Efektivitas media gambar animasi terhadap pengembangan efektif siswa di SMPI Al-Ikhlas Cipete

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Kependidikan

Oleh FITRI NISA NIM: 106015000460

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2010


(2)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

    OLEH Fitri Nisa NIM : 106015000460

DOSEN PEMBIMBING

Yudhi Munadi, M.Ag NIP : 19701203 199803 1003 

   

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1431 H/2010 M 


(3)

Skripsi berjudul: ”Efektivitas Media Gambar Animasi Terhadap Pengembangan Afektif Siswa di SMPI Al-Ikhlas Cipete” Nama: Fitri Nisa Nim. 106015000460 diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah, 8 Desember 2010 dihadapan dewan penguaji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan IPS.

Jakarta, 8 Desember 2010

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IPS) Drs. H.Nurochim, M.M.

NIP. 19590715 198403 1 003 ... ...

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi Pendidikan IPS) Dr. Iwan Purwanto, M.Pd

NIP. 19730424 200801 1 012 ………… ……….

Penguji I

Drs. H.Nurochim, M.M. NIP. 19590715 198403 1 003

………… ……….

Penguji II Zahara. M.Ed

... ...

Mengetahui: Dekan

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. NIP. 19571005 198703 1 003


(4)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Fitri Nisa

NIM : 106015000460

Jurusan : Pendidikan IPS

Judul Skripsi : “Efektivitas Media Gambar Animasi Terhadap Pengembangan Afektif Siswa di SMPI Al-Ikhlas Cipete”

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang saya ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 19 November 2010

Fitri Nisa


(5)

(6)

Fitri Nisa. Jurusan Pendidika IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Efektivitas Media Gambar Animasi Terhadap Pengembangan Afektif Siswa di SMPI Al – Ikhlas Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui afeksi siswa saat dan sesudah pembelajaran berbantuan media gambar animasi.

Penelitian ini dilaksanakan di SMPI Al-Ikhlas Jakarta dari bulan Agustus 2010. Yang dijadikan informan dalam penelitian ini adalah beberapa siswa kelas VIII SMPI Al-Ikhlas Jakarta.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi. Dengan melakukan wawancara dengan informan siswa diketahui bahwa pembelajaran berbantuan media gambar animasi dapat mengembangkan afeksi siswa dalam belajar. Dengan ditandai sikap siswa yang menerima, mendengarkan dan memperhatikan guru yang menjelaskan pelajaran di depan kelas.

Kata Kunci : Efektivitas Media Gambar Animasi, Afeksi siswa


(7)

  ii

Fitri Nisa. Education IPS majors Tarbiyah Knowledge Faculty and teachership. Media effectiveness Draws Animations to Afektif's Development Student at SMPI Al – Ikhlas Jakarta. This research intent to know afeksi student while and after learning gets media help draw animations.

This research is executed at SMPI Al-Ikhlas Jakarta of august 2010. One that made by informan in observational it is umpteen VIII class student SMPI Al-Ikhlas Jakarta .

Method that is utilized in this research is interview and observation. By undertaking interview with student informan is known that learning gets media help draw animations can develop afeksi student in learned. With marked by student attitude that accepts, listen and notices teacher that word study in front class.


(8)

Assalamuala’alaikum wr.wb Bismillahirrohmanirrohim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, Sahabat, Keluarga dan seluruh umat beliau yang ada dimuka bumi ini yang mengikuti risalah-Nya.

Berkat bantuan berbagai pihak akhirnya skripsi ini yang berjudul “ Efektivitas Media Gambar Animasi Terhadap Pengembangan Afektif Siswa” dapat terselesaikan oleh penulis yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan pada program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan serta rasa hormat kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

2. Bapak H. Nurrochim, MM. Ketua Jurusan Pendidikan IPS dan Penasehat Akademik

3. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. Seketaris Jurusan Pendidikan IPS

4. Bapak Yudhi Munadi, MA, Dosen pembimbing yang tidak henti-hentinya memberikan motivasi dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta telah meluangkan waktu dan penuh kesabaran dalam membimbing. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan beliau. Amin. 5. Bapak kepala sekolah SMPI Al-Ikhlas H. Prasetyo. Yang telah memberikan

tempat bagi penulis melakukan penelitian.

6. Ika Sobariah, S.Pd, Guru bidang studi IPS di SMPI Al-Ikhlas yang telah memberikan masukan dan informasi kepada penulis.


(9)

8. Pimpinan Perpustakaan Tarbiyah dan Keguruan serta Perpustakaan Utama Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan peminjaman buku referensi bagi penulis menyelesaikan skripsi.

9. Perpustakaan SMPI Al-Ikhlas, yang telah memberikan peminjaman buku referensi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi.

10.Kepada dosen-dosen Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan IPS yang telah memberikan dan mengajarkan banyak ilmu kepada penulis.

11.Kedua Orang tua yang tercinta, Ayahanda (Rameli) dan Ibunda (Asmah), yang telah memotivasi memberikan segenap hidupnya untuk membesarkan, mendidik, dan mendukung penulis dalam setiap keadaan dengan segala cinta dan kasih sayangnya.

12.Keluarga besar Bapak Drs. Zahruddin dan Royani S.Ag. Khusus kakak Royani yang telah memberikan moral dan materil kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan sekolah sampai ke perguruan tinggi. Semoga Allah SWT membalasnya dengan pahala yang berlipat. Amin...

13.Penulis memanjatkan doa kepada kakek alm. H. Semat semoga amal ibadahnya diterima disisi Allah SWT, dan skripsi ini penulis persembahkan untuk beliau.

14.Kepada kakak dan adik tercinta terima kasih telah memotivasi penulis dan menemani penulis dalam duka dan senang.

15.Kepada teman-teman seperjuangan Ina, Dje, Dyana, Chue, dan Putri, terima kasih telah menemani penulis dalam duka maupun senang. Dan penulis tidak akan melupakan masa-masa berkumpul di masjid Fatullah.

16.BJ rental yang telah membantu penulis mengedit skripsi dan memotivasi, terima kasih banyak.

17.Rekan – rekan P.IPS angakatan 2006, yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas motivasi, dukungannya. Semoga Allah SWT membalasnya dengan kebaikan yang melimpah.


(10)

  v umumnya.

Alhamdulillahirrobil’amin

Wassalamu’alaikum warohmatullahiwabarokatuh

Jakarta, Desember 2010


(11)

LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Media Gambar Animasi ... 7

1. Pengertian Media Pembelajaran ... 7

2. Manfaat Media Pembelajaran Sosial ... 9

3. Pengertian Media Gambar Animasi ... 10

4. Fungsi Media Gambar Animasi ... 13

5. Macam-macam Media Gambar Animasi ... 15

6. Media Gambar Animasi sebagai Media Pembelajaran ... 17

7. Efektivitas Media Gambar Animasi ... 18

B. Tingkatan Ranah Afektif dalam Proses Pembelajaran ... 20

1. Pengertian Afektif ... 20

2. Tingkatan Ranah Afektif menurut beberapa Ahli ... 24

3. Karakteristik Afektif ... 34


(12)

2. Lokasi Penelitian ... 38

3. Pengumpulan Data ... 40

4. Validitas Data ... 41

5. Pengolahan dan Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Interaksi Siswa dengan Berbagai Sumber Belajar di Sekolah ... 43

1. Ketersediaan Sumber Belajar dan Keterlibatan Siswa dalam Pengadaannya ... 43

2. Kesempatan Siswa Dalam Mengakses Sumber Belajar ... 46

3. Interaksi Siswa Dengan Berbagai Sumber Belajar ... 47

B. Situasi Proses Pembelajaran Berbantuan Media Gambar Animasi ... 49

1. Kegiatan Pendahuluan Pembelajaran ... 49

2. Kegiatan Inti Pembelajaran ... 50

3. Kegiatan Penutup Pembelajaran ... 52

C. Gejala-gejala Psikologis-Afektif Siswa Pada Saat dan Setelah Mereka Mengikuti Pembelajaran Berbantuan Media Gambar Animasi ... 54

1. Penerimaan Siswa Terhadap Berbantuan Media Gambar Animasi ... 54

2. Reaksi Siswa Terhadap Pembelajaran Berbantuan Media Gambar Animasi ... 56

3. Karakteristik Afektif Siswa Setelah Mengikuti Pembelajaran Berbantuan Media Gambar Animasi ... 57

a. Sikap ... 57

b. Minat ... 59

c. Konsep Diri ... 60


(13)

  vii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 64 B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN - LAMPIRAN


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi seperti ini, kemajuan suatu bangsa salah satunya ditentukan oleh kemajuan di bidang pendidikan. Orang akan mampu berpikir kritis dan konseptual jika memiliki pendidikan yang baik.

Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah “proses komunikasi. Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan dunia komunikasi tersendiri dimana guru atau dosen dan siswa atau mahasiswanya bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian. Komunikasi sering timbul dan terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien, antara lain disebabkan oleh adanya kecendrungan verbalisme, ketidaksiapan siswa atau mahasiswa, kurangnya minat dan kegairahan dan sebagainya”.1

“Tingkat pertama manusia memperoleh pengalaman melalui kata-kata. Pada tingkat ini kata-kata merupakan alat informasi yang utama. Proses belajar mengajar pada level ini, guru menyampaikan informasi kepada siswa hanya dengan berbicara. Keterbatasan komunikasi dengan kata-kata sering menimbulkan kesulitan dalam menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa. Kadang-kadang

      

1

Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, ( Jakarta : Rineka Cipta, 1997), h. 1. 


(15)

guru tidak sadar sehingga maju terus dengan kata-kata yang diucapkannya tanpa memperhatikan siswa sehingga cendrung terjadinya verbalisme (serba kata)”.2

Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat proses komunikasi, yaitu hambatan biologis dan psikologis. Penghambat biologis yang bersifat fisik seperti sakit. Seseorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang diterima melalui inderanya tidak dapat diteruskan ke otak.

“Begitu pula siswa yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah capek, ngantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang dan pikirannya terganggu. Karena hal-hal ini maka penerimaan dan respon pelajaran berkurang. Syaraf otak tidak mampu bekerja secara optimal memproses, mengelola dan mengorganisasikan bahan pelajaran melalui inderanya, hal seperti inilah yang menyebabkan siswa mempunyai ketidaksiapan menerima pelajaran secara optimal”.3 Maka gurulah yang harus bisa menghidupkan suasana kelas menjadi aktif agar tidak terjadinya verbalisme (serba kata).

Kehadiran media pembelajaran merupakan alat bantu bagi guru dalam penyampaian materi pelajaran. Penggunaan media pembelajaran yang bervariasi, maka penjelasan guru akan lebih visualistik, lebih menarik dan siswa dapat pengalaman baru.

“Media pembelajaran adalah alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu berupa saran yang dapat memberikan pengalaman visual kepada peserta didik dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit serta mudah dipahami”.4

Mengingat perkembangan pendidikan dewasa ini, media pembelajaran memiliki jenis media yang digunakan oleh sekolah umumnya, diantaranya media visual (penglihatan), media audio (pendengaran), dan audio visual memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya masing-masing media       

2

Asnawir, dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta : cipuatat Press,2002), h. 5. 

3

M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1996),h. 231 

4


(16)

mempunyai karakteristik yang berbeda- beda. Untuk itu perlu memilihnya dengan cermat dan benar agar dapat digunakan secara tepat guna.

Pembelajaran IPS Terpadu adalah sebagai salah satu pelajaran yang penyampaiannya lebih mudah dengan menggunakan media, dengan demikian penelitian ini penulis menggunakan media gambar yang disajikan berisi tentang materi usaha dan daya dengan ilustrasi-ilustrasi gambar animasi.

Gambar yang biasa digunakan tentu yang ada hubungannya dengan pelajaran atau permasalahan yang sedang dihadapi. Guru dapat mengarahkan minat peserta didik yang sedang melihat gambar untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang timbul dalam pikirannya. Gambar harus dapat merangsang perhatian peserta didik agar dapat memahami dan mampu menciptakan argumen dari gambar yang dilihatnya, sehingga dari sebuah gambar dapat lahir ide-ide kreatif peserta didik tentang permasalahan yang dibicarakan.

Gambar Animasi adalah “suatu rangkaian gambar diam dengan jumlah yang banyak, bila kita proyeksikan akan terlihat seolah - olah hidup (bergerak), seperti yang pernah kita lihat film - film kartun di televisi maupun dilayar lebar. Jadi Animasi kita simpulkan menghidupkan benda diam diproyeksikan menjadi bergerak”.5

Penjelasan yang disampaikan dari guru diharapkan siswa dapat memahami suatu pelajaran. Untuk mendukung proses pembelajaran yang efektif, kreatif, inovatif, dan efisien maka penggunaan media pembelajaran sangat berperan dalam mengembangkan afektif siswa salah satunya dengan berbentuk gambar animasi.

Tantangan bagi sekolah untuk bisa menciptakan anak didik yang mengenal dan mampu mengatasi ketertinggalan akan ilmu pengetahuan umum dan pengetahuan agama dan juga teknologi. SMPI Al – Ikhlas Cipete Jakarta Selatan adalah “salah satu sekolah yang telah mengenalkan mata pelajaran tertentu telah dikenalkan dengan pembelajaran multimedia. Hal ini dipandang perlu karena

      

5


(17)

SMPI Al– Ikhlas Jakarta Selatan telah ditetapkan sebagai Rintisan Sekolah Berbasis Internasional (RSBI) ( SK DEPDIKNAS No. 1880/C3/DS/2008)”.6

Atas dasar pemikiran seperti itulah, maka penulis memilih judul skripsi :

EFEKTIVITAS MEDIA GAMBAR ANIMASI TERHADAP PENGEMBANGAN AFEKTIF SISWA DI SMPI AL-IKHLAS CIPETE”.

B. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana efektivitas media gambar animasi terhadap pengembangan afektif siswa ?

2. Bagaimana penggunaan media mampu mengembangkan afektif siswa ?

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi di atas banyak permasalahan yang berkenaan dengan penggunaan media, mengingat keterbatasan peneliti dalam hal waktu, biaya dan tenaga, maka penelitian ini yang berjudul efektivitas media gambar animasi terhadap pengembangan afektif siswa di SMPI AL-IKHLAS, ini hanya dibatasi pada efektivitas media gambar yang berbentuk animasi terhadap pengembangan afektif siswa.

Adapun yang dimaksud dengan media gambar animasi adalah sebuah pesan pembelajaran yang disampaikan melalui saluran gambar animasi yang tertuang dalam simbol-simbol komunikasi gambar gerak. Pada penelitian ini media visual animasi dimaksud akan menggunakan CD Interaktif tentang atmosfer dan hidrosfer. Atmosfer dan hidrosfer adalah materi yang membahas tentang gejala-gejala alam yang terjadi misalnya cuaca, iklim, tipe hujan, air, suhu, macam-macam angin, dan laut. Atmosfer dan hidrosfer adalah materi pada mata pelajaran Geografi kelas VII, Semester II.

      

6

Hasil Observasi di SMPI IKHLAS, Spanduk yang terdapat di depan SMPI AL-IKHLAS 


(18)

Sedangkan yang dimaksud efektivitas media gambar animasi adalah keberhasilan pembelajaran dalam pencapaian tujuan melalui komunikasi pembelajaran dengan menggunakan media gambar animasi, yang didasarkan pada pemikiran bahwa proses pembelajaran adalah proses komunikasi. Proses pembelajaran yang efektif tergantung pada efektivitas komunikasi yang dibangun oleh guru dan pembelajaran tersebut.

Kemudian yang dimaksud dengan pengembangan afektif siswa adalah kemampuan yang berhubungan dengan perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai.

Menurut psikologi, sikap dan minat adalah merupakan pola reaksi individu terhadap sesuatu stimulus atau lingkungan. Sikap dan minat merupakan faktor psikologis yang akan mempengaruhi belajar. Dalam hal ini sikap yang akan menunjang belajar seseorang ialah “sikap positif (menerima atau suka) terhadap bahan atau mata pelajaran yang akan dipelajari”.7

Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap dapat bersifat positif dan dapat bersifat negatif. Sikap positif, cenderung tindakan mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu. Sikap negatif, cenderung tindakan menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu. Sikap adalah “kecenderungan untuk bereaksi secara tertentu terhadap hal-hal tertentu”. 8

Melalui sikap, kita memahami proses kesadaran yang menentukan tindakan nyata dan yang tindakan yang mungkin dilakukan individu dalam kehidupan sosialnya.

