Tugas Guru Profesional Peranan Guru Profesional

17 “Selamat aqidahnya, Benar ibadahnya, Kokoh akhlaqnya, Mempunyai kemampuan untuk mempunyai penghasilan, Jernih pemahamannya, Kuat jasmaninya, Dapat melawan hawa nafsunya sendiri, Teratur urusan-urusannya, Dapat menjaga waktu, Berguna bagi orang lain.” Keberhasilan pendidikan ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah guru sebagai ujung tombak dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dengan demikian, seorang guru harus terampil dan profesional dalam melaksanakan tugasnya

b. Faktor penghambat terbentuknya guru agama yang profesional

Perkembangan yang terjadi di luar sistem pendidikan dan kemajuan yang dicapai masyarakat berdampak pula pada perlunya perbaikan mutu layanan pendidikan secara berkelanjutan. Kedua tuntutan tersebut meminta perhatian para perencana dan pemimpin pendidikan pada semua jenis dan jenjang kelembagaan pendidikan, serta pimpinan struktural instansi penyelenggaranya. Di lain pihak masih ditemukan kenyataan: 1 Rendahnya tingkat pendidikan penduduk; 2 Rendahnya tingkat partisipasi pendidikan pendudukan; 3 Tingginya angka putus sekolah dan mengulang tes; 4 Banyak lulusan sdmi yang tidak melanjutkan ke SLTP; dan 5 Masih rendahnya tingkat pencapaian pretsasi belajar siswa.

5. Tugas dan Peranan Guru Profesional

a. Tugas Guru Profesional

Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Adapun tugas guru itu dapat dikelompokkan kepada tiga jenis antara lain sebagai berikut: 1 Tugas dalam bidang profesi, yang meliputi: a Mendidik, yaitu meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. 18 b Mengajar, yaitu meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. c Melatih, yaitu mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. 2 Tugas dalam bidang kemanusiaan, yakni menjadi orang tua kedua. 3 Tugas dalam bidang kemasyarakatan, yang meliputi: a Mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga Negara Indonesia yang bermoral Pancasila. b Mencerdaskan bangsa Indonesia. Menurut Zakiah Daradjat, fungsi dan tugas guru itu meliputi: 1 Tugas pengajaran atau sebagai pengajar. 2 Tugas bimbingan dan penyuluhan sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan. 3 Tugas administrasi atau sebagai pemimpin manajer kelas. 23

