V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN
Peluang kontaminasi Staphylococcus aureus pada 28 PTSS termasuk nasi uduk adalah sedang, sementara 2 PTSS lainnya memiliki peluang kontaminasi
yang rendah. Bila dikombinasikan dengan peluang dan dampak risiko lainnya,
maka dinyatakan bahwa risiko Staphylococcus aureus adalah sedang pada PTSS dengan peluang kontaminasi sedang. Faktor-faktor yang mendorong peningkatan
peluang kontaminasi adalah faktor rekontaminasi, waktu penyimpanan, dan keadaan matriks pangan, sedangkan proses pemanasan yang cukup merupakan
faktor yang menurunkan peluang kontaminasi. Verifikasi hasil penetapan risiko Staphylococcus aureus dilakukan pada nasi uduk yang dipilih karena ketersediaan
data-data pendukung. Sampel nasi uduk yang diperoleh dari pelaku usaha jasa boga pada
umumnya mengandung Staphylococcus aureus. Jumlah cemaran selama selang waktu penyimpanan dari jam 8 pagi sampai jam 16 sore dari 6 warung yang diuji
berkisar dari 2,36 sampai dengan 6,93 Log MPNg, sehingga ada kondisi dimana diduga Staphylococcus aureus mampu membentuk enterotoksin dalam pangan.
Meskipun demikian, Staphylococcus aureus koagulase positif yang umumnya mampu memproduksi enterotoksin ditemukan tidak pada semua
sampel. Frekuensi isolasi Staphylococcus aureus koagulase positif pada sampel nasi uduk adalah 6,67, serta tidak selalu ditemukan pada jumlah yang cukup
untuk membentuk enterotoksin. Hasil pengujian Staphylococcus aureus pada nasi uduk sesuai dengan hasil
penetapan risiko kualitatif yang menyatakan bahwa risiko Staphylococcus aureus
pada nasi uduk tergolong sedang.
B. SARAN
Mengingat adanya beberapa kekurangan pada penelitian ini, maka disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan beberapa perbaikan,
seperti:
1. Pada tahap penetapan peluang kontaminasi perlu penjabaran lebih lanjut
terhadap aspek-aspek peluang kontaminasi sepanjang rantai pangan. 2.
Perlu pengujian lebih lanjut untuk mengetahui sumber kontaminasi utama Staphylococcus aureus pada nasi uduk.
3. Memperbanyak jenis pangan tradisional siap santap yang dianalisis, baik
pada tahap penetapan risiko maupun tahap verifikasinya. 4.
Memperbanyak jumlah warung yang disampling maupun jumlah sampelnya pada tahap verifikasi.
5. Mengidentifikasi kemampuan membentuk enterotoksin dari isolat-isolat
yang telah didapatkan. 6.
Melakukan analisis keberadaan stafilokoki enterotosin pada pangan yang diuji.
xiii
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Staphylococcus aureus. http:commons.wikimedia.orgwiki File:Staphylococcus_aureus_01.jpg [3 Maret 2009]
Anonim. 2009.
Staphylococcus aureus.
http:en.wikipedia.orgwiki Staphylococcus_aureus [3 Maret 2009]
Anonim1. 2009. Lysostaphin. http:en.wikipedia.orgwikiLysostaphin [20 April 2009]
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika BMKG. Undate. Rata-rata Suhu
Udara Bulanan
di Jakarta.
http:iklim.bmg.go.idnormal.asp?Jenis=URLIDS=52986741628788504 43 [27 Januari 2010]
Baird-Parker, A. C. 1979. Methods for identification of Staphylococci and Micrococci. Di dalam Skinner, F.A. dan Lovelock D. W. eds:
Identification Methods for Microbiologists 2nd ed. SAB Technical serries No. 14. 201-9. Academic Press, London.
Baird-Parker, T. C. 2000. Stapylococcus aureus. Di dalam The Microbiolocical Safety and Quality of Food Volume II. Editor: Lund, B. M., Baird-Parker,
T. C., dan Gould, G. W. Aspen Publishers, Inc, Gaithersburg, Maryland. Bergdoll, M. S. 1979. Staphylococcal Intoxications. Di dalam Food Borne
Infections and Intoxications Second Edition. Editor: Riemann, H. dan Bryan, F. L. Acedemic Press, Newyork-San Francisco-London.
BPOM. 2004a. Prinsip-Prinsip Analisis Risiko. Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan, Deputi Bidang Pengawasan Keamanan
Pangan dan Bahan Berbahaya, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta.
BPOM. 2004b. Prinsip-Prinsip Kajian Risiko Mikrobiologis Secara Kualitatif. Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan, Deputi Bidang
Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta.
Bryan, F. L. 1976. Diseases transmitted by foods. US DHEW Pub. No. CDC 76- 8237, Center for Disease Control, Atlanta, Ga.
Bryan, F. L. 1976. Staphylococcus aureus. Di dalam Food Microbiology, Public Health Spoilage Aspects. Editor: Defigueiredo, M. P. dan Splittstoesser,
D. F. The Avi Publishing Company, Inc., Westport, Connecticut.
xiv Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, H.H., dan Wootton, M. 1978. Food Science.
Australian Vice-Chancellors’ Commitee. Ching, C.L. 2009. Scenario analysis: Probabilistic approach. Makalah workskop
ICMSF Seafast Center. Bogor. Clark, J., Sharp, M., dan Reilly, W Bill J. 2000. Food Borne Disease. Di dalam
The Microbiolocical Safety and Quality of Food Volume II. Editor: Lund, B. M., Baird-Parker, T. C., dan Gould, G. W. Aspen Publishers, Inc,
Gaithersburg, Maryland.
Depkes. 2008. Data Bencana. Pusat Penaggulangan Krisis Departemen Kesehatan.
http:www.ppk- depkes.orgindex.php?option=com_databencanatask=bencanaid=12I
temid=163 [28 Maret 2009] Dewi, S. P. 2008. Praktik Sanitasi dan Penyimpanan Pangan Pada Suhu Rendah
di Tingkat Rumah Tangga dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus. IPB, Bogor. Skripsi.
Kusumawardani, D. 2002. Kompetisi Bakteri Asam Laktat dan Staphylococcus aureus Dalam Penempelan dan Pembentukan Biofilm Pada Permukaan
Stainless Steel. IPB, Bogor. Skripsi. Dowd, M. T. dan Jameson, J. D. 1925. Food, Its Composition and Preparation
Second Edition. John Wiley Sons, Inc., New York. Eley, A. R. 1992. Microbial Food Poisoning. Chapman Hall, London-Glasgow-
New York-Tokyo-Melbourne-Madras. Fardiaz, S. 1990. Mikrobiologi Pengolahan Pangan Lanjut. Labolatorium
Mikrobiologi Pangan, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB. Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Food Safety and Inspection Service FSIS. 2007. Take out and delivered foods. United States Department of Agriculture. http:www.fsis.usda.gov [27
Januari 2010] Food Safety and Inspection Service FSIS. Undated. News Events: News
Release. United
States Department
of Agriculture.
http:www.fsis.usda.govSearchSearch_ResultsIndex.asp?q=staphylococ cus+aureusmode=simplenum=10as_occt=anybtnG.x=15btnG.y=
8btnG=Submitsite=FSISselect=Information+For... [27 Januari 2010]
Forsythe, S. J. 2000. The Microbiology of Safe Food. Blackwell Science, Oxford.
xv Forsythe, S. J. 2002. The Microbiological Risk Assessment of Food. Blackwell
Science. Frazier, W.C. dan Westhoff, D.C. 1978. Food Microbiology. Mc Graw-Hill Book
Company, New York, St. Louis, San Francisco, Auckland, Bogotá, Düsseldorf, Johannesburg, London, Madrid, Mexico, Montreal, New
Delhi, Panama, Paris, São Paulo, Singapore, Sydney, Tokyo, Toronto.
Gaman, P.M. dan Sherrington, K. B. 1992. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan dan Mikrobiologi Edisi kedua. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta. Hadioetomo, R. S. 1993. Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta. Hariyadi, P. dan Andarwulan, N. 2007. Menghentikan Peredaran Pangan
Bermasalah di Pasar, Konsolidasi Sistem Keamanan Pangan di Indonesia. Piramedia, Depok.
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia, Jakarta. Harrigan, W. F. 1998. Laboratory Methods in Food Microbiology Third Edition.
Academic Press, San Diego, London, Boston, New York, Sydney, Tokyo, Toronto.
Hartini, P. B. 2001. Studi Keamanan Mikrobiologis Makanan Jajanan Di Kantin FATETA-IPB, Bogor. Skripsi. IPB.
Heritage, J., Evans, E.G.V., dan Killington, R.A. 1999. Microbiology in Action. Cambridge University Press, Cambridge, United Kingdom.
Holt, J.G., Krieg, N. R., Sneath, P. H. A., Staley, J. T., dan Williams, S. T. 1994. Bergey’s Manual of Deteminative Bacteriology Ninth Edition. Lippincott
Williams Wilkins, Philadelphia-Baltimore-New York-London-Buenos Aieres-Hong Kong-Sydney-Tokyo.
ICMSF. 1978. Microorganism in Food 1. Their Significance and Methods of Evaluation 2nd ed. University of Toronto Press, Toronto.
ICMSF. 1996. Microorganisms in Foods 5. Microbiological Specifications of Food Pathogens. Blackie Academic Professional, London-Weinheim-
New York-Tokyo-Melbourne-Madras. Jay, J. M. 1996. Modern Food Microbiology Fifth Edition. Chapman Hall, New
York, Albany, Bonn, Boston, Cincinnati, Detroit, London, Madrid, Melbourne, Mexico City, Pacific Grove, Paris, San Francisco, Singapore,
Tokyo, Toronto, Washington.
xvi Jay, J. M. 2000. Modern Food Microbiology Sixth Edition. An Anpen Publication,
Aspen Publishers, Maryland. Jaykus, L.A.. 2003. Academic activities in food safety: Centers, consortia, and
initiatives. Di dalam: Torrence, M. E. dan Isaacson, R. E. Microbial Food Safety in Animal Agriculture, Current Topics. Iowa State Press, USA.
Koswara, S. 1992. Teknologi Pengolahan Kedelai. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Mas’at, A. Undate. Dampak Pembangunan Terhadap Perubahan Iklim di Wilayah DKI
Jakarta. Di
dalam bagian
artikel iklim
BMKG: http:www.bmkg.go.iddepan.bmkg [27 Januari 2010]
Mead, P.S., Slutsker, L., Dietz, V. McCaig, C.F., Bresee, J.S., Shapiro, C. Griffin, P.M., dan Tauxe, R.V. 1999. Food-borne illness and death in the United
States. Emerg. Infect. Dis. 5: 607-625. Minor, T. E. dan Marth, E. H. 1976. Staphylococci and Their Significance in
Foods. Elsevier Scintific Publishing Company, Amsterdam-Oxford-New York.
Normanno, G., Firinu, A., Virgilio, S., Mula, G., Dambrosio, A., Poggiu, A., Decastelli, L., Mioni, R., Scuota, S., Bolzoni, G., Di Giannatale, E.,
Salinetti, A.P., La Salandra, G., Bartoli, M., Fuccon, F., Pirino, T., Sias, S., Parisi, A., Quaglia, N.C., Celano, G.V. 2005. Coagulase positive
staphylococci and staphylococcus aureus in food products marketed in italy. Int J. Food Microbiology 98: 73-79.
Notermans, S., Nauta, M.J., dan Jouve, J.L. 1996. Food products and consumer protection: a conceptual approach and glossary of termas. Int. J. Food
Microbiol. 30, 175-183. Pelczar Jr., M.J. dan Chan, E.C.S. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi 2.
Diterjemahkan dari Elements of Microbiology. Penerjemah: Ratna Siri Hadioetomo, Teja Imas, S. Sutarmi Tjitrosomo, dan Sri Lestari Angka. UI
Press, Jakarta.
Rawendra, R. 2008. Pengaruh Praktik Penyimpanan dan Pemanasan Ulang Dengan Oven Microwave Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus
Dalam Beberapa Pangan Tradisional Indonesia. IPB, Skripsi. Ray, B. 2001. Fundamental Food Microbiology Second Edition. CRC Press, Boca
Raton, London, New York, Washington D.C. Riemann, H. dan Bryan, F. L. 1979. Food-Borne Infections and Intoxications
Second Edition. Academic Press, New York-San Francisco-London.
xvii Robinson, R. K., Batt, C. A., dan Patel, P. D. 2000. Encyclopedia of Food
Microbiology Volume III. Academic Press, San Diego-San Francisco-New York-Boston-London-Sydney-Tokyo.
Ruslan. 2003. Keamanan Mikrobiologi Dan Survei Lapang Sayuran Olahan Di Daerah Bogor Barat. IPB, Bogor. Skripsi.
Shapton, D. A. dan Shapton, N. F. 1993. Principles and Practices for the Safe Processing of Foods. Butterworth-Heineman Ltd., Oxford, Great Britain.
Soedarmo, P. dan Sediaoetama, A. D. 1985. Ilmu Gizi. Dian Rakyat, Jakarta. Sumner, J. 2002. Food Safety Risk Profile for Primary Industries in South
Australia Final Report. Primary Industries and Resources South Australia.
Tom, R. dan McMeekin, T. 2003. Risk assessment and pathogen management. Di dalam Foodborne Pathogens, Hazard, Risk Analysis, and Control, editor:
Clive de W. Blackburn dan Peter J. McClure. CRC Press, Boca Raton- Boston-New York-Washington DC.
UNTAG. 2008. Keracunan Makanan Penyebab Cara Menghindarinya. Web Universitas
17 Agustus
1945, Surabaya.
http:www.untag- sby.ac.idindex.php?mod=beritaid=65 [28 Maret 2009]
US FDA. 2001. Chapter 12, Staphylococcus aureus. Bacteriological Analytical Manual Online. Center for Food Safety Applied Nutrition.
US FDA. 2006. Appendix 2, Most Probable Number from Serial Dilutions. Bacteriological Analytical Manual Online. Center for Food Safety
Applied Nutrition. Zhang, S., Iandolo, J., dan Stewart, C. 1998. The enterotoxin D plasmid of
Staphylococcus aureus encodes a second enterotoxin determinant sej. FEMS Microbiol. Lett. 168, 227–233.
81
Lampiran 1. Data penetapan peluang kontaminasi dari tiga puluh sampel PTSS
Kontaminasi Awal
Efektifitas Pengolahan
Peluang Kontaminasi
Suhu Penyimpanan
Waktu Inkubasi
Matriks Pangan
Pemanasan Ulang
No. PTSS
N Ket
N Ket
N Ket
N Ket
N Ket
N Ket
N Ket
N Peluang
Kontaminasi
1 Sate jeroan
5 Tipe 3 1 ST WL
5 Dari tubuh dan
lingkungan 3
Suhu ruang
5 3
Jam 5 Tipe 3
3 Minimalis 27 Sedang 2
Ayam goreng
5 Tipe 3 1 ST WL
3 Dari lingkungan 3
Suhu ruang
5 3
Jam 5 Tipe 3
5 Tidak
ada 27 Sedang
3 Nasi uduk
1 Tipe 1 1 ST WL
5 Dari tubuh dan
lingkungan 5
Suhu termos
5 3
Jam 5 Tipe 3
5 Tidak
ada 27 Sedang
4 Telur dadar
3 Tipe 2 1 ST WL
3 Dari lingkungan 3
Suhu ruang
5 3
Jam 5 Tipe 3
5 Tidak
ada 25 Sedang
5 Telur mata
sapi 3 Tipe 2
1 ST WL 3 Dari lingkungan
3 Suhu
ruang 5
3 Jam
5 Tipe 3 5
Tidak ada
25 Sedang 6
Ikan tongkol sambal
3 Tipe 2 1 ST WL
3 Dari lingkungan 3
Suhu ruang
5 3
Jam 5 Tipe 3
5 Tidak
ada 25 Sedang
7 Ikan goreng
3 Tipe 2 1 ST WL
3 Dari lingkungan 3
Suhu ruang
5 3
Jam 5 Tipe 3
5 Tidak
ada 25 Sedang
8 Ikan asin teri
goreng 3 Tipe 2
1 ST WL 3 Dari lingkungan
3 Suhu
ruang 5
3 Jam
5 Tipe 3 5
Tidak ada
25 Sedang 9
Soto daging 5 Tipe 3
1 ST WL 5
Dari tubuh dan lingkungan
3 Suhu
ruang 5
3 Jam
5 Tipe 3 1 Ada
25 Sedang 10
Ayam suir di bubur ayam
5 Tipe 3 1 ST WL
5 Dari tubuh dan
lingkungan 3
Suhu ruang
5 3
Jam 5 Tipe 3
1 Ada 25 Sedang
11 Martabak
kacang 1 Tipe 1
1 ST WL 5
Dari tubuh dan lingkungan
3 Suhu
ruang 5
3 Jam
5 Tipe 3 5
Tidak ada
25 Sedang 12
Tahu goreng 3 Tipe 2
1 ST WL 3 Dari lingkungan
3 Suhu
ruang 5
3 Jam
5 Tipe 3 5
Tidak ada
25 Sedang 13
Karedok 1 Tipe 1
5 PM 5
Dari tubuh dan lingkungan
3 Suhu
ruang 5
3 Jam
1 Tipe 1 5
Tidak ada
25 Sedang 14
Telur asin 3 Tipe 2
1 ST WL 1
Terlindung cangkang
3 Suhu
ruang 5
3 Jam
5 Tipe 3 5
Tidak ada
23 Sedang 15
Bakso 3 Tipe 2
1 ST WL 5
Dari tubuh dan lingkungan
3 Suhu
ruang 5
3 Jam
5 Tipe 3 1 Ada
23 Sedang
82
16 Sate padang
5 Tipe 3 1 ST WL
3 Dari lingkungan 1
Suhu tinggi
3 1 - 3
Jam 5 Tipe 3
5 Tidak
ada 23 Sedang
17 Rujak
1 Tipe 1 5 PM
5 Dari tubuh dan
lingkungan 3
Suhu ruang
3 1 - 3
Jam 1 Tipe 1
5 Tidak
ada 23 Sedang
18 Tempe
goreng 1 Tipe 1
1 ST WL 3 Dari lingkungan
3 Suhu
ruang 5
3 Jam
5 Tipe 3 5
Tidak ada
23 Sedang 19
Tempe bacem
1 Tipe 1 1 ST WL
3 Dari lingkungan 3
Suhu ruang
5 3
Jam 5 Tipe 3
5 Tidak
ada 23 Sedang
20 Mie ayam
3 Tipe 2 1 ST WL
5 Dari tubuh dan
lingkungan 3
Suhu ruang
5 3
Jam 5 Tipe 3
1 Ada 23 Sedang
21 Soto mi
3 Tipe 2 1 ST WL
5 Dari tubuh dan
lingkungan 3
Suhu ruang
5 3
Jam 5 Tipe 3
1 Ada 23 Sedang
22 Lele goreng
pecel lele 3 Tipe 2
1 ST WL 3 Dari lingkungan
1 Suhu
tinggi 3
1 - 3 Jam
5 Tipe 3 5
Tidak ada
21 Sedang 23
Pergedel kentang
1 Tipe 1 1 ST WL
3 Dari lingkungan 3
Suhu ruang
5 3
Jam 3 Tipe 2
5 Tidak
ada 21 Sedang
24 Gado-gado
1 Tipe 1 1 ST WL
5 Dari tubuh dan
lingkungan 3
Suhu ruang
5 3
Jam 1 Tipe 1
5 Tidak
ada 21 Sedang
25 Ketoprak
1 Tipe 1 1 ST WL
5 Dari tubuh dan
lingkungan 3
Suhu ruang
5 3
Jam 1 Tipe 1
5 Tidak
ada 21 Sedang
26 Pecel sayur
1 Tipe 1 1 ST WL
5 Dari tubuh dan
lingkungan 3
Suhu ruang
5 3
Jam 1 Tipe 1
5 Tidak
ada 21 Sedang
27 Nasi kuning
1 Tipe 1 1 ST WL
5 Dari tubuh dan
lingkungan 3
Suhu ruang
5 3
Jam 1 Tipe 1
5 Tidak
ada 21 Sedang
28 Rendang
5 Tipe 3 1 ST WL
3 Dari lingkungan 3
Suhu ruang
5 3
Jam 3 Tipe 2
1 Ada 21 Sedang
29 Nasi goreng
1 Tipe 1 1 ST WL
3 Dari lingkungan 1
Suhu tinggi
3 1 - 3
Jam 3 Tipe 2
5 Tidak
ada 17 Rendah
30 Siomay
1 Tipe 1 1 ST WL
3 Dari lingkungan 1
Suhu tinggi
5 3
Jam 3 Tipe 2
1 Ada 15 Rendah
Keterangan: ST WL : Suhu Tinggi Waktu Lama
PM
: Pangan Mentah
83
Lampiran 2. Data Enumerasi, Isolasi, dan Karakterisasi Staphylococcus aureus koagulase positif pada nasi uduk Warung 1 Ulangan 1