasilan siswa dalam menguasai konsep-konsep dasar matematika akan sangat menentukan kehidupannya di masyarakat. Pada hakikatnya, pembelajaran (belajar mengajar) merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa. Guru sebagai komponen pendidikan memiliki tugas sebagai mediator dalam kegiatan transfer ilmu pengetahuan dan penguasaan media penunjang pembelajaran. Seorang guru harus mampu memilih strategi pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan dapat menciptakan interaksi yang baik bagi siswa.
(23)
Melalui teorinya itu, Bruner mengungkapkan bahwa dalam proses belajar, anak sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat peraga). Melalui alat peraga yang ditelitinya itu, anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya itu (H. Erman Suherman dkk, 2001:45)
SMP Santo Aloysius Turi merupakan salah satu SMP swasta yang berada di Yogyakarta. Kurikulum yang digunakan masih berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Selama ini, pembelajaran matematika di SMP Santo Aloysius Turi khususnya kelas VIII A masih cenderung mencapai target materi pada buku wajib dengan berorientasi pada soal-soal ujian nasional, siswa langsung menerima transfer ilmu dari guru, bukan dengan berfikir secara individu dalam pemecahan masalah. Selain itu, siswa cenderung memiliki sikap kurang percaya diri ketika diminta untuk mengemukakan ide atau pendapat di depan teman sekelasnya.
Berdasarkan penuturan guru yang mengampu mata pelajaran matematika kelas VIII A di SMP Santo Aloysius Turi, bahwa siswa mengalami kesusahan dalam membayangkan benda dalam bentuk abstrak, dalam hal ini yaitu membayangkan bentuk bangun ruang sisi datar khususnya balok. Sehingga diperlukan media pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam memahami sebuah bentuk abstrak menjadi bentuk yang nyata. Media pembelajaran merupakan salah satu penunjang keberhasilan penguasaan konsep dalam belajar. Pendayagunaan media pembelajaran dapat memperbaiki efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran, khususnya dalam
(24)
pelajaran matematika. Bangun ruang sisi datar merupakan materi yang abstrak dan perlu dukungan media guna memperjelas materi dan menumbuhkan daya tarik siswa untuk mempelajarinya. Sehubungan dengan hal ini, penggunaan alat peraga berupa sebuah wadah yang berbentuk menyerupai balok, dan beberapa wadah yang berbentuk menyerupai kubus dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan siswa saat mempelajari matematika materi pokok bangun ruang sisi datar khususunya volume balok.
Hal terpenting dalam pembelajaran matematika adalah menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa dapat menyukai pelajaran matematika. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan media dalam kegiatan belajar mengajar. Penggunaan media dimaksudkan agar siswa dapat memahami sebuah konsep yang bersifat abstrak akan menjadi lebih konkret. Jadi, penggunaan media untuk menyampaikan materi pelajaran dapat membuat anak lebih mudah untuk menangkap dan memahami materi pelajaran yang bersifat abstrak.
Faktor utama yang turut mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar adalah motivasi belajar. Motivasi belajar dapat menumbuhkan minat, kemauan, dan semangat dalam belajar. Siswa akan lebih tekun dalam belajar jika memiliki motivasi yang baik sehingga kemampuan akademik siswa juga akan menjadi lebih baik.
Berdasarkan uraian diatas, salah satu strategi pembelajaran yang yang dapat diterapkan pada siswa kelas VIII A di SMP Santo Aloysius Turi, dimana pembelajaran tidak hanya bertumpu pada guru, melainkan siswa turut
(25)
aktif dalam pelaksanaan pembelajaran dan memiliki kepercayaan diri untuk mengemukakan pendapat/ide adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Pair-Share (TPS). Dipilih model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) karena model pembelajaran ini memberi kesempatan pada siswa untuk memecahkan masalah, berpikir secara individu mengenai suatu permasalahan dalam pembelajaran, mau menemukakan pendapat ketika berdiskusi mengenai ide yang didapatkan ketika berada dalam kelompok, menumbuhkan sikap saling membantu ketika teman satu kelompok tidak paham mengenai hasil diskusi, dan menumbuhkan sikap percaya diri ketika maju dan menjelaskan hasil diskusinya dengan teman satu kelas.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dikemukakan masalah spesifik sebagai berikut:
1. Dari wawancara dengan guru mata pelajaran matematika di SMP Santo Aloysius Turi pada bulan april 2016, didapati siswa mengalami kesulitan dalam membayangkan bentuk abstrak dan mengaplikasikan dalam bentuk nyata.
2. Pembelajaran matematika di kelas VIII A SMP Santo Aloysius Turi masih bertumpu pada guru.
(26)
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut dan mempertimbangkan kemampuan, pengetahuan dan waktu maka penelitian akan dibatasi pada masalah-masalah berikut:
1. Penelitian dilakukan di SMP Santo Aloysius Turi tahun ajaran 2015/2016
2. Penelitian ini membahas mengenai efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share berbantu alat peraga terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada sub materi volume balok di kelas VIII A SMP Santo Aloysius Turi.
3. Motivasi belajar yang dimaksud adalah motivasi belajar siswa saat mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share berbantu alat peraga dan dapat dilihat dari skor yang diperoleh dari kuesioner.
4. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diberikan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dengan berbantu alat peraga. Hasil yang dimaksud, dapat dilihat dari perbandingan hasil pre-test kelas kontrol dan kelas eksperimen , serta perbandingan hasil post-test kelas kontrol dan kelas eksperimen. 5. Kelas kontrol merupakan kelas yang menggunakan model
konvensional dalam pembelajaran, sedangkan kelas eksperimen merupakan kelas yang menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share dalam pembelajarannya.
(27)
6. Pre-test dan post-test yang diberikan berdasarkan kompetensi dasar dari sub bahasan volume balok yakni menyelesaikan soal yang berkaitan dengan volume balok.
7. Hasil penelitian sebatas untuk kelas VIII A SMP Santo Aloysius Turi. D. Rumusan Masalah
Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dengan berbantu media alat peraga volume balok efektif jika ditinjau dari hasil belajar siswa dan motivasi belajar siswa kelas eksperimen pada pokok bahasan volume balok?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS berbantu media alat peraga volume balok ditinjau dari hasil belajar pada pokok bahasan volume balok.
2. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS berbantu media alat peraga volume balok ditinjau dari motivasi belajar siswa pada pokok bahasan volume balok.
F. Batasan Istilah
1. Efektifitas Pembelajaran
Efektivitas belajar merupakan jalan, upaya, teknik strategi untuk mencapai tujuan belajar yang dapat dilihat dari pencapaian hasil belajar siswa.
(28)
2. Pembelajaran Kooperatif tipe “ Think-Pair-Share”
Pebelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dikembangkan oleh Frank Iyman, dengan struktur pembelajaran sebagai berikut:
a. Thinking: Guru mengajukan sebuah pertanyaan yang terkait dengan pembelajaran dan meminta siswa untuk menggunakan alokasi waktu dan memikirkan jawabannya.
b. Pairing: Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan segala sesuatu yang siswa pikirkan atas pertanyaan dari guru.
c. Sharing: Guru meminta pasangan-pasangan siswa untuk berbagi sesuatu yang sudah dibicarakan secara berpasangan masing-masing dengan seluruh kelas.
