Pembahasan hasil Penelitian HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

92

C. Pembahasan hasil Penelitian

1. Persepsi Guru SMA Terhadap Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Ditinjau Dari Status kepegawaian Guru Menurut hasil pengujian hipotesis pertama diketahui bahwa ada perbedaan persepsi guru terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan ditinjau dari status kepegawaian guru. Artinya bahwa guru dengan status kepegawaian yang berbeda PNS, GTY, GTT memiliki persepsi yang berbeda terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan. Kesimpulan tersebut didasarkan pada perhitungan Chi Square yang menunjukkan bahwa nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,013 lebih kecil dari α = 0,05. Hasil deskripsi data status kepegawaian guru menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki status kepegawaian sebagai PNS dan ada 8 guru GTY, yang berarti bahwa mereka berhak mengikuti program pendidikan profesi guru karena telah memenuhi salah satu persyaratan untuk mengikuti program pendidikan profesi guru dalam jabatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan persepsi guru, yaitu persepsi positif terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan. Menurut penulis, adanya perbedaan persepsi guru terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan ditinjau dari status kepegawaian 93 disebabkan karena guru dengan status kepegawaian PNS dan GTY beranggapan bahwa dengan mengikuti program pendidikan profesi guru maka sarjana Non-Kependidikan dipandang dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Karena para sarjana Non-Kependidikan dianggap lebih memiliki keilmuan yang mumpuni di dalam bidang masing-masing, sehingga dengan mengikuti pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan ini akan dibekali ilmu untuk mengajar sehingga para sarjana Non-Kependidikan dapat menjadi seorang guru yang menguasai kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran, menindaklanjuti hasil penilaian dengan melakukan pembimbingan, dan pelatihan peserta didik, mampu melakukan penelitian dan mengembangkan profesionalitas secara berkelanjutan. Hal ini akan menyebabkan Guru yang mempunyai status kepegawaian PNS dan GTY memiliki persepsi yang positif terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan. Sebelum dilaksanakan program pendidikan profesi guru, pemerintah telah melakukan sosialisasi tentang pendidikan profesi guru sehingga guru memahami tujuan dan manfaat sesungguhnya dari pendidikan profesi guru yang pada intinya adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan, mewujudkan tujuan Nasional, meningkatkan kompetensi keguruan, dan untuk meningkatkan kesejahteraan guru. Atas dasar inilah guru dengan status kepegawaian GTT mempunyai persepsi yang negatif terhadap adanya pendidikan profesi guru yang terbuka bagi 94 sarjana Non-Kependidikan. Hal ini disebabkan karena guru yang telah lama bekerja sebagai GTT dapat tergeser oleh sarjana Non-Kependidikan yang telah mengikuti program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan dan juga pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan sesungguhnya akan memperkecil peluang sarjana pendidikan dalam memperoleh pekerjaan. 2. Persepsi Guru SMA Terhadap Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan Guru Menurut hasil pengujian hipotesis kedua diketahui bahwa tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan ditinjau dari tingkat pendidikan guru. Artinya bahwa guru dengan tingkat pendidikan yang berbeda S2, D4S1, D3, D2, dan dibawah D2 memiliki persepsi yang identik terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan. Kesimpulan tersebut didasarkan pada perhitungan Anova yang menunjukkan bahwa nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,358 lebih besar dari α = 0,05 dan F hitung sebesar 1,103 lebih kecil dari F tabel sebesar 2,449. Hasil deskripsi data tingkat pendidikan guru menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan D4S1. Namun baik yang memiliki tingkat pendidikan D4S1 dan D3 sama-sama 95 memiliki persepsi yang positif terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan. Hal ini disebabkan karena masing-masing guru berusaha mencari informasi yang sebanyak- banyaknya mengenai pendidikan profesi guru. Informasi tidak hanya diperoleh dari saat pendidikan saja, namun bisa diperoleh dari media massa, teman, masyarakat, ataupun dari media yang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada kesamaan persepsi guru, yaitu persepsi positif terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan. Menurut penulis, adanya kesamaan persepsi guru yang positif terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan ditinjau dari tingkat pendidikan disebabkan karena guru dengan berbagai tingkat pendidikan baik D4S1 dan D3 menyadari bahwa peningkatan mutu pendidikan menuntut kualifikasi tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Selain hal tersebut menurut penulis pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan merupakan langkah yang terbilang cukup efektif untuk mendobrak mutu pendidikan di Indonesia. Dengan demikian semua guru dengan tingkat pendidikan diploma maupun sarjana sama-sama berusaha untuk menguasai segala aspek yang diharapkan dapat dikuasai oleh guru sesuai yang diinginkan dalam pendidikan profesi guru, sehingga menurut saya tingkat pendidikan tidak banyak mempengaruhi persepsi guru terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan. Selain hal 96 tersebut dengan dibukanya pendidikan profesi guru bagi sarjana Non- Kependidikan diharapkan akan lebih meningkatkan keprofesionalan sebagai seorang guru bila ada sarjana Non-Kependidikan yang ingin menjadi guru. 3. Persepsi Guru SMA Terhadap Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Ditinjau Dari Masa Kerja Guru Menurut hasil pengujian hipotesis ketiga diketahui bahwa tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan ditinjau dari masa kerja guru. Artinya bahwa guru dengan masa kerja yang berbeda lebih dari dua tahun, dan kurang dari dua tahun memiliki persepsi yang sama terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan. Kesimpulan tersebut didasarkan pada perhitungan uji T yang menunjukkan bahwa nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,784 lebih besar dari α = 0,05 dan T hitung sebesar 0,275 lebih kecil dari T tabel sebesar 1,980. Hasil deskripsi data masa kerja guru menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki masa kerja lebih dari dua tahun, dan telah memenuhi salah satu persyaratan untuk mengikuti program pendidikan profesi guru dalam jabatan. Dari hasil deskripsi data persepsi guru terhadap adanya program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan ditinjau dari masa kerja menunjukkan 97 bahwa sebagian besar guru memiliki persepsi yang positif. Selain itu dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ada kesamaan persepsi guru, yaitu persepsi positif terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan. Menurut penulis, adanya kesamaan persepsi guru yang positif terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan ditinjau dari masa kerja disebabkan karena pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana murni dianggap mempunyai keunggulan, terutama dalam penguasaan ilmu. Penguasaan sarjana Non-Kependidikan di bidang keilmuan lebih tinggi daripada melalui sarjana pendidikan karena sarjana Non-Kependidikan mempelajari bidang keilmuan lebih lama daripada jalur S1 pendidikan. Dengan demikian, diharapkan sarjana Non- Kependidikan mempunyai pengertian keilmuan lebih baik, benar, dan tidak membuat kesalahan dalam mengajarkan ilmunya. Dari beberapa penelitian tentang uji mutu guru di lapangan menurut www.tabaos.htm diketahui, bahwa salah satu kelemahan guru adalah dalam penguasaan bidang kajian ilmunya. Hal ini salah satunya disebabkan banyak guru yang mengajar tetapi memiliki latar belakang ilmu yang berbeda dengan yang diajarkannya. Misalnya, guru lulusan pendidikan agama mengajar fisika, guru lulusan olahraga mengajar biologi, guru lulusan seni mengajar bahasa jawa, dan masih banyak lagi. Dengan dibukanya kesempatan bagi para lulusan sarjana Non- Kependidikan menjadi guru maka dapat diharapkan guru itu 98 berkompeten dalam bidang kajian ilmunya. Namun kita juga tidak boleh mengatakan bahwa pengetahuan semua guru lulusan sarjana kependidikan lebih rendah karena memang ada beberapa lulusan yang berbakat dan berpotensi tinggi sehingga dapat menguasai keilmuannya secara baik dan unggul. 98

