Persepsi guru SMA terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana non-kependidikan ditinjau dari status kepegawaian, tingkat pendidikan, dan masa kerja : studi kasus pada SMA negeri dan swasta di Kabupaten Kulon Progo.

(1)

ABSTRAK

PERSEPSI GURU SMA TERHADAP PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU YANG TERBUKA BAGI SARJANA NON-KEPENDIDIKAN DITINJAU DARI STATUS KEPEGAWAIAN,

TINGKAT PENDIDIKAN DAN MASA KERJA

Studi Kasus pada Guru-Guru SMA Negeri dan Swasta di Kulon Progo

Rouberti Hari Nuraheni Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Apakah ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap adanya program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan ditinjau dari status kepegawaian guru, (2) Apakah ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap adanya program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan ditinjau dari tingkat pendidikan guru, (3) Apakah ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap adanya program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan ditinjau dari masa kerja guru Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2010 - Januari 2011.

Penelitian ini merupakan penelitian survei pada guru-guru SMA Negeri dan Swasta di Kulon Progo. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru SMA yang negeri dan swasta di Kabupaten kulon progo. Sampel penelitian ini adalah guru-guru SMA Bopkri Wates, SMA Sanjaya XIV Nanggulan, SMA N 1 Samigaluh, SMA N 1 Girimulyo, dan SMA N 1 Sentolo yang berjumlah 122 guru. Penarikan sampel penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling . Teknik pengumpulan data penelitian dilakukan dengan dokumentasi dan kuesioner. Teknik analisis data penelitian adalah dengan menggunakan statistik deskriptif, Chi-Square, One Way Anova, dan Uji T.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan ditinjau dari status kepegawaian guru (asymp. Sig. sebesar 0,05 > 0,013); (2) tidak ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan ditinjau dari tingkat pendidikan guru (asymp. Sig. sebesar 0,05 < 0,358 dan Fhitung 1,103 < Ftabel 2,449); (3) tidak ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan ditinjau dari tingkat pendidikan guru (asymp. Sig. sebesar 0,05 < 0,784 dan Fhitung 0,275 < Ftabel 1,980).


(2)

ix  

ABSTRACT

THE PERCEPTION OF SENIOR HIGH SCHOOL TEACHERS TOWARDS THE PROGRAM OF EDUCATION OF TEACHER’S PROFESSION WHICH IS INTENDED OPENLY FOR THE GRADUATES

OF PURE SCIENCES PERCEIVED FROM THE STATUS OF EMPLOYMENT, LEVEL OF EDUCATION, AND THE DURATION OF

SERVICES

A Case Study on State and Private High School Teachers in Kulon Progo Rouberti Hari Nuraheni

Sanata Dharma Yogyakarta Yogyakarta

2011

This study aims to determine whether there are different perception of senior high school teachers towards the program of education of teacher’s profession which is intended openly for the graduates of pure sciences perceived from the: (1) status of employment, (2) level of education, and (3) duration of services. This research was conducted from December 2010 to January 2011.

This study is a survey on state and private high school teachers in Kulon Progo. The population of this study is all state and private high school teachers in Kulon Progo Regency. Samples are 122 senior high school teachers from BOPKRI Wates, Sanjaya XIV Nanggulan, State One Samigaluh, Girimulyo, and Sentolo. Sampling study was conducted with a purposive sampling technique. Data collection techniques and documentation of research conducted by questionnaire. Research data analysis techniques are descriptive statistics, Chi-Square, One Way Anova, and Test T.

The results of this study indicate that: (1) there are difference in perceptions of high school teachers towards the program of education of teachers profession which is intended openly for the graduates of pure sciences perceived from the status of employment (asyimp. Sig. For 0,05 > 0,013), (2) there was no difference in perceptions of high school teachers towards the program of education of teachers profession which is intended openly for the graduates of pure sciences perceived from the level of education (asyimp. Sig. For 0,05 < 0,358 and Fcount 1,103 < Ftable 2,449), (3) there was no difference in perceptions of high school teachers towards the program of education of teachers profession which is intended openly for the graduates of pure sciences perceived from the duration of services (asyimp. Sig. For 0,05 < 0,358 and Fcount 0,275 < Ftable 1,980).


(3)

PERSEPSI GURU SMA TERHADAP PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU YANG TERBUKA BAGI SARJANA NON-KEPENDIDIKAN DITINJAU DARI STATUS

KEPEGAWAIAN, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN MASA KERJA

Studi kasus pada SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Kulon Progo SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Rouberti Hari Nuraheni NIM: 061334061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

ii  


(5)

(6)

iv  

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini Untuk:

Yesus Kristus dan Bunda Maria

Bapakku tersayang Robertus Subarjo

Ibuku tersayang Yustina Sariyah

Adik-adikku tersayang Yustinus Iwan Kristianto dan

Agustinus Shendi Setiawan

Simbah Kakung & Putri di Surga

Saudara-saudaraku terkasih


(7)

MOTTO

Kalau kamu tidak menyukai keadaan dunia ini, ubahlah. Kamu punya kewajiban untuk mengubahnya, lakukanlah

sedikit demi sedikit (Marian Wright Edelman)

Ketekunan merupakan unsur terbesar dalam meraih sukses

Kesempatan terbesar kita mungkin ada di tempat kita berada saat ini (Napoleon Hill)

Kenyataan bukanlah seperti yang kau harapkan atau seperti tampaknya, tapi apa yang sebenarnya terjadi (Robert J.

Ringer)

Jangan biarkan dirimu diinjak, hanya dirimulah yang kamu miliki (Janis Joplin)

Tidak ada yang bias membuatmu merasa rendah diri, kalau kamu sendiri tidak membiarkannya (Eleanor Roosevelt)


(8)

vi  


(9)

(10)

viii  

ABSTRAK

PERSEPSI GURU SMA TERHADAP PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU YANG TERBUKA BAGI SARJANA NON-KEPENDIDIKAN DITINJAU DARI STATUS KEPEGAWAIAN,

TINGKAT PENDIDIKAN DAN MASA KERJA

Studi Kasus pada Guru-Guru SMA Negeri dan Swasta di Kulon Progo

Rouberti Hari Nuraheni Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Apakah ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap adanya program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan ditinjau dari status kepegawaian guru, (2) Apakah ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap adanya program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan ditinjau dari tingkat pendidikan guru, (3) Apakah ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap adanya program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan ditinjau dari masa kerja guru Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2010 - Januari 2011.

Penelitian ini merupakan penelitian survei pada guru-guru SMA Negeri dan Swasta di Kulon Progo. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru SMA yang negeri dan swasta di Kabupaten kulon progo. Sampel penelitian ini adalah guru-guru SMA Bopkri Wates, SMA Sanjaya XIV Nanggulan, SMA N 1 Samigaluh, SMA N 1 Girimulyo, dan SMA N 1 Sentolo yang berjumlah 122 guru. Penarikan sampel penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling . Teknik pengumpulan data penelitian dilakukan dengan dokumentasi dan kuesioner. Teknik analisis data penelitian adalah dengan menggunakan statistik deskriptif, Chi-Square, One Way Anova, dan Uji T.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan ditinjau dari status kepegawaian guru (asymp. Sig. sebesar 0,05 > 0,013); (2) tidak ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan ditinjau dari tingkat pendidikan guru (asymp. Sig. sebesar 0,05 < 0,358 dan Fhitung 1,103 < Ftabel 2,449); (3) tidak ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan ditinjau dari tingkat pendidikan guru (asymp. Sig. sebesar 0,05 < 0,784 dan Fhitung 0,275 < Ftabel 1,980).


(11)

ABSTRACT

THE PERCEPTION OF SENIOR HIGH SCHOOL TEACHERS TOWARDS THE PROGRAM OF EDUCATION OF TEACHER’S PROFESSION WHICH IS INTENDED OPENLY FOR THE GRADUATES

OF PURE SCIENCES PERCEIVED FROM THE STATUS OF EMPLOYMENT, LEVEL OF EDUCATION, AND THE DURATION OF

SERVICES

A Case Study on State and Private High School Teachers in Kulon Progo Rouberti Hari Nuraheni

Sanata Dharma Yogyakarta Yogyakarta

2011

This study aims to determine whether there are different perception of senior high school teachers towards the program of education of teacher’s profession which is intended openly for the graduates of pure sciences perceived from the: (1) status of employment, (2) level of education, and (3) duration of services. This research was conducted from December 2010 to January 2011.

This study is a survey on state and private high school teachers in Kulon Progo. The population of this study is all state and private high school teachers in Kulon Progo Regency. Samples are 122 senior high school teachers from BOPKRI Wates, Sanjaya XIV Nanggulan, State One Samigaluh, Girimulyo, and Sentolo. Sampling study was conducted with a purposive sampling technique. Data collection techniques and documentation of research conducted by questionnaire. Research data analysis techniques are descriptive statistics, Chi-Square, One Way Anova, and Test T.

The results of this study indicate that: (1) there are difference in perceptions of high school teachers towards the program of education of teachers profession which is intended openly for the graduates of pure sciences perceived from the status of employment (asyimp. Sig. For 0,05 > 0,013), (2) there was no difference in perceptions of high school teachers towards the program of education of teachers profession which is intended openly for the graduates of pure sciences perceived from the level of education (asyimp. Sig. For 0,05 < 0,358 and Fcount 1,103 < Ftable 2,449), (3) there was no difference in perceptions of high school teachers towards the program of education of teachers profession which is intended openly for the graduates of pure sciences perceived from the duration of services (asyimp. Sig. For 0,05 < 0,358 and Fcount 0,275 < Ftable 1,980).