3. Media Alat Peraga
Pada dasarnya, penggunaan alat peraga dalam pembelajaran dapat memotivasi siswa untuk mempelajari suatu konsep yang abstrak menjadi mudah dipahami, melekat dan tahan lama. Dengan bantuan alat peraga, siswa dapat belajar melalui perbuatan dan pengertian, bukan hanya melalui mengingat-ngingat suatu fakta.
4. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau minat yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam kegiatan pembelajaran, motivasi sangat berpengaruh. Pada umumnya, jika motivasi yang rendah maka kegiatan belajar akan terganggu bahkan gagal, sedangkan jika motivasi siswa
(29)
sedang tinggi maka proses pembelajaran akan berlangsung baik dan akan mencapai tujuan pembelajaran. Namun, juga dapat terjadi sebaliknya, hal itu dapat terjadi karena adanya pengaruh-pengaruh selain dari motivasi belajar itu sendiri.
5. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku. Pada kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menerapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.
6. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seorang (siswa) melaksanakan kegiatan belajar matematika.
7. Volume Balok
Volume balok merupakan salah satu sub materi dalam bangun ruang sisi datar pada pembelajaran matematika SMP kelas VIII.
(30)
G. Manfaat Penelitian:
1. Bagi mahasiswa(calon guru)
Calon guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dan media alat peraga volume balok sebagai pengalaman yang sangat berharga untuk berlatih dan memahami media pembelajaran yang cocok untuk siswa ketika nanti menjadi seorang guru. 2. Bagi guru
Guru dapat memanfaatkan hasil penelitian untuk memperbaiki cara pemilihan metode dan media untuk sebuah materi ajar. Dari hasil penelitian ini, guru dapat menerapkan model pembelajaran Think-Pair-Share ketika mengajar, sehingga pembelajaran tidak monoton. Selain itu guru dapat memanfaatkan media alat peraga, terlebih alat peraga sangat jarang digunakan untuk menyampaikan materi, sehingga materi ajar lebih mudah dipahami oleh peserta didik.
3. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan keaktifan siswa dan menarik siswa untuk dapat berbagi pengalaman belajar dengan teman kelasnya.
(31)
H. Sistematika Penulisan
Skripsi yang disusun oleh peneliti terdiri dari 5 bab, yaitu: 1. Bab I : Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, batasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan
2. Bab II : Landasan Teori
Bab ini berisikan landasan teori yang digunakan pada penelitian berjudul “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Tipe Think-Pair-Share Berbantu Alat Peraga Volume Balok Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Sub Bahasan Materi Volume Balok di Kelas VIII A di SMP Santo Aloysius Turi Tahun ajaran 2015/2016 yaitu efektivitas, model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share, media alat peraga, motivasi, hasil belajar, volume balok, pembelajaran matematika, kerangka berfikir.
3. Bab III : Metode Penelitian
Bab ini berisikan jenis penelitian, tempat penelitian, waktu pelaksanaan penelitian, subyek penelitian, obyek penelitian, variabel penelitian, instrumen pengumpulan data dan teknik analisis data.
4. Bab IV : Pelaksanaan, hasil, dan Pembahasan
Bab ini mendiskripsikan hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan.
(32)
5. Bab V : Kesimpulan
Bab ini memberikan kesimpulan, saran, dan kelemahan penelitian yang telah dilakukan
(33)
12 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Efektivitas Pembelajaran
Menurut Sudjana (1992:59) keefektivan pembelajaran berkenaan dengan jalan, upaya, teknik, strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan secara tepat dan cepat. Menurut Elis dalam Kartika Budi (2001:48) mengatakan bahwa efektivitas selain mengacu pada proses, juga mengacu pada hasil yaitu peringkat prestasi akademik yang dicapai siswa melalui tes (ujian) baku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa efektivitas belajar merupakan jalan, upaya, teknik strategi untuk mencapai tujuan belajar yang dapat dilihat dari pencapaian hasil belajar siswa.
Efektivitas model pembelajaran akan serasi jika model pembelajaran dapat bersinergi dengan komponen-komponen pembelajaran. Model pembelajaran dapat efektif tidak lepas dari situasi dan kondisi dalam kelas, jika siswa sedang tidak kondusif atau konsentrasinya rendah maka model pembelajaran bisa saja tidak efektif.
Penelitian ini, menguji bagaimana model pembelajaran Think-Pair-Share berbantu alat peraga dapat efektif digunakan pada pokok bahasan volume balok. Motivasi dan hasil belajar akan menjadi pusat penelitian ini sehingga harapan keefektifan model pembelajaran Think-Pair-Share dapat maksimal.
(34)
B. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian
Sistem pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok, didalamnya mengkondisikan para siswa bekerja bersama-sama didalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu bersama-sama lain dalam belajar. Pembelajaran kooperatif didasarkan pada gagasan atau pemikiran bahwa siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab atas aktivitas belajar kelompok mereka seperti terhadap diri mereka sendiri. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengutamakan kerjasama antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif tugas guru/pendidik adalah memfasilitasi siswa agar proses pembentukan pengetahuannya terjadi secara optimal. Menurut Roger dan David Johnson (Lie Anita, 2010: 31) mengatakan bahwa tidak semua kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka harus diterapkan lima unsur metode pembelajaran kooperatif, yaitu:
a. Saling ketergantungan positif, b. Tanggung jawab perseorangan, c. Tatap muka,
(35)
d. Komunikasi antar anggota, e. Evaluasi proses kelompok.
2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya:
a. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis.
b. Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, tinggi.
c. Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.
d. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam metode pembelajaran kooperatif, yaitu:
1) Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.
2) Functioning (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas kelompok dalam menyesuaikan tugas dan membina hubungan kerjasama diantara anggota kelompok.
3) Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih
(36)
tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan.
4) Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.
C. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Student Teams Achievement Dimvision (STAD)
Menurut Suyatno (2009:52), tipe STAD adalah tipe pembelajaran kooperatif untuk pengelompokan kemampuan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert Savin, dkk dari Universitas John Hopkins (Daryanto, 2012:246).
Menurut Slavin (1995:227), langkah untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD:
a. Guru membagi kelas ke dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok memiliki anggota 4-6 orang dengan kemampuan akademik yang berbeda-beda.
b. Guru menyampaikan materi sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai dan memberikan kuis untuk dikerjakan dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif tipe STAD, biasanya digunakan untuk penguatan pemahaman materi.
(37)
c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat rangkuman materi setelah guru memberikan penegasan terhadap bahan diskusi.
d. Guru memberikan evaluasi kepada siswa secara individu melalui tes/kuis kepada siswa untuk menguasai penguasaan terhadap materi yang telah diberikan.
e. Guru memberikan penghargaan kepada siswa atau kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar sebelum dan sesudah dilakukan diskusi dan penegasan oleh guru. Siswa kelompok dengan peningkatan hasil belajar terbesar berhak atas penghargaan tersebut.
