Sanksi Perpajakan Kerangka Pemikiran

36 b.Tepat Waktu Tepat waktu menyampaikan SPT meliputi penyampaian Surat Pemberitahuan SPT yang tidak terlambat dalam tahun terakhir untuk masa pajak Januari sampai November tidak lebih dari 3 tiga masa pajak setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut. Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat tersebut telah disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian SPT Masa Pajak berikutnya

D. Sanksi Perpajakan

Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan akan diturutiditaatidipatuhi atau dengan kata lain sanksi perpajakan alat pencegah preventif agar wajib pajak tidak melanggar ketentuan perundang-undangan perpajakan Lubis, 2006:55. Menurut Resmi 2009:71 sanksi pajak terdiri dari 2 dua macam, yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana. Adapun pengertian dari sanksi-sanksi tersebut adalah: 1. Sanksi Adminsitrasi Sanksi administrasi sehubungan dengan surat ketetapan pajak dan surat tagihan pajak. Sanksi Administrasi adalah sanksi yang ditetapkan oleh undang-undang kepada wajib pajak karena tidak dipenuhinya kewajiban- kewajiban sebagaimana ditentukan dalam undang-undang perpajakan yaitu berupa : 37 a. Denda Pasal 7, Undang-undang No.6 tahun 1983. b. Bunga Pasal 8, ayat 2 dan Pasal 13, ayat 2 undang-undang No.6 tahun 1983. c. Kenaikan Pasal 13, ayat 1, 2, 3, dan pasal 15, ayat 1, 2, Undang- undang No.6 tahun 1983. 2. Sanksi Pidana Sanksi pidana adalah sanksi yang ditetapkan oleh undang-undang kepada wajib pajak karena melakukan tindak pidana, yaitu berupa : a. kurungan pasal 38, 39, dan 41 undang-undang No.6 tahun 1983. b. denda pasal 38, 39, dan 41 undang-undang No.6 tahun 1983. Jadi, dapat disimpulkan pengertian dari sanksi perpajakan adalah sanksi yang diberikan kepada Wajib Pajak karena tidak mematuhi perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Sanksi tersebut bisa berupa sanksi adminitrasi ataupun sanksi pidana. Sanksi administrasi bisa berupa denda, sedangkan sanksi pidana berupa kurungan penjara. Sanksi tersebut diberikan agar mampu memberikan efek jera bagi WP yang telah melakukan pelanggaran pajak.

E. Pajak Penghasilan PPh 1. Definisi Pajak Penghasilan PPh

Menurut Resmi 2009:80, pengertian pajak penghasilan adalah : “Pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang telah diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak ”. 38 Menurut Undang-undang pajak penghasilan tahun 2000 : “Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun”. Menurut Suandy 2005:45 pengertian Pajak penghasilan PPh adalah: “PPh termasuk dalam kategori pajak subjektif, artinya pajak dikenakan karena ada subjeknya yakni yang telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam peraturan perpajakan. Sehingga terdapat ketegasan bahwa apabila tidak ada subjek pajaknya, maka jelas tidak dapat dikenakan PPh”. Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan pengertian Pajak Penghasilan PPh adalah pajak yang dikenakan kepada subjeknya yaitu Wajib Pajak atas penghasilan yang diperolehnya baik yang berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia yang menambah kekayaan WP yang bersangkutan dalam satu tahun pajak.

2. Subjek Pajak Penghasilan PPh

Subjek pajak PPh terdiri atas orang pribadi, badan, dan Bentuk Usaha Tetap BUT. Disamping itu, ditentukan bahwa selama warisan tidakbelum dibagi maka warisan itu sendiri ditunjuk sebagai subjek pajak pengganti. Yang dimaksud dengan subjek pajak orang pribadi adalah setiap orang tidak memandang mereka itu warga negara atau bukan, keturunan atau pribumi, laki-laki atau perempuan yang bertempat tinggal di Indonesia atau bertempat 39 tinggal di luar Indonesia yang memungkinkan dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia. Marsyahrul, 2005:98. Sebagaimana ditetapkan dalam undang-undang PPh, subjek pajak dalam PPh terdiri dari 2 dua jenis, yakni: a. Subjek pajak dalam negeri Subjek pajak dalam negeri adalah subjek pajak yang secara fisik memang berada atau bertempat kedudukan di Indonesia. Secara praktis dapat dilihat dalam ketentuan berikut: 1. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 seratus delapan puluh tiga hari dalam jangka waktu 12 dua belas bulan. Atau juga orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia. Disamping itu, juga tidak harus secara berturut-turut 183 seratus delapan puluh tiga hari tinggal di Indonesia, namun bisa jadi secara tidak kontinyu sepanjang jumlahnya memenuhi 183 hari selama 12 bulan. 2. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia. 3. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. b. Subjek pajak luar negeri Sedangkan yang termasuk sebagai subjek pajak luar negeri adalah: 40 1. Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, ataupun berada di Indonesia namun tidak lebih dari 183 seratus delapan puluh tiga hari dalam jangka waktu 12 dua belas bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia. 2. Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, ataupun berada di Indonesia namun tidak lebih dari 183 seratus delapan puluh tiga hari dalam jangka waktu 12 dua belas bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

3. Objek Pajak Penghasilan PPh

Objek pajak penghasilan adalah penghasilan. Yang dimaksud penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang digunakan baik untuk investasi maupun konsumsi. Ilyas, 2006:85. Meskipun UU No.17 Tahun 2000 menetapkan bahwa objek pajak adalah “penghasilan”, tetapi sebagai dasar penghitungan pajak tax basic adalah Penghasilan Kena Pajak PKP. Oleh karena itu, ukuran untuk 41 menentukan bahwa wajib pajak terutang pajak atau tidak tergantung ada tidaknya PKP tersebut. Berdasarkan undang-undang pajak penghasilan tahun 2000, Objek Pajak Penghasilan PPh antara lain: a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang PPh. b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan. c. Laba usaha d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk : 1. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal 2. Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota. 3. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha. 4. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil, termasuk koperasi 42 yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.

4. Pajak Penghasilan PPh Pasal 25

a. Definisi Pajak Penghasilan PPh pasal 25 Menurut Resmi 2009:355 pengertian Pajak Penghasilan Pasal 25, selanjutnya disingkat PPh Pasal 25 merupakan angsuran PPh yang harus dibayar sendiri oleh WP untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 UU No. 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. b.Perhitungan Pajak Penghasilan PPh pasal 25 Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan PPh pasal 21 ayat 1 adalah sebesar pajak penghasilan yang terutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak lalu dikurangi dengan: 1. PPh pasal 21 dan pasal 23 2. PPh pasal 22 3. PPh pasal 24 dibagi 12 c. Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan PPh pasal 25 43 1. PPh pasal 25 harus dibayardisetorkan selambat-lambatnya pada tanggal 15 lima belas bulan takwim berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. 2. Wajib Pajak diwajibkan untuk menyampaikan SPT Masa selambat- lambatnya 20 dua puluh hari setelah Masa Pajak berakhir. F. Penelitian Sebelumnya dan Perumusan Hipotesis 1. Jumlah Pemeriksaan Pajak dan Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pemeriksaan merupakan proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti tentang informasi yang dapat diukur dari suatu entitas usaha yang dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Variabel pemeriksaan pajak disini memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Fadilah 2008. Jatmiko 2006 meneliti pengaruh sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda, pelayanan fiskus, dan kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. Kemudian diperoleh hasil bahwa sikap WP terhadap pelaksanaan sanksi denda, sikap WP terhadap pelayanan fiskus, dan sikap WP terhadap kesadaran perpajakan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kepatuhan WP. 44 Ha1 : Pengaruh jumlah pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. 2. Jumlah Pemeriksaan Pajak, Sanksi Perpajakan, dan Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan secara simultan Jumlah pemeriksaan pajak merupakan jumlah aktifitas pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh fiskus. Salah satu produk dari aktifitas pemeriksaan pajak adalah diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak SKP. Variabel jumlah pemeriksaan pajak memiliki pengaruh positif terhadap penerimaan pajak penghasilan PPh. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Handayani 2009. Penelitian lain yang mendukung keterkaitan kedua variabel ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Salip 2006. Penelitiannya menjelaskan bahwa ternyata hasil pemeriksaan pajak meningkatkan penerimaan pajak penghasilan badan untuk masing-masing wajib pajak secara nominal. Sanksi Perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan akan diturutiditaatidipatuhi atau dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah preventif agar wajib pajak tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Misalnya dengan tidak melakukan penyelundupan pajak yang nantinya akan mengurangi penerimaan pajak. Dalam penelitian Jatmiko 2006 di Kota Semarang, ia meneliti pengaruh sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda, pelayanan fiskus, 45 dan kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. Kemudian diperoleh hasil bahwa sikap WP terhadap pelaksanaan sanksi denda, sikap WP terhadap pelayanan fiskus, dan sikap WP terhadap kesadaran perpajakan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kepatuhan WP. Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan dengan meningkatnya kepatuhan wajib pajak ditinjau dari besarnya sanksi denda, maka akan meningkatkan pula penerimaan pajak penghasilan. Kepatuhan wajib pajak merupakan suatu keadaan dimana wajib pajak memiliki kesediaan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya tanpa adanya pemeriksaan ataupun sanksi yang diberikan dan secara sukarela mau membayar kewajibannya berupa pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sedangkan jumlah kepatuhan wajib pajak adalah wajib pajak baik orang maupun badan yang terdaftar di KPP dan telah melakukan kewajiban perpajakannya yaitu dengan melunasi dan melaporkan SPT tepat waktu. Dalam penelitian ini, variabel kepatuhan wajib pajak dipilih sebagai variabel intervening. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Direktorat jenderal Pajak. Dari upaya DJP menguji kepatuhan wajib pajak, ternyata hasilnya signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan. Namun, Handayani 2009 dalam penelitiannya menyatakan bahwa kepatuhan wajib pajak tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan. Ha2 : Pengaruh jumlah pemeriksaan pajak, sanksi perpajakan, dan kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan. 46

3. Jumlah Pemeriksaan

Pajak dan Sanksi Perpajakan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan melalui Kepatuhan Wajib Pajak sebagai Variabel Intervening Ha3 : Pengaruh jumlah pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan terhadap penerimaan pajak penghasilan dengan kepatuhan wajib pajak sebagai variabel intervening. Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya No. Judul Penelitian Variabel Alat Analisis Hasil 1. Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Chaizi Nasucha, 2004 1. Reformasi Administras i Perpajakan 2. Kepatuhan Wajib Pajak Analisis Regresi Linier Berganda Hasil penelitian menunjukkan bahwa reformasi administrasi perpajakan berpengaruh cukup signifikan terhadap akuntabilitas organisasi dan berpengaruh sangat signifikan terhadap kepatuhan pajak, akuntabilitas organisasi berpengaruh relatif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, dan reformasi administrasi perpajakan bersama akuntabilitas organisasi berpengaruh sangat signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. 2. An Examination of Taxpayer’s Attitudes Towards The Australian Tax System : Findings From a 1.Pemeriksaan Pajak 2.Sistem Pajak Uji Beda Hasilnya menunjukkan bahwa kepercayaan dan sikap yang diselenggarakan oleh Sampel Nasional Pajak berbeda secara substansial dari orang-orang populasi umum. 47 Survey Of Tax Scheme Investors Kristina Murphy, 2004 3. Pengaruh Sikap Wajib Pajak pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus, dan Kesadaran perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Agus Nugroho Jatmiko, 2006 1.Sikap WP pada sanksi denda 2.Sikap WP pada pelayanan fiskus 3.Sikap WP pada kesadaran perpajakan 4.Kepatuhan Wajib Pajak Teknik analisis dengan menggunakan analisis regresi berganda. Maka kesimpulannya bahwa sikap WP terhadap pelaksanaan sanksi denda, sikap WP terhadap pelayanan fiskus, dan sikap WP terhadap kesadaran perpajakan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan WP. 4. Pengaruh pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Salip dan Tedy Wanto,2006 1. Pemeriksaan Pajak 2. Penerimaan Pajak 1.Uji normalitas dengan metode one- sample Kolmogorov- Smirnov Test 2.Uji peringkat bertanda 3.Uji jumlah Peringkat Wilcoxon. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa hasil pemeriksaan pajak secara nominal telah meningkatkan penerimaan pajak, namun peningkatan penerimaan secara nominal tersebut tidak diikuti oleh peningkatan yang signifikan pada rata-rata rasio Laba sebelum Pajak terhadap penjualan EBT dan rata-rata penerimaan pajak berdasarkan rasio pajak Penghasilan Badan terhadap penjualan. Hal ini berarti bahwa penerimaan Pajak Penghasilan Badan secara nominal diperoleh dari peningkatan tambahan atas penjualan yang diikutin oleh pelaporan penjualan yang 48 meningkat pada tahun-tahun berikutnya. 5. Pengaruh Jumlah Pemeriksaan Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Retno Handayani, 2009 1. Jumlah Pemeriksaan Pajak 2. Kepatuhan Wajib Pajak 3. Penerimaan Pajak Penghasilan Alat analisa yang digunakan untuk menguji hipotesa adalah regresi linier berganda. Hasil pengujian hipotesa menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dari jumlah pemeriksaan pajak terhadap penerimaan PPh dan tidak terdapat pengaruh kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan PPh. 6. Increasing Tax Compliance in Washington State : A Field Experiment Govind S. Iyer, Philip M.J Reckers and Debra L. Sanders, 2010 1.Tax Compliance 2.Use Tax 3.Field Experiment Analysis of Covariance ANCOVA and Analysis of Variance ANOVA Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengirmkan komunikasi pendidikan mengenai hukuman untuk ketidakpatuhan kepada perusahaan atau meningkatkan kesadaran pembayar pajak dari risiko deteksi dikaitkan dengan peningkatan yang signifikan dalam dasar penggunaan melaporkan pajak setidaknya untuk periode dimana komunikasi pertama dikirim keluar.

G. Kerangka Pemikiran

Pajak adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut 49 peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum. Karena sifat pajak tanpa adanya kontraprestasi langsung, pada umumnya wajib pajak cenderung untuk menghindar dari pembayaran pajak atau memperkecil kewajiban pajaknya. Kecenderungan melakukan penghindaran oleh Wajib Pajak lebih banyak terjadi karena sistem pemungutan pajak di Indonesia yang menggunakan self assessment. Sistem yang memberikan wewenang, kepercayaan dan tanggung jawab untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terhutang dan sebagai konsekuensi yuridis melaporkan pajak yang telah dihitung dan disetor melalui SPT baik secara bulanan masa maupun akhir tahun tahunan. Agar sistem self assessment berjalan secara efektif, keterbukaan dan pelaksanaan penegakan hukum merupakan hal yang paling penting. Penegakan hukum ini dapat dilakukan dengan adanya pemeriksaan atau penyidikan pajak dan penagihan pajak. Penegakan hukum di bidang perpajakan merupakan tindakan yang dilakukan pihak terkait untuk menjamin agar Wajib pajak dan para calon Wajib Pajak memenuhi ketentuan undang-undang perpajakan seperti menyampaikan Surat Pemberitahuan SPT, pembukuan dan informasi lain yang relevan serta membayar pajak pada waktunya. Dengan penegakan hukum yang diterapkan juga dapat memberikan sanksi kepada Wajib Pajak atas kelalaian dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan SPT. 50 Sanksi Perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan akan diturutiditaatidipatuhi atau dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah preventif agar wajib pajak tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Diharapkan dengan adanya sanksi perpajakan, akan meningkatkan pula kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Jika kepatuhan wajib pajak telah meningkat akan berdampak pula pada penerimaan pajak penghasilan. Gambar 2.1 Model Penelitian Jumlah Pemeriksaan Pajak X 1 Sanksi Perpajakan X 2 Kepatuhan Wajib Pajak X 3 Penerimaan Pajak Penghasilan Y Ha 4 Ha 5 Ha 2 Ha 1 H a3 51 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dokumen yang terkait

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Melalui E-Filing di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

2 104 66

Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Menghitung Dan Melunasi Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 Sesuai Sistem Self Assessment Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

1 107 57

Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan PPh Pasal 25/29 Wajib Pajak Badan Pada KPP Pratama Medan Polonia

8 154 65

Pelaksanaan Ekstensifikasi Untuk Meningkatkan Jumlah Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

1 65 52

Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

1 36 55

Pengaruh Pemeriksaan Pajak dan Jumlah Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (Studi Kasus pada KPP Pratama Majalaya)

0 3 1

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus KPP Pratama di Cirebon).

6 18 19

Pengaruh Jumlah Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Tegallega Bandung.

0 0 21

Pengaruh Pengetahuan Pajak, Sanksi Pajak, dan Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Kemauan Membayar Pajak Sebagai Intervening (Studi Kasus KPP Pratama Ilir Barat di Kota Palembang)

0 0 17

PENGARUH KEPATUHAN WAJIB PAJAK DAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA KPP PRATAMA PALEMBANG SEBERANG ULU

0 0 14