22
2.6. Hasil Penelitian Terdahulu
Maulana 2009 meneliti tentang optimalisasi efisiensi tungku sekam dengan variasi lubang utama pada badan kompor. Tujuan penelitian ini adalah
untuk memperoleh desain tungku sekam sederhana yang memiliki efisiensi tinggi dan menentukan model serta material yang sesuai untuk badan tungku sekam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tungku sekam membutuhkan aliran udara yang maksimal untuk melakukan proses pembakaran. Oleh karena itu,
udara yang terperangkap harus dibuat sebanyak mungkin. Untuk bahan yang digunakan sebagai isolator, sebaiknya terbuat dari tanah liat yang mempunyai sifat
isolator dan tahan panas sehingga pembakaran sekam akan lebih efektif dan efisien.
Muzayin 2008 meneliti tentang kelayakan usaha instalasi biogas dalam mengelola limbah ternak sapi potong PT. Widodo Makmur Perkasa, Cianjur.
Penelitian ini bertujuan mengkaji keragaan pengelolaan limbah dengan instalasi biogas, manganalisis kelayakan proyek instalasi biogas, serta menganalisis
sensitivitas terhadap kelayakan proyek instalasi biogas. Aspek pasar dari proyek instalasi biogas mencakup pangsa pasar yang
potensial dari energi listrik dan pupuk organik. Secara teknis, pendirian instalasi biogas diserahkan kepada PT Asia Biogas Industri sebagai penanggung jawab di
lapang. Aspek sosial dari proyek tersebut menunjukkan bahwa limbah kotoran ternak tidak mencemari lingkungan sekitar.
Hasil analsisi kelayakan finansial menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 11.401.465.948; Net BC sebesar 2,72; IRR sebesar 19 persen, dan payback
period selama 3,084 tahun. Hasil tersebut menunjukkan bahwa proyek instalasi Biogas di PT. Widodo Makmur Perkasa layak untuk dilaksanakan. Sedangkan
pada analisis sensitivitas, proyek ini tidak layak dijalankan jika terjadi penurunan jumlah output feces sebesar 10 persen disertai dengan penurunan captive market
sebesar 10 persen. Kenaikan biaya tenaga kerja ahli dan operasional tidak boleh melebihi 20 persen.
Damayanti 2008 meneliti tentang kelayakan usaha Bioetanol ubi kayu dan Molases di Kecamatan Cicurug, Sukabumi kasus PT. Panca Jaya Raharja.
Tujuan penelitiannya adalah untuk menganalisis kelayakan aspek non finansial
23 dan finansial dari usaha tersebut, serta manganalisis kepekaan dari kelayakan
finansial berdasarkan analisis switching value dari usaha Bioetanol ubi kayu dan molases. Analisis aspek pasar menunjukkan bahwa jumlah permintaan akan
Bioetanol melebihi kapasitas produksi yang ada. Berdasarkan analisis aspek teknis, bahwa lokasi usaha tersebut sangat strategis dan ketersediaan bahan baku
serta tenaga kerja yang memadai. PT. Panca Jaya Raharja memiliki struktur organisasi yang sederhana sehingga membantu dalam pengorganisasian tugas,
wewenang, dan tanggung jawab. Berdasarkan analisis aspek sosial dan lingkungan, usaha ini mampu menyerap tenaga kerja dari lingkungan sekitar.
Hasil aspek finansial dari usaha Bioetanol ubi kayu diperolah nilai NPV sebesar Rp. 1.361.603.236,32; IRR sebesar 29 persen; Net BC sebesar 1.89; serta
payback period sebesar 3,22 tahun. Pada usaha Bioetanol molases, diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 2.789.625.504,47; IRR sebesar 79 persen; Net BC sebesar
4,46; serta payback period sebesar 1,26 tahun. Analisis switching vaue pada usaha ini menunjukkan bahwa ketika terjadi kenaikan harga ubi kayu melebihi
53,54 persen, kenaikan harga molases melebihi 64,54 persen, penurunan produksi Bioetanol ubi kayu melebihi 20,88 persen, dan penurunan produksi Bioetanol
molases melebihi 33,56 persen, kedua usaha tersebut manjadi tidak layak. Dari hasil ini, dapat diketahui bahwa usaha Bioetanol ubi kayu lebih peka terhadap
variabel perubahan daripada usaha Bioetanol molases. Chaerunnisa 2007 meneliti mengenai kelayakan pendirian usaha
penggilingan gabah di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Tujuan penelitiannya adalah menganalisis kelayakan pendirian usaha
penggilingan gabah dilihat dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen operasional, aspek dampak usaha, dan aspek
finansial. Setelah itu direkomendasikan langkah-langkah implementasi pendirian usaha penggilingan gabah dengan pendekatan kolaboratif.
Hasil dari pengolahan data dan analisis, didapatkan kesimpulan bahwa usaha penggilingan gabah ini layak didirikan dilihat dari aspek pasar dan
pemasaran yang mencakup peluang pasar yang tersedia, permintaan, pesaing, dan strategi pemasaran, aspek teknis dan teknologis mencakup kapasitas produksi
ekonomis, mesin, peralatan, rencana investasi, lokasi, tata letak, dan proses
24 produksi serta quality control. Aspek manajemen operasional terdiri dari struktur
organisasi, pembagian tugas, kepemilikan dan legalitas serta gajiupah, aspek dampak usaha mencakup dampak manfaat dan lingkungan dari adanya
penggilingan gabah tersebut, dan analisis finansial mencakup kebutuhan modal investasi dan kerja, sumber modal, identifikasi manfaat, kriteria kelayakan
investasi dan analisis sensitivitas. Kriteria kelayakan investasi menghasilkan NPV usaha bernilai Rp.
254.889.000,00,-; IRR 40,58; Net BC atau PI adalah 8,54; dan PBP adalah 0,8 tahun. Nilai diatas menunjukkan kelayakan dari suatu usaha. Analisis sensitivitas
menunjukkan bahwa usaha ini tidak sensitif apabila terjadi penurunan volume penjualan sebesar 10 persen dan kenaikan harga input operasional sebesar 10
persen. Dodo 2007 meneliti kelayakan usaha ternak kambing melaui penelitian
aksi partisipatif studi kasus : Kelompok Tani Harapan Mekar KTHM, Situ gede, Bogor Barat, Jawa Barat . Penelitian ini bertujuan menganalsis kelayakan aspek
non finansial dan aspek finansial perluasan kandang ternak kambing tanpa menggunakan pakan tambahan berupa konsentrat, menganalisis kelayakan aspek
finansial perluasan kandang ternak kambing menggunakan pakan tambahan berupa konsentrat, serta menganalisis tingkat kepekaan kelayakan finansial
perluasan kandang KTHM. Hasil analisis aspek non finansial menunjukkan bahwa usaha ini layak
untuk dijalankan pada perluasan kandang ternak kambing tanpa menggunakan pakan tambahan berupa konsentrat, yaitu nilai p value koefisien teknis 0,000
0,05. Sedangkan pada perluasan kandang ternak kambing menggunakan pakan tambahan berupa konsentrat diketahui nilai p value koefisien teknis 0,147 0,05
sehingga usaha ini tidak layak untuk dijalankan. Hasil analisis finansial perluasan kandang ternak kambing tanpa
menggunakan pakan tambahan berupa konsentrat menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan, yaitu dengan nilai NPV Rp. 18.817.579; nilai PI sebesar
2,23; IRR sebesar 41,6 persen ; dan payback period selama 2,4 tahun. Pada perluasan kandang ternak kambing menggunakan pakan tambahan berupa
konsentrat baik dalam satu kali maupun dua kali penjualan, usaha ini tidak layak
25 untuk dijalankan karena semua kriteria investasi lebih rendah dari batas kelayakan.
Hasil analisis sensitivitas dengan menggunakan harga jual ternak, menunjukkan bahwa usaha ini dapat layak selama penurunannya tidak lebih dari 8 persen.
Tahmid 2005 meneliti mengenai kelayakan pendirian industri Gelatin Tipe B berbasis tulang sapi di Indonesia. Tujuan dari penelitiannya adalah untuk
menentukan kelayakan investasi pendirian industri gelatin tipe b tersebut. Penentuan kelayakan dilakukan dengan pengkajian aspek-aspek kelayakan yaitu
aspek pasar pemasaran, ketersediaan bahan baku, teknis dan teknologis, manajemen dan organisasi, legalitas dan finansial.
Pada aspek pemasaran digunakan teknik peramalan Double Exponential Smoothing dengan 2 parameter Holt s untuk memproyeksikan permintaan dan
penawaran gelatin di masa mendatang, sedangkan untuk mengetahui ketersediaan bahan baku, dilakukan penelusuran ke beberapa pemasok. Pada aspek teknis dan
teknologis digunakan Metode Perbandingan Berpasangan untuk menentukan lokasi pabrik.
Berdasarkan analisis finansial diperoleh nilai dari beberapa parameter kelayakan yang meliputi Net Present Value NPV proyek ini sebesar Rp.
402.927.007.574,87; Internal Rate of Return IRR mencapai 53,70 persen; Net Benefit Cost Ratio Net BC sebesar 4,06; Pay Back Periode PBP selama 2,91
tahun. Keseluruhan penilaian kriteria kelayakan tersebut menunjukkan bahwa pendirian pabrik Gelatin Tipe B di Indonesia layak untuk dilaksanakan. Analisis
sensitivitas untuk proyek ini menunjukkan bahwa ketika terjadi kenaikan harga bahan baku sebesar 121,10 persen dan ketika terjadi penurunan harga produk
gelatin 43,45 persen maka industri ini sudah tidak layak karena NPV proyek menjadi negatif.
Wijaya 2002 meneliti mengenai analisis kelayakan usaha pengolahan limbah kayu menjadi briket arang pada PT. Wasta Guna Lestari. Analisis
kelayakan usaha ini mencakup lima aspek, yaitu apek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan produksi, aspek manajemen, dan aspek keuangan, selain juga dilakukan
analisis sensitivitas dari usaha ini, yaitu terhadap perubahan produksi, harga jual dan tingkat suku bunga. Analisis aspek pasar menunjukkan adanya peluang pasar
pembuatan briket arang, akibat semakin langka dan mahalnya minyak tanah.
26 Hasil analisis berdasarkan aspek teknis dan produksi menunjukkan bahwa lokasi
proyek memenuhi syarat teknis dan non teknis. Dekatnya bahan baku utama untuk usaha ini, sikap masyarakat yang mendukung keberadaan PT XIP yang
sudah lama berdiri memenuhi kriteria untuk usaha pembuatan briket arang kayu. Hasil analisis pada apek manajemen dapat disimpulkan bahwa manajemen
yang ada sekarang perlu diperbaiki pada peningkatan skala usaha yang direncanakan karena apabila manajemen yang ada seperti sekarang maka resiko
kegagalan akan tinggi. Berdasarkan hasil analisis aspek keuangan, usaha pembuatan briket arang di PT WGL layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV, PI,
IRR, dan PBP yang memenuhi kriteria kelayakan investasi, dimana NPV proyek bernilai positif, IRR lebih besar dari tingkat diskonto, PI lebih besar dari satu, dan
PBP lebih cepat dari yang ditetapkan perusahaan. Hasil analisis sensitivitas pada skala usaha 20.000-30.000 Kg menunjukkan penurunan produksi 1 persen
menyebabkan usaha tidak layak pada tingkat suku bunga deposito 13 persen, karena ada kriteria investasi yang tidak terpenuhi, yaitu IRR kurang dari 13 persen.
Kemudian jika terjadi perubahan suku bunga menjadi 15 persen akan menjadikan usaha ini menjadi tidak layak juga.
2.7. Evaluasi Penelitian Terdahulu