Thomas dan Znaniecki (1920) menegaskan bahwa “sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu (purely psychic inner state), tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual. Artinya proses ini terjadi secara subjektif dan unik pada diri setiap individu. Keunikan ini dapat terjadi oleh adanya perbedaan individual yang

       7

 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya,2007), hal. 83-84 

8


(19)

       

berasal dari nilai-nilai dan norma yang ingin dipertahankan dan dikelola oleh Individu”.9

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan, perumusan penelitian ini dalam bentuk mayor research question untuk memudahkan dalam menjawab pertanyaan di atas di bawah ini akan diuraikan minor research question sebagai berikut :

1. Bagaimana situasi proses pembelajaran berbantuan media gambar animasi 2. Bagaimana gejala-gejala psikologis – afektif pada saat dan setelah siswa

mengikuti pembelajaran berbantuan media gambar animasi

E. Tujuan dan Manfaat

Tujuan penelitian ini adalah memperoleh informasi mengenai pengembangan afeksi siswa melalui pembelajaran berbantuan media gambar animasi. Di samping itu secara spesifik juga untuk mengetahui bagaimana situasi proses pembelajaran berbantuan media gambar animasi dan bagaimana gejala-gejala psikologis-afektif pada saat dan setelah siswa mengikuti pembelajaran berbantuan media gambar animasi. Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi instansi sekolah, sebagai sumbangan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan sekolah, dalam pelaksanaan atau menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar menuju tercapainya tujuan yang diharapkan

2. Menarik perhatian peserta didik supaya lebih giat lagi membaca pelajaran IPS Terpadu yang disaji berbentuk gambar animasi

3. Guru, khususnya guru dibidang studi IPS sebagai bahan informasi dalam menentukan jenis media yang digunakan pada proses belajar mengajar

 

9


(20)

BAB II

KAJIAN TEORITIS A. Media Gambar Animasi

1. Pengertian Media Pembelajaran

Ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena dalam proses pendidikan terdapat komunikator, komunikan, dan pesan (mesange), yakni sebagai komponen-komponen komunikasi. Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata latin communication, yang berarti pemberitahuan, pemberian bagian (dalam sesuatu), pertukaran, si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya, ikut mengambil bagian. Sumber-sumber belajar selain guru inilah yang disebut sebagai penyalur atau penghubung pesan ajar yang diadakan dan atau diciptakan secara terencana oleh para guru atau pendidik, biasanya dikenal sebagai “media pembelajaran’. Dengan demikian, komponen-komponen komunikasi pembelajaran menjadi “komunikator, komunikan, pesan, dan media”.1

Media berasal dari bahasa latin “medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah “perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan”.2

Pada tahun 1982 Heinich dan kawan-kawan mengemukakan istilah medium sebagai perantara. Jadi televisi, film, foto, radio, rekaman audio,       

1

Yudhi Munadi , Media Pembelajaran, (Jakarta :Gaung Persada Press, 2008), hal.2-6

2

Arief Sadiman, dkk, Media Pendidikan Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta : PT Raja Grafindo,2003) h. 6.


(21)

gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan adalah “media komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran”.3

Atwi Suparman dalam kutipan Pupuh Faturrohman mendefinisikan, “media merupakan alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan”.4

Sebagaimana dalam buku Asnawir dan Basyiruddin Usman “Association For Education and Communication (AECT), mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Nation Education Association (NEA) mendefinisikan sebagai benda yang dapat dimanipulasi, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang digunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar dan dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional.5

Gagne dalam kutipan Arief S Sadiman menyatakan bahwa “media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Bringgs berpendapat bahwa media adalah segala fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang peserta didik untuk belajar”.6

Ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh Ahmad Rohani tentang media pendidikan atau pengajar sebagai berikut :

a.Segala jenis sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan instruksional, mencakup media grafis, media yang digunakan alat penampil, peta, model, globe dan sebagainya.

      

3

Azhar Arsyad, Media Pendidikan, (Jakarta : Gramedia,2004), h.4.

4

Pupuh Faturrohman, dkk, Strategi Belajar Mengajar-Strategi Mewujudkan

Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, ( Bandung : PT Refika Aditama,2007), h. 65.

5

Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta : Ciputat Press, 2002), h. 11.

6

Arief Sadiman, dkk, Media Pendidikan Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya,… h. 6.


(22)

b.Perantara fisik untuk mencapai isi instruksional termasuk buku, film, video, tape sajian slide, guru dan perilaku non verbal. Dengan kata lain media instruksional mencakup perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware) yang berfungsi sebagai alat belajar atau alat bantu belajar.

c.Sarana pendidikan yang digunakan sebagi perantara, dengan menggunakan alat penampil dalam proses belajar mengajar untuk mempertinggi efektivitas dan efisien pencapaian tujuan instruksional meliputi kaset, audio slide, film strif, ohp, film, radio, tv dan lainnya.7

Media adalah “suatu ekstensi manusia yang memungkinkan mempengaruhi orang lain yang tidak mengadakan kontak langsung dengan dia. Sesuai dengan rumusan tersebut, media komunikasi mencakup surat-surat, televisi, film dan telepon, yang memungkinkan seseorang berkomunikasi dengan orang lain”. 8

Sebagaimana dalam bukunya Wina Sanjaya, Rossi dan Breidle, mengenukakan media pembelajaran adalah “seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya.”9

Dari beberapa pendapat para ahli media dapat disimpulkan bahwa media adalah alat bantu dalam proses pembelajaran agar tidak terjadi verbalisme (serba kata). Media juga dapat menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan.

2. Manfaat Media Pembelajaran Pengetahuan Sosial

Para ahli telah sepakat bahwa media pendidikan dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang dapat gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Ada dua alasan, mengapa media pendidikan dapat berkenaan dengan manfaat media pendidikan dalam proses belajar siswa antara lain :

      

7 Ahmad Rohani, Media Interusional Edukatif, (Jakarta : PT Rineka Cipta,2001), h. 3.

8

Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta : PT Renika Cipta, 1997), h. 246-247.

9

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, ( Jakarta : Kencana , 2008), h. 204.


(23)

1. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik.

2. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.

3. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendegarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

4. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.10

Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efesien. Akan tetapi, secara lebih khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci. Sebagaimana dalam buku Etin Solihatin, Kemp dan Dayton (1895) mengidentifiksi beberapa manfaat media dalam pembelajaran sebagai berikut :

a. Menyampaikan Materi Pelajaran Dapat Diseragamkan b. Proses Pembelajaran Menjadi Lebih Jelas dan Menarik c. Proses Pembelajaran Menjadi Lebih Interaktif

d. Efisiensi dalam Wktu dan Tenaga

e. Meningkatkan Kualitas Hasil Belajar Siswa

f. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja

g. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar

h. Mengubah peran guru kearah yang lebih positif dan produktif. 11

3. Pengertian Media Gambar Animasi

Definisi animasi diambil dari kamus Oxford (1) animate yang berarti yang hidup, (2) animate, mempunyai “arti memberikan kehidupan, (3) animated berarti yang hidup, (4) animation berarti kehidupan, proses pembuatan kartu-kartun yang hidup”.12

      

10

Harjanto, Perencanaan Pengajaran…..h. 243-244.

11

Etin Solihatin, Cooperative Learning analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta:: Bumi Aksara, 2008), hal. 23-25.

12


(24)

Jadi animasi film yang “seolah hidup, terbuat dari fotografi, gambaran, boneka, dan sebagainya dengan perbedaan tipis antarframes, untuk memberi kesan pergerakan saat diproyeksikan (The Little Oxford Dictionary 19). Animate yang merupakan kata kerja dari bahasa Inggris berarti memberi nyawa. Animasi bukan teknologi yang baru lagi dan telah digunakan dalam berbagai film-film menarik. Namun demikian perkembangannya di Indonesia berjalan lambat sekali. Dari sekian banyak film animasi tiga dimensi yang beredar hampir semuanya adalah buatan luar negeri, bahkan sebagian besar masyarakat tidak mengetahui adanya karya lokal. “13

Animasi “adalah suatu rangkaian gambar diam dengan jumlah yang banyak, bila kita proyeksikan akan terlihat seolah – olah hidup (bergerak), seperti yang pernah kita lihat film – film kartun di televisi maupun dilayar lebar. Jadi Animasi kita simpulkan menghidupkan benda diam diproyeksikan menjadi bergerak”.14

Sebagaimana dalam buku Azhar Arsyad, “Webster mendefinisikan grafis sebagai seni atau ilmu menggambar terutama diartikan untuk menggambar mekanik. Dalam penerapannya pada media visual, makna berkembang lebih luas bukan hanya sekedar gambar saja. Grafis berasal dari bahasa Yunani Grapikos yang artinya melukiskan atau menggambarkan dengan garis-garis sebagai kata sifat graphic diartikan sebagai penjelasan yang hidup, penjelasan yang kuat atau penyajian yang efektif “.15

Grafis atau gambar merupakan “alat visual yang penting dan mudah didapat. Penting sebab dapat memberi gambaran visual yang konkrit tentang masalah yang digambarkan. Gambar sangat penting digunakan dalam usaha memperjelas pengertian pada peserta didik. Peserta didik dapat menangkap ide atau informasi yang terkandung didalamnya dengan       

13

http://marinishadrina.blogspot.com/2009/10/pengertian-animasi.html,diakses 04/11/2010

14

http://mtholib.wordpress.com/2007/08/21/pengertian-animasi/ diakses 04/11/2010

15


(25)

jelas karena dengan menggunakan media gambar materi yang diajarkan menjadi lebih mudah dipahami oleh peserta didik sehingga sesuatu yang abstrak bagi peserta didik menjadi lebih konkrit dengan bantuan media gambar”. 16

Gambar yang bisa digunakan tentu yang ada hubungannya dengan pelajaran atau permasalahan yang sedang dihadapi. Guru harus dapat mengarahkan minat peserta didik yang sedang melihat gambar untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam pikirannya. Gambar harus dapat merangsang perhatian peserta didik agar dapat memhami dan mampu menciptakan. Gambar dapat lahir ide-ide kreatif tentang permasalahan yang dibicarakan.