(12)

x  

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada tuhan yesus kristus atas kasihnya yang besar, sehingga penulis dapar menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan karya tulis ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, kerjasama, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Romo Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar di Universitas Sanata Dharma;

2. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

4. Bapak Laurentinus Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

5. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran, dan bantuan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini;

6. Dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Akuntansi, terimakasih untuk ilmu dan pengetahuan serta bantuan yang telah penulis dapatkan selama belajar di Universitas Sanata Dharma;


(13)

7. Bapak/Ibu Kepala Sekolah SMA Bopkri Wates, SMA Sanjaya IV Nanggulan, SMA N I Samigaluh, SMA N I Girimulyo, dan SMA N I Sentolo yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian;

8. Seluruh Staf Pengajar di SMA Bopkri Wates, SMA Sanjaya IV Nanggulan, SMA N I Samigaluh, SMA N I Girimulyo, dan SMA N I Sentolo yang telah membantu kelancaran dalam pelaksanaan penelitian;

9. Bapakku tersayang Robertus Subarjo yang selalu memberikan kasih sayang, nasehat, dan dukungan baik berupa doa maupun materi selama kuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

10. Ibuku tersayang Yustina Sariyah yang selalu memberikan kasih sayang, nasehat, dan dukungan baik berupa doa maupun materi selama kuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

11. Adik-adikku tersayang Yustinus Iwan Kristianto dan Agustinus Shendi Setiawan, terimakasih untuk doa, keceriaan, kebersamaan, semangat dan dukungan yang diberikan selama ini. Aku sayang kalian……..

12. Simbah Sukinah yang selalu memberikan kasih sayang, nasehat, dan dukungan berupa doa selama kuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

13. Simbah Antonius Martodikoro (Alm.), Petrus Kartowiryo(Alm.), dan Maria Sukilah (Alm.) yang selalu memberikan dukungan doa dari Surga;

14. Saudara-saudaraku semuanya, Bulik-Bulikku, Om-Omku, Bude-Budeku, Pakde-Pakdeku, kakak-kakakku, dan adik-adikku yang tersayang yang telah memberikan kasih sayang, nasehat dan doa


(14)

xii  


(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Teoritik ... 8

1. Pengertian Persepsi Guru Terhadap Program Pendidikan Profesi Guru ... 8


(16)

xiv  

b. Guru ... 10

c. Status Kepegawaian Guru ... 20

d. Tingkat Pendidikan Guru ... 21

2. Pengertian Kompetensi Guru ... 24

3. Kompetensi Keguruan ... 27

a. Kompetensi Pedagogik ... 27

b. Kompetensi Kepribadian ... 28

c. Kompetensi Profesional ... 29

d. Kompetensi Sosial ... 31

B. Kerangka Berpikir ... 31

1. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Status Kepegawaian guru ... 32

2. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Tingkat Pendidikan Guru ... 33

3. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Masa Kerja guru ... 35

C. Perumusan Hipotesis ... 36

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

C. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 38

D. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... ... 39

1. Variabel Penelitian ... 39

2. Pengukuran Variabel ... 40

E. Teknik Pengumpulan Data ... 42

1. Teknik Kuesioner ... 42


(17)

F. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 42

G. Uji Instrumen Penelitian ... 47

H. Metode Analisis Data ... 51

I. Teknik Analisis Data ... 52

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. SMA BOPKRI WATES ... 63

B. SMA SANJAYA XIV NANGGULAN ... 64

C. SMA N I SAMIGALUH ... 66

D. SMA N I GIRIMULYO ... 68

E. SMA N I SENTOLO ... 70

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 73

1. Pengetahuan Tentang Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka bagi Sarjana Non-Kependidikan ... 74

2. Deskripsi Responden Penelitian ... 75

3. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan ... 77

a. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Status Kepegawaian guru .... 78

b. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Tingkat Pendidikan guru ... 80

c. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Masa Kerja guru ... 81

B. Analisis Data ... 82


(18)

xvi  

a. Uji Normalitas ... 82 b. Uji Homogenitas ... 86 2. Pengujian Hipotesis ... 87

a. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Status Kepegawaian guru ... 88 b. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan

Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Tingkat Pendidikan guru ... 89 c. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan

Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Masa Kerja guru ... 90 C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 92

1. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Status Kepegawaian guru ... 92 2. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan

Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Tingkat Pendidikan Guru ... 94 3. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan

Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Masa Kerja Guru ... 96

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ... 99 B. Keterbatasan Penelitian ... 100 C. Saran- saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1: Tabel Skala likert ... 41

Tabel 3.2: Kisi-Kisi Instrumen Variabel dan Indikatornya ... 43

Tabel 3.3: Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian ... 48

Tabel 3.4: Rumus Unsur Tabel Persiapan ANOVA ... 56

Tabel 4.1: Daftar Nama Guru SMA Bopkri Wates ... 64

Tabel 4.2: Daftar Nama Guru SMA Sanjaya XIV Nanggulan ... 66

Tabel 4.3: Daftar Nama Guru SMA N 1 Samigaluh ... 67

Tabel 4.4: Daftar Nama Guru SMA N 1 Girimulyo ... 69

Tabel 4.5: Daftar Nama Guru SMA N 1 Sentolo ... 71

Tabel 5.1: Sebaran Responden Penelitian ... 73

Tabel 5.2: Pengetahuan Tentang Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan ... 74

Tabel 5.3: Status Kepegawaian Responden ... 75

Tabel 5.4: Tingkat Pendidikan Responden ... 76

Tabel 5.5: Masa Kerja Responden ... 77

Tabel 5.6: Persepsi Guru Terhadap Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka bagi Sarjana Non-Kependidikan ... 77

Tabel 5.7: Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka bagi Sarjana Non-Kependidikan dari Status Kepegawaian ... 79


(20)

xviii  

Tabel 5.8: Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka bagi Sarjana Non-Kependidikan Ditinjau dari Tingkat Pendidikan ... 80 Tabel 5.9: Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka bagi Sarjana Non-Kependidikan Ditinjau dari Masa Kerja .. .. ... 81 Tabel 5.10: Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Persepsi Guru terhadap Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Ditinjau dari Status Kepegawaian ... 83 Tabel 5.11: Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Persepsi Guru terhadap Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Ditinjau dari Tingkat Pendidikan ... 84 Tabel 5.12: Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Persepsi Guru terhadap Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Ditinjau dari Masa Kerja ... 85 Tabel 5.13: Tabel Hasil Pengujian Homogenitas ... 86 Tabel 5.14: Hasil Uji Chi-Square Data Berdasarkan Status Kepegawaian Guru .. .. ... 89 Tabel 5.15: Hasil Uji Beda Data Berdasarkan Tingkat Pendidikan Guru ... 90 Tabel 5.16: Hasil Uji T Data Berdasarkan Masa Kerja Guru ... 91


(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I: Kuesioner Penelitian ... 108

Lampiran II: Data Validitas dan Reliabilitas ... 117

Lampiran III: Data Induk Penelitian ... 122

Lampiran IV: Perhitungan Kecenderungan Variabel ... 127

Lampiran V: Perhitungan Normalitas dan Homogenitas ... 130

Lampiran VI: Perhitungan Hipotesis ... 134


(22)

1   

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasal 31 ayat (3) UUD 1945 yang telah diamandemen, menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Untuk melaksanakan ketentuan tersebut pemerintah telah melakukan berbagai usaha, termasuk menerbitkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UURI Nomor 20/2003), Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI Nomor 14/2005), serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 8 Tahun 2009 tentang Pendidikan Profesi Guru Pra Jabatan dan berbagai peraturan perundangan lainnya, yang melihat peranan strategis guru dan dosen dalam peningkatan mutu pendidikan.

Dalam menata pendidikan guru, kebutuhan mendesak lainnya adalah menetapkan kebijakkan pengadaan tenaga pendidik yang akuntabel dan mendukung penyelenggaraan program PPG. Guru merupakan jabatan profesional dan memberikan layanan ahli yang menuntut persyaratan kemampuan yang secara akademik dan pedagogis maupun secara professional sehingga nantinya guru tersebut dapat diterima oleh pihak di mana guru bertugas, baik penerima jasa layanan secara langsung maupun pihak lain terhadap siapa guru bertanggung jawab. Guru sebagai penyandang


(23)

 

jabatan profesional harus disiapkan melalui program pendidikan yang relatif panjang dan dirancang berdasarkan standar kompetensi guru. Oleh sebab itu diperlukan waktu dan keahlian untuk membekali para lulusannya dengan kompetensi, yaitu penguasaan bidang studi, landasan keilmuan dari kegiatan mendidik, maupun strategi menerapkannya secara profesional di lapangan.

Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus (Penjelasan Pasal 15 UU No.20/2003). Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik (UU No.14/2005 Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2)).

Kenyataanya, program pendidikan profesi guru masih menimbulkan kontroversi. Pihak yang setuju berpendapat bahwa melalui program ini keprofesionalan seorang guru akan lebih ditingkatkan. Sedangkan pihak yang tidak setuju berpendapat bahwa untuk apa ada akta empat jika untuk menjadi seorang guru harus mengikuti program pendidikan profesi guru untuk mendapatkan sertifikat keprofesionalan sebagai seorang guru.

Sosok utuh seorang lulusan program pendidikan profesi guru secara utuh tertuang dalam Standar Kompetensi Guru (Permen no. 16 tahun 2007). Kompetensi guru tersebut semula disusun secara utuh, namun pada akhir proses peresmiannya menjadi peraturan menteri, diklasifikasikan ke dalam


(24)

   

empat kategori kompetensi yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Keempat kompetensi guru tersebut bersifat menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang satu sama lain saling berhubungan dan saling mendukung tidak dapat hanya dikuasai salah satunya saja.

Pandangan guru terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan diduga disebabkan oleh latar belakang guru yang berbeda seperti dalam hal status kepegawaian, tingkat pendidikan, dan masa kerja guru yang berbeda. Tidak semua guru mempunyai status kepegawaian yang sama. Perbedaan status kepegawaian guru akan menimbulkan cara pandang yang berbeda atau persepsi guru terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan yang berbeda pula. Guru dengan status kepegawaian PNS dan GTY diduga akan memiliki persepsi yang lebih positif dibandingkan guru dengan status kepegawaian GTT. Hal demikian mengingat ketentuan sebagaimana disebutkan dalam pedoman edaran permohonan peserta pendidikan profesi guru dari Dinas Pendidikan.

Selain perbedaan status kepegawaian, setiap guru memiliki tingkat pendidikan yang berbeda pula. Sebagaimana diungkapkan dalam pedoman edaran permohonan peserta pendidikan profesi guru dari Dinas Pendidikan, guru dengan tingkat pendidikan D4/S1 diduga akan mempengaruhi persepsi


(25)

 

yang lebih positif dibandingkan dengan guru yang memiliki tingkat pendidikan dibawah D4/S1.

Guru yang memiliki banyak pengalaman karena sudah bertahun-tahun menjadi guru akan mempunyai peluang yang lebih banyak untuk mengikuti program pendidikan profesi guru. Berdasarkan pedoman edaran permohonan peserta pendidikan profesi guru dari Dinas Pendidikan, masa kerja termasuk dalam kriteria untuk mengikuti pendidikan profesi guru. Dengan demikian diduga guru yang mempunyai masa kerja lebih dari dua tahun akan mempunyai persepsi yang positif dibandingkan dengan guru yang mempunyai masa kerja kurang dari dua tahun.

Seperti kita ketahui bahwa guru bukanlah merupakan profesi yang sembarangan, dengan disyahkanya UU Guru dan Dosen. Hal ini beralasan karena kemampuan guru merupakan jaminan dari masa depan anak didiknya. Karena pentingnya suatu pendidikan profesi guru, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “PERSEPSI GURU SMA TERHADAP PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU YANG TERBUKA BAGI SARJANA NON-KEPENDIDIKAN DITINJAU DARI STATUS KEPEGAWAIAN, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN MASA KERJA”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam upaya peningkatan keprofesionalan dan kualitas guru adalah melalui program pendidikan profesi guru yang terbuka


(26)

   

bagi sarjana kependidikan maupun sarjana Non-Kependidikan atau sarjana non-kependidikan. Namun dalam hal ini peneliti hanya memfokuskan penelitian ini pada persepsi guru terhadap pendidikan profesi guru.

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis hanya akan melakukan penelitian tentang persepsi guru-guru SMA terhadap terbukanya kesempatan bagi sarjana murni untuk dapat menjadi guru dengan mengikuti program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan.

D. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah yang telah diuraikan tersebut maka penulis membuat beberapa rumusan masalah yang akan dibahas. Rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap adanya pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana murni dilihat dari status kepegawaian guru tersebut?

2. Apakah ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap adanya pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana murni dilihat dari tingkat pendidikan?

3. Apakah ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap adanya pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan dilihat dari masa kerja?


(27)

 

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:

1. Untuk mengetahui bagaimana persepsi guru SMA Negeri dan Swasta terhadap pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan yang dilihat dari status kepegawaian guru tersebut.

2. Untuk mengetahui bagaimana persepsi guru SMA Negeri dan Swasta terhadap pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan yang dilihat dari tingkat pendidikan guru tersebut.

3. Untuk mengetahui bagaimana persepsi guru SMA Negeri dan Swasta terhadap pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan yang dilihat dari masa kerja guru tersebut.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan perbandingan bagi penelitian selanjutnya serta menambah referensi kepustakaan.

2. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru sebagai bahan pertimbangan untuk lebih meningkatkan kompetensi keguruan yang sudah dimiliki oleh guru sehingga nantinya akan lebih meningkatkan profesionalisme seorang guru.


(28)

   

3. Bagi Penulis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan yang lebih luas, mempraktikkan ilmu-ilmu yang telah dipelajari dibangku kuliah, meningkatkan keprofesionalan untuk menjadi guru serta sebagai bekal dalam memasuki dunia pendidikan.


(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Teoretik

1. Pengertian Persepsi Guru Terhadap Program Pendidikan Profesi guru

a. Pengertian Persepsi

Pada umumnya manusia adalah makhluk sosial dan makhluk individual, sehingga di dalam masyarakat sering terdapat berbagai perbedaan pandangan antar individu. Perbedaan yang ada tersebut tergantung dari kita bagaimana kita menangkap gejala-gejala yang ada di luar diri kita dengan indra yang kita miliki. Sehingga persepsi dapat diartikan sebagai proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala amupun peristiwa) sampai rangsang tersebut disadari dan dimengerti oleh setiap individu. Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi persepsi, yaitu:

1) Perhatian yang selektif 2) Ciri-ciri rangsang

3) Nilai-nilai dan kebutuhan individu 4) Pengalaman terdahulu

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kotemporer (Salim, 1991: 1146) persepsi dapat diartikan sebagai pandangan dari seseorang atau banyak orang akan hal yang didapat atau diterima. Menurut Sugihartono


(30)

(2007: 8) persepsi merupakan proses untuk menerjemahkan atau menginterpretasikan stimulasi yang masuk dalam alat indera.

Nursalam (1998: 49) berpendapat persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Sedangkan Daviddof (1981: 232) mendefinisikan persepsi sebagai proses untuk mengorganisir dan menghubungkan data-data indera kita untuk mengembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita termasuk sadar akan diri sendiri. Pendapat ini sejalan dengan Thoha (1938:141) yang menyatakan persepsi adalah proses pemahaman yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungan baik lewat pengideraan, penglihatan, penghayatan, perasaan, dan penciuman.

Sehingga persepsi dapat diartikan sebagai proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus dapat diperoleh dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Persepsi yang ada dalam diri seseorang akan memengaruhi minat orang tersebut terhadap suatu hal. Sama halnya dengan bagaimana persepsi guru saat ini. Bila profesi guru dipandang bergengsi maka banyak orang yang akan berminat menjadi seorang guru.


(31)

10

 

b. Guru

1) Pengertian Guru

Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia guru adalah seorang pengajar yang mentranfer ilmu dari pendidik kepada peserta didik. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pada seorang pendidik yang profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.

Selain pengertian di atas dapat juga guru diartikan bahwa guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru.

2) Profesi Guru

Guru merupakan suatu pekerjaan profesional, suatu profesi yang menuntut keahlian tertentu, karena sifatnya membutuhkan persyaratan dasar, keterampilan teknis dan sikap kepribadian, oleh sebab itu guru harus memiliki kualifikasi profesional sehingga mampu mengemban tugas dengan baik dan profesional, oleh karena itu sekolah harus melihat kualitas Guru, kinerja Guru yang tinggi


(32)

dilandasi dengan adanya kedisiplinan sarana dan fasilitas yang mendukung, penguasaan bidang studi, pemahaman peserta didik penerapan pembelajaran yang mendidik, dan pengembangan kepribadian dan keprofesionalan.

Profesi merupakan suatu pekerjan yang dalam pekerjaan atau tugasnya menuntut suatu keahlian. Keahlian yang dimiliki oleh setiap individu diperoleh dari lembaga pendidikan yang secara khusus mempelajari hal tersebut. Profesi guru yang belakangan ini makin banyak diminati oleh sebagian besar masyarakat menyebabkan banyak Sarjana Non- Kependidikan memilih profesi guru karena lowongan pekerjaan sebagai guru yang masih banyak. Pada dasarnya profesi guru adalah profesi yang sedang tumbuh. Namun profesi guru hanya dapat diperoleh di lembaga pendidikan tenaga kependidikan yang lulusannya menyiapkan calon guru. 3) Pendidikan Profesi Guru

Pasal 31 ayat (3) UUD 1945 yang telah diamandemen, menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.

Untuk melaksanakan ketentuan tersebut pemerintah telah melakukan berbagai usaha, termasuk menerbitkan Undang-undang


(33)

12

 

Sistem Pendidikan Nasional (UURI Nomor 20/ 2003), Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI Nomor 14/2005) dan berbagai peraturan perundangan lainnya, yang melihat peranan strategis guru dan dosen dalam peningkatan mutu pendidikan.

