2.9 Proses Pembuatan Biskuit Crackers
Bahan-bahan non lemak dicampur merata terlebih dahulu dan ditambah air sehingga terbentuk adonan, kemudian lemak ditambahkan kedalam adonan.
Proses fermentasi selama 30 menit untuk menghasilkan adonan yang elastis mengembang dan mempunyai daya renggang yang baik Manley, 1983.
Gas yang dihasilkan merupakan hasil fermentasi, semakin lama proses fermentasi, maka semakin banyak gas yang dihasilkan. Hal ini akan berpengaruh
terhadap pengembangan adonan dan kelembutan tekstur biskuit crackers. Setelah itu adonan dibuat lembaran-lembaran dan laminasi dengan menggunakan
campuran tepung terigu dan lemak sebagai tepung pengisi diantara lembaran- lembaran adonan Manley, 1983.
Adonan kemudian dicetak dengan menggunakan cetakan dan dipanggang. Tekstur dan pengembangan biskuit crackers terbaik diperoleh dari
pemanggangan dengan suhu bertingkat. Peningkatan suhu harus dilakukan dengan cepat pada awal pemanggangan dan kemudian suhunya diturunkan untuk
mengeringkan biskuit crackers tanpa menimbulkan kegosongan. Selama pemanggangan, laminasi akan terangkat dan terpisah-pisah sehingga
menghasilkan biskuit crackers yang mempunyai struktur berlapis-lapis Manley, 1983. Formula bahan pembuatan biskuit crackers menurut resep
Primarasa dapat dilihat pada Tabel 4 :
Tabel 4. Formula bahan biskuit crackers Bahan
Komposisi
Tepung terigu 200 gram
Margarin 125 gram
Telur 1 butir
Kuning telur 20 gram
Ragi 3 gram
Garam 2 gram
Sumber : Primarasa 2004
2.10 Jeruk nipis
Jeruk nipis Citrus aurantifolia adalah sejenis buah jeruk yang banyak mengandung air, tapi air buahnya sangat masam sekali, walau aromanya sangat
sedap. Jeruk ini merupakan bahan penting untuk pembuatan asam sitrat. Daun, bunga, dan buah menghasilkan minyak terbang. Varietasnya yang terkenal ada 3
macam. Yaitu Citrus aurantium subspes aurantifolia var. fusca yang umum dikenal sebagai jeruk nipis, C. aurantium subspes. Aurantifolia var. Limetta
banyak diusahakan di Meksiko, dan C. aurantium subspes. aurantifolia var. Bergamia yang lebih dikenal sebagai jeruk bergamot penghasil minyak bergamot.
Kulit jeruk nipis adalah lapisan luar dari kulit jeruk nipis Citrus aurantifolia subspes aurantifolia var fusca yang berupa kepingan-kepingan atau pita-pita yang
licin. Baunya khas aromatik, rasanya pahit Sarwono, 2001. Komposisi kandungan kimia jeruk nipis mengandung unsur-unsur
senyawa kimia yang bemanfaat misalnya: limonen, linalin asetat, geranil asetat, fellandren dan sitral. Di samping itu jeruk nipis mengandung asam sitrat 100 gram
buah jeruk nipis mengandung: vitamin C 27 miligram, kalsium 40 miligram, fosfor 22 miligram, hidrat arang 12,4 gram, vitamin B1 0,04 miligram, zat besi
0,6 miligram, lemak 0,1 gram, kalori 37 gram, protein 0,8 gram, dan air 86 gram. Jeruk nipis mengandung unsur-unsur senyawa kimia antara lain limonen, linalin
asetat, geranil asetat, fellandren, sitral dan asam sitrat www.iptek.net.id.
Sari buah jeruk nipis mengandung asam sitrat 7 dan minyak atsiri “limonen”. Buah jeruk nipis sering digunakan sebagai bahan minuman dan
pencampur berbagai masakan serta menghilangkan bau anyir pada ikan Rukmana, 1996. Selain sebagai bahan berkhasiat obat, perasan air jeruk nipis
juga digunakan untuk menghilangkan bau amis akibat ikan ataupun senyawa lainnya pada gelas, piring, tempat-tempat lainnya, atau pada tangan sehabis
membersihkan ikan. Juga untuk mengilapkan kembali barang-barang yang terbuat dari kuningan serta logam lainnya lagi banyak digunakan larutan yang
mengandung air perasan buah jeruk nipis.
3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan April hingga Juni 2005. Bertempat di Laboratorium Penanganan dan Pengolahan Hasil Perikanan, Laboratorium
Organoleptik Hasil Perikanan Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Laboratorium Biokimia Depertemen Teknologi
Pangan dan Gizi Fateta IPB, Laboratorium Nutrisi Makanan Departemen Ilmu Nutrisi Makanan Ternak, Laboratorium FTDC PAU Institut Pertanian Bogor, dan
Laboratorium Pengujian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian Cimanggu Bogor.
3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan untuk pembuatan biskuit crackers adalah limbah
tulang ikan madidihang yang berasal dari TPI Muara Baru Jakarta, tepung terigu merk segitiga biru, margarin merk blue band, ragi merk fermipan, air, garam, gula
halus, dan jeruk nipis yang diperoleh dari pasar Anyar, Bogor. Bahan kimia yang digunakan untuk analisis kimiawi yaitu heksan, H
2
SO
4
pekat, HCl, kertas saring, kertas pH, kertas Whatman 42, NaOH, HNO
3
, aquadest, asam borat, NaCl, HCl, H
2
SO
4
, Na
2
S
2
O
5
, tablet kjeldahl pelarut lemak.
3.2.2 Alat
Alat untuk pembuatan tepung tulang ikan madidihang, yaitu : pisau, panci, kompor, autoclave, hammer meal, oven, ayakan, dan blender. Dalam pembuatan
biskuit crackers, alat yang digunakan adalah loyang, cetakan, oven, dan timbangan kue.
Alat-alat yang digunakan untuk analisis adalah tanur, oven, kjeltec system, soxhlet
, penetrometer, Kett whiteness meter, buret, gegep, cawan porselein, gelas piala, gelas ukur, timbangan analitik, desikator, destilator, kertas saring, labu
lemak, pipet, erlenmeyer, dan Atomic Absorption Spectrophotometer.