2. Team Assited Individualization atau Team Accelerated Instruction (TAI) Menurut Daryanto (2012:246), pembelajaran tipe TAI ini dikembangkan oleh Robert Slavin. Tipe ini mengembangkan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Menurut Daryanto, langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran tipe TAI adalah:
a. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi secara individual. Materi tersebut harus sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Setelah siswa mempelajari materi, guru akan memberikan kuis atau evaluasi dengan tujuan mendapatkan nilai awal.
(38)
b. Guru membagi kelas ke dalam kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 orang dengan kemampuan yang berbeda-beda.
c. Masing-masing kelompok diberikan tugas oleh guru untuk mendiskusikan hasil dari evaluasi yang sebelumnya telah dilakukan. Setiap anggota kelompok nantinya akan saling memeriksa jawaban dari teman sekelompoknya.
d. Guru memfasilitasi diskusi kelompok dan memberikan penegasan bagi kelompok-kelompok yang belum begitu memahami materi. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat rangkuman dari apa yang telah mereka dapatkan selama diskusi kelompok.
e. Guru memberikan evaluasi secara individu kepada siswa dengan cara memberikan latihan soal atau kuis untuk dikerjakan secara individu.
f. Kelompok dengan peningkatan hasil belajar tertinggi akan mendapatkan penghargaan dari guru.
3. Numbered Heads Together (NHT)
Menurut Daryanto (2012:255), pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kangen. Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
(39)
Menurut Daryanto (2012:259), langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran tipe NHT adalah:
a. Guru membagi kelas ke dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok memiliki 4-6 orang. Setiap anggota kelompok diberi nama atau nomor. Misalnya nomor 1, 2, 3, 4, atau 5. Kelompok tersebut dibentuk dengan anggotanya memiliki kemampuan akademik yang berbeda-beda.
b. Guru menyampaikan materi atau permasalahan sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. Permasalahan tersebut yang natinya akan didiskusikan bersama di dalam kelompok.
c. Setiap siswa dalam kelompok berdiskusi untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Setiap anggotanya harus benar-benar memahami materi yang didiskusikan dan bagaimana cara penyelesaian soalnnya.
d. Setelah diskusi selesai, pembahasan dilakukan dengan cara guru menyebutkan satu nomor. Siswa di masing-masing kelompok dengan nomor yang dipilih guru harus menyiapkan jawaban dari pertanyaan guru yang sebelumnya telah didiskusikan untuk memaparkannya di dalam kelas.
e. Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
(40)
4. Group Investigation (GI)
Pendekatan ini dirancang oleh Herbert Thelen (Arends,2008:13) dan disempurnakan oleh Sharan dan rekan-rekan sejawatnya di Tel Aviv University. GI merupakan pendekatan kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit diimplementasikan. Pada pendekatan ini, guru membagi kelas dalam beberapa kelompok non homogen. Kemudian siswa memilih topik-topik untuk dipelajari, melakukan investigasi mendalam terhadap sub-sub topik yang dipilih, kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporan kepada seluruh kelas.
5. Think-Pair-Share (TPS)
Pendekatan pembelajaran ini dikembangkan oleh Frank Iyman (Arends,2008:15). Dengan struktur pembelajaran sebagai berikut:
a. Thinking: Guru mengajukan sebuah pertanyaan yang terkait dengan pelajaran dan meminta siswa untuk menggunakan alokasi waktu dan memikirkan sendiri jawabannya.
b. Pairing: Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan segala sesuatu yang siswa pikirkan atas pertanyaan dari guru.
c. Sharing: Guru meminta pasangan-pasangan siswa untuk berbagi sesuatu yang sudah dibicarakan berpasangan masing-masing dengan seluruh kelas.
6. Jigsaw
Pada awalnya metode ini dikembangkan oleh Elliot Arronson dari Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin
(41)
(Sugiyanto,2010:45). Metode Jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif dimana siswa, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Jigsaw adalah salah satu dari metode-metode kooperatif yang paling fleksibel (Slavin, 2005:246). Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu variasi model Collaborative Learning yaitu proses belajar kelompok dengan setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Sudrajad,2001:18).
D. Think-Pair-Share
Think Pair Share (TPS) merupakan teknik pembelajaran dalam pembelajaran kooperatif yang pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman pada tahun 1981. Think-Pair-Share merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. metode pembelajaran Think-Pair-Share adalah salah satu metode pembelajaran yang memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi kepada orang lain. Metode Think-Pair-Share memberi siswa waktu untuk berpikir secara individu maupun kelompok, menjawab, dan saling membantu
(42)
satu sama lain. Langkah-langkah dalam pembelajaran Think-Pair-Share sederhana, namun penting terutama dalam menghindari kesalahan-kesalahan kerja kelompok. Pada metode ini, guru meminta siswa untuk memikirkan suatu topik, berpasangan dengan siswa lain dan mendiskusikannya, kemudian berbagi ide dengan seluruh kelas. Tahap utama dalam pembelajaran Think-Pair-Share adalah sebagai berikut:
1. Thinking (berpikir)
Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
2. Pairing (berpasangan)
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Dalam tahap ini, setiap anggota pada kelompok membandingkan jawabannya atau hasil pemikiran mereka dengan mendefinisikan jawaban yang dianggap paling benar, paling meyakinkan, atau paling unik. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
3. Sharing (berbagi)
Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Keterampilan berbagi dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan secara sukarela bersedia melaporkan hasil kerja
(43)
kelompoknya atau bergiliran pasangan demi pasangan hingga sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Langkah-langkah atau alur pembelajaran dalam metode Think-Pair-Share adalah:
a. Guru menyampaikan pertanyaan.
Aktifitas: guru melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan.
b. Siswa berpikir secara individual.
Aktifitas: Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan guru. Langkah ini dapat dikembangkan dengan meminta siswa untuk menuliskan hasil pemikirannya masing-masing.
c. Setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing dengan pasangan.
Aktifitas: Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka paling benar atau paling meyakinkan. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kerja kelompoknya. Pelaksanaan metode ini dapat dilengkapi dengan LKS sehingga kumpulan soal latihan atau pertanyaan yang dikerjakan secara berkelompok.
(44)
d. Siswa berbagi jawaban dengan seluruh kelas.
Aktifitas: Siswa mempresentasikan jawaban atau pemecahan masalah secara individual atau kelompok didepan kelas.
e. Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah.
Aktifitas: Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap hasil pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan.
Penggunaan metode Think-Pair-Share memberikan keuntungan yaitu siswa secara individu dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berfikir (think time). Sehingga kualitas jawaban juga dapat meningkat. Jumlah anggota kelompok yang kecil mendorong setiap anggota untuk terlibat aktif dalam pembelajaran, sehingga siswa yang jarang atau bahkan tidak pernah berbicara didepan kelas paling tidak memberikan ide atau jawaban dengan pasangannya.