Guru dipandang sebagai jabatan profesional dan karena itu seorang guru harus disiapkan melalui pendidikan profesi. Kewajiban menyelenggarakan Pendidikan Profesi Guru (PPG) mengharuskan adanya pedoman atau aturan pelaksanaannya agar kegiatan pendidikan profesi itu dapat segera dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Hal ini dirasakan semakin mendesak mengingat kebutuhan tenaga guru yang nyata di lapangan mengharuskan PPG dilaksanakan dengan segera agar pengangkatan guru baru dapat dilakukan sesuai dengan ketetapan yang ada.

a) Pengertian pendidikan profesi guru

Dengan adanya UU guru dan Dosen No 14 tahun 2005 menjadi penanda bahwa profesi guru tidak hanya sebagai pengabdian saja dengan jaminan yang sangat minim. Seharusnya dengan adanya UU ini diharapkan supaya keprofesionalan dan kualitas seorang guru lebih ditingkatkan. Oleh kerena itu diadakan pendidikan profesi guru yang akan dimulai pada tahun 2009 ini. Pendidikan ini dilakukan selama


(34)

satu tahun yang terbuka untuk sarjana kependidikan dan non-kependidikan, yang lulusannya akan mempunyai sertifikat sebagai bukti guru yang profesional.

Menurut UU No 20/2003 tentang SPN pendidikan profesi adalah pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Dengan demikian maka Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk lulusan S1 Kependidikan dan S1/D-IV non Kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru agar mereka dapat menjadi guru yang profesional serta memiliki berbagai kompetensi secara utuh sesuai dengan standar nasional pendidikan dan dapat memperoleh sertifikat pendidik (sesuai UU No. 14/2005) pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah

b) Landasan penyelenggaraan pendidikan profesi guru

i. UURI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.

ii. UURI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen iii. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19


(35)

14

 

iv. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

c) Tujuan pendidikan profesi guru

Mengacu pada UU No. 20/2003 Pasal 3, tujuan umum pendidikan profesi guru adalah menghasilkan calon guru yang memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan khusus Pendidikan Profesi Guru adalah menghasilkan calon guru yang memiliki kompetensi merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah serta melakukan penelitian.


(36)

d) Penyelenggaraan pendidikan profesi guru

Berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam undang-undang dan peraturan yang ada maka pada dasarnya ada dua bentuk penyelenggaraan PPG, yaitu:

i. PPG pasca S1 kependidikan yang masukannya berasal dari lulusan S1 kependidikan dengan struktur kurikulum

subject specific paedagogy (pendidikan bidang studi) dan PPL Kependidikan.

ii. PPG pasca S1/D-IV non kependidikan yang masukannya berasal dari lulusan S1/D-IV non-kependidikan, dengan struktur kurikulum matakuliah akademik kependidikan (paedagogical content), subject specific paedagogy (pendidikan bidang studi), dan PPL Kependidikan

e) Sistem rekruitmen dan seleksi mahasiswa

Rekruitmen calon mahasiswa merupakan kunci utama keberhasilan program PPG. Rekruitmen mahasiswa harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:

i. Penerimaan calon harus disesuaikan dengan permintaan nyata di lapangan dengan menggunakan prinsip supply and demand sehingga tidak ada lulusan yang tidak


(37)

16

 

mendapat pekerjaan. Hal ini dapat mendorong calon yang baik memasuki PPG.

ii. Mengutamakan kualitas calon mahasiswa dengan menentukan batas kelulusan minimal menggunakan acuan patokan. Ini berarti bahwa calon mahasiswa hanya akan diterima jika memenuhi persyaratan lulus minimal dan bukan berdasarkan alasan lain. Hanya calon terbaik yang dapat diterima.

iii. Untuk memenuhi prinsip a dan b di atas maka penerimaan mahasiswa baru perlu dilakukan bekerjasama dengan Dinas Pendidikan di daerah sebagai stakeholders. Kerjasama ini perlu dilakukan menyangkut jumlah calon, kualifikasi dan keahlian sesuai dengan mata pelajaran yang dibina dan benar-benar diperlukan.

iv. Agar mendapatkan calon yang berkualitas tinggi maka proses penerimaan harus dilakukan secara fair, terbuka dan bertanggung jawab.

Rekruitmen atau penerimaan mahasiswa baru dapat dilakukan dengan:

i. Seleksi administrasi: (1) Ijazah relevan dengan mata pelajaran yang akan diajarkan dari program studi yang


(38)

terakreditasi, (2) Transkrip nilai dengan indeks prestasi kumulatif minimal 2,75, (3) Surat keterangan kesehatan, (4) Surat keterangan kelakuan baik, dan (5) Surat keterangan bebas napza.

ii. Seleksi penguasaan bidang studi melalui tes penguasaan bidang studi yang akan diajarkan.

iii. Tes Potensi Akademik.

iv. Tes penguasaan kemampuan bahasa Inggris (English for academic purpose).

v. Penelusuran minat dan bakat melalui wawancara dan observasi kinerja disesuaikan dengan mata pelajaran yang akan diajarkan.

vi. Tes kepribadian melalui wawancara/inventory.

Keberhasilan rekruitmen ini amat tergantung kepada kerjasama antara LPTK penyelenggara PPG dan Direktur Jenderal Pendidikan Tingggi pada satu pihak dengan Dinas Pendidikan/Pemda pada pihak lain untuk memegang teguh prinsip akuntabilitas pengadaan tenaga kependidikan/guru. f) Struktur kurikulum pendidikan profesi guru

Berdasarkan perbedaan kompetensi lulusan S1 Kependidikan dan S1/D-IV Non-Kependidikan maka struktur kurikulumnya dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:


(39)

18

 

i. Struktur kurikulum kompetensi lulusan S1 kependidikan:

• Pemantapan dan pengemasan materi bidang studi untuk pembelajaran bidang studi yang mendidik

(subject specific paedagogy atau pendidikan bidang studi)

• PPL kependidikan.

ii. Struktur Kurikulum Pendidikan Profesi Guru pasca S1/D-IV non-kependidikan meliputi:

• Kajian tentang teori pendidikan dan pembelajaran

• Kajian tentang peserta didik,

• Pengemasan materi bidang studi untuk pembelajaran bidang studi yang mendidik (Subject specific pedagogy atau pendidikan bidang studi)

• Pembentukan kompetensi kepribadian pendidik

• Matakuliah Kependidikan dan PPL kependidikan. g) Beban belajar

Beban belajar mahasiswa program PPG untuk menjadi guru pada satuan pendidikan ditentukan sebagai berikut:

i. TK/RA/TKKh1 atau bentuk lain yang sederajat yang berlatar belakang sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan untuk TK/RA/TKKh atau bentuk lain yang


(40)

sederajat adalah 18 (delapan belas) sampai dengan 20 (dua puluh) satuan kredit semester.

ii. SD/MI/SDKh atau bentuk lain yang sederajat yang berlatar belakang sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan untuk SD/MI/SDKh atau bentuk lain yang sederajat adalah 18 (delapan belas) sampai dengan 20 (dua puluh) satuan kredit semester.

iii. TK/RA/TKKh atau bentuk lain yang sederajat yang berlatar belakang sarjana/diploma empat (D-IV) kependidikan selain untuk TK/RA/TKKh atau bentuk lain yang sederajat adalah 36 (tiga puluh enam) sampai dengan 40 (empat puluh) satuan kredit semester.

iv. SD/MI/SDKh atau bentuk lain yang sederajat yang berlatar belakang sarjana/diploma empat (D-IV) kependidikan selain untuk SD/MI/SDKh atau bentuk lain yang sederajat adalah 36 (tiga puluh enam) sampai dengan 40 (empat puluh) satuan kredit semester.

v. TK/RA/TKKh atau bentuk lain yang sederajat dan pada satuan pendidikan SD/MI/SDKh atau bentuk lain yang sederajat yang berlatar belakang sarjana psikologi (S1) adalah 36 (tiga puluh enam) sampai dengan 40 (empat puluh) satuan kredit semester.


(41)

20

 

vi. SMP/MTs/SMPKh atau bentuk lain yang sederajat dan satuan pendidikan SMA/MA/SMAKh/SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat, baik yang berlatar belakang sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan maupun sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) non-kependidikan adalah 36 (tiga puluh enam) sampai dengan 40 (empat puluh) satuan kredit semester.

vii. Untuk lulusan S1 Kependidikan dan S1/D-IV non-kependidikan yang tidak linear dengan mata pelajaran yang akan diampu, harus mengikuti program matrikulasi yang kurikulumnya disesuaikan dengan kebutuhan yang didasarkan atas hasil asesmen kompetensi. Matrikulasi adalah program yang dipersyaratkan bagi peserta didik yang sudah dinyatakan lulus seleksi PPG untuk memperkuat kompetensi akademik bidang studi dan/atau kompetensi akademik kependidikan yang akan membantu mereka mengikuti pendidikan profesi guru.

c. Status Kepegawaian Guru

Di Indonesia status kepegawaian seorang guru dapat dibedakan dalam beberapa macam, yaitu Pegawai Negri Sipil (PNS), Guru Tetap Yayasan (GTY), dan Guru Tidak Tetap (GTT).


(42)

d. Tingkat Pendidikan Guru

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Mulyono, 1990:204), pengertian pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok. Siagian (1984:175) menyatakan definisi pendidikan sebagai keseluruhan proses, teknik, dan metoda belajar-mengajar dalam rangka mengalihkan sesuatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, jalur pendidikan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

1) Pendidikan Formal

Yaitu jalur pendidikan yang dilaksanakan secara terencana dan terorganisir yang mengarahkan pembelajaran anak untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan nilai yang menunjang perkembangan. Jenjang pendidikan formal antara lain:

a) Pendidikan Dasar

Yaitu jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta


(43)

22

 

Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

b) Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

c) Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

2) Pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal diselenggarakann bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta


(44)

pengembangan sikap dan kepribadian professional, misalnya dapat berbentuk kursus-kursus.

