Latar Belakang Penelitian Pengaruh Jumlah Pemeriksaan Pajak dan Sanksi Perpajakan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan dengan Kepatuhan Wajib Pajak sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Pada KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pemerintah suatu Negara, terutama Indonesia dalam melaksanakan kegiatannya memerlukan dana yang jumlahnya setiap tahun semakin meningkat. Perkembangan perekonomian global, seperti AFTA 2003 maupun APEC 2010 ikut memacu pemerintah dalam membenahi semua sektor perekonomian. Dalam membenahi berbagai sektor tersebut diperlukan dana yang tidak sedikit jumlahnya, dan ironisnya akhir-akhir ini pemerintah terlihat sangat sibuk dalam membenahi sektor penerimaan negara yang jumlah defisitnya mencapai angka puluhan milyar rupiah. Peningkatan penerimaan luar negeri berupa ekspor dan penerimaan dalam negeri, terutama penerimaan pajak sangat penting mengingat fungsi pajak yang salah satunya adalah sebagai fungsi budgetair, yaitu pajak adalah sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran- pengeluarannya, dari penerimaan dikedua sektor tersebut diharapkan akan tercapai fundamental ekonomi yang kuat, yang dilandasi oleh kemandirian pembiayaan negara. Porsi penerimaan pajak dalam APBN kita terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Bila pada tahun 1970-an hingga awal tahun 1980-an penerimaan masih bertumpu pada sektor minyak dan gas bumi migas, namun dengan seiring dinamika pasar dunia yang kurang menguntungkan saat itu, dominasi dari sektor migas lambat laun mulai menyusut. 2 Pemerintah tidak lagi mengandalkan penerimaan negara dari sektor ini. Kemudian dicari alternatif penerimaan dari sektor lain yang relatif aman dan mendukung kesinambungan anggaran yaitu dengan memilih pajak sebagai primadona baru penerimaan Negara Hendra, 2008. Menurut Taufan, penerimaan selalu dikaitkan dengan kebutuhan investasi dalam negeri yang terus menerus akibat proyek-proyek pembangunan nasional yang terus bertambah, dimana dalam pelaksanaan pembangunan nasional harus sesuai kemampuan sendiri. Penerimaan pajak salah satunya dari Pajak Penghasilah PPh. Dalam perkembangan selama lebih dari dua dasawarsa terakhir, penerimaan dari sektor pajak mengalami tren yang selalu meningkat dan puncak penerimaan pajak tertinggi yaitu pada tahun 2007 penerimaan mencapai Rp. 426,22 triliun atau 98,5 dari target APBN-P 2007 sebesar Rp 432,5 triliun. Meski kekurangan short fall Rp 6,23 triliun, realisasi penerimaan pajak 2007 merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir. Hingga saat ini tidak kurang dari 80 APBN penerimaan dari sektor pajak Kompas, 12 April 2008. Sebagai sebuah kebijakan yang lebih memandang ke dalam inward looking policy, penerimaan dari sektor pajak diharapkan mampu mengurangi dari ketergantugan dari hutang luar negeri serta mampu membangkitkan kembali kepercayaan diri bangsa kita dihadapan bangsa-bangsa lain di dunia. Ini selaras benar dengan misi yang diemban Ditjen Pajak selaku otoritas pajak yang berkompeten di negeri ini, yaitu : menghimpun sumber dana dari sektor perpajakan guna menunjang kemandirian pembiayaan APBN. 3 Dalam usaha untuk mengoptimalkan penerimaan pajak, antara lain fiskus melakukan grand strategy, yaitu extensifikasi dan intensifikasi. Ekstensifikasi adalah upaya mencari Wajib Pajak yang bersembunyi ditempuh dengan meningkatkan jumlah Wajib Pajak yang aktif. Intensifikasi adalah upaya untuk meningkatkan penerimaan melalui peningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, kemampuan kualitas aparatur perpajakan, pelayanan prima terhadap Wajib Pajak, dan pembinaan terhadap Wajib Pajak, pengawasan administratif, pemeriksaan, penyidikan dan penagihan pasif dan aktif serta penegakan hukum Handayani, 2009. Kepatuhan Wajib Pajak tax compliance dapat diidentifikasi dari kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan SPT, kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang, dan kepatuhan dalam pembayaran tunggakan. Isu kepatuhan menjadi penting karena ketidakpatuhan secara bersamaan akan menimbulkan upaya menghindarkan pajak, seperti tax evasion dan tax avoidance, yang mengakibatkan berkurangnya penyetoran dana pajak ke kas Negara Taufan Sofyan, 2005. Pajak adalah iuran partisipasi seluruh anggota masyarakat kepada Negara berdasarkan kemampuan daya pikulnya masing-masing yang dapat dipaksakan dan pembayaran pajak tidak menerima imbalankontribusi yang dapat secara langsung dapat dihubungkan dengan pihak yang dibayarnya. Sedangkan pajak penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang 4 berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima dan diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang dilaksanakannya Hendra, 2008. Karena sifat pajak tanpa adanya kontraprestasi langsung, pada umumnya wajib pajak cenderung untuk menghindar dari pembayaran pajak atau memperkecil kewajiban pajaknya. Kecenderungan melakukan penghindaran oleh Wajib Pajak lebih banyak terjadi karena sistem pemungutan pajak di Indonesia yang menggunakan self assessment. Sistem yang memberikan wewenang, kepercayaan dan tanggung jawab untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terhutang dan sebagai konsekuensi yuridis melaporkan pajak yang telah dihitung dan disetor melalui SPT baik secara bulanan masa maupun akhir tahun tahunan. Agar sistem self assessment berjalan secara efektif, keterbukaan dan pelaksanaan penegakan hukum merupakan hal yang paling penting. Penegakan hukum ini dapat dilakukan dengan adanya pemeriksaan atau penyidikan pajak dan penagihan pajak Handayani, 2009. Penegakan hukum di bidang perpajakan merupakan tindakan yang dilakukan pihak terkait untuk menjamin agar Wajib pajak dan para calon Wajib Pajak memenuhi ketentuan undang-undang perpajakan seperti menyampaikan Surat Pemberitahuan SPT, pembukuan dan informasi lain yang relevan serta membayar pajak pada waktunya. Dengan penegakan hukum yang diterapkan juga dapat memberikan sanksi kepada Wajib Pajak atas kelalaian dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan SPT. 5 Sanksi Perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan akan diturutiditaatidipatuhi atau dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah preventif agar wajib pajak tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Sanksi perpajakan ini terdiri atas sanksi administrasi maupun sanksi pidana. Menurut Burton 2002, sanksi pidana maupun sanksi administrasi dalam hukum pajak secara luas dapat diartikan sebagai tujuan untuk kelangsungan hidup bersama dalam masyarakat dan sebagai salah satu kewajiban asasi manusia terhadap masyarakat tempat dimana wajib pajak berada adalah dengan membayar pajak. Apabila pelanggaran yang dilakukan sifatnya ringan cukup diselesaikan secara administratif, tetapi kalau pelanggarannya berat maka sanksi pidana yang diterapkan. Sebagaimana telah diatur berdasarkan Pasal 29 ayat 1 UU KUP tahun 2000 menyatakan bahwa: “Direktur Jendral Pajak berwenang melakukan pemeriksaan atau menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan”. Norman 1973:68 menekankan bahwa pemeriksaan pajak memberikan pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan, yaitu dapat mencegah terjadinya penyelundupan pajak oleh WP yang diperiksa. Kepatuhan ini akan sangat berdampak baik secara langsung maupun tidak langsung pada penerimaan pajak. Penelitian mengenai pemeriksaan pajak dan kepatuhan Wajib Pajak sebelumnya telah dilakukan, diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh 6 Salip 2006. Ia melakukan penelitian tentang pengaruh pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak di KPP Jakarta Kebon Jeruk. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak. Melalui pemeriksaan yang merupakan upaya untuk penegakan hukum law enforcement, diteliti apakah penerimaan pajak dari masing-masing sumber mengalami peningkatan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa hasil pemeriksaan pajak secara nominal telah meningkatkan penerimaan pajak, namun penerimaan secara nominal tersebut tidak diikuti oleh peningkatan yang signifikan pada rata-rata rasio laba sebelum pajak terhadap penjualan EBT dan rata-rata penerimaan pajak berdasarkan rasio Pajak Penghasilan Badan terhadap penjualan. Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Handayani 2009. Dalam penelitian ini ia menguji apakah terdapat pengaruh dari jumlah pemeriksaan pajak dan kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan. Hasil dari pengujian hipotesa menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dari jumlah pemeriksaan pajak terhadap penerimaan PPh dan tidak terdapat pengaruh kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan. Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Handayani 2009. Penelitian ini betujuan untuk menguji konsistensi hasil penelitian sebelumnya dan diharapkan dapat memperbaiki keterbatasan yang ada dalam penelitian tersebut. Ada hal yang membedakan penelitian kali ini dengan penelitian sebelumnya. Perbedaannya adalah penulis menambahkan variabel independen, yaitu variabel sanksi perpajakan. 7 Dari upaya Direktorat Jendral Pajak melakukan pemeriksaan hasilnya ada yang berpengaruh sangat rendah tetapi ada juga yang berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak dan kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan. Maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh jumlah pemeriksaan pajak, sanksi perpajakan, dan kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di KPP wilayah Jakarta Selatan. Untuk itu penulis tertarik melakukan penelitian lebih lanjut dengan memberi judul : “Pengaruh Jumlah Pemeriksaan Pajak dan Sanksi Perpajakan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan dengan Kepatuhan Wajib Pajak sebagai variabel Intervening Pada KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan ”.

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Melalui E-Filing di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

2 104 66

Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Menghitung Dan Melunasi Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 Sesuai Sistem Self Assessment Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

1 107 57

Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan PPh Pasal 25/29 Wajib Pajak Badan Pada KPP Pratama Medan Polonia

8 154 65

Pelaksanaan Ekstensifikasi Untuk Meningkatkan Jumlah Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

1 65 52

Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

1 36 55

Pengaruh Pemeriksaan Pajak dan Jumlah Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (Studi Kasus pada KPP Pratama Majalaya)

0 3 1

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus KPP Pratama di Cirebon).

6 18 19

Pengaruh Jumlah Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Tegallega Bandung.

0 0 21

Pengaruh Pengetahuan Pajak, Sanksi Pajak, dan Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Kemauan Membayar Pajak Sebagai Intervening (Studi Kasus KPP Pratama Ilir Barat di Kota Palembang)

0 0 17

PENGARUH KEPATUHAN WAJIB PAJAK DAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA KPP PRATAMA PALEMBANG SEBERANG ULU

0 0 14