Adapun kelebihan-kelebihan media gambar sebagai berikut : a. Gambar bersifat konkrit

b. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu c. Gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita

d. Gambar dapat memperjelaskan suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman

Selain kelebihan-kelebihan tersebut, gambar mempunyai beberapa kelemahan yaitu :

a. Gambar hanya menekankan persepsi indera mata

b. Gambar benda yang terlalu komplek kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran

c. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

Gambar animasi adalah salah satu bentuk komunikasi grafis, yaitu suatu gambar interpretative yang menggunakan simbol-simbol untuk menanyakan sesuatu pesan secara cepat dan ringkas atau sesuatu sikap terhadap orang, situasi atau kejadian-kejadian tertentu.

 

      

16


(26)

4. Fungsi Media Gambar Animasi

Proses belajar mengajar hakikatnya adalah proses komunikasi, guru berperan sebagai pengantar pesan dan siswa sebagai penerima pesan. Pesan yang dikirimkan oleh guru berupa isi atau materi pelajaran yang dituangkan kedalam simbol-simbol komunikasi baik verbal (kata-kata dan tulisan) maupun nonverbal, proses ini dinamakan encoding. Penafsiran simbol-simbol komunikasi tersebut oleh siswa dinamakan “decoding. “17

Proses belajar mengajar terjadi pertukaran informasi, ide dan pikiran antara keduanya yang terkadang terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak berjalan efektif dan efisien. Untuk mengatasi kemungkinan diatas dapat digunakan “media pendidikan atau pembelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar, agar terjadi keserasian dalam penerimaan informasi”.18

a. Fungsi media sebagai sumber belajar

Secara teknis, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar. Dalam kalimat sumber belajar ini tersirat makna keaktifan, yakni sebagai penyalur, penyampai, penghubung dan lain-lain. Mudhoffir dalam bukunya yang berjudul prinsip-prinsip pengelolaan pusat sumber belajar (1992) menyebutkan bahwa “sumber belajar pada hakikatnya merupakan komponen sistem instruksional yang meliputi pesan,orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan, yang mana hal itu dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Dengan demikian sumber belajar dapat dipahami sebagai segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar”.19

Belajar mengajar adalah sumber suatu proses yang mengolah sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh setiap anak didik. Nilai-nilai itu       

17

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta : Kencana, 2008), h. 205

18

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,… h. 205 19 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran,….h. 37.


(27)

tidak datang dengan sendirinya, tetapi terambil dari berbagai sumber. Sumber belajar yang sesungguhnya banyak sekali terdapat di mana-mana, di sekolah, di halaman, di pusat kota, dan sebagainya. Dalam buku Syaiful Bahri Djamarah, Udin Saripuddin dan Winataputra mengelompokkan sumber-sumber belajar menjadi lima kategori, yaitu manusia, buku atau perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan. Karena itu, sumber belajar adalah “segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang”. 20

Dalam hal-hal tertentu media berfungsi mengatur langkah-langkah kemajuan serta memberikan umpan balik. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar mempunyai nilai-nilai praktis sebagai berikut :

a. Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki peserta didik

b. Media dapat mengatasi ruang kelas. Dalam hal ini media membantu kesukaran suatu terhadap objek yang terlalu besar atau kecil dan terlalu cepat atau lambat

c. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antar peserta didik dengan lingkungan

d. Media menghasilkan keseragaman pengamat. Pengamatan yang dilakukan peserta didik dapat dilakukan secara bersama di arahkan kepada hal-hal yang dianggap penting sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.21

Media digunakan dalam kegiatan pembelajaran karena memiliki kemampuan untuk menyajikan peristiwa yang kompleks dan rumit menjadi lebih sistematik dan sederhana, meningkatkan daya tarik, perhatian pembelajaran, dan meningkatkan sistematika pembelajaran.

b. Fungsi semantik

Yakni kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata (symbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami       

20

Syaiful Bahri Djamarah, dkk. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Rineka Cipta,2006), h. 122-123

21


(28)

anak didik (tidak verbalistik). Di muka telah disinggung bahwa bahasa meliputi lambang (symbol) dan isi (content) yakni pikiran dan atau perasaan yang keduanya telah menjadi totalitas pesan (messange), yag tidak dapat dipisahkan. Unsur dasar itu adalah “kata”. Kata atau kata-kata sudah jelas merupakan simbol verbal. Simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk atau dipandang sebagai wakil sesuatu lainnya.

c. Fungsi psikologi (afektif)

Fungsi afektif, yakni menggugah perasaan, emosi, dan tingkat penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu. Setiap orang memiliki gejala batin jiwa yang berisikan kualitas karakter dan kesadaran. Ia berwujud pencurahan perasaan minat, sikap penghargaan, nilai-nilai, dan perangkat emosi atau kecenderungan-kecenderungan batin. Perlu diingat bahwa “antara tingkah laku afektif dengan tingkah laku kognitif selalu berjalin erat. Pemisahan antara keduanya hanyalah perbedaan tekanan.”22 Jadi fungsi psikologi (afektif) adalah untuk mengetahui perasaan suka atau menerima, penolakan terhadap objek tertentu.

5. Macam-macam Media Gambar Animasi

Media merupakan salah satu rencana untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar (KBM). Karena banyaknya ragam media, maka masing-masing media mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Untuk itu perlu memilihnya dengan cermat dan tepat digunakan dengan baik dan benar.

Menurut Oemar Hamalik media pembelajaran diklasifikasikan menjadi 4 bagian, yaitu :

a. Alat-alat visual yang dapat dilihat misalnya film strip, transpransi, papan tulis, gambar-gambar, ilustrasi, chart, bulletin board, micro projection, grafika, poster, peta dan globe.

      

22


(29)

b. Alat-alat yang brsifat auditif atau hanya dapat didengar, missal transkip, elektrik, radio, phonograph record, rekaman pada tape recorder.

c. Alat-alat yang bisa dilihat dan didengar, missal film, dan televisi, benda-benda 3 dimensi yang biasanya dipertunjukan, missal model, specimen, bak pasir dan koleksi diorama.

d. Dramatisasi, bermain peran, sosiodrama, sandiwara boneka dan sebagainya. 23

Gerlach dan Ely mengemukakan 3 ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang memungkinkan guru efisien melakukannya, yaitu :

a. Ciri fiksatis (fiksative property)

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek.

b. Ciri manipulative (manipulative property)

Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif.

c. Ciri distributive (distributive property)

Ciri ini memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransformasi melalui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar peserta didik dengan stimulus pengalaman yang relative sama mengenai kejadian itu.24

Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam media auditif, visual dan media audiovisual. Media auditif adalah “media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam. Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar atau symbol yang bergerak seperti film strip (film rangkai), foto, gambar atau lukisan, cetakan. Sedangkan media audio visual merupakan media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan yang kedua”. 25

      

23

Oemar Hamalik, Media pembelajaran, ( Bandung : penerbit Alumni,2000), h.63.

24

Azhar Asyad, Media Pendidikan, (Jakarta : Gramedia,2004), h. 12.

25

Pupuh Fathurrohman, dkk. Strategi Belajar Mengajar-Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melaui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, ( Bandung : PT Refika Aditama,2007), h. 67-68.


(30)

Bila dilihat dari jenisnya, media yang mempunyai kemampuan yang lebih baik adalah media audio visual, karena media ini dapat menampilkan suara dan gambar yang dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap materi yang sedang diajarkan.

6. Media Gambar Animasi sebagai media Pembelajaran

Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi. Proses komunikasi ini harus diwujudkan melalui kegiatan penyampaian dan tukar menukar pesan atau informasi oleh setiap guru dan peserta didik. Yang dimaksud pesan dan informasi itu dapat berupa pengetahuan, keahlian, skill, ide pengalaman dan sebagainya. Agar proses komunikasi dapat berjalan dengan efektif dan efisien, maka seorang guru perlu mengenal tentang fungsi media pengajaran.

Asnawir dan M. Basyiruddin Usman mengemukakan tentang fungsi-fungsi media pembelajaran sebagai berikut:

1.Membantu memudahkan belajar bagi siswa atau mahasiswa dan membantu memudahkan mengajar bagi guru atau dosen.

2.Memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak dapat menjadi kongkret).

3.Menarik perhatian siswa lebih besar (jalannya pelajaran tidak membosankan).

4.Semua indera murid dapat di aktifkan. Kelemahan satu indera dapat diimbangi oleh indera lainnya.

5.Dapat membangkitkan dunia teori dengan realita.26

Yudhi Munadi mengemukakan bahwa ”media pengajaran hendaknya tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu atau peraga atau penggambaran (illustration), tetapi sekaligus sebagai sandi (code) untuk mengajak peserta didik berpikir tentang sesuatu, mendiskusikannya bersama, berdialog untuk menemukan kesimpulan dan jawaban mereka sendiri”. Dengan cara demikian, guru menjadikan sandi tersebut sebagai

      

26


(31)

sesuatu gambaran yang hidup (animation) tentang suatu kejadian, gejala atau permasalahan nyata tertentu”. 27

Berbagai kajian teoritik maupun empirik menunjukkan kegunaan media dalam pembelajaran sebagai berikut :

1. Media mampu memberikan rangsangan yang bervariasi kepada otak kita, sehingga otak kita dapat berfungsi secara optimal.

2. Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para siswa.

3. Media dapat melampui batas ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin untuk dialami secara langsung didalam kelas oleh para siswa.

4. Media menghasilkan keragaman pengamatan, dengan demikian memberikan pengalaman dan persepsi yang sama.

5. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dan lingkungannya.

6. Media membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar, seperti pemasangan gambar-gambar di papan temple, pemuataran film, mendengarkan rekaman atau radio dan lain-lain.

7. Media memberikan pengalaman yang integral atau menyeluruh dari sesuatu yang konkret maupun abstrak.

8. Media memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, pada tempat dan waktu serta kecepatan yang di tentukan sendiri.28

Dapat disimpulkan bahwa media yang ditampilkan oleh guru dapat membantu dalam proses pembelajaran dan media juga dapat memberikan pemahaman kepada siswa, serta media mampu membangkitkan motivasi belajar siswa dan merangsang untuk belajar dengan baik.

7. Efektivitas Media Gambar Animasi

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia efek berarti “akibat, pengaruh. Efektivitas adalah pengaruhnya, akibatnya atau kesannya.”29

      

27

Yudhi Munadi, Pendayagunaan Media Pengajaran dalam Berbagai Model Belajar, Didaktika Islamika : Jurnal Keislaman, Kependidikan dan Kebahasaaan. III (9 Oktober,2002), h. 81.

28

Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta : Pustekkom – Diknas, Kencana, 2004), h.458-459.

29

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1989), h. 218-219.


(32)

Kata efektif, menurut kamus kata serapan yang berarti akibat, hasil, tepat dan berguna. Jadi efektivitas mempunyai arti “keadaan berakibat atau mencapai hasil yang baik.”30

Dari uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa “efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, terbentuknya kompetensi, ketepatan waktu dan adanya partisipasi aktif dari anggota. Masalah efektivitas biasanya berkaitan erat dengan perbandingan antara tingkat pencapaian tujuan dengan rencana yang telah disusun sebelumya, atau perbandingan hasil nyata dengan hasil yang direncanakan.”31

Jadi efektivitas dalam pembelajaran yang menggunakan media dapat dilihat dari hasil belajar siswa sebelum, pada saat belajar dan setelah proses pembelajaran berlangsung dengan berbantuan media gambar animasi.

Penggunaan media gambar animasi yang efektif dalam proses belajar mengajar mempunyai nilai-nilai praktis, sebagai berikut:

1. Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa. Pengalaman masing-masing individu beragam karena kehidupan keluarga dan masyarakat sangat menentukan macam pengalaman yang dimiliki mereka.

2. Media dapat mengatasi ruang kelas. Banyak hal yang sukar untuk dialami secara langsung oleh siswa didalam kelas, seperti objek yang terlalu besar atau terlalu kecil gerakan-gerakan yang diamati terlalu cepat atau terlalu lambat, maka dengan melalui media akan dapat diatasi kesukaran tersebut.

3. Media menghasilkan keseragaman pengamatan. Pengamatan yang dilakukan siswa dapat secara bersama-sama diarahkan kepada hal-hal yang dianggap penting sesuai dengan yang ingin dicapai.

4. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, kongkret dan realistis.

      

30

Surawan Martinus, Kamus Kata Serapan, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), h.145.

31

E. Mulyasa, Implementasi KTSP Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, (Jakarta : Bumi Aksara,2009), h.173


(33)

5. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru. Dengan menggunakan media, horizon pengalaman anak semakin luas, persepsi semakin tajam dan konsep-konsep dengan sendirinya semakin lengkap, sehingga keinginan dan minat baru untuk belajar selalu timbul.

6. Media dapat membangkitkan pengalaman yang integral dari suatu yang kongkrit sampai kepada yang abstrak. Sebuah film tentang suatu benda atau kejadian yang tidak dapat dilihat secara langsung oleh siswa, akan dapat memberikan gambaran yang kongkrit tentang wujud, ukuran dan lokasi.32

Dengan adanya media dalam proses pembelajaran, dapat

membantu guru dalam menjelaskan materi pelajaran, juga dapat membangkitkan minat dan semangat belajar siswa menjadi besar. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan adanya media, siswa dapat pengalaman baru dalam belajar dan semangat dalam memahami suatu pelajaran yang diajarkan oleh guru.

B . Tingkatan Ranah Afektif Dalam Proses Pembelajaran 1. Pengertian Afektif

Dikutip dari kamus C.P. Chaplin “ attitude ( sikap atau pendirian) satu predisposisi atau kecenderungan yang relative stabil dan berlangsung terus-menerus untuk bertingkah laku atau mereaksi dengan satu cara tertentu terhadap pribadi lain, objek atau persoalan tertentu. 33

Kata afektif menurut Surawan Martinus dalam kata serapan berarti “bersifat, berhubungan dengan cinta kasih saying”.34 Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia afektif mempunyai arti berkenaan dengan perasaan (seperti takut, cinta), keadaan perasaan yang mempengaruhi keadaan

      

32

Arief S. Sadiman, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatnnya,... 99

33

C.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, ( Jakarta : PT RajaGrafindp Persada1997), h.14-15.

34

Surawan Martinus, Kamus Kata Serapan, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 15.


(34)

penyakit (tentang penyakit jiwa), gaya atau makna yang menunjukkan perasaan .35

Istilah sikap yang dalam bahasa Inggris disebut “attitude” pertama kali digunakan oleh Herbert Spencer (1862), yang menggunakan kata ini untuk menunjuk suatu status mental seseorang. Jadi sikap ialah suatu hal yang menentukan sikap sifat, hakekat, baik perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan datang.36

Dapat disimpulkan bahwa afektif dapat diartikan sebagai perilaku menerima, menghargai suatu objek. Afektif juga diartikan sebagai perbuatan yang positif dan negatif seseorang yang dapat dilihat dari perilaku individunya terhadap suatu objek tertentu.

Menurut M. Ngalim Purwanto, “ sikap atau yang dalam bahasa inggris disebut attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang, suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang terjadi.”37

Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari, dan sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan. Sikap ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa “sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru lebih banyak menilai ranah kognitif semata-mata. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu: penerimaan, jawaban atau reksi, penilaian, organisasi dan internalisasi”.38

      

35

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1989), h. 8

36

Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1991), h. 161 - 162

37

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1985), cet. 5, h. 141.

38

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta : PT Renika Cipta,2003), h. 188


(35)

Dapat disimpulkan bahwa afektif adalah reaksi individu terhadap apa yang dilihat atau apa yang sedang terjadi. Dengan ditandai dengan penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi, yang dilakukan oleh setiap individu.

Dikutip dari Ensiklopedi Psikologi “ sikap adalah nilai positif di dalam diri seseorang terhadap orang lain”. 39 Hasil belajar menurut Bloom (1976) mencakup prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil afektif. Andersen sependapat dengan Bloom bahwa karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia sebagai hasil belajar dalam bidang pendidikan.

Menurut Popham, ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu ikatan emosional sering diperlukan untuk membangun semangat kebersamaan, semangat persatuan, semangat nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya. Untuk itu semua dalam merancang program pembelajaran, satuan pendidikan harus memperhatikan ranah afektif. Sikap dapat didefinisikan “sebagai suatu predisposisi atau kecenderungan untuk melakukan suatu respon dengan cara-cara tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun objek-objek tertentu”. 40

      

39

Rom Harre dan Roger Lamb, Ensiklopedi Psikologi, (Jakarta : Arcan, 1996), h. 26.

40

Wayan Nurkancana dan P.P.N. Sumartana, Evaluasi Pendidikan, ( Surabaya : Usaha Nasional, 1986), hal 275.


(36)

Menurut Bruno, sikap (attitude) adalah “kecenderungan yang relative menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Dengan demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap suatu kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu”.41

Sikap adalah “kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Jadi sikap seseorang terhadap objek sikap tergantung kepada individu dalam menyikapi stimulus yang ditimbulkan”. 42

Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap menurut para ahli adalah sikap nilai positif yang dimiliki setiap individu baik dengan cara baik atau buruk untuk menerima terhadap objek tertentu.

Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor dipengaruhi oleh kondisi afektif peserta didik. Peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Walaupun para pendidik sadar akan hal ini, namun belum banyak tindakan yang dilakukan pendidik secara sistematik untuk meningkatkan minat peserta didik. Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dalam merancang program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran bagi peserta didik, pendidik harus memperhatikan “karakteristik afektif peserta didik”. 43

Jadi dapat disimpulkan bahwa, “sikap selalu berkenaan dengan objek, dan sikap terhadap objek ini disertai dengan perasaan positif dan negative. Orang mempunyai sikap positif terhadap suatu objek yang dianggapnya tidak bernilai atau merugikan. Orang yang memiliki sikap mampu untuk memilih secara tegas diantara beberapa kemungkinan. Sikap       

41

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 120.

42

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta : PT Bulan Bintang ,2000), Cet. Ke-8, h. 94.

43

http://www.idonbiu.com/2009/05/hakikat-pembelajaran-afektif.html diakses tgl 23/11/2010


(37)

yang dimiliki oleh seorang siswa memungkinkan siswa tersebut untuk bertindak sesuai dengan keyakinannya sesuai dengan objek yang disikapinya”.44

Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia sebagai hasil belajar dalam bidang pendidikan. Menurut Popham ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu ikatan emosional sering diperlukan untuk membangun semangat kebersamaan, semangat persatuan, semangat nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya. Untuk itu semua dalam merancang program pembelajaran, satuan pendidikan harus memperhatikan ranah afektif. “Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor dipengaruhi oleh kondisi afektif peserta didik. “45

Jadi ranah afektif dalam proses pembelajaran dapat disimpulkan adalah keberhasilan proses pembelajaran yaitu tergantung kondisi afektif peserta didik itu sendiri, karena peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang dalam mempelajari pelajaran tertentu, sehingga akan mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal.

2. Tingkatan Ranah Afektif Menurut Beberapa Ahli

Menurut Krathwohl (1961) bila ditelusuri hampir semua tujuan kognitif mempunyai komponen afektif. Dalam pembelajaran sains, misalnya, di dalamnya ada komponen sikap ilmiah. Sikap ilmiah adalah       

44

http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektif-dan-psikomotorik/ www.geogle diakses 01/05/2010

45


(38)

komponen afektif. Tingkatan ranah afektif menurut taksonomi Krathwohl ada lima, yaitu: “receiving (attending), responding, valuing, organization, dan characterization”.46

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam dan sebagainya.

Ranah afektif seperti yang dikembangkan oleh Krathwohl, Bloom, dan Masia, dalam garis besarnya sebagai berikut. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan :

a) Menerima (receiving)

Jenjang ini berhubungan dengan kesediaan atau kemauan siswa untuk ikut dalam fenomena atau stimulus khusus (kegiatan dalam kelas, musik, baca buku, dan sebagainya). Dipandang dari segi pengajaran, jenjang ini berhubungan dengan menimbulkan, mempertahankan, dan mengarahkan perhatian siswa. Hasil belajar dalam jenjang ini mulai dari kesadaran bahwa sesuatu itu ada sampai kepada minat khusus dari pihak siswa.

Receiving atau attending (menerima atau memperhatikan), adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran       

46

http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektif-dan-psikomotorik/ www.geogle diakses 01/05/2010


(39)

dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attending juga sering di beri pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang di ajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau mengidentifikasikan diri dengan nilai itu. Contah hasil belajar afektif jenjang receiving , misalnya: peserta didik bahwa disiplin wajib di tegakkan, sifat malas dan tidak disiplin harus disingkirkan jauh-jauh.47

b) Menjawab (responding)

Kemampuan ini bertalian dengan partisipasi siswa. Pada tingkat ini, siswa tidak hanya menghadiri suatu fenomena tertentu tetapi juga mereaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Hasil belajar dalam jenjang ini dapat menekankan kemauan untuk menjawab (misalnya secara sukarela membaca tanpa ditugaskan) atau kepuasan dalam menjawab (misalnya membaca untuk kenikmatan atau kegembiraan). Kecenderungan mereaksi atau sikap siswa terhadap sesuatu hal, orang atau benda dengan demikian bisa tiga kemungkinan, yaitu “suka (menerima atau senang), tidak suka (menolak atau tidak senang), dan sikap acuh tak acuh”.48

Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang receiving. Contoh hasil belajar ranah afektif responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih jauh atau menggali lebih dalam lagi, ajaran-ajaran Islam tentang kedisiplinan.

      

47

http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektif-dan-psikomotorik/ www.geogle diakses 01/05/2010

48


(40)

c) Menilai (valuting)

Jenjang ini bertalian dengan nilai yang dikenakan siswa terhadap suatu objek, fenomena, atau tingkah laku tertentu. Jenjang ini berjenjang mulai dari hanya sekadar penerimaan nilai (ingin memperbaiki keterampilan kelompok) sampai ketingkat komitmen yang lebih (menerima tanggung jawab untuk fungsi kelompok yang lebih efektif).

Valuing (menilai atau menghargai). Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan itu adalah baik, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai di camkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik. Contoh hasil belajar efektif jenjang valuting adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peseta didik untuk berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

d) Organisasi (organization)

Tingkat ini berhubungan dengan menyatukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan atau memecahkan konflik diantara nilai-nilai itu, dan mulai membentuk suatu system nilai yang konsisten secara internal. Jadi, memberikan penekanan pada membandingkan, menghubungkan dan mensistesiskan nilai-nilai. Hasil belajar bertalian dengan konseptualisasi suatu nilai (memperbaiki hubungan-hubungan


(41)

manusia) atau dengan organisasi suatu nilai (merencanakan suatu pekerjaan yang memenuhi kebutuhannya baik dalam hal keamanan ekonomis maupun pelayanan sosial).

Organization (mengatur atau mengorganisasikan), artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya. Contoh nilai efektif jenjang organization adalah “peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh bapak presiden Soeharto pada peringatan hari kemerdekaan nasional tahun 1995.”49

e) Karakteristik dengan suatu nilai atau kompleks nilai

Pada jenjang ini individu memiliki system nilai yang mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang cukup lama sehingga membentuk karakteristik pola hidup. Jadi, sikap adalah “keadaan mental dandasar dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu kepada objek dan situasi yang berkaitan dengannya.”50

Ada 5 (lima) tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.

1. Sikap

Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap       

49

http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektif-dan-psikomotorik/ www.geogle diakses 01/05/2010

50


(42)

sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.

Sikap terhadap objek tertentu yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan objek itu. Jadi, “sikap (attitude) bisa diterjemahkan dengan tepat sebagai sikap dan kesediaan bereaksi terhadap sesuatu hal. Sikap (attitude) senantiasa terarahkan kepada sesuatu hal, suatu objek. Tidak ada sikap (attitude) tanpa ada objeknya. “51

Menurut Fishbein dan Ajzen “sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran. Sikap peserta didik ini penting untuk ditingkatkan. Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, misalnya bahasa Inggris, harus lebih positif setelah peserta didik mengikuti pembelajaran bahasa Inggris dibanding sebelum mengikuti pembelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif”. 52

2. Minat

Menurut Getzel, minat “adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk       

51

W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, ( Bandung : PT Refika Aditama, 2004), H.160 – 161.

52

  http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektif-dan-psikomotorik/ www.geogle diakses 01/05/2010


(43)

memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia, minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi. Penilaian minat dapat digunakan untuk:

a. mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran,

b. mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya, c. pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik 3. Konsep Diri

Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi.

Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat.

4. Nilai

Nilai menurut Rokeach merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan. Target nilai cendrung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti


(44)

sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan juga negative. Selanjutnnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.

5. Moral

Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang perkembangan moral anak. Namun Kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara judgement moral dan tindakan moral. Ia hanya mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran respon verbal terhadap dilema hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana sesungguhnya seseorang bertindak. Ranah afektif lain yang penting adalah:

a. Kejujuran: peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam berinteraksi dengan orang lain.

b. Integritas: peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai, misalnya moral dan artistik.

c. Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan.

d. Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis memberi kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimal kepada semua orang.53

Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu “keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang”. 54

Sikap manusia telah didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli psikologi terkemuka. Berkowitz menemukan adanya lebih dari       

53

http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektif-dan-psikomotorik/ www.geogle diakses 01/05/2010

54

http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektif-dan-psikomotorik/ www.geogle diakses 01/05/2010


(45)

tigapuluh definisi sikap. Puluhan definisi ini pada umumnya dapat dimasukkan ke dalam salah-satu diantara tiga kerangka pemikiran. Kelompok pemikiran yang pertama diwakili oleh Louis Thurstone, Rensis Likert, dan Carles Osgood. Mereka mendefiniskan sikap sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Secara lebih spesifik, Thurstone memformulasikan sikap sebagai derajat efek positif atau efek negatif terhadap suatu objek psikologis. Pendapat serupa diungkapkan oleh ahli psikologi lain seperti Berkowitz. Berkowitz mengatakan bahwa “sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut”.55

Kelompok pemikiran kedua diwakili oleh para ahli psikologi sosial dan psikologi kepribadian seperti Chave, Bogardus, LaPiere, Mead, dan Gordon Alport, yang mana konsep mereka mengenai sikap lebih kompleks, tidak hanya sekedar reaksi perasaan semata. Menurut mereka sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu. Pendapat ini juga didukung oleh ahli psikologi lain seperti Gagne, Calhoun, Thomas, Znaniecki, dan Aiken.

LaPiere mendefinisikan sikap “sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial. Sedangkan Allport mengemukakan bahwa sikap “adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau berarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya”.56

Hal serupa diungkapkan oleh Gagne bahwa sikap merupakan keadaan kesiapan mental dan susunan syaraf, yang mempengaruhi atau yang dinamis terhadap respon individu atas semua obyek atau situasi yang       

55

 http://joegolan.wordpress.com/2009/04/13/pengertian-belajar/ diakses 25/05/2010

 

56

 http://joegolan.wordpress.com/2009/04/13/pengertian-belajar/ diakses 25/05/2010

   


(46)

berhubungan. Menurut Calhoun sikap adalah sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang objek tertentu dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut dengan cara tertentu.

Dalam istilah kecenderungan (predisposition), terkandung pengertian arah tindakan yang akan dilakukan seseorang berkenaan dengan suatu objek. Arah tersebut dapat bersifat mendekati atau menjauhi suatu objek (orang, benda, ide, lingkungan, dan lain-lain), dilandasi oleh perasaan penilaian individu yang bersangkutan terhadap objek-objek tersebut. Misalnya, ia menyukai atau tidak menyukainya, menyenangi atau tidak menyenanginya, menyetujui atau tidak menyetujuinya. Aiken mendefinisikan sikap “sebagai predisposisi atau kecenderungan yang dipelajari dari seorang individu untuk merespon secara positif atau negatif dengan intensitas yang moderat dan atau memadai terhadap objek, situasi, konsep, atau orang lain”.57

Kelompok pemikiran ketiga adalah kelompok yang berorientasi pada skema triadik (triadic scheme). Menurut kerangka pemikiran ini, sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi satu sama lain dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. 58

Menurut Azwar selain pembagian kerangka di atas, ada dua pendekatan baru dalam mendefinisikan sikap yang dikembangkan oleh para psikologi sosial mutakhir. Pendekatan yang pertama adalah yang memandang sikap sebagai kombinasi reaksi kognitif, afektif, dan perilaku terhadap suatu objek. Ketiga komponen ini secara bersama-sama mengorganisasikan sikap individu. Pendekatan kedua timbul dikarenakan adanya ketidakpuasan atas penjelasan mengenai inkonsistensi yang terjadi antara ketiga komponen kognisi, afeksi, dan konasi dalam membentuk sikap. Pengikut pendekatan ini memandang perlu untuk membatasi konsep sikap hanya pada aspek afektif saja. Definisi yang mereka ajukan       

57

http://joegolan.wordpress.com/2009/04/13/pengertian-belajar/ diakses 25/05/2010

58


(47)

mengatakan bahwa “sikap tidak lain adalah penilaian (afek) positif atau negatif terhadap suatu objek”.59

Dapat disimpulkan dari beberapa pendapat para ahli afektif adalah menurut mereka sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu. Mereka mendefinisikan sikap sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Secara lebih spesifik, ahli psikologi yang diwakili oleh Thurstone mendefinisikan sikap sebagai derajat efek positif atau efek negatif terhadap suatu objek psikologis.

Sedangkan Berkowitz mengatakan bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut. Dalam istilah kecenderungan (predisposition), yaitu arah tindakan yang akan dilakukan seseorang berkenaan dengan suatu objek. Arah tersebut dapat bersifat mendekati atau menjauhi suatu objek (orang, benda, ide, lingkungan, dan lain-lain), dilandasi oleh perasaan penilaian individu yang bersangkutan terhadap objek-objek tersebut.

Misalnya, ia menyukai atau tidak menyukainya, menyenangi atau tidak menyenanginya, menyetujui atau tidak menyetujuinya. Menurut kerangka pemikiran ini, sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi satu sama lain dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. Jadi dari semua definisi diatas adalah mereka mengatakan bahwa sikap tidak lain adalah penilaian (afek) positif atau negatif terhadap suatu objek.

3. Karakteristik Ranah Afektif

Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif. Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan.       

59


(48)

Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk. Misalnya senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif.

Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama, maka karakteristik afektif berada dalam suatu skala yang kontinum. Target mengacu pada objek, aktivitas atau arah ide dari perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik dari afektif yang ditinjau, ada beberapa kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi kesekolah, situasi sosial atau pembelajaran. Tiap unsur ini bias merupakan target kecemasan. Kadang-kadang target ini diketahui oleh seseorang namun kadang-kadang tidak diketahui. Sering kali peserta didik cendrung sadar bahwa kecemasannya adalah tes.

Pembelajaran afektif adalah strategi yang bukan hanya bertujuan untuk mencapai pendidikan kognitif saja, akan tetapi juga bertujuan untuk mencapai dimensi yang lainnya yaitu sikap dan keterampilan afektif berhubungan dengan volume yang sulit diukur karena menyangkut kesadaran seserorang yang tumbuh dari dalam, afeksi juga dapat muncul dalam kejadian behavioral yang diakibatkan proses pembelajaran yang dilakukan guru. Sikap afektif erat kaitannya dengan nilai yang dimiliki oleh seseorang, sikap “merupakan refleksi dari nilai yang dimiliki, oleh karenanya pendidikan sikap pada dasarnya adalah pendidikan nilai”.60

Keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak hanya akan membuahkan kecakapan kognitif, tetapi juga menghasilkan kecakapan ranah afektif. Peningkatan kecakapan afektif ini, antara lain, berupa “kesadaran beragama yang mantap”.61

      

60

Sofan Amri, dkk. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran, (Jakarta: Pestasi Pustaka,2010), 208-209

61


(49)

Dapat disimpulkan bahwa karakteristik afektif menurut pendapat para ahli adalah memilki dua kriteria yaitu pertama perilaku yang melibatkan perasaan individu dan emosi seseorang. Kedua, perilaku tipikal atau perilaku seseorang atau sifat yang dimiliki seseorang dalam menilai suatu objek tertentu.

Menurut para pakar psikologi sikap adalah sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Jadi dari semua definisi diatas adalah mereka mengatakan bahwa sikap tidak lain adalah penilaian (afek) positif atau negatif terhadap suatu objek.


(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan metodologi penelitian yang terdiri dari Pendekatan Penelitian, Lokasi Penelitian, Pengumpulan Data yang terdiri dari sumber data, jenis data, dan Cara dan alat Bantu Pengumpulan Data, Validitas Data, dan Pengolahan dan Analisis Data.

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif yang didasari oleh keinginan untuk mengetahui gejala-gejala psikologis-afektif siswa di saat dan setelah mengikuti pembelajaran berbantuan media gambar animasi. Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam masyarakat. Objek analisis dalam pendekatan kualitatif adalah ‘makna dari gejala-gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai kategorisasi tertentu”.1

Penelitian ini mengenai efektifitas media gambar animasi tehadap pengembangan afeksi siswa ini adalah suatu penelitian kualitatif. Moleong menyimpulkan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan

       1

Burhan Bugin, Sosiologi Komunikasi ( Teori Paradigma dan Diskusi Teknologi Komunikasi di Masyarakat), (Jakarta : Kencana, 2008), h. 302. 