b. Peranan Guru Profesional

Dalam sebuah sistem pendidikan, guru berperan sebagai agen perubahan utama. Meski demikian, hal itu tidak bisa diartikan guru adalah sebagai subyek sementara murid adalah obyek. Konsep pendidikan modern menempatkan guru dan murid sama-sama sebagai subyek pembelajaran. Bukan hanya guru yang harus aktif di kelas dan membiarkan murid pasif mendengarkan. Saat ini, guru dituntut lebih kreatif dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga murid tergugah untuk mengonstruksi pemikirannya. Sehubungan dengan fungsi sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing, maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru. Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa yang terutama, sesama guru, maupun dengan staf yang lain. 24 23 Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, Cet. Ke-2, hal. 265. 24 Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, Cet. Ke-10, hal. 143. 19 Banyak peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau siapa saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru. Semua peranan yang diharapkan dari guru seperti diuraikan berikut ini. 25 1 Korektor Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda ini harus betul- betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat. 2 Inspirator Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk ilham bagaimana cara belajar yang baik. 3 Informator Sebagai informator, guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. 4 Organisator Sebagai organisator, guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik, dan sebagainya. Semuanya diorganisasikan, sehingga dapat mencapai efektifitas dan efisien dalam belajar pada diri anak didik. 5 Motivator Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurut prestasinya di sekolah. 6 Inisiator Dalam peranannya sebagai inisiator, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Proses 25 Djamaran, Guru dan Anak Didik …, hal. 43-48 20 interaksi edukatif yang ada sekarang harus diperbaiki sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan. 7 Fasilitator Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik. Lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, suasana ruang kelas yang pengap, meja dan kursi yang berantakan, fasilitas belajar yang kurang tersedia, menyebabkan anak didik malas belajar. Oleh karena itu, menjadi tugas guru bagaimana menyediakan fasilitas sehingga akan tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan anak didik. 8 Demonstrator Dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran dapat anak didik pahami. Apalagi anak didik yang intelegensinya sedang. Untuk bahan pelajaran yang sukar dipahami anak didik, guru harus berusaha dengan membantunya dengan cara memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis, sehingga apa yang guru inginkan sejalan pemahaman anak didik, tidak terjadi kesalahan pengertian antara guru dan anak didik. Tujuan pengajaran pun tercapai dengan efektif dan efisien. 9 Pengelola kelas Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalannya interaksi edukatif. Sebaliknya, kelas yang tidak dikelola dengan baik akan menghambat kegiatan pengajaran. 10 Mediator Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya, baik media nonmaterial maupun materil. Media berfungsi sebagai alat komunikasi guru mengefektifkan proses pengajaran. 21 11 Supervisor Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran. Teknik-teknik supervisi harus guru kuasai dengan baik agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi belajar mengajar menjadi lebih baik. 12 Evaluator Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluasi yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan intrinsik. Penilaian terhadap aspek intrinsik lebih menyentuh pada aspek kepribadian anak didik, yakni aspek nilai value. Sebagai evaluator, guru tidak hanya menilai produk hasil pengajaran, tetapi juga menilai proses jalannya pengajaran. Dari kedua kegiatan ini akan mendapatkan umpan balik feedback tentang pelaksanaan interaksi edukatif yang telah dilakukan. Peranan lainnya bagi guru yang sesungguhnya sebagaimana menurut Adams dan Deckey dalam buku Basic Principles of Student Teaching, seperti dikutip oleh Oemar Hamalik dalam buku Proses Belajar Mengajar, mengemukakan peranan guru itu antara lain: 26 1 Guru sebagai pengajar teacher as instruktor 2 Guru sebagai pembimbing teacher as consellor 3 Guru sebagai ilmuan teacher as scientist 4 Guru sebagai pribadi teacher as person Berdasarkan dari gambaran di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagai figure guru professional yang memegang peranan penting dalam dunia pendidikan, guru dituntut untuk mampu melaksanakan berbagai peranan. Peranan-peranan tersebut berguna untuk menciptakan suasana belajar yang efektif dan efisien serta tercapai hasil tujuan yang baik dalam proses belajar mengajar PBM. 26 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar …, hal. 123. 22 Kompetensi Guru Dalam UU Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru dijelaskan, guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah Pasal 1, ayat 1. Kompetensi adalah merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh Guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. dalam UU Nomor 74 tahun 2008, Pasal 3 ada 4 kompetensi yang harus dimiliki seorang guru yaitu: 1 kompetensi pedagogik 2 kompetensi kepribadian 3 kompetensi sosial, dan 4 kompetensi profesional 1 Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi: a Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; b Pemahaman terhadap kurikulum atau silabus; c Perancangan pembelajaran; d Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; e Pemanfaatan teknologi pembelajaran; f Evaluasi hasil belajar; dan g Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 2 Kompetensi kepribadian Kompetensi kepribadian sebagaimana yang dimaksud pada ayat 2 sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang: a Beriman dan bertakwa; 23 b Berakhlak mulia; c Arif dan bijaksana; d Demokratis; e Mantap; f Berwibawa; g Stabil; h Dewasa; i Jujur; j Sportif; k Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; l Secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan m Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan. 3 Kompetensi sosial Yang dimaksud kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi potensi untuk: a Berkomunikasi lisan, tulis, danatau isyarat secara santun; b Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; c Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik; d Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku; dan e Menetapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan. 4 Kompetensi professional Yang dimaksud kompetensi professional adalah kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, danatau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan: a Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, danatau kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan 24 b Konsep atau metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, danatau kelompok mata pelajaran yang akan diampu. 27

B. Sertifikasi Guru 1. Pengertian Sertifikasi

Isu yang paling menjadi perhatian di dunia pendidikan setelah pengesahan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Desember 2005 adalah persoalan sertifikasi guru. Hal itu dapat dimaklumi karena selain merupakan fenomena baru, istilah tersebut juga menyangkut nasib dan masa depan guru. Berbagai interpretasi terkait dengan pemahaman sertifikasi guru bermunculan. Ada yang memahami bahwa guru yang sudah mempunyai jenjang S-1 Kependidikan secara otomatis sudah bersertifikasi. Ada juga yang memahami bahwa sertifikasi hanya dapat diperoleh lewat pendidikan khusus yang dilakukan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan LPTK yang ditunjuk oleh pemerintah. Bagaikan mengail di air keruh, pemahaman yang bersimpang-siur tersebut dimanfaatkan oleh beberapa lembaga pendidikan dengan cara membuka berbagai program spekulatif yang berlabel “sertifikasi”, mulai dari yang berjangka pendek satu bulan sampai dengan berjangka panjang satu tahun. Tentu saja tawaran itu mendapatkan respons positif bagi guru, terutama guru-guru yang belum memperoleh ijazah S-1 Kependidikan. Berbagai pemahaman tentang sertifikasi yang tidak utuh, tidak berdasar, dan cenderung menyesatkan tersebut tentu akan lebih membingungkan masyarakat, khususnya guru, apabila tidak segera diluruskan. Bahkan, akan menambah deretan kekecewaan masyarakat apabila ternyata sebagian guru yang menggebu-gebu ingin memperoleh sertifikat telah terperangkap dalam program spekulatif berlabel “sertifikasi” yang ternyata hanya “pepesan kosong”. Kini, kesimpangsiuran itu mulai mereda setelah 27 http:tunas63.wordpress.com20090121kompetensi-guru