3) Pendidikan Informal

Kegiatan pendidikan yang tidak terencana dan tersusun secara tegas dan sistematis yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan, berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

LPTK mempunyai empat macam program pendidikan guru (Sahertian, 1994:68), yaitu:

a) Program non-gelar (program diploma) dengan rincian sebagai berikut:

i. Program Diploma (D1) dengan lama studi 1-2 tahun ii. Program Diploma 2 (D2) dengan lama studi 2-3 tahun iii. Program Diploma 3 (D3) dengan lama studi 3-5 tahun

b) Program gelar yang melalui jenjang sarjana (S1), dengan lama studi 4-7 tahun.

c) Program Pasca Sarjana (S2), dengan lama masa studi 6-9 tahun d) Program doctor (S3), dengan lama masa studi 8-11 tahun. e. Masa Kerja Guru

Masa kerja adalah masa dimana guru melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah, dan/atau kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan). Sebagaimana dinyatakan dalam


(45)

24

 

tanya jawab tentang sertifikasi guru (2007:11). Masa kerja dihitung selama seseorang menjadi guru. Bagi PNS masa kerja dihitung dari diterbitkannya surat keterangan melaksanakan tugas berdasarkan SK CPNS. Bagi guru non PNS masa kerja dihitung selama guru mengajar yang dibuktikan dengan surat keputusan dari sekolah berdasarkan surat pengangkatan yayasan.

2. Pengertian Kompetensi Guru

Menurut Usman (2005), kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik kemampuan kualitatif maupun yang kuantitatif. Sedangkan menurut Roestiyah N.K (1989) mengartikan kompetensi seperti yang dikutipnya dari pendapat W. Robert Houston sebagai suatu tugas memadai atau pemilikan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan tertentu.

Menurut (Piet A. dan Ida Sahertian, 1990), kompetensi adalah kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kompetensi juga dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya (Mc Ashan dalam E Mulyasa, 2003).


(46)

Kompetensi guru merupakan kemampuan guru atau penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan menjalankan tugas sebagai pengajar dan pendidik.

Menurut Mahmudin, kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007 tentang guru, dinyatakan bahwasanya kompetensi yang harus dimiliki oleh guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Dalam dunia pendidikan dikenal sepuluh kompetensi guru yang telah dikembangkan oleh proyek pengembangan lembaga pendidikan tenaga kependidikan. Sepuluh kompetensi guru itu adalah (Sardiman: 1996):

a. Menguasai bahan

Guru yang menguasai bahan pelajaran memungkinkan untuk menyampaikan pelajaran dengan jelas, tepat dan dinamis sehingga siswa dapat menerima dan mengerti pelajaran yang diberikan guru.

b. Mengelola program belajar mengajar

Kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan program pengajaran dengan baik, mudah diikuti siswa sehingga menghasilkan hasil belajar yang optimal.


(47)

26

 

c. Mengelola kelas

Kemampuan guru dalam mengatur, menata kelas dan mengarahkan tingkah laku siswa di kelas sehingga menimbulkan minat belajar.

d. Menggunakan media dan sumber

Kemampuan memilih dan menggunakan media yang tepat sesuai dengan materi pelajaran sehingga tujuan belajar tercapai.

e. Menguasai landasan pendidikan

Kemampuan guru untuk menguasai dan memiliki wawasan yang luas tentang pendidikan guna kelancaran proses belajar mengajar.

f. Mengelola internet

g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran

Merupakan kemampuan guru untuk melakukan penilaian perkembangan dan kemajuan siswa setelah mengikuti belajar mengajar untuk kepentingan pengajaran.

h. Mengenal fungsi program bimbingan dan konseling

Merupakan kemampuan guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan siswa serta membantu siswa memecahkan masalah-masalah yang dihadapi siswa.

i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi pendidikan

Kemampuan guru dalam mengumpulkan data, sehingga informasi tentang siswa terkumpul, terorganisir dengan baik untuk dapat dipakai secara


(48)

segera dan tepat untuk kepentingan pengambilan keputusan dalam langkah-langkah pembinaan dan pengembangan selanjutnya.

j. Menguasai prinsip-prisip dan menafsirkan hasil kompetensi pendidikan guna keperluan pengajaran

Pengertian persepsi siswa tentang kompetensi guru adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan, menginterpretasikan kompetensi guru melalui panca indera siswa.

3. Kompetensi Keguruan

a. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi guru disini dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan (Knowledge), Ketrampilan (teaching Skill), serta sikap (karakter) berupa kecerdasan, kreativitas dan komitmen dalam menjalankan tugas sebagai guru. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan seorang guru untuk dapat memahami peserta didik baik secara jasmani maupun secara rohani sehingga antara guru dan siswa mempunyai hubungan emosional yang sangat erat sehingga terjalinnya komunikasi yang harmonis dalam suasana pembelajaran. Inilah model pembelajaran dalam dunia pendidikan masa depan guru harus memahami prinsip-prinsip perkembangan kepribadian peserta didik agar dapat mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.


(49)

28

 

b. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal seorang guru sebagai sosok yang digugu dan ditiru harus mampu mencerminkan kewibawaan, dewasa, pribadi yang bijaksana dan mempunyai watak yang terpuji dalam pandangan peserta didik. Kompetensi ini harus melekat pada diri pribadi seorang guru yang akan menjadi panutan bukan hanya dalam lingkungan sekolah tetapi juga dalam kehidupan masyarakat. Drs. Muhammad Ikhsan, M.Pd. mengungkapkan bahwa guru selayaknya menjadi agen perubahan dalam dunia pendidikan bukan hanya pendidikan dalam artian sempit hanya dalam lingkungan sekolah saja tetapi secara global dalam lingkungan keluarga dan masyarakat secara luas guru hendak menjadi sosok yang dikagumi.

Kompetensi kepribadian guru, artinya bahwa guru harus memiliki sikap kepribadian yang mantap, sehingga mampu menjadi sumber indentifikasi bagi subjek (Drs. Suharsimi Arikunto, 1990:239).

Kompetensi kepribadian guru juga dapat diartikan sebagai sikap pribadi guru berjiwa Pancasila yang yang mengutamakan budaya bangsa Indonesia, yang rela berkorban demi bangsa dan negaranya (Kunandar, S.Pd., M.Si., 2007:56).


(50)

Kemampuan kepribadian mencakup:

1) Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya.

2) Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai.

3) Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya.

c. Kompetensi Profesional

Profesional secara esensial memiliki 3 dimensi pokok yaitu Keilmuan dan pengetahuan (Science and Knowledge), Keahlian (Skill) dan kesejawatan (Organisasi Profesi). Guru yang Profesional paling tidak harus memiliki dan mengembangkan kemampuannya dalam tiga pilar profesional di atas karena sebagai guru bukanlah profesi asal-asalan tetapi profesi sentral yang sangat berpengaruh terhadap wajah pendidikan nasional pada masa yang akan datang. Keterpurukan bangsa ini salah satu indikator penyebabnya adalah rendahnya kualitas pendidikan kita jangankan secara global ditataran negara berkembang di Asia saja IPM kita masih berada dibawah negara tetangga kita Malaysia. Standar kelulusan di negara Jiran kita itu sudah mencapai 7 sedangkan di negara kita direncanakan 5 koma saja sudah ribut. Guru yang profesional adalah guru yang harus mampu menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam serta mampu memgembangkan materi tersebut dengan konsep


(51)

30

 

keterkaitan secara universal dan menerapkan konsep–konsep keilmuan, metode pengajaran yang koheren dengan materi ajar secara mendalam dan berkualitas. Disamping itu guru juga harus mampu mengeksplorasi konsep dan metode keilmuannya, melakukan penelitian dan kajian-kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan tentang materi ajar sehingga mampu menemukan penemuan baru dalam proses pembelajaran.

Kompetensi profesinal guru artinya bahwa guru harus memiliki pengetahuan yang luas serta dalam tentang subject matter (bidang studi) yang diajarkan serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritik, mampu memilih metode yang tepat, serta mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar (Drs. Suharsimi Arikunto, 1990:239).

Kompetensi profesional juga dapat diartikan sebagai kemampuan penguasaan dalam akademik yang diajarkan dan terpadu dengan kemampuan mengajarnya sekaligus sehingga guru itu memiliki wibawa akademis (Kunandar, S.Pd., M.Si., 2007:56).

Kemampuan profesional mencakup:

1) Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkan itu.

2) Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan tentang pendidikan dan keguruan.


(52)

3) Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa.

d. Kompetensi Sosial

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

Kompetensi sosial guru artinya bahwa guru harus memiliki kemampuan berkomunikasi sosial, baik dengan murid-muridnya maupun dengan teman sesama guru, dengan kepala sekolah, dengan pegawai tata usaha, dan tidak lupa juga dengan anggota masyarakat di lingkungan (Drs. Suharsimi Arikunto, 1990:239).

Kompetensi sosial juga dapat diartikan sebagai kemampuan seorang guru dalam berhubungan dalam bentuk partisipasi sosial seorang guru dalam kehidupan sehari-hari guru di masyarakat tempat ia bekerja, baik formal maupun informal

B. Kerangka Berfikir

Pendidikan profesi guru dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan guru baru yang diharapkan paling lambat mulai berjalan tahun 2009. Pendidikan yang


(53)

32

 

dilakukan selama satu tahun ini terbuka bagi semua lulusan, baik sarjana kependidikan maupun sarjana non-kependidikan, yang pada akhinya lulusan pendidikan profesi guru ini akan mendapat sertifikat sebagai bukti guru profesional. Pada hakekatnya Pendidikan Profesi Guru merupakan pendidikan yang mempersiapkan lulusannya untuk dapat menyelenggarakan layanan ahli dalam bidang kependidikan. Agar mampu menyelenggarakan layanan ahli ini, maka seorang calon guru dituntut untuk memiliki, menguasai dan mampu menerapkan seperangkat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Dengan demikian, Pendidikan Profesi Guru adalah pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa agar menguasai kompetensi dasar profesi keguruan, sehingga layak dan siap mengemban tugas sebagai guru yang profesional. Oleh karena itu dengan dibukanya pendidikan profesi guru diharapkan agar dapat meningkatkan kualitas keprofesionalan seorang guru.

1. Persepsi Guru Terhadap Adanya Pendidikan Profesi Guru Yang

Terbuka Bagi Sarjana Non- Kependidikan Dilihat Dari Status

Kepegawaian Guru

Status kepegawaian guru dibedakan menjadi tiga, yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS), Guru Tetap Yayasan (GTY), dan Guru Tidak Tetap (GTT). Pada umumnya persepsi antara guru satu dengan yang lainnya tentang penilaian terhadap Pendidikan Profesi Guru yang terbuka bagi ilmu murni itu berbeda karena status kepegawaian yang berbeda. Berdasarkan


(54)

pedoman/panduan program pendidikan profesi guru dalam jabatanbila serang guru akan mengikuti program pendidikan profesi guru dalam jabatan maka status kepegawaian guru tersebut haruslah seorang yang memiliki status kepegawaian sebagai PNS dan GTY. Pada kenyataannya status kepegawaian setiap guru itu berbeda-beda, menurut saya hal ini dapat mempengaruhi persepsi guru terhadap adanya pendidikan profesi guru yang terbuka bagi Sarjana Non- Kependidikan. Guru yang memiliki status kepegawaian yang tetap diduga akan memiliki persepsi yang lebih positif, karena guru yang memiliki status kepegawaian sebagai PNS dan GTY akan dapat mengikuti program PPG dalam hal ini Pendidikan profesi guru dalam jabatan. Sedangkan bila seseorang memiliki status kepegawaian sebagai GTT maka guru tersebut tidak mengikuti PPG dalam jabatan. Dengan demikian posisi mereka sebagai guru dapat digantikan oleh Sarjana Non- Kependidikan yang telah mengikuti program PPG pra jabatan. Oleh karena itu hal ini dapat menjadi salah satu yang dapat menyebabkan persepsi GTT tersebut kurang positif terhadap adanya program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi Sarjana Non- Kependidikan.

2. Persepsi Guru Terhadap Adanya Pendidikan Profesi Guru Yang

Terbuka Bagi Sarjana Non- Kependidikan Dilihat Dari Tingkat

Pendidikan

Perbedaan tingkat pendidikan setiap guru juga diduga pula dapat menyebabkan perbedaan persepsi antara guru yang satu dengan guru yang lain


(55)

34

 

mengenai adanya program PPG yang terbuka bagi Sarjana Non- Kependidikan. Berdasarkan pedoman/panduan program PPG dalam jabatan untuk dapat mengikiti program pendidikan profesi guru dalam jabatan maka pendidikan formal yang harus dimiliki oleh guru tersebut adalah pendidikan D4/S1, karenanya hal ini akan diduga bila guru yang memiliki pendidikan D4/S1 akan memiliki persepsi lebih positif terhadap adanya program PPG yang terbuka bagi Sarjana Non- Kependidikan jika dibandingkan dengan guru yang mempunyai latar belakang pendidikan D3, D2, Maupun di bawah D2. Hal ini disebabkan karena guru yang mempunyai latar belakang pendidikan D3, D2, Maupun di bawah D2 masih harus menempuh pendidikan lanjutan untuk memperoleh gelar D4/S1 untuk dapat mengikuti program PPG dalam jabatan. Dengan demikian diduga guru yang mempunyai latar belakang pendidikan D3, D2, Maupun di bawah D2 akan mempunyai persepsi yang kurang positif terhadap adanya program PPG yang terbuka bagi Sarjana Non- Kependidikan. Dengan demikian guru tersebut harus harus lebih bersabar untuk mengikuti program PPG sampai mereka mengikuti program pendidikan lanjutan sampai bergelar D4/S1. Walaupun dengan konsekuensi mereka harus didahului oleh Sarjana Non- Kependidikan yang mengikuti pendidikan profesi guru pra jabatan selain itu juga posisi mereka juga dapat digantikan oleh para Sarjana Non- Kependidikan yang telah mengikuti program PPG pra jabatan.


(56)

3. Persepsi Guru Terhadap Adanya Pendidikan Profesi Guru Yang

Terbuka Bagi Sarjana Non- Kependidikan Dilihat Dari Masa Kerja

Guru

Masa kerja setiap guru itu berbeda-beda. Perbedaaan ini pula yang diduga dapat menjadi penyebab perbedaan persepsi guru terhadap adanya program PPG yang terbuka bagi Sarjana Non- Kependidikan. Berdasarkan pedoman/panduan program PPG dalam jabatan untuk dapat mengikuti program pendidikan profesi guru dalam jabatan maka masa kerja seorang PNS dan GTY minimal adalah dua tahun. Oleh karena itu seorang guru PNS dan GTY harus telah bekerja lebih dari dua tahun untuk dapat mengikuti program PPG dalam jabatan. Guru yang mempunyai masa kerja lebih dari dua tahun diduga mempunyai persepsi yang lebih positif terhadap adanya program Pendidikan Profesi Guru yang terbuka bagi Sarjana Non- Kependidikan jika dibandingkan dengan PNS dan GTY yang bekerja kurang dari dua tahun. Bagi guru yang mempunyai masa kerja kurang dari dua tahun harus bersabar menunggu sampai mereka bekerja lebih dari dua tahun untuk dapat mengikuti program PPG dalam jabatan, walaupun dengan konsekuensi mereka harus rela melihat Sarjana Non- Kependidikan dapat mengikuti program PPG pra jabatan. Hal ini pula yang diduga dapat menyebabkan persepsi mereka kurang positif terhadap adanya program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi Sarjana Non- Kependidikan.


(57)

36

 

C. Perumusan Hipotesis

Hipotesis adalah sebuah kesimpulan sementara yang belum final dan masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis dalam pengertian ini merupakan perumusan jawaban atas dugaan sementara sehingga menjadi tuntunan untuk mencari jawaban yang sebenarnya atas dasar kerangka berfikir di atas.

Hipotesis dari penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap pendidikan profesi guru yang terbuka bagi Sarjana Non- Kependidikan dilihat dari status kepegawaian guru.

2 Ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap pendidikan profesi guru yang terbuka bagi Sarjana Non- Kependidikan dilihat dari tingkat pendidikan.

3. Ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap pendidikan profesi guru yang terbuka bagi Sarjana Non- Kependidikan dilihat dari masa kerja. 


(58)

37   

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survei, yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual baik tentang institusi sosial, politik ataupun ekonomi dari suatu kelompok atau daerah (Hasan, 2004:8). Menurut Arikunto (2000:312), penelitian survei dimaksudkan untuk mengetahui pendapat masyarakat. Dalam penelitiaan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru tentang adanya Program Pendidikan Profesi Guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan ditinjau dari status kepegawaian, tingkat pendidikan, dan masa kerja. Penelitian ini dilakukan terhadap sekelompok guru yang mengajar di Kulon Progo. Maka kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku pada guru-guru yang berada di wilayah Kulon Progo.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Bopkri Wates, SMA Sanjaya IV Nanggulan, SMA N 1 Samigaluh, SMA N 1 Girimulyo, dan SMA N 1 Sentolo di Kulon Progo


(59)

  38

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2010 – Januari 2011

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:130). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh guru SMA Negeri dan SMA Swasta yang berada di Kulon Progo.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara tertentu. Menurut Suharsimi (1993: 107) untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100 orang lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih. Dalam hal ini penelitian yang dilakukan adalah penelitian sampel karena dari keseluruhan guru yang mengajar di SMA Negeri dan SMA Swasta yang berada di Kulon Progo hanya diambil 122 guru yang diambil dari beberapa SMA Negeri dan SMA swasta di Kulon Progo.

3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling,

yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 1999:78). Teknik ini dilakukan karena mempertimbangkan karakteristik


(60)

guru yang berasal dari SMA yang berbeda. Mengingat demikian, maka peneliti mengambil sampel guru-guru di lima SMA ( 2 SMA Swasta dan 3 SMA Negeri) di Kabupaten Kulon Progo. Pertimbangan dipilihnya lima sekolah tersebut adalah adanya keterwakilan masing-masing status sekolah tempat guru mengajar.

D. Variabel Penelitian

1) Variabel Penelitian:

a. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah himpunan sejumlah gejala yang mewakili berbagai aspek atau unsur yang berfungsi mempengaruhi atau menentukan munculnya variabel lain yang disebut variabel terikat. Variabel bebas yang diduga berpengaruh terhadap sarjana Non-Kependidikan mengikuti pendidikan profesi guru terdiri atas status kepegawaian, tingkat pendidikan, dan masa kerja.

b. Variabel terikat (dependent variabel)

Variabel terikat adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki sejumlah aspek atau unsur di dalamnya yang berfungsi menerima atau menyesuaikan diri dengan kondisi variabel yang lain yang disebut variabel bebas.


(61)

  40

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah persepsi guru terhadap Program Pendidikan Profesi Guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan.

2) Pengukuran Variabel

a. Variabel Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi

Guru Yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan

Persepsi guru terhadap adanya program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan adalah tanggapan guru terhadap suatu keyakinan yang ditangkap melalui pendengaran dan penglihatan tentang isu-isu yang berkembang di masyarakat mengenai pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala Likert, yaitu suatu cara sistematis untuk memberi skor dalam suatu kuesioner yang telah dibagikan kepada responden secara langsung. Ada dua kategori pernyataan yang digunakan yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Dalam skala Likert ini digunakan pengukuran sebagai berikut:

Tabel 3.1 Tabel Skala Likert

Jawaban Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Sangat Setuju (SS) 5 1

Setuju (S) 4 2

Ragu-ragu (RR) 3 3

Tidak Setuju (TS) 2 4


(62)

b. Variabel Status Kepegawaian

Status kepegawaian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah status guru sebagai tenaga pengajar di sekolah. Pemberian skor untuk variabel status kepegawaian adalah sebagai berikut:

1) Guru Tidak Tetap skor 1

2) Guru Tetap Yayasan skor 2

3) Pegawai Negeri Sipil skor 3

c. Variabel Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang diselesaikan oleh guru. Pemberian skor untuk variabel status kepegawaian adalah sebagai berikut:

1) < D2 skor 1

2) D2 skor 2

3) D3 skor 3

4) D4/S1 skor 4

5) S2 skor 5

d. Variabel Masa Kerja

Masa kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masa guru melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang (dapat dari pemeritah, dan/atau kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan). Pemberian skor untuk variabel masa kerja adalah sebagai berikut:


(63)

  42

1) Kurang dari dua tahun skor 1

2) Lebih dari dua tahun skor 2

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Kuesioner

Kuesioner merupakan suatu metode pengumpulan data yang memberikan daftar pertanyaan tertulis kepada responden yang terpilih menjadi sampel mengenai masalah yang akan diteliti. Kuesioner digunakan untuk mengungkap tentang bagimana persepsi guru SMA terhadap pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan.

2. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mengungkap data yang bersifat khusus, yang diyakini kebenarannya sesuai dengan peristiwa yang terjadi. Data diperoleh dari pihak yang berwenang. Dokumentasi digunakan untuk mencari data tentang gambaran umum sekolah dan data mengenai jumlah guru yang ada di masing-masing sekolah.

F. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Kisi-kisi instrumen penelitian meliputi variabel persepsi guru dan variabel pendidikan profesi guru. persepsi guru terdiri dari dua unsur yang dijadikan indikator. Antara lain unsur kognisi dan unsur konasi. Unsur kognisi merupakan pengetahuan dan informasi mengenai obyek


(64)

yang diminati. Pengetahuan dan informasi mengenai profesi guru merupakan salah satu unsur minat seseorang untuk menjadi guru. Unsur kognisi ini meliputi persepsi seseorang terhadap pendidikan profesi guru. Unsur konasi ini meliputi wawasan guru terhadap bidang keguruan dan pendidikan profesi guru. Kemampuan seseorang untuk menjadi guru akan dibuktikan dengan wawasan terhadap bahan-bahan mata kuliah yang sesuai dengan keguruan.

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Variabel dan Indikatornya

No. Variabel Dimensi Indikator

Pernyataan Positif

(+)

Negatif (-)

1 Pengetahuan

tentang pendidikan profesi guru

- Apakah menikmati

menjadi guru

- Mengetahui tentang

adanya pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan

1 2, 3, 4

2 Kompetensi Pedagogik

1. Pemahaman

pada peserta didik

2. Perancangan dan

pelaksanaan pembelajaran 3. Evaluasi

hasil belajar

4. Pengembang

an potensi peserta didik

- Mampu memahami

watak siswa

- Mampu merancang

pembelajaran

- Mampu

melaksanakan pembelajaran

- Mampu merancang

evaluasi

- Mampu

melaksanakan evaluasi

- Mampu

menyediakan berbagai kegiatan 1 2 3 4 5 6


(65)

  44 pembelajaran untuk mengaktualisasikan potensi dan kreativitasnya 3 Kompetensi Profesional Penguasaan materi

- Mampu memahami

materi pelajaran dengan baik

- Mampu menguasai

langkah- langkah penelitinan untuk meningkatkan wawasan dan memperdalam pengetahuan atau materi 7 8 4 Kompetensi Kepribadian

1. Dapat menjadi teladan

2. Mantap dan

stabil

3. Dewasa,

arif, dan berwibawa

4. Berakhlak

- Mampu berperilaku

yang dapat diteladani oleh siswa

- Mampu memahami

kode etik profesi guru

- Mampu menerapkan

kode etik guru - Berperilaku sesuai

dengan kode etik guru

- Mampu

menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil

- Bangga terhadap

dirinya dan memiliki

kepercayaan diri

- Mampu

menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa

- Mampu memiliki

9 10 11 12 13, 14 15 16, 17, 18 19


(66)

mulia diri yang mempunyai akhlak yang mulia 5 Kompetensi Sosial Kemampuan berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan siswa, guru, tenaga kependidikan, orang tua/wali siswa, dan masyarakat

- Mampu

berkomunikasi dan bergaul dengan efektif dengan peserta didik

- Mampu

berkomunikasi dan bergaul dengan efektif dengan sesama pendidik

- Mampu

berkomunikasi dan bergaul dengan efektif dengan orang tua/ wali siswa

- Mampu

berkomunikasi dan bergaul dengan efektif dengan masyarakat 20 21 22 23

6. Lain-lain PPG meningkatan kualitas guru dan pendidikan di Indonesia

- PPG dapat

meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia

- Sarjana

non-kependidikan yang telah mengikuti PPG tidak menjamin peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia

- PPG akan tidak

menjamin

menghasilkan guru yang sungguh-sungguh kompeten

- PPG akan tidak

24

25

26


(67)

  46

menjamin

menciptakan guru yang mengajar dengan jiwa dan penuh dedikasi

- PPG akan tidak

menjamin

menghasilkan guru yang berkualitas

- PPG akan

menghasilkan guru yang dapat membangun insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif

- PPG akan dapat

menghasilkan guru yang dapat

meningkatkan moralitas bangsa Indonesia

- PPG tidak

menjamin dapat menghasilkan guru yang mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional

- Kualitas pendidikan

di Indonesia dinilai rendah disebabkan oleh rendahnya kualitas sarjana pendidikan yang menjadi guru

- PPG tidak

memerlukan keahlian khusus sebagaimana pendidikan profesi lainnya 29 30 28 31 32 33


(68)

G. Uji Instrumen Penelitian

1. Pengujian Validitas Kuesioner

Suatu alat ukur dikatakan valid atau sahih apabila suatu alat ukur tersebut dapat mengukur apa yang ingin diukur dengan tepat atau teliti. Pengujian valid atau tidaknya suatu alat ukur dapat menggunakan metode analisis butir yang menguji apakah item pernyataan tersebut telah mengungkapkan faktor atau indikator yang ingin diteliti atau tidak. Suharsimi (1993: 138) mengemukakan suatu perhitungan korelasi yang

dapat dipakai, perhitungan itu dapat menggunakan rumus product moment

method dari Karl Pearson, rumus itu adalah:

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = Jumlah responden X = Total dari setiap item Y = Total item

Besarnya r dapat dihitung dengan menggunakan rumus korelasi tersebut dengan taraf signifikansi 5%. Apabila hasil pengukuran r ≥ 5% maka item pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid, demikian pula sebaliknya. Untuk korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan

menggunakan rumus product moment method dari Karl Pearson

(

)(

)

(

)

{

}

(

)

⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ − − =

2 2 2 2 y N x N y x xy N

y

x

r

xy  


(69)

  48

menunjukkan tinggi rendahnya tingkat validitas instrumen yang diukur. Selanjutnya besarnya koefisien korelasi ini dibandingkan dengan besarnya r korelasi product moment pada tabel dengan dk=n-2. Jika

r

hitung >

r

tabel, maka butir soal tersebut dapat dikatakan valid. Berdasarkan informasi tersebut akan diperoleh item-item yang tidak valid sehingga berdasar informasi tersebut peneliti dapat mengganti atau merevisi butir-butir yang tidak valid.

Uji validitas instrumen dilakukan pada responden diluar sampel penelitian yang berjumlah 34 orang, dengan mendasarkan pada jawaban responden atas 33 butir pernyataan yang menunjukkan variabel persepsi guru SMA terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan. Kesimpulan pengujian validitas dengan membandingkan antara

r

hitung >

r

tabel

 untuk df=32(34-2) sebesar 0,339

pada taraf signifikansi 5%. Rangkuman hasil uji validitas tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian

No. Item

Validitas

Keterangan rhitung

(taraf signifikansi 5%) rtabel

1. 0,558 0,339 Valid

2. 0,691 0,339 Valid

3. 0,784 0,339 Valid

4. 0,767 0,339 Valid


(70)

Dari tabel 3.3 terlihat bahwa seluruh item pernyataan pada variabel persepsi guru terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan menunjukkan bahwa sebanyak 33 butir pernyataan adalah sahih atau valid. Pengambilan keputusan ini dilakukan

dengan membandingkan nilai-nilai koefisien rhitung masing-masing buir

dengan nilai koefisien rtabel. Dengan jumlah data (n) sebanyak 34

6. 0,659 0,339 Valid

7. 0,772 0,339 Valid

8. 0,785 0,339 Valid

9. 0,733 0,339 Valid

10. 0,705 0,339 Valid

11. 0,741 0,339 Valid

12. 0,674 0,339 Valid

13. 0,545 0,339 Valid

14. 0,493 0,339 Valid

15. 0,549 0,339 Valid

16. 0,574 0,339 Valid

17. 0,784 0,339 Valid

18. 0,514 0,339 Valid

19. 0,701 0,339 Valid

20. 0,544 0,339 Valid

21. 0,589 0,339 Valid

22. 0,741 0,339 Valid

23. 0,549 0,339 Valid

24. 0,552 0,339 Valid

25. 0,383 0,339 Valid

26. 0,356 0,339 Valid

27. 0,558 0,339 Valid

28. 0,412 0,339 Valid

29. 0,544 0,339 Valid

30. 0,401 0,339 Valid

31. 0,666 0,339 Valid

32. 0,409 0,339 Valid


(71)

  50

responden dan derajat keyakinan 5% atau 0,05 maka diperoleh nilai rtabel

sebesar 0,344 (Duwi Priyatno, 2010:114-115). Dari hasil pengujian diperoleh nilai rhitung lebih besar dari rtabel. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa keseluruhan butir pernyataan persepsi guru terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan adalah valid atau sahih.

2. Pengujian Reliabilitas Kuesioner

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik, sehingga akan menghasilkan data yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan.

Pengujian realibilitas kuesioner ini dapat dilakukan dengan

menggunakan rumus Alpha:

Keterangan:

R11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir soal atau pertanyaan atau pernyataan

σ

2

b= jumlah varian butir

σ

2

t = varian total

⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − =

σ

σ

2 t 2 b 11 1 1 k k r  


(72)

Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan

nilai koefeisien Cronbach Alpha > 0,60 (nunnaly, 1967 dalam Imam

Ghozali, 2001:42). Jadi jika nilai koefisien Cronbach Alpha > 0,60, maka butir pernyataan tersebut dapat dikatakan valid, dan begitu pula sebaliknya.

Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach dan dikerjakan dengan menggunakan program Special Program For Statistic Solution (SPSS) 17 for windows. Dari 33 butir pernyataan pada variabel persepsi guru SMA terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan

diperoleh nilai koefisien alpha (r11) sebesar 0,942. Pengambilan

kesimpulan dilakukan dengan membandingkan nilai koefisien alpha

dengan 0,60. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa koefisien alpha lebih besar dari 0,60. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa instrumen persepsi guru SMA terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan dapat dikatakan reliabel.

H. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini digunakan metode analisis deskriptif. Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari tiap-tiap indikator dalam variabel yang memberikan gambaran mengenai responden penelitian dan variabel penelitian (pengetahuan mengenai pendidikan profesi guru).


(73)

  52

Penelitian ini menggunakan tabel statistik deskriptif yang menunjukkan angka kisaran teoritis dan sesungguhnya, rata-rata serta standar deviasi. Untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel dan masing-masing indikator yang pengumpulan datanya menggunakan angket. Maka untuk keperluan deskripsi data ini digunakan tabel distribusi frekuensi untuk setiap variabelnya.

I. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis

Menurut Sutrisno Hadi (2000: 303) Uji prasyarat analisis harus dilakukan karena digunakan sebagai langkah selanjutnya dalam mengambil keputusan agar tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya, maka syarat-syarat yang harus dipenuhi antara lain:

a. Pengujian Normalitas Data Penelitian

Untuk mengetahui apakah sebaran hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak maka dilakukan uji normalitas. Pengujian normalitas

yang digunakan adalah uji Kolmogorov-smirnov. Uji

Kolmogorov-smirnov memusatkan perhatian pada penyimpangan (deviasi) terbesar.

Harga Fo(Xi)-SN terbesar dinamakan deviasi maksimum. Adapun

rumus uji Kolmogorov-smirnov untuk pengujian normalitas adalah

sebagai berikut (Ghozali, 2002:36):

( )

i N

( )

i

o

X

S

X

F

Max


(74)

Keterangan:

D = deviasi maksimun

( )

Xi

F0 = fungsi distribusi frekuensi komulatif yang ditentukan

( )

i N X

S = distribusi frekuensi komulatif yang diobservasi

Pengambilan keputusan:

1) Jika nilai Asymp. Sig. < taraf nyata (0,05), maka distribusi data variabel penelitian dikatakan signifikan, artinya ada perbedaan antara distribusi data yang dianalisis dengan distribusi teoritis sehingga sebaran data tidak normal

2) Jika nilai Asymp. Sig. > taraf nyata (0,05), maka distribusi data variabel penelitian dikatakan tidak signifikan, artinya tidak ada perbedaan antara distribusi data yang dianalisis dengan distribusi teoritis sehingga sebaran data normal

b. Pengujian Homogenitas

Uji homogenitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui varian dari sampel homogen atau tidak. Pengujian ini dilakukan sebelum peneliti menggeneralisasikan hasil penelitian. Pengujian homogenitas varian menggunakan uji F dengan rumus sebagai berikut:

ecil

Varianterk

esar

Varianterb

F

=


(75)

  54

Harga Fhitung tersebut kemudian dibandingkan dengan Ftabel pada taraf

signifikansi 5%. Dalam hal ini berlaku ketentuan bila harga Fhitung <

Ftabel maka varians data dikatakan homogen, dan apabila Fhitung < Ftabel

maka varians data dikatakan tidak homogen.

Dengan menggunakan program SPSS maka dapat digunakan uji Levene tes (Hair, Joseph F Jr et all, 1998:74). Jika tidak terdapat perbedaan variansi diantara kelompok sampel, maka dapat dikatakan bahwa sampel tersebut homogen (probabilitas > taraf taraf signifikan 5%). Sedangkan apabila ada perbedaan variansi diantara kelompok sampel, maka dapat dikatakan bahwa sampel tersebut tidak homogen (probabilitas < taraf signifikan 5%)

2. Pengujian Hipotesis Penelitian

a. Perumusan Hipotesis

Ho1 = Tidak ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap program

pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan dilihat dari status kepegawaian guru

Ha1= Ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap program

pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan dilihat dari status kepegawaian guru

Ho2 = Tidak ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap program

pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan dilihat dari tingkat pendidikan guru


(1)

135   

1. Status Kepegawaian Guru

Test Statistics

Skor Total

Status Kepegawaian Chi-Square 68.787a 106.689b

df 45 2

Asymp. Sig. .013 .000

a. 46 cells (100.0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is 2.7.

b. 0 cells (.0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is 40.7.

2. Tingkat Pendidikan

ANOVA

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 418.706 2 209.353 1.102 .336

Within Groups 22606.318 119 189.969


(2)

 

3. Masa Kerja

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Skor

Equal variance

s assumed

1.191 .277 .275 120 .784 1.321 4.796 -8.175 10.817

Equal variance

s not assumed

.207 8.662 .841 1.321 6.391 -13.224 15.865


(3)

LAMPIRAN VII:

SURAT IJIN

PENELITIAN


(4)

   

   


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan, status, dan masa kerja guru : studi kasus guru-guru SMA N1 Bantul, SMA N1 Sedayu, SMA N1 Kasihan di Kabupaten Bantul.

0 1 106

Persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan, status kepegawaian, dan lama menjalani profesi guru : studi kasus pada guru-guru di Yayasan Kanisius Yogyakarta.

0 19 203

Persepsi guru terhadap program sertifikasi bagi guru dalam jabatan ditinjau dari tingkat pendidikan, masa kerja, beban mengajar, dan status guru ; studi kasus guru-guru SD, SMP, dan SMA di Kabupaten Sleman.

0 0 203

Persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan, status kepegawaian, dan lama menjalani profesi guru : studi kasus pada guru-guru SD, SMP, dan SMA di Yayasan BOPKRI Yogyakarta.

5 25 210

PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS KEPEGAWAIAN, DAN LAMA MENJALANI PROFESI GURU

0 0 184

PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS KEPEGAWAIAN, DAN LAMA MENJALANI PROFESI GURU

0 0 208

PERSEPSI GURU TERHADAP PROGRAM SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, MASA KERJA, BEBAN MENGAJAR, DAN STATUS GURU

0 4 201

PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS KEPEGAWAIAN, DAN LAMA MENJALANI PROFESI GURU

0 0 201

PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS GURU, DAN MASA KERJA GURU

0 0 104

PERSEPSI GURU SMA TERHADAP PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU YANG TERBUKA BAGI SARJANA NON-KEPENDIDIKAN DITINJAU DARI STATUS KEPEGAWAIAN, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN MASA KERJA

0 0 160