(1)

Tabel 5

Data Ruang Belajar

5.

a) Data Ruang Belajar (Kelas)

Kondisi

Jumlah dan ukuran

Jml. Ruang lainnya yang digunakan untuk ruang kelas

Jumlah ruang yang digunakan untuk ruang

kelas Ukuran

7 x 9 m2 (a)

Ukuran

>63 m2

(b)

Ukuran

<63 m2

(c)

Jumlah (d) (a + b + c)

Baik 57,12 57,12 15

Rsk ringan Rsk sedang Rsk berat Rsk total

b) Data Ruang Belajar Lainnya

Jenis Ruangan Jumlah (buah)

Ukuran

(p x l) Kondisi

Jenis Ruangan

Jumlah (buah)

Ukuran

(p x l) Kondisi Perpustakaan 1 11 x 8 baik Lab. Bahasa 1 11 x 7 baik Lab. Biologi 1 11 x 5 baik Lab. Komp. 1 11 x 6 baik Ketrampilan 1 11 x 5 baik Lab. Fisika 1 11 x 5 baik Multimedia 1 9 x 5 baik Serbaguna 1 12 x 10 baik

Kesenian 2 11 x 5 baik

c) Data Ruang Kantor

Jenis Ruangan Jumlah (buah) Ukuran (p x l) Kondisi

Kepala Sekolah 1 8 x 4 baik

Wakil Kepala

Sekolah 1 7 x 4 baik

Guru 1 11 x 8 baik

Tata Usaha 1 7 x 6 baik

Tamu 3 5 x 3 baik

Tabel 6

Lapangan Olahraga dan Upacara

6.

Lapangan Olahraga dan Upacara

Lapangan Jumlah Ukuran Kondisi Keterangan

Basket 1 364 m2 Baik

Futsal 1 364 m2 Baik

Bulutangkis 2 270 m2 Baik


(2)

Tabel 7

Perabot (furniture) utama

7. Perabot (furniture) utama

a.

Perabot ruang kelas (belajar)

No

Jumlah ruang kelas

P E R A B O T Jumlah & kondisi meja

siswa

Jumlah & kondisi kursi

siswa Almari + rak buku/alat Papan Tulis

Jml Baik Rsk

.ri ng an R sk. se da n g Rsk . Berat

Jml Baik Rsk

.ri ng an R sk. se da n g Rsk . Berat

Jml Baik Rsk

.ri ng an R sk. se da n g Rsk . Berat

Jml Baik Rsk

.ri ng an R sk. se da n g Rsk . Berat

1 15 450 9 450 9 15 9 15 9

 

b.

Perabot ruang belajar lainnya

Ruang

P E R A B O T

Meja Kursi Almari + rak buku/alat Lainnya

Jml Baik Rsk

.ri ng an R sk. se da n g Rsk . Berat

Jml Baik Rsk

.ri ng an R sk. se da n g Rsk . Berat

Jml Baik Rsk

.ri ng an R sk. se da n g Rsk . Berat

Jml Baik Rsk

.ri ng an R sk. se da n g Rsk . Berat

Perpustakaan 20 9 40 9 15 9

Lab. IPA 6 9 40 9 10 9

Ketrampilan 40 4

Multimedia 40

Lab. Bahasa 40 9 40 9

Lab. Komputer 40 9 40 9

Serbaguna

Kesenian 20 9 20 9

PTD

Lainnya 8

c.

Perabot Ruang Kantor

Ruang

P E R A B O T

Meja Kursi Almari + rak buku/alat Lainnya

Jml Baik Rsk

.ri ng an R sk. se da n g Rsk . Berat

Jml Baik Rsk

.ri ng an R sk. se da n g Rsk . Berat

Jml Baik Rsk

.ri ng an R sk. se da n g Rsk . Berat

Jml Baik Rsk

.ri ng an R sk. se da n g Rsk . Berat

Kepala Sekolah 1 9 1 9 1 9

Wk. Kep.Sek. 3 9 3 9

Guru 32 9 32 9

Tata Usaha 3 9 7 9 4 9

Tamu 2 9 8 9


(3)

 

Tabel 8

Koleksi Buku Perpustakaan

8.

Koleksi Buku Perpustakaan

No JENIS Jumlah Kondisi

Rusak Baik

1 Buku siswa/pelajaran (semua mata

pelajaran) 12 9

2 Buku bacaan (misalnya novel, buku

ilmu pengetahuan dan teknologi, dsb.)

5.000 9

3 Buku referensi (misalnya kamus,

ensiklopedia, dsb.) 1.000 9

4 Jurnal

5 Majalah 5 9

6 Surat Kabar 3 9

7 Lainnya

TOTAL 6020

Tabel 9

Fasilitas Penunjang Perpustakaan

9.

Fasilitas Penunjang Perpustakaan

No Jenis Jumlah / Ukuran / Spesifikasi

1 Komputer 1

2 Ruang Baca 1

3 TV 2

4 LCD 4

5 VCD / DVD player 2

6 Lainnya 4

Tabel 10

Alat/Bahan di Laboratorium/Ruang Keterampilan/Ruang Multimedia

10.

Alat/Bahan di Laboratorium/Ruang Keterampilan/Ruang Multimedia

No Alat / Bahan

Jumlah, kualitas, dan kondisi alat/bahan

Jumlah Kualitas Kondisi

Kurang dari 25%

dr. keb.

25% - 50% dr.keb.

75% -

100% Kurang Cukup Baik

Sangat baik

Rusak berat

Rusak

ringan baik

1 Lab. IPA 9 9 9

2 Lab. Bahasa 9 9 9

3 Lab. Komp. 9 9 9

4 Ketrampilan 5 PTD

6 Kesenian 9 9 9


(4)

Tabel

11

Inventaris Laboratorium IPA

11.

Inventaris Laboratorium IPA

No. Jenis Jml

Kondisi Kualitas/Fungsi

Keterangan

Baik Buruk Layak Tidak

Layak

Prasarana

1 Ruang Praktek 1 1 9 -

2 Ruang Persiapan - - - - -

3 Ruang Penyimpanan alat dan bahan - - -

4 Ruang gudang' 2 2 - 9 -

5 Meja Laboratorium 14 14 - 9 -

6 Kursi Laboratorium 30 27 - 9 -

7 Wastafel 3 3 - 9 -

8 Saluran dan instalasi air bersih 1 - - 9 -

9 Saluran dan instalasi air kotor - - -

10 Saluran dan instalasi Listrik - - -

11 Sirkulasi Udara 5 - - 9 - AC B exos

12 Sistem Pencahayaan - - -

Alat Praktikum Fisika - - -

1 Kit Optik 4 4 - 9 -

2 Kit Listrik 4 4 - 9 -

3 Kit Mekanika 4 4 - 9 -

4 Kit Panas dan Hidrostatika 4 4 - 9 -

Tabel 12

Inventaris Peralatan Laboratorium Bahasa

12.

Inventaris Peralatan Laboratorium Bahasa

No. Jenis Jml

Kondisi Kualitas/Fungsi

Keterangan

Baik Buruk Layak Tidak

Layak

1 Master consule 1 √ - - -

2 Booth shiwa 40 √ - - -

3 Headset shiwa 40 √ - - -

4 Room speaker 2 √ - - -

5 TV 1 √ - - -

6 Komputer - - - -

7 Kursi Guru 1 √ - - -

8 Kursi Siswa 4 √ - - -

9 Almari/rak 4 √ - - -

10 Papan Tulis 1 √ - - -

11 AC/kipas angin/exhoust fan 2 √ - - -

Lainnya

CD 15 √ - - -


(5)

Tabel 13

Inventaris Laboratorium Komputer

13.

Iventaris Laboratorium Komputer

No. Jenis Jml

Kondisi Kualitas/Fungsi

Keterangan

Baik Buruk Layak Tidak

Layak

Prasarana

1 Ruang Praktek - - - - -

2 Ruang Persiapan - - - - -

3 Ruang Penyimpana - - - - -

4 Ruang Gudang - - - - -

5 Meja Laboratorium Komputer 40 - -

6 Kursi Laboratorium Komputer 40 - -

7 Saluran dan Instalasi Listrik 1 - -

8 Sirkulasi Udara 1 - -

9 Sistem Pencahayaan - - -

10 Komputer saling terhubunkan - - - -

dengan jaringan - - -

11 Jaringan Internet - - -

12 Ketersediaan Daya Listrik - - -

Alat Praktikum Komputer

1 Komputer - - - - -

a Intel Pentium I - - -

b Intel Pentium II - - -

c Intel Pentium III 30 -

d Intel Pentium IV 10 -

e Lainnya - - - - -

                         


(6)

Fasilitas dan Sarana SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan

Ruang kelas ber AC Lab. Biologi

Lab. Fisika          Ruang Keterampilan   

   

Studio music Ruang Audio Visual

Lab.bahasa      Perpustakaan Besar 

Lab. Komputer Masjid Al Ikhlas