36 b.Tepat Waktu
Tepat waktu menyampaikan SPT meliputi penyampaian Surat Pemberitahuan SPT yang tidak terlambat dalam tahun terakhir untuk
masa pajak Januari sampai November tidak lebih dari 3 tiga masa pajak setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut. Surat Pemberitahuan Masa yang
terlambat tersebut telah disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian SPT Masa Pajak berikutnya
D. Sanksi Perpajakan
Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan akan diturutiditaatidipatuhi atau dengan kata lain sanksi
perpajakan alat pencegah preventif agar wajib pajak tidak melanggar ketentuan perundang-undangan perpajakan Lubis, 2006:55.
Menurut Resmi 2009:71 sanksi pajak terdiri dari 2 dua macam, yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana. Adapun pengertian dari sanksi-sanksi
tersebut adalah: 1. Sanksi Adminsitrasi
Sanksi administrasi sehubungan dengan surat ketetapan pajak dan surat tagihan pajak. Sanksi Administrasi adalah sanksi yang ditetapkan oleh
undang-undang kepada wajib pajak karena tidak dipenuhinya kewajiban- kewajiban sebagaimana ditentukan dalam undang-undang perpajakan yaitu
berupa :
37 a. Denda Pasal 7, Undang-undang No.6 tahun 1983.
b. Bunga Pasal 8, ayat 2 dan Pasal 13, ayat 2 undang-undang No.6 tahun 1983.
c. Kenaikan Pasal 13, ayat 1, 2, 3, dan pasal 15, ayat 1, 2, Undang- undang No.6 tahun 1983.
2. Sanksi Pidana Sanksi pidana adalah sanksi yang ditetapkan oleh undang-undang kepada
wajib pajak karena melakukan tindak pidana, yaitu berupa : a. kurungan pasal 38, 39, dan 41 undang-undang No.6 tahun 1983.
b. denda pasal 38, 39, dan 41 undang-undang No.6 tahun 1983. Jadi, dapat disimpulkan pengertian dari sanksi perpajakan adalah sanksi yang
diberikan kepada Wajib Pajak karena tidak mematuhi perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Sanksi tersebut bisa berupa sanksi adminitrasi ataupun
sanksi pidana. Sanksi administrasi bisa berupa denda, sedangkan sanksi pidana berupa kurungan penjara. Sanksi tersebut diberikan agar mampu memberikan
efek jera bagi WP yang telah melakukan pelanggaran pajak.
E. Pajak Penghasilan PPh 1. Definisi Pajak Penghasilan PPh
Menurut Resmi 2009:80, pengertian pajak penghasilan adalah : “Pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang telah
diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak ”.
38 Menurut Undang-undang pajak penghasilan tahun 2000 :
“Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apapun”.
Menurut Suandy 2005:45 pengertian Pajak penghasilan PPh adalah:
“PPh termasuk dalam kategori pajak subjektif, artinya pajak dikenakan karena ada subjeknya yakni yang telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
dalam peraturan perpajakan. Sehingga terdapat ketegasan bahwa apabila tidak
ada subjek pajaknya, maka jelas tidak dapat dikenakan PPh”. Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan pengertian
Pajak Penghasilan PPh adalah pajak yang dikenakan kepada subjeknya yaitu Wajib Pajak atas penghasilan yang diperolehnya baik yang berasal dari
Indonesia maupun luar Indonesia yang menambah kekayaan WP yang bersangkutan dalam satu tahun pajak.
2. Subjek Pajak Penghasilan PPh
Subjek pajak PPh terdiri atas orang pribadi, badan, dan Bentuk Usaha Tetap BUT. Disamping itu, ditentukan bahwa selama warisan tidakbelum
dibagi maka warisan itu sendiri ditunjuk sebagai subjek pajak pengganti. Yang dimaksud dengan subjek pajak orang pribadi adalah setiap orang tidak
memandang mereka itu warga negara atau bukan, keturunan atau pribumi, laki-laki atau perempuan yang bertempat tinggal di Indonesia atau bertempat
39 tinggal di luar Indonesia yang memungkinkan dapat menerima atau
memperoleh penghasilan dari Indonesia. Marsyahrul, 2005:98. Sebagaimana ditetapkan dalam undang-undang PPh, subjek pajak
dalam PPh terdiri dari 2 dua jenis, yakni: a. Subjek pajak dalam negeri
Subjek pajak dalam negeri adalah subjek pajak yang secara fisik memang berada atau bertempat kedudukan di Indonesia. Secara praktis dapat
dilihat dalam ketentuan berikut: 1. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi
yang berada di Indonesia lebih dari 183 seratus delapan puluh tiga hari dalam jangka waktu 12 dua belas bulan. Atau juga orang pribadi
yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia. Disamping itu, juga tidak harus
secara berturut-turut 183 seratus delapan puluh tiga hari tinggal di Indonesia, namun bisa jadi secara tidak kontinyu sepanjang jumlahnya
memenuhi 183 hari selama 12 bulan. 2. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.
3. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.
b. Subjek pajak luar negeri Sedangkan yang termasuk sebagai subjek pajak luar negeri adalah:
40 1. Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap
di Indonesia. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, ataupun berada di Indonesia namun tidak lebih dari 183 seratus delapan
puluh tiga hari dalam jangka waktu 12 dua belas bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia.
2. Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,
ataupun berada di Indonesia namun tidak lebih dari 183 seratus delapan puluh tiga hari dalam jangka waktu 12 dua belas bulan, dan badan
yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
3. Objek Pajak Penghasilan PPh
Objek pajak penghasilan adalah penghasilan. Yang dimaksud penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang digunakan baik untuk investasi maupun konsumsi. Ilyas, 2006:85.
Meskipun UU No.17 Tahun 2000 menetapkan bahwa objek pajak adalah “penghasilan”, tetapi sebagai dasar penghitungan pajak tax basic
adalah Penghasilan Kena Pajak PKP. Oleh karena itu, ukuran untuk
41 menentukan bahwa wajib pajak terutang pajak atau tidak tergantung ada
tidaknya PKP tersebut. Berdasarkan undang-undang pajak penghasilan tahun 2000, Objek
Pajak Penghasilan PPh antara lain: a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk
lainnya, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang PPh. b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.
c. Laba usaha d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :
1. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal
2. Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau
anggota. 3. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, atau pengambilalihan usaha. 4. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan,
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan
pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil, termasuk koperasi
42 yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.
4. Pajak Penghasilan PPh Pasal 25
a. Definisi Pajak Penghasilan PPh pasal 25 Menurut Resmi 2009:355 pengertian Pajak Penghasilan Pasal 25,
selanjutnya disingkat PPh Pasal 25 merupakan angsuran PPh yang harus dibayar sendiri oleh WP untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 UU No. 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 36 Tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan. b.Perhitungan Pajak Penghasilan PPh pasal 25
Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan PPh pasal 21 ayat 1 adalah
sebesar pajak penghasilan yang terutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak lalu dikurangi dengan:
1. PPh pasal 21 dan pasal 23 2. PPh pasal 22
3. PPh pasal 24 dibagi 12 c. Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan PPh pasal 25
43 1. PPh pasal 25 harus dibayardisetorkan selambat-lambatnya pada
tanggal 15 lima belas bulan takwim berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
2. Wajib Pajak diwajibkan untuk menyampaikan SPT Masa selambat- lambatnya 20 dua puluh hari setelah Masa Pajak berakhir.
F. Penelitian Sebelumnya dan Perumusan Hipotesis 1. Jumlah Pemeriksaan Pajak dan Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak
Pemeriksaan merupakan proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti tentang informasi yang dapat diukur dari suatu entitas usaha yang
dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan. Variabel pemeriksaan pajak disini memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
Fadilah 2008. Jatmiko 2006 meneliti pengaruh sikap wajib pajak pada pelaksanaan
sanksi denda, pelayanan fiskus, dan kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. Kemudian diperoleh hasil bahwa sikap WP terhadap pelaksanaan
sanksi denda, sikap WP terhadap pelayanan fiskus, dan sikap WP terhadap kesadaran perpajakan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap
kepatuhan WP.
44 Ha1 : Pengaruh jumlah pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan terhadap
kepatuhan wajib pajak.
2. Jumlah Pemeriksaan Pajak, Sanksi Perpajakan, dan Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan secara simultan
Jumlah pemeriksaan pajak merupakan jumlah aktifitas pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh fiskus. Salah satu produk dari aktifitas pemeriksaan
pajak adalah diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak SKP. Variabel jumlah pemeriksaan pajak memiliki pengaruh positif terhadap penerimaan pajak
penghasilan PPh. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Handayani 2009.
Penelitian lain yang mendukung keterkaitan kedua variabel ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Salip 2006. Penelitiannya menjelaskan
bahwa ternyata hasil pemeriksaan pajak meningkatkan penerimaan pajak penghasilan badan untuk masing-masing wajib pajak secara nominal.
Sanksi Perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan akan diturutiditaatidipatuhi atau dengan
kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah preventif agar wajib pajak tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Misalnya dengan tidak melakukan penyelundupan pajak yang nantinya akan
mengurangi penerimaan pajak.
Dalam penelitian Jatmiko 2006 di Kota Semarang, ia meneliti pengaruh sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda, pelayanan fiskus,
45 dan kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. Kemudian
diperoleh hasil bahwa sikap WP terhadap pelaksanaan sanksi denda, sikap WP terhadap pelayanan fiskus, dan sikap WP terhadap kesadaran perpajakan
memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kepatuhan WP. Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan dengan meningkatnya kepatuhan wajib
pajak ditinjau dari besarnya sanksi denda, maka akan meningkatkan pula penerimaan pajak penghasilan.
Kepatuhan wajib pajak merupakan suatu keadaan dimana wajib pajak memiliki kesediaan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya tanpa adanya
pemeriksaan ataupun sanksi yang diberikan dan secara sukarela mau membayar kewajibannya berupa pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Sedangkan jumlah kepatuhan wajib pajak adalah wajib pajak baik orang maupun badan yang terdaftar di KPP dan telah melakukan kewajiban
perpajakannya yaitu dengan melunasi dan melaporkan SPT tepat waktu. Dalam penelitian ini, variabel kepatuhan wajib pajak dipilih sebagai
variabel intervening. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Direktorat jenderal Pajak. Dari upaya DJP menguji kepatuhan wajib pajak,
ternyata hasilnya signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan. Namun, Handayani 2009 dalam penelitiannya menyatakan bahwa kepatuhan wajib
pajak tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan. Ha2 : Pengaruh jumlah pemeriksaan pajak, sanksi perpajakan, dan kepatuhan
wajib pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan.
46
3. Jumlah Pemeriksaan
Pajak dan
Sanksi Perpajakan
terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan melalui Kepatuhan Wajib Pajak sebagai
Variabel Intervening
Ha3 : Pengaruh jumlah pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan terhadap penerimaan pajak penghasilan dengan kepatuhan wajib pajak sebagai
variabel intervening.
Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya
No. Judul
Penelitian Variabel
Alat Analisis Hasil
1. Pengaruh
Reformasi Administrasi
Perpajakan terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak
Chaizi Nasucha,
2004 1. Reformasi
Administras i Perpajakan
2. Kepatuhan Wajib Pajak
Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil penelitian menunjukkan bahwa reformasi administrasi
perpajakan berpengaruh cukup signifikan terhadap
akuntabilitas organisasi dan berpengaruh sangat signifikan
terhadap kepatuhan pajak, akuntabilitas organisasi
berpengaruh relatif signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak, dan reformasi administrasi perpajakan
bersama akuntabilitas organisasi berpengaruh sangat
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
2. An
Examination of Taxpayer’s
Attitudes Towards The
Australian Tax System :
Findings From a
1.Pemeriksaan Pajak
2.Sistem Pajak Uji Beda
Hasilnya menunjukkan bahwa kepercayaan dan sikap yang
diselenggarakan oleh Sampel Nasional Pajak berbeda secara
substansial dari orang-orang populasi umum.
47 Survey Of Tax
Scheme Investors
Kristina Murphy,
2004
3. Pengaruh
Sikap Wajib Pajak
pada Pelaksanaan
Sanksi Denda, Pelayanan
Fiskus,
dan Kesadaran
perpajakan terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak.
Agus Nugroho
Jatmiko, 2006
1.Sikap WP
pada sanksi
denda 2.Sikap
WP pada
pelayanan fiskus
3.Sikap WP
pada kesadaran
perpajakan
4.Kepatuhan Wajib Pajak
Teknik analisis dengan
menggunakan analisis regresi
berganda. Maka kesimpulannya bahwa
sikap WP
terhadap pelaksanaan
sanksi denda,
sikap WP terhadap pelayanan fiskus, dan sikap WP terhadap
kesadaran perpajakan memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap kepatuhan WP.
4. Pengaruh
pemeriksaan Pajak
terhadap Penerimaan
Pajak Salip
dan Tedy
Wanto,2006 1. Pemeriksaan
Pajak 2. Penerimaan
Pajak 1.Uji normalitas
dengan metode
one- sample
Kolmogorov- Smirnov Test
2.Uji peringkat bertanda
3.Uji jumlah
Peringkat Wilcoxon.
Hasil penelitian
dapat diketahui
bahwa hasil
pemeriksaan pajak
secara nominal telah meningkatkan
penerimaan pajak,
namun peningkatan penerimaan secara
nominal tersebut tidak diikuti oleh
peningkatan yang
signifikan pada rata-rata rasio Laba sebelum Pajak terhadap
penjualan EBT dan rata-rata penerimaan pajak berdasarkan
rasio pajak Penghasilan Badan terhadap penjualan. Hal ini
berarti
bahwa penerimaan
Pajak Penghasilan
Badan secara nominal diperoleh dari
peningkatan tambahan atas penjualan yang diikutin oleh
pelaporan
penjualan yang
48 meningkat pada tahun-tahun
berikutnya. 5.
Pengaruh Jumlah
Pemeriksaan Pajak
dan Kepatuhan
Wajib Pajak terhadap
Penerimaan Pajak
Penghasilan Retno
Handayani, 2009
1. Jumlah Pemeriksaan
Pajak 2. Kepatuhan
Wajib Pajak 3. Penerimaan
Pajak Penghasilan
Alat analisa
yang digunakan untuk menguji
hipotesa adalah regresi
linier berganda.
Hasil pengujian
hipotesa menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh positif dari jumlah pemeriksaan pajak terhadap
penerimaan PPh dan tidak terdapat pengaruh kepatuhan
wajib
pajak terhadap
penerimaan PPh.
6. Increasing
Tax Compliance
in Washington
State
: A
Field Experiment
Govind S.
Iyer, Philip
M.J Reckers and Debra L.
Sanders, 2010
1.Tax Compliance
2.Use Tax 3.Field
Experiment Analysis
of Covariance
ANCOVA and Analysis of
Variance ANOVA
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mengirmkan komunikasi
pendidikan mengenai
hukuman untuk
ketidakpatuhan kepada
perusahaan atau meningkatkan kesadaran pembayar pajak dari
risiko deteksi dikaitkan dengan peningkatan yang signifikan
dalam
dasar penggunaan
melaporkan pajak setidaknya untuk
periode dimana
komunikasi pertama dikirim keluar.
G. Kerangka Pemikiran
Pajak adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang
memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut
49 peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa
timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum. Karena sifat pajak tanpa adanya kontraprestasi langsung, pada umumnya
wajib pajak cenderung untuk menghindar dari pembayaran pajak atau memperkecil kewajiban pajaknya. Kecenderungan melakukan penghindaran oleh
Wajib Pajak lebih banyak terjadi karena sistem pemungutan pajak di Indonesia yang menggunakan self assessment. Sistem yang memberikan wewenang,
kepercayaan dan tanggung jawab untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terhutang dan sebagai
konsekuensi yuridis melaporkan pajak yang telah dihitung dan disetor melalui SPT baik secara bulanan masa maupun akhir tahun tahunan.
Agar sistem self assessment berjalan secara efektif, keterbukaan dan pelaksanaan penegakan hukum merupakan hal yang paling penting. Penegakan
hukum ini dapat dilakukan dengan adanya pemeriksaan atau penyidikan pajak dan penagihan pajak. Penegakan hukum di bidang perpajakan merupakan tindakan
yang dilakukan pihak terkait untuk menjamin agar Wajib pajak dan para calon Wajib Pajak memenuhi ketentuan undang-undang perpajakan seperti
menyampaikan Surat Pemberitahuan SPT, pembukuan dan informasi lain yang relevan serta membayar pajak pada waktunya. Dengan penegakan hukum yang
diterapkan juga dapat memberikan sanksi kepada Wajib Pajak atas kelalaian dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan SPT.
50 Sanksi Perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan akan diturutiditaatidipatuhi atau dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah preventif agar wajib pajak tidak melanggar
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Diharapkan dengan adanya sanksi perpajakan, akan meningkatkan pula kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak. Jika kepatuhan wajib pajak telah meningkat akan berdampak pula pada penerimaan pajak penghasilan.
Gambar 2.1 Model Penelitian
Jumlah Pemeriksaan Pajak X
1
Sanksi Perpajakan X
2
Kepatuhan Wajib Pajak X
3
Penerimaan Pajak Penghasilan Y
Ha
4
Ha
5
Ha
2
Ha
1
H
a3
51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian