Buah – Buahan Lokal TINJAUAN PUSTAKA

29 waktu. Terdapat dua kelompok berbeda dalam musim panen buah di Indonesia, yaitu buah yang panennya sepanjang tahun, seperti belimbing, jambu biji, pepaya, pisang dan jeruk; dan buah yang musim panennya hanya pada bulan-bulan tertentu, seperti duku, mangga dan manggis. Sebenarnya jenis buah yang panen hanya pada bulan-bulan tertentu itu lebih memnggambarkan pada ketersediannya yang sangat sedikit dibulan yang lain. Hal ini bisa terjadi karena panjangnya wilayah Indonesia, dari barat sampai ke timur, yang memungkinkan berbagai jenis buah dipanen pada waktu berbeda sepanjang tahun. Buah-buahan bersifat musiman tersebut, walaupun tersedia sepanjang tahun, namun eksportir akan mengalami kesulitan dalam menjaga kontinuitas pengiriman ke luar negeri. Produk yang dihasilkan tersebar di Indonesia dengan volume produksi yang kecil menyebabkan proses pengumpulan dan pengangkutan menjadi mahal, belum lagi sepesifikasi buahnya yang belum tentu seragam. Potensi hortikultura berasal dari kekuatan strength yang dapat mendukung pengembangan hortikultura yaitu, iklim dan agroekosistem yang sesuai. Kondisi iklm dan agroekosistem Indonesia sangat sesuai untuk budidaya berbagai komoditas hortikultura, terutama hortikultura tropis. Budidaya hortikultura dapat dilakukan sepanjang tahun di seluruh wilayah tanpa terpengaruh perbedaan musim yang terlalu signifikan. Sementara variasi agroekosistem yang dimiliki Indonesia juga memungkinkan budidaya bermacam- macam hortikultura dilakukan di berbagai wilayah di seluruh Indonesia. Tersedianya sumberdaya genetik yang melimpah, Indonesia dikenal sebagai salah satu negara mega biodiversity di dunia. Berbagai sumberdaya genetik yang 30 merupakan potensi usaha hortikultura tersedia di wilayah Indonesia. Direktorat Jenderal Hortikultura 2014. Produksi jenis buah-buahan menunjukkan kecenderungan meningkat, dapat dilihat pada Tabel 4 berikut: Tabel 4. Produksi jenis buah-buahan Tahun 2008-2013 Tahun Manggis Jambu Biji Jambu Air Salak Mangga Jeruk Pepaya Pisang Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton 2008 78674 212260 111495 862465 2105085 2467632 717899 6004615 2009 105558 220202 104885 829014 2243440 2131768 772844 6373533 2010 84538 204551 85973 749876 1287287 2028904 675801 5755073 2011 117595 211836 103156 1082125 2131139 1818949 958251 6132695 2012 190294 208151 104392 1035407 2376339 1611784 906312 6189052 2013 118909 170810 81610 991762 2058609 1411229 871282 5359126 Sumber : BPS Direktorat Jenderal Hortikultura, 2014 Data tersebut menjelaskan bahwa produksi buah-buahan di negara Indonesia mengalami pertumbuhan secara fluktuatif yang lebih dominan meningkat, namun walaupun diiringi peningkatan produksi buah-buahan disetiap jenisnya buah-buahan lokal tersebut masih kalah bersaing dengan buah impor dalam kegiatan ekspor buah seperti yang dijelaskan pada Tabel 1 hal 2. Tingkat konsumsi buah di Indonesia terbilang rendah. Indonesia termasuk negara yang penduduknya pengkonsumsi santapan tinggi lemak, berkalori tinggi dan rendah serat. Tark urung memicu berbagai macam penyakit yang akan mengancam kesehatan. Kemungkinan dari sekian banyak orang tidak sadar akan pentingnya mengkonsumsi buah-buahan. Tingkat konsumsi buah di Indonesia hanya 34,55 kgtahun, kurang dari rekomendasi FAO dan WHO untuk mengkonsumsi buah sebanyak 73 kgtahun Anonim 2014:1. 31 Harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sebuah barang beserta pelayanannya Swastha, 2001:147. Menurut Tjiptono 2004:151 harga buah yang ditetapkan mempengaruhi kuantitas buah yang dijual. Namun dengan kebutuhan buah dalam negeri tidak bisa dipenuhi melalui kegiatan produksi, maka harus dilakukan impor buah. Pada umumnya ketika harga buah impor lebih rendah daripada harga lokal, maka kecenderungan yang terjadi pada umumnya adalah peningkatan masuknya jumlah buah impor ke pasar lokal. Menurut Rai dan Poerwanto 2008:3 harga buah lebih ditentukan oleh mutu, bukan onggokan atau kuantitas. Misalnya harga mangga satu pohon tidak ditentukan oleh berapa kuintal hasilnya, melainkan oleh mutu buahnya yaitu besar – besar dan manis atau kecil tetapi asam.

2.8 Kerangka Pemikiran

Pada zaman era globalisasi yang mengarah kepada pasar bebas kini buah- buahan impor semakin membanjiri pusat perdagangan buah di kota-kota besar khususnya kota Jakarta Selatan. Jakarta Selatan memiliki kepadatan penduduk cukup tinggi dan juga dikenal sebagai kota dengan pemukiman-pemukiman elit. Masyarakat Kota Jakarta Selatan kini telah terjadi pergeresan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah dari buah lokal ke buah impor. Hal tersebut dikarenakan buah impor lebih mudah diperoleh dipasaran, walaupun buah-buahan lokal selalu mengalami peningkatan produksi tetapi masih belum tersedia secara merata yang mengakibatkan kalah saing dengan buah impor. Gejala-gejala pergeseran perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah tersebut akan dilihat 32 dari perilaku konsumen pada tahap-tahap dalam proses pembelian hingga konsumsi, antara lain melalui kesadaran, persepsi, preferensi dan juga faktor kelas sosial yaitu tingkat pendapatan rumah tangga di Kawasan Pemukiman Jakarta Selatan terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah lokal. Secara skematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut. Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Mengkonsumsi buah lokal di Wilayah Jakarta selatan Kawasan pemukiman Jakarta Selatan Persepsi Mengkonsumsi Buah lokal Konsumenrumah tangga Kesadaran Preferensi Variabel Dummy Tingkat pendapatan Identifikasi dan analisis regresi berganda Kebutuhan dan pengetahuan Faktor internal dan faktor stimulus Atribut buah: rasa buah, warna buah, tampilan buah 1. Rp.2.400.000 2. Rp.2.400.001- Rp.5.000.000 3. Rp.5.000.001- Rp.10.000.000 4. Rp.10.000.001- Rp.20.000.000 5. Rp20.000.000 33

2.9 Penelitian Terdahulu

Keseluruhan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu dapat dijadikan dasar dan bahan pertimbangan serta referensi dalam mengkaji penelitian ini, adapun penelitian terdahulu dengan topik yang sama yaitu sebagai berikut: Azizah 2008 melakukan penelitian mengenai Analisis Pengaruh Persepsi dan Preferensi Konsumen terhadap keputusan pembelian buah lokal studi pada Lailai Market Buah Malang. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh Departemen Pertanian Deptan RI menyatakan keprihatinannya atas keterpurukan hortikultura di Indonesia. Keterputukan itu bisa dilihat dari konsumsi buah lokal dengan buah impor. Masyarakat kini lebih banyak yang menyukai buah impor dibandingkan dengan buah dalam negeri. Ini karena kualitas produk yang belum memenuhi standar. Jumlah dan kontinuitas tanam juga masih belum bisa stabil memenuhi kebutuhan pasar. Di sisi lain harga di tingkat petani sangat rendah hingga mereka enggan menanam buah. Tujuan penelitian ini adalah 1 untuk mengetahui pengaruh persepsi dan preferensi konsumen terhadap keputusan pembelian buah lokal di Lailai Market Buah Malang 2 Untuk mengetahui pengaruh yang dominan di antara tingkat persepsi dan tingkat preferensi konsumen terhadap keputusan pembelian buah lokal di Lailai Market Buah Malang. Lokasi penelitian pada Lailai Market Buah Malang, besarnya sampel 96 responden. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan accidental