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dibahas pada Bab V maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada perbedaan persepsi guru terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan ditinjau dari status kepegawaian. Hal ini didasarkan pada perhitungan Chi-Square yang menunjukkan bahwa nilai probabilitasnya signifikan sebesar 0,013 lebih kecil dari α = 0,05. 2. Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan ditinjau dari tingkat pendidikan. Hal ini didasarkan pada perhitungan Anova yang menunjukkan bahwa nilai probabilitasnya signifikan sebesar 0,358 lebih besar dari α = 0,05 dan F hitung sebesar 1,103 lebih kecil dari F tabel sebesar 2,449. 3. Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan ditinjau dari status kepegawaian. Hal ini didasarkan pada perhitungan Anova yang menunjukkan bahwa nilai probabilitasnya signifikan sebesar

Dokumen yang terkait

Persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan, status, dan masa kerja guru : studi kasus guru-guru SMA N1 Bantul, SMA N1 Sedayu, SMA N1 Kasihan di Kabupaten Bantul.

0 1 106

Persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan, status kepegawaian, dan lama menjalani profesi guru : studi kasus pada guru-guru di Yayasan Kanisius Yogyakarta.

0 19 203

Persepsi guru terhadap program sertifikasi bagi guru dalam jabatan ditinjau dari tingkat pendidikan, masa kerja, beban mengajar, dan status guru ; studi kasus guru-guru SD, SMP, dan SMA di Kabupaten Sleman.

0 0 203

Persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan, status kepegawaian, dan lama menjalani profesi guru : studi kasus pada guru-guru SD, SMP, dan SMA di Yayasan BOPKRI Yogyakarta.

5 25 210

PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS KEPEGAWAIAN, DAN LAMA MENJALANI PROFESI GURU

0 0 184

PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS KEPEGAWAIAN, DAN LAMA MENJALANI PROFESI GURU

0 0 208

PERSEPSI GURU TERHADAP PROGRAM SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, MASA KERJA, BEBAN MENGAJAR, DAN STATUS GURU

0 4 201

PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS KEPEGAWAIAN, DAN LAMA MENJALANI PROFESI GURU

0 0 201

PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS GURU, DAN MASA KERJA GURU

0 0 104

PERSEPSI GURU SMA TERHADAP PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU YANG TERBUKA BAGI SARJANA NON-KEPENDIDIKAN DITINJAU DARI STATUS KEPEGAWAIAN, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN MASA KERJA

0 0 160