Manfaat metode Think-Pair-Share adalah : (1) para siswa memiliki kesempatan untuk mengerjakan tugasnya dan mendengarkan satu sama lain ketika mereka terlibat dalam kegiatan Think-Pair-Share. Para siswa mungkin lebih mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik, dan (2) para guru juga mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berfikir.
E. Alat Pengajaran atau Alat Peraga
Menurut Suherman ,dkk (2001:203) Pada dasarnya anak belajar melalui sesuatu yang konkret. Untuk memahami konsep abstrak anak memerlukan
(45)
benda-benda konkret (riil) sebagai perantara atau visualisasinya. Konsep abstrak itu dicapai melalui tingkat belajar yang berbeda-beda. Bahkan orang dewasapun yang pada umumnya sudah dapat memahami konsep abstrak, pada keadaan tertentu, sering memerlukan visualisasi.
Pada dasarnya, penggunaan alat peraga dalam pembelajaran dapat memotivasi siswa untuk mempelajari suatu konsep yang abstrak menjadi mudah dipahami, melekat dan tahan lama. Dengan bantuan alat peraga, siswa dapat belajar melalui perbuatan dan pengertian, bukan hanya melalui mengingat-ngingat suatu fakta.
Dengan menggunakan alat peraga: (1) Proses belajar mengajar menjadi termotivasi. Baik siswa maupun guru, dan terutama siswa, minatnya akan timbul. Mereka akan senang, terangsang,tertarik,dan karena itu akan bersifat positif terhadap pengajaran matematika, (2) Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk kongkrit dan karena itu lebih dapat dipahami dan dimengerti, dan dapat ditanamkan pada tingkat-tingkat yang lenih rendah, (3) Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam sekitar akan lebih dapat dipahami, (4) Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkrit yaitu dalam bentuk model matematik yang dipakai sebagai obyek penelitian maupun sebagai alat untuk meneliti ide-ide baru dan relasi baru menjadi bertambah banyak.
Alat peraga dapat berbentuk benda riil, gambar, atau diagram. Keuntungan alat peraga berbentuk riil adalah benda-benda itu dapat dipindah-pindahkan (dimanipilasikan). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan alat
(46)
peraga yang berbentuk riil yaitu sebuah wadah yang menyerupai balok dan beberapa kubus-kubus kecil. Alat peraga ini dibuat sendiri oleh peneliti dengan tujuan lebh ekonomis dan dapat dijadikan pembelajaran untuk peneliti.
Pembuatan alat peraga perlu diperhatikan, agar alat peraga itu : (1) Tahan lama, yaitu terbuat dari bahan-bahan yang cukup kuat, (2) Bentuk dan warnanya menarik, (3) Sederhana dan tidak rumit, (4) Ukurannya sesuai atau seimbang dengan ukuran fisik anak, (5) Dapat menyajikan (dalam bentuk riil, gambar atau diagram) konsep matematika, (6) Sesuai dengan konsep, (7) dapat menunjukkan konsep matematika dengan jelas, (8) Peragaan yang dilakukan dapat menjadikan dasar bagi tumbuhnya konsep abstrak, (9) Dapat dimanipilasikan, yaitu dapat diraba, dipegang, dipindahkan dan dapat dibongkar-pasang sehingga dapat merangsang keaktifan siswa. Alat peraga ini dibuat sendiri oleh peneliti dengan mengacu aspek-aspek diatas.
F. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Abdurrahman (Jihad dan Haris,2013:14) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatife menetap. Pada kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menerapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah
(47)
yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.
Hasil belajar merupakan hasil berfikir dan tindakan atas usaha belajarnya. Hasil belajar dapat berupa ilmu maupun dalam bentuk angka ataupun huruf. Berhasil atau tidaknya hasil belajar siswa mayoritas faktornya dipengaruhi oleh dirinya sendiri, sehingga perlu usaha untuk mencapai hasil belajar yang berhasil.
2. Klasifikasi Hasil Belajar
Sistem pendidikan nasional menggunakan klasifikasi hasil belajar Benjamin S. Bloom (Jihad dan Harris,2013:14) yang secara garis besar dibagi menjadi 3 (tiga) ranah, yaitu :
a. Ranah Kognitif
Merupakan proses berfikir atau perilaku yang termasuk hasil kerja otak. Ranah kognitif memiliki 6 (enam) jenjang tujuan belajar, yaitu:
1) Mengingat, 2) Mengerti, 3) Memakai, 4) Menganalisis, 5) Menilai, 6) Mencipta. b. Ranah Afektif
(48)
Merupakan perilaku yang memunculkan seseorang sebagai pertanda kecenderungan untuk membuat piloihan untuk beraksi dalam lingkungan tertentu. Ranah afektif dibagi menjadi 5 (lima) jenjang, yaitu:
1) Penerimaan, 2) Pemberian respon, 3) Pemberian nilai, 4) Pengorganisasian, 5) Karakterisasi. c. Ranah Psikomotorik
Merupakan perilaku yang memunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh manusia. Ranah psikomotorik dibagi menjadi 5 (lima) jenjang, yaitu:
1) Meniru, 2) Menerapkan, 3) Memantapkan, 4) Merangkai, 5) Naturalisasi.
Dari ketiga ranah yang telah dikemukakan oleh Benjamin S. Blom, penelitian yang dilakukan hanya akan menilai hasil belajar siswa ditinjau dari ranah kognitif saja, yaitu pre-test dan post-test pada pokok bahasan volume balok.
(49)
Menurut Sudjana (Jihad dan Haris,2013:20) menyatakan bahwa indikator hasil belajar harus memenuhi dua kriteria, yaitu:
a. Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya.
Kriteria dari sudut prosesnya menekankan kepada pengajaran sebagai suatu proses yang merupakan interaksi dinamis sehingga siswa sebagai subyek mampu mengembangkan potensinya melalui belajar sendiri. Untuk mengukur keberhasilan prosesnya dapat dikaji melelui beberapa persoalan dibawah ini :
1) Apakah pengajaran direncanakan dan dipersiapkan terlebih dahulu oleh guru dengan melibatkan siswa secara sistematik? 2) Apakah kegiatan siswa belajar dimotivasi guru sehingga ia
melakukan kegiatan belajar dengan penuh kesabaran, kesungguhan dan tanpa paksaan untuk memperoleh tingkat penguasaan, pengetahuan, kemampuan serta sikap yang dikehendaki dari pengajaran itu ?
3) Apakah guru menggunakan multimedia?
4) Apakah siswa mempunyai keempatan untuk mengontrol dan menilai sendiri hasil belajar yang dicapainya ?
5) Apakah proses pengajaran dapat melibatkan semua siswa dalam kelas ?
6) Apakah suasana pengajaran atau proses belajar mengajar cukup menyenangkan dan merangsang siswa belajar ?
(50)
7) Apakah kelas memiliki sarana belajar yang cukup kaya, sehingga menjadi laboratorium belajar ?
b. Kriteria ditinjau dari hasilnya
Disamping tinjauan dari segi proses, keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil. Berikut ini adalah beberapa persoalan yang dapat dipertimbangkan dalam menentukan keberhasilan pengajaran ditinjau dari segi hasil atau produk yang dicapai siswa: 1) Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa dari proses
pengajaran nampak dalam bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh?
2) Apakah hasil belajar yang dicapai siswa dari proses pengajaran dapat diaplikasikan dalam kehidupan peserta didik ?
3) Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa tahan lama diingat dan mengendap dalam pikirannya, serta cukup memengaruhi perilaku dirinya ?
4) Apakah yakin bahwa perubahan yang ditunjukkan oleh siswa merupakan akibat dari proses pengajaran ?
G. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Menurut Sardiman (2001:71), motivasi berasal dari kata “motif”
yang diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Pendapat lain juga mengatakan bahwa motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan
(51)
(Soeharto dkk, 2003:110). Menurut Made Wena (2009:33), motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari dalam diri individu. Dalam proses belajar mengajar siswa yang termotivasi secara intrinsik dapat dilihat dari kegiatan yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena merasa butuh dan ingin mencapai tujuan belajar yang sebenarnya. b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang keberadaannya karena pengaruh dari luar. Motivasi ekstrinsik bukan merupakan keinginan yang sebenarnya yang ada di dalam diri siswa untuk belajar. Tujuan individu melakukan kegiatan adalah mencapai tujuan yang terletak diluar aktivitas belajar itu sendiri, atau tujuan itu tidak terlibat di dalam aktivitas belajar.
Dari pemaparan diatas disimpulkan bahwa motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan. Motivasi belajar seorang siswa sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran di kelas, karena motivasi dapat menumbuhkan semangat dan arahan dalam mencapai tujuan yang dikehendaki siswa.
(52)
Dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi, sebab hasil belajar akan menjadi optimal jika ada motivasi. Oleh karena itu, menurut Sadiman (2008:85) ada empat fungsi motivasi yaitu:
a. Mendorong seseorang untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.
d. Pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Dengan kata lain dengan adanya usaha yang tekun dan didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar akan mendapatkan prestasi yang baik.
Sedangkan menurut Nanang dan Cucu (2009: 26), fungsi motivasi adalah alat pendorong terjadinya perilaku belajar peserta didik, mempengaruhi prestasi belajar belajar peserta didik, memberikan direksi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran, dan alat untuk membangun sistem pembelajaran lebih bermakna.
3. Aspek-aspek Motivasi Belajar
Pada penelitian ini motivasi siswa dapat dilihat dari aktivitas dari aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas.
(53)
Aspek-aspek yang menunjukkan karakteristik tingkah laku siswa yang termotivasi antara lain:
a. Minat
Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan besar terhadap sesuatu, kecenderungan ini berasal dari rasa tertarik dan perasaan senang yang menetap, sehingga mendorong seseorang untuk berperilaku tertentu terhadap suatu obyek (Muhibbin Syah,2008:151).
b. Perhatian
Perhatian adalah pemusatan energi psikis yang tertuju kepada suatu obyek pelajaran atau dapat dikatakan sebagai banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar (Sardiman, 2008:45). c. Konsentrasi
Konsentrasi belajar adalah pemusatan daya pikiran dan perbuatan pada suatu obyek yang dipelajari dengan menghalau atau menyisihkan segala hal yang tidak ada hubungannya dengan obyek yang dipelajari. Pemusatan dalam hal inilah merupakan aktivitas berfikir dan tindakan untuk memberi tanggapan yang lebih intensif terhadap fokus atau obyek tertentu (Hendra,2011:111).
d. Ketekunan
Ketekunan dalam belajar berarti kesungguhan siswa dalam belajar, ciri-ciri siswa yang termotivasi belajar yaitu tekun dan ulet
(54)
dalam menghadapi tugas, dalam hal ini bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai (Sardiman,2008:83). e. Keantusiasan
Keantusiasan siswa dalam belajar dapat dilihat dari semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran, memberikan tanggapan pada setiap pertanyaan maupun penjelasan dari guru dan teman dengan semangat yang tinggi (KBBI, 1988:44).
f. Keterlibatan
Keterlibatan siswa dalam belajar merupakan aktivitas dan keikutsertaan siswa dalam mengikuti pembelajaran yang meliputi diskusi, memberikan pendapat, gagasan atau ide (Dewi, 2012:37). g. Rasa ingin tahu
Dalam motivasi terdapat hal yang mendorong siswa untuk belajar yaitu rasa ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas (Arden, 2008:46).
h. Berusaha mencoba dan aktif mengatasi tantangan
Pada karakteristik motivasi ini berusaha mencoba terlihat dari rasa senang siswa dalam mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Sedangkan aktif mengatasi tantangan ditunjukkan dengan keuletan siswa dalam menghadapi kesulitan dan tidak lekas putus asa (Sardiman, 2008:83).
(55)
H. Pembelajaran Matematika
Hakikat pembelajaran Matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seorang (pelajar) melaksanakan kegiatan belajar matematika
Menurut Robert M.Gagne pembelajaran harus dikondisikan untuk memunculkan respons yang diharapkan. Menurut Gagne, belajar matematika terdiri dari objek langsung dan objek tak langsung.
1. Objek-objek langsung pembelajaran matematika terdiri atas : a. Fakta-fakta matematika
b. Ketrampilan-ketrampilan matematika c. Konsep-konsep matematika
d. Prinsip-prinsip matematika
2. Objek-objek tak langsung pembelajaran matematika adalah : a. Kemampuan berfikir logis
b. Kemampuan memecahkan masalah c. Sikap positif terhadap matematika d. Ketekunan
e. Ketelitian
Dalam teori belajar konstruktivisme, Hanbury (1996:3) mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika, yaitu
1. Siswa mengkonstruksi pengetahuan matematika dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki;
(56)
3. Strategi siswa lebih bernilai
4. Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.
Dari pendapat diatas, pembelajaran matematika merupakan suatu pembelajaran yang dikondisikan untuk memunculkan respon siswa terhadap matematika agar siswa dapat mengintegrasikan ide yang mereka miliki sehingga matematika menjadi lebih bermakna dengan pemahaman yang siswa miliki sehingga siswa dapat mendiskusikan pemahaman tersebut dengan temannya
I. Volume Balok
Misalkan dan adalah dua bidang yang sejajar, t adalah suatu garis transversal dan R adalah daerah poligon di bidang yang tidak memotong t. Untuk setiap X di R misalkan adalah segmen yang sejajar t, di mana Y ada di bidang . Gabungan dari seluruh segmen tersebut disebut prisma. Daerah poligon tersebut dinamakan alas prisma. Himpunan dari seluruh titik Y yang merupakan bagian prisma dan terletak di disebut tutup prisma. Jarak h antara dan disebut tinggi dari prisma. Jika t tegak lurus dengan dan prisma tersebut disebut prisma tegak. Parallelepiped adalah prisma yang alasnya merupakan daerah jajargenjang, sedangkan balok secara khussu adalah suatu parallelepiped yang alasnya merupakan persegi panjang dan merupakan prisma tegak.
