Teori Kepuasan a. Hierarki Kebutuhan dari Abraham Maslow

3. Peluang dalam karir. 4. Sistem administrasi dan berbagai kebijakan. 5. Kondisi lingkungan kerja yang baik secara fisik maupun non fisik. 6. Pengelolaan kompensasi

1.5.1.5 Teori -Teori Motivasi Menurut Para Ahli

Secara umum teori motivasi dibagi dalam dua kategori yaitu teori kepuasan yang memusatkan perhatian pada kebutuhan dan sasaran tujuan, dan Teori Proses yang banyak berkaitan dengan bagaimana orang berperilaku dan mengapa mereka berperilaku dengan cara tertentu Uno, 2008:39.

1. Teori Kepuasan a. Hierarki Kebutuhan dari Abraham Maslow

Teori ini dipelopori oleh Abraham H. Moslow yang ditunagkan dalam bukunya Motivasi and Personalty. Dalam teori ini dikemukakan bahwa ada kebutuhan internal yang sangat mempengaruhi motivasi manusia dalam bekerja. Moslow berpendapat bahwa kebutuhan itu tersusun sebagai hierarki yang terdiri atas lima tingkatan kebutuhan dimana kebutuhan manusia tersebut sifatnya berjenjang, artinya bahwa jika kebutuhan pertama sudah terpenuhi, orang akan mencapai pemenuhan kebutuhan kedua, dan demikian dengan seterusnya. Hal ini yang menjadi dasar bagi Moslow dengan Universitas Sumatera Utara mengemukakan teori hierarki kebutuhan sebagai salah satu sebab timbulnya motivasi untuk bekerja lebih giat dalam diri pegawai. Abraham Moslow mengklasifikasikan tingkat kebutuhan pegawai dalam lima tingkatan : 1. Kebutuhan Fisiologis yaitu kebutuhan yang harus dipuaskan untuk dapat tetap hidup, seperti makanan, perumahan, pakaian, udara untuk bernafas dan sebagainya. Contoh, seorang pegawai yang setiap tahun dikejar-kejar mencari uang tambahan untuk menyewa perumahan baginya, maka kebutuhan akan rumah itu menempati rangking yang paling tinggi. Tidak bisa dipungkiri, pada awanya mayoritas dari aktivitas dari kehidupan manusia ini adalah untuk memenuhi kebutuhan fisik ini. 2. Kebutuhan akan rasa aman yaitu ketika kebutuhan fisiologis seseorang terpenuhi, perhatian dapat diarahkan kepada kebutuhan akan keselamatan. Keselamatan itu termasuk merasa aman dari setiap jenis ancaman fisik atau kehilangan, serta merasa terjamin. Kebutuhan ini muncul setelah kebutuhan pertama terpenuhi. Kebutuhan ini di indikasikan dengan aktivitas menabung uang untuk hari tua, menginginkan pekerjaan tetap dan status yang tetap, mengasuransikan diri, dan lain-lain. Dalam dunia kerja, pegawai menginginkan adanya jaminan sosial tenaga kerja, pensiun, perlengkapan keselamatan kerja, kepastian dalam status kepegawaian, dan lain-lain. 3. Kebutuhan social atau rasa memiliki yaitu kebutