Analisis Aspek Manajemen Operasional Analisis Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Analisis Aspek Finansial

44 tugas dan pembagian kerja yang jelas dan tuntas serta rencana pengadaan modal kerja dan sistem pembagian keuntungan. Dengan adanya perjanjian tersebut, kelancaran usaha diharapkan dapat terlaksana.

4.4.4. Analisis Aspek Manajemen Operasional

Tujuan analisis kelayakan usaha dari aspek manajemen adalah untuk mengetahui apakah pembangunan dan implementasi usaha dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan, sehingga pada akhirnya rencana usaha dapat dikatakan layak atau tidak layak. Hal yang perlu dianalisis dalam aspek manajemen antara lain : 1 Manajemen dalam masa pendirian usaha, yaitu prosedur perizinan usaha tungku sekam dan legalitas. 2 Manajemen dalam operasi, yaitu bentuk organisasi dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.

4.4.5. Analisis Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

Aspek ini menganalisis dampak dari pendirian usaha tungku sekam terhadap lingkungan sekitar, jika banyak benefit atau manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dan lingkungan, maka pendirian usaha tersebut memiliki dampak yang baik, sehingga dapat dinyatakan layak. Namun, bila yang terjadi sebaliknya, benefit atau manfaat yang dirasakan oleh lingkungan dan masyarakat sedikit, maka usaha tersebut dinyatakan tidak layak.

4.4.6. Analisis Aspek Finansial

Usaha tungku sekam yang akan didirikan oleh Kelompok Tani Hurip, membutuhkan investasi pada awal pendiriannya. Maka dari itu, terdapat beberapa kriteria investasi yang harus di analisa, diantaranya ialah : 1 Net Present Value NPV Net Present Value NPV suatu proyek adalah selisih antara nilai sekarang present value dari manfaat terhadap arus biaya. NPV juga dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh investasi. Dalam menghitung NPV dibutuhkan informasi mengenai tingkat suku bunga yang relevan. Rumus perhitungan NPV menurut Husnan 2000 adalah sebagai berikut: 45 NPV = ∑ = − + n t t t t i C B 1 Keterangan: B t = manfaat yang diperoleh setiap tahun C t = biaya yang dikeluarkan setiap tahun n = jumlah tahun i = tingkat bunga diskonto Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu, jika nilai NPV 0, maka proyek tersebut dinyatakan menguntungkan dan dapat dilaksanakan. Jika NPV 0, maka proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang dipergunakan, atau dengan kata lain proyek tersebut merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan. Misalkan usaha tungku sekam menghasilkan nilai NPV sebesar Rp 100.000.000, maka manfaat bersih yang diperoleh dari proyek tersebut selama umur proyek terhadap tingkat diskon discount rate yang berlaku ialah sebesar Rp 100.000.000;. 2 Internal Rate of Return IRR IRR yaitu tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Rumus IRR menurut Husnan 2000 yaitu: IRR = i i NPV NPV NPV i − − + Keterangan: i = Discount rate yang menghasilkan NPV positif i’ = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV = NPV yang bernilai positif NPV’ = NPV yang bernilai negatif Suatu investasi dianggap layak apabila memiliki nilai IRR lebih besar daripada tingkat suku bunga yang berlaku, demikian juga sebaliknya investasi 46 akan dianggap tidak layak apabila nilai IRR lebih kecil daripada tingkat suku bunga yang berlaku. 3 Net Benefit and Cost Ratio Net BC Rasio Net Benefit dan Cost Ratio Net BC Rasio merupakan angka perbandingan antar jumlah nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah nilai sekarang yang bernilai negatif. Adapun rumus perhitungan Net BC yaitu Husnan 2000: Net BC = ∑ ∑ = = + − + − n t t n t t i Ct Bt i Ct Bt 1 1 Dimana − − t t t t C B C B Keterangan: B t = manfaat yang diperoleh setiap tahun C t = biaya yang dikeluarkan setiap tahun n = jumlah tahun i = tingkat bunga diskonto Kriteria investasi berdasarkan Net BC yaitu jika Net BC 1, artinya proyek tersebut menguntungkan. Sebaliknya jika Net BC 1, maka proyek tersebut merugikan. Misalkan usaha tungku sekam memiliki nilai Net BC sebesar 1,5 maka setiap 1 rupiah yang dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 1,5. 4 Break Event Point BEP atau Titik Impas Titik impas adalah suatu kondisi pada saat tingkat produksi atau besarnya pendapatan sama dengan besarnya pengeluaran perusahaan sehingga pada saat itu perusahaan tidak mengalami keuntungan maupun kerugian. Perhitungan BEP dapat dilakukan dengan beberapa cara Mulyadi 1997. BEP unit = Total Biaya Tetap Harga Jual – Biaya Variabel Rata-Rata BEP Rupiah = Total Biaya Tetap 1 – Biaya Variabel Rata-Rata 47 Harga Jual Misalkan usaha tungku sekam menghasilkan nilai BEP sebesar 100 unit, artinya jumlah produksi minimum yang harus dihasilkan dan harus habis terjual oleh produsen agar mencapai titik impas ialah sebanyak 100 unit. Sedangkan jika nilai BEP tersebut dinyatakan dalam rupiah bernilai Rp 15000.000; maka hasil penjualan minimum yang harus dicapai produsen agar mencapai titik impas ialah sebesar Rp 15.000.000. 5 Harga Pokok Produksi HPP Harga pokok produksi merupakan cara penentuan harga berdasarkan biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi sebuah produk. Harga pokok produksi menjadi pedoman produsen dalam menetukan harga jual. Misalkan usaha tungku sekam memiliki nilai HPP sebesar Rp 10.0000unit, maka harga jual produk tersebut harus lebih tinggi dari HPP agar kelompok tani memperoleh keuntungan. Rumusnya ialah : HPP = Biaya Tetapunit + Biaya Variabelunit 6 Tingkat Pengembalian Investasi Payback Period Untuk melihat jangka waktu pengembalian suatu investasi dilakukan perhitungan dengan menggunakan metode Payback Period yang menunjukkan jangka waktu kembalinya investasi yang dikeluarkan melalui pendapatan bersih tambahan yang diperoleh dari usaha tungku sekam. Rumus yang digunakan untuk menghitung jangka pengembalian investasi adalah: b A I period Payback = Keterangan : I = besarnya investasi yang dibutuhkan. A b = benefit bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya. Masa pengembalian investasi ditunjukkan pada saat proyek mulai mengalami nilai present value yang positif. Semakin cepat tingkat pengembalian suatu usaha maka akan semakin baik. 7 Analisis Switching Value Perencanaan suatu usaha pada umumnya menggunakan perkiraan dalam menentukan semua biaya yang akan dikeluarkan dan penerimaan yang akan 48 diperoleh tiap tahun oleh suatu usaha. Variabel-variabel kebijakan yang digunakan sebagai alat analisis Switching Value pada penelitian ini adalah perubahan biaya operasional yang terdiri peningkatan harga input seng dan upah tenaga kerja tetap. Sementara itu, komponen penerimaan yang digunakan adalah penurunan volume penjualan. 8 Analisis Laba Rugi Analisa laba rugi digunakan perusahaan untuk mengetahui perkembangan usaha dalam periode tertentu. Komponen laba rugi usaha tungku sekam terdiri dari, pendapatan penjualan hasil produksi, biaya operasional, biaya penyusutan, beban bunga, dan pajak penghasilan. Laba sebelum pajak EBT diperoleh dari pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya operasional, beban bunga, dan biaya penyusutan. Laba setelah pajak EAT diperoleh dari laba sebelum pajak dikurangi dengan pajak penghasilan

4.5. Pertimbangan-Pertimbangan dalam Menyusun Asumsi

Dokumen yang terkait

Analisis kelayakan finansial dan kesempatan kerja pada usahatani pepaya (studi kasus di Kebun Percobaan Cikarawang, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 16 129

Analisis Tingkat Partisipasi dan Loyalitas Anggota Pada Kelompok Tani Hurip Dengan Pendekatan Participatory Action Research /PAR (Kasus Kelompok Tani Hurip, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)

0 8 10

Studi kelayakan pendirian usaha penggilingan gabah di desa Cikarawang, kecamatan Dramaga, kabupaten Bogor

1 24 267

Studi kelayakan bisnis tanaman buah jambu kristal pada kelompok tani desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor

9 47 64

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi kasus Kelompok Tani Hurip, Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga Kabupaten Bogor

10 37 93

Analisis kelayakan finansial usaha pupuk kompos (Studi Kasus : Kelompok Tani Hurip, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

2 12 227

Kelayakan Usaha Pembesaran Itik Pedaging (Studi Kasus pada Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

5 55 317

Keanekaragaman Jenis Kelelawar di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat

0 3 24

Analisis Pemasaran Ubi Jalar (Studi Kasus: Kelompok Tani Hurip, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)

9 46 125

Partisipasi Dan Perubahan Perilaku Anggota Kelompok Wanita Tani Di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

0 2 1