Volume adalah semua bilangan yang menyatakan ukuran daerah polihedral.. Volume balok adalah semua bilangan yang menyatakan ukuran
(57)
daerah balok yaitu bilangan hasil kali tinggi balok dan luas alas yang berbentuk persegi panjang.
Volume Balok
Volum balok = Luas Alas × tinggi = p × l × t
Cara penggunaan Alat peraga dalam menemukan rumus volume balok
Gb.1
Langkah-langkah penggunaan alat peraga volume balok:
1) Guru mengacungkan sebuah wadah berbentuk seperti balok (belum diisi kubus satuan) pada siswa, kemudian bertanya kepada peserta didik .
“ Disebut bangun apakah ini? ” “ Apa sajakah unsur-unsurnya? ”
“ Manakah alasnya? ” “ Manakah tingginya? ”
“ Berbentuk apakah alasnya? ”
F
A B
E
D C
H G
p
l t
(58)
“ Bagaimanakah rumus luas persegi panjang? ”
“ Sekarang, mari kita isi balok ini dengan kubus satuan ”
“Berapakah kubus satuan yang dapat mengisi wadah berbentuk seperti balok? 2) Guru mengajak siswa untuk membuat tabel seperti berikut:
Gambar
Volum balok (banyak kubus
satuan)
Luas alas (p × l)
Tinggi
(t) p × l × t Panjang
(p)
Lebar (l)
3) Guru mengacungkan balok (sudah berisi kubus satuan) pada siswa, untuk balok dengan posisi seperti pada gambar:
Guru bertanya pada siswa:
“ berapakah panjangnya? “ “ berapakah lebarnya? “ “ berapakah tingginya “
“ berapakah volume balok ini( dengan menghitung banyak kubus satuan yang
mengisi balok)? “
Lalu, guru mengajak siswa untuk mengisi tabel pertama.
4) Guru mengacungkan balok (sudah berisi kubus satuan) pada siswa, untuk balok dengan posisi seperti pada gambar:
(59)
Guru bertanya pada siswa:
“ berapakah panjangnya? “ “ berapakah lebarnya? “ “ berapakah tingginya “
“ berapakah volume balok ini( dengan menghitung banyak kubus satuan yang mengisi balok)? “
Lalu, guru mengajak siswa untuk mengisi tabel kedua.
5) Guru mengacungkan balok (sudah berisi kubus satuan) pada siswa, untuk balok dengan posisi seperti pada gambar:
Guru bertanya pada peserta didik:
“ berapakah panjangnya? “ “ berapakah lebarnya? “ “ berapakah tingginya “
“ berapakah volume balok ini( dengan menghitung banyak kubus satuan yang
(60)
Lalu, guru mengajak siswa untuk mengisi tabel ketiga. 6) Guru mengajak siswa untuk memperhatikan tabel.
“ berapakah volume balok (pada baris 5 kolom 2 )? “ “ berbentuk apakah alas balok? “
“ Bagaimanakah rumus alas balok? “ “ Jadi, berapakah volume balok tersebut? “
J. Kerangka Berfikir
Berangkat dari latar belakang dan landasan teori yang menyatakan bahwa hasil belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain faktor yang terdapat dalam diri siswa atau faktor internal, dan faktor yang terdiri dari luar siswa atau faktor eksternal (Dimyati Mahmud, 1989:198). Kegiatan pembelajaran matematika juga melibatkan kedua faktor tersebut yang tentunya akan berpengaruh satu dengan yang lain. Pembelajaran matematika yang menarik dan tidak membosankan akan menjadi salah satu cara agar siswa berminat untuk fokus pada pelajaran tersebut. Ada berbagai
Model Pembelajaran Think-Pair-Share Motivasi Belajar Siswa
(61)
model pembelajaran yang ditawarkan bagi guru pengampu mata pelajaran salah satunya adalah model pembelajaran Think-Pair-Share, yang merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang ditekankan pada keaktifan siswa dalam proses pembelajaran tersebut.
K. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori, dan kerangka berpikir yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diajukan hipotesis untuk
penelitian ini sebagai berikut: “Motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Santo Aloysius Turi pada pokok bahasan volume balok dengan model pembelajaran Think-Pair-Share lebih baik daripada motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII B Santo Aloysius Turi dengan model pembelajaran konvensional”.
L. Penelitian yang relevan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari pada tahun 2016 mengenai efektivitas model pembelajaran Think-pair-share(TPS) dengan pendekatan metakognitif berbasis e-komik terhadap motivasi dan hasil belajar matematika materi pokok limit fungsi pada siswa kelas XI jurusan IPA MAN Kendal dapat disimpulkan bahwa: 1) Untuk mengetahui motivasi siswa dalam pembelajaran matematika materi limit fungsi diberikan angket motivasi pada kelas eksperimen sebanyak dua kali. Pada pertemuan kedua ada 8 siswa yang motivsi belajarnya tinggi, kemudian pada pertemuan ketiga naik menjadi 16 siswa. Pada pertemuan kedua 14 siswa memiliki motivasi sedang, 3 siswa memiliki motivasi rendah, dan 1 siswa memiliki
(62)
motivasi sangat rendah. Kemudian pada pertemuan keempat siswa yang memiliki motivasi sedang menurun menjadi 8 siswa, 2) untuk mengetahui nilai hasil belajar siswa digunakan tes setelah pembelajaran selesai. Soal yang digunakan sebelumnya telah diujicobakan di kelas XII IPA 2. Berdasarkan uji prasyarat kedua kelas sampel berdistribusi normal dan homogen. Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen meningkat dari 50,04 menjadi 79,10. Sedangkan kelas kontrol rata-rata belajarnya juga meningkat dari 53,81 menjadi 71,96, 3)Model pembelajaran Think-PairShare (TPS) dengan pendekatan metakognitif berbasis e-komik efektif meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika materi limit fungsi siswa kelas XI jurusan IPA MAN Kendal tahun pelajaran 2015/2016, hal ini dibuktikan dengan menggunakan uji t dengan kriteria penolakan H0 adalah t hitung > t tabel. Dari perhitungan diperoleh t hitung = 1,775 dan t tabel = 1,676 dengan taraf signifikan 5% dan dk = n1 + n2 – 2 = 50. Jadi H0 ditolak dan H1 diterima. Setelah itu dilakukan uji korelasi untuk mengetahui hubungan antara motivasi dengan hasil belajar. Berdasarkan analisis diperoleh persamaan regresi Y = 60,2 + 0,4X. Sedangkan r hitung = 0,184 dengan = 26 diperoleh r tabel = 0,323, maka r hitung < r tabel itu berarti H0 diterima bahwa tidak ada korelasi antara motivasi dengan hasil belajar. Namun jika dilihat nilai rhitung = 0,184 menunjukkan bahwa ada korelasi langsung atau positif antara motivasi dengan hasil belajar akan tetapi korelasi tersebut tidak signifikan.
(63)
42 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (kuasi eksperimen). Kuasi eksperimen merupakan eskperimen yang memiliki perlakuan, pengukuran dampak, unit eksperimen namun tidak menggunakan penugasan acak untuk menciptakan perbandingan dalam rangka menyimpulkan perubahan yang disebabkan. Penelitian eksperimental semu digunakan untuk mengungkap hubungan antara dua variabel atau lebih untuk mencari pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya, di mana peneliti dengan sengaja dan secara sistematis mengadakan perlakuan (manipulasi) terhadap suatu variabel, kemudian mengamati konsekuensi perlakuan pada variabel lain (Nana Sudjana, 1989:19).
Pada penelitian ini, peneliti akan menginterprestasikan data yang diperoleh dari penerapan model pembelajaran tipe Think-Pair-Share di kelas VIII A dibandingkan dengan penerapan pembelajaran dengan model konvensional di Kelas VIII B SMP Santo Aloysius Turi.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi, pada penelitian ini peneliti melakukan penelitian di kelas VIII A SMP Santo Aloysius Turi yang digunakan sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII B SMP Santo Aloysius Turi sebagai kelas kontrol yaitu kelas
(64)
pembanding. Objek penelitian ini adalah efektivitas penerapan model pembelajaran Think-Pair-Share berbantu alat peraga pada sub materi volume balok ditinjau dari hasil belajar dan motivasi belajar siswa.
C. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu
Pelaksanaan pengambilan data berlangsung bulan Maret sampai Mei 2016
2. Tempat
Pengambilan data ini dilaksanakan di kelas VIII A dan VIII B SMP Santo Aloysius Turi tahun ajaran 2015/2016
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah ciri atau karakteristik dari individu, objek, peristiwa yang nilainya bisa berubah-ubah (Nana Sudjana,1989:11). Setiap masalah dalam sebuah penelitian, harus mengandung variabel yang jelas sehingga memberikan gambaran mengenai data dan informasi yang digunakan untuk memecahkan sebuah masalah. Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel penyebab atau yang diduga memberikan suatu pengaruh atau efek terhadap peristiwa lain. Dengan kata lain, variabel bebas merupakan penyebab timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dari peneliti ini adalah pembelajaran kooperatif tipe “Think Pair Share” berbantu alat peraga pada pokok bahasan volume balok.
(65)
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang ditimbulkan atau efek dari variabel bebas. Variabel terikat pada penelitan ini adalah motivasi dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan volume balok.
E. Bentuk Data
1. Hasil belajar siswa
Data hasil belajar siswa berupa angka yang didapatkan dari pre-test dan post-test tentang pokok bahasan yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
2. Motivasi belajar siswa
Data berupa angka yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner yang menggambarkan kondisi siswa mengenai efektivitas pada pembelajaran kooperatif tipe “Think-Pair-Share”.
F. Metode dan Instrumen Pengumpulan data 1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data hasil belajar siswa menggunakan hasil pre-test dan post-test mengenai materi volume balok. Data motivasi belajar dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan butir pernyataan sebanyak 20 item. Data yang diperoleh dari hasil belajar dan motivasi siswa berupa data kuantitatif yang berupa angka-angka.
Selanjutnya dua data hasil belajar dan motivasi belajar peserta didik digunakan untuk mengetahui Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share berbantu alat peraga volume balok.
(66)
2. Instrumen Pengumpulan Data
Pre-test dan post-test bertujuan untuk mengetahui hasil belajar dengan menggunakan metode pembelajaran Think-Pair-Share pada pokok bahasan volume balok, peneliti menggunakan tes tertulis berupa soal uraian agar dapat mengetahui langkah-langkah pengerjaan soal oleh siswa. Peneliti menyiapkan instrumen penilaian yaitu soal tes tertulis, kriteria pembobotan dan kelengkapan lainnya.
Tabel. 3.1 Instrumen Penilaian
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, tentunya penyusunan instrumen tes tertulis ini dibuat melalui beberapa tahap, yaitu tahap penyususunan, uji pakar, dan uji isi yang di uji cobakan langsung dengan siswa yang sudah menerima materi volume balok . Uji pakar diuji oleh dosen-dosen pendidikan matematika Universitas Sanata Dharma dan guru pengampu matematika di SMP Santo Aloysius Turi yaitu Bapak Febi Sanjaya, M.Sc., bapak Beni Utomo, M.Sc., dan Ibu Hendri Widyanti, S.Pd. Uji isi akan dilihat hasilnya yaitu sebagai berikut :
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Soal Tipe Soal Skor Nomor
Soal 5. Memahami sifat-sifat
kubus, balok, prisma,
limas, dan
bagian-bagiannya, serta
menentukan ukurannya
5.3. Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas
Mengenali bentuk-bentuk balok
Esai 20 1
Menentukan volume balok
Esai 60 2,3, dan
5 Menentukan
tinggi balok
(67)
a. Validitas
Validitas menurut Nana Sudjana(1990;12) berkenaan dengan ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Berikut ini rumus untuk menentukan validitas isi menurut Jihad (2013; hal 180),
∑ ∑ ∑
√[ ∑ ∑ ][ ∑ ∑ ] Keterangan :
: Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, : Jumlah peserta tes,
: Total skor item ke x, : Total skor peserta didik x.
Tabel. 3.2
Kriteria validasi menurut Jihad (2013:180)
Koefisien Korelasi Keterangan
Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah
Sangat Rendah
b. Reliabilitas
Reliabilitas menurut Sudjana (1990:16) adalah ketetapan atau keajegan alat penilaian dalam menilai apa yang dinilai. Artinya kapanpun alat tersebut digunakan akan memberikan hasil yang
(68)
relative sama. Berikut ini rumus untuk menentukan reliabilitas soal menurut Jihad (2013:180):
[ ] [ ]
∑ ∑ Keterangan :
: Banyak butir soal,
: Jumlah varians tiap nomor, : Varians skor total.
Tabel. 3.3
Kriteria Reliabilitas menurut Jihad (2013:181).
Koefisien Korelasi Keterangan
Sangat Rendah
Rendah Cukup Tinggi Sangat Tinggi c. Daya Pembeda
Daya pembeda menurut Arikunto (2009:211) adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Berikut ini rumus untuk mencari daya pembeda menurut Jihad (2013:181).
(69)
Keterangan :
DP : Daya pembeda,
: Total skor kelompok atas,
: Total skor kelompok bawah,
: banyak butir soal, : skor maksimal item.
Tabel.3.4
Kriteria Daya Pembeda (DP) menurut Reseffendi (1991:203) dalam Jihad (2013:181)
Koefisien Korelasi Keterangan
atau lebih Sangat Baik
Cukup baik, mungkin perlu diperbaiki Minimum, perlu diperbaiki
ke bawah Jelek, dibuang atau dirombak d. Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran soal dapat ditentukan dengan lebih dahulu menentukan kelompok atas dan kelompok bawah. Kelompok atas terdiri atas 50% dari seluruh siswa yang mendapatkan skor tinggi, sedangkan kelompok bawah terdiri atas 50% dari seluruh siswa yang mendapatkan skor rendah (Asep Jihad dan Abdul Haris, 2013:181)
Berikut ini rumus untuk menentukan tingkat kesukaran item menurut Jihad (2013:182)
(70)
Keterangan:
TK : Tingkat kesukaran, : Total skor kelompok atas,
: Total skor kelompok bawah,
: banyak butir soal, : skor maksimal item.
.3.5
Kriteria Tingkat Kesukaran (TK) soal menurut Sudjana(1999:137) dalam Jihad (2013:182)
Tingkat kesukaran Keterangan
0,00 0,30 Sukar
0,31 0,70 Sedang
0,71 1,00 Mudah
e. Kuesioner
Kuesioner menurut Babbie dalam Djudju Sudjana (2008:177) adalah alat pengumpul data secara tertulis yang berisi pertanyaan (question) atau pernyataan (statement) yang disusun secara khusus dan digunakan untuk menggali keterangan, menghimpun keterangan dan informasi yang dibutuhkan.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini, berjumlah 20 pernyataan yang terdiri dari 16 pernyataan positif dan 4 pernyataan negatif. Kuesioner ini digunakan sebagai alat pengukur bagaimana model pembelajaran model Think-Pair-Share itu efektif digunakan pada pokok bahasan volume balok dari motivasi belajar siswa.
(71)
Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan empat pilihan jawaban yaitu : SS(Sangat Setuju), S(Setuju), TS(Tidak Setuju), STS(Sangat Tidak Setuju).
G. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif. Hipotesis yang diajukan adalah efektivitas pembelajaran kooperatif tipe “Think Pair Share” berbantu alat peraga pada pokok bahasan volume balok 2015/2016. Secara umun langkah-langkah analisis data sehingga mendapatkan penyelesaiannya adalah sebagai berikut (Zainal Arifin, 2011:282):
1. Memilih alternatif pengujian hipotesis. 2. Menentukan populasi.
3. Mengambil sampel dan dibagi dalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
4. Mengumpulkan data nilai pre-test hasil belajar dari dua kelompok sampel.
5. Mengumpulkan data nilai post-test hasil belajar siswa dari dua kelompok sampel.
6. Menghitung rata-rata ( ̅) dan simpangan baku (s) dari kedua sampel. 7. Menguji homogenitas data.
8. Menguji hipotesis dengan Uji T.
9. Membandingkan nilai t hitung dengan nilai tabel (harga kritik). 10.Membuat kesimpulan.
(72)
Berikut akan dijelaskan analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini:
1. Kriteria Efektivitas Model Pembelajaran
Efektivitas model pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Kriteria efektivitas dalam penelitian ini mengacu pada:
a. Model pembelajaran dikatakan efektif apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kelas kontrol dan kelas eksperimen, antara hasil belajar pada tes kemampuan akhir kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan hasil belajar pada tes kemampuan akhir kelas kontrol.
b. Model pembelajaran dikatakan efektif apabila dapat mengungkapkan motivasi belajar siswa kelas eksperimen menunjukkan peningkatan yang signifikan.
2. Analisis Data Hasil Belajar Siswa
Nilai pre-test dan post-test akan menunjukkan hasil belajar siswa sebelum dilakukan pembelajaran dengan model Think-Pair-Share(TPS) dan setelah dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran Think-Pair-Share(TPS) . Nilai tersebut diperoleh dari penjumlahan skor jawaban setiap siswa. Skor tersebut dikonversikan dalam satu nilai dengan rentang 0 sampai dengan 100. Rumusan untuk menentukan nilai post-test akhir tiap siswa adalah sebai berikut.
(73)
Sedangkan untuk menentukan nilai rata-rata post-test semua siswa adalah sebagai berikut :
∑ Keterangan :
NAi = nilai akhir individu,
JSi = jumlah skor individu,
JM = jumlah skor maksimum,
NAs = jumlah rata-rata untuk semua siswa,
ns = banyaknya siswa.
Selanjutnya, data hasil belajar ini akan dianalisis dengan Uji Rata-Rata (Uji T). Tahap-tahap untuk menganalisis hasil belajar siswa dari nilai pre-test dan post-test dengan uji statistik sebagai berikut:
a. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Peneliti menggunakan SPSS Statistic 17.0 untuk membantu dalam perhitungan uji hipotesis. Langkah-langkah uji normalitas menurut Husaini dan Purnomo (2008:315) yaitu:
(1)
LAMPIRAN C.6. Lembar Analisis Perbedaan Rata-rata Nilai Post-test
RanksKelas N Mean Rank Sum of Ranks Nilai_Posttest Eksperimen 21 25.48 535.00
Kontrol 21 17.52 368.00
Total 42
Test Statisticsa
Nilai_Posttest Mann-Whitney U 137.000 Wilcoxon W 368.000
Z -2.101
Asymp. Sig. (2-tailed) .036 a. Grouping Variable: Kelas
(2)
LAMPIRAN C.7. Lembar Analisis Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen
Kode Siswa
Item Pernyataan Hasil
Motivasi Siswa (%)
Kriteria Motivasi Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 5 4 2 4 4 5 4 4 2 5 83 Sangat Tinggi 2 4 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 87 Sangat Tinggi 3 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 2 5 5 5 4 4 2 5 83 Sangat Tinggi 4 1 4 4 4 5 1 4 2 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 4 2 67 Tinggi 5 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 79 Tinggi 6 2 4 2 4 1 2 4 4 4 4 4 2 2 2 2 1 2 4 2 4 56 Cukup 7 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 83 Sangat Tinggi 8 4 4 4 5 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 2 4 73 Tinggi 9 4 4 4 4 4 4 4 2 5 2 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 79 Tinggi 10 4 5 4 5 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 85 Sangat Tinggi 11 4 4 4 2 5 4 4 5 2 1 4 4 2 2 4 4 5 5 4 4 73 Tinggi 12 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 5 4 4 80 Tinggi 13 4 4 2 5 5 4 4 4 5 4 4 5 1 4 4 4 4 4 2 5 78 Tinggi 14 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 0 4 4 5 79 Tinggi 15 4 5 4 5 5 4 4 2 5 2 4 2 2 4 4 2 4 5 2 5 74 Tinggi 16 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 83 Sangat Tinggi 17 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 5 87 Sangat Tinggi 18 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 2 4 4 5 5 4 2 5 84 Sangat Tinggi 19 5 5 4 4 2 5 5 2 5 5 1 4 2 5 5 2 5 5 5 5 81 Sangat Tinggi 20 4 5 4 5 5 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 2 5 5 4 4 86 Sangat Tinggi 21 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 98 Sangat Tinggi
(3)
(4)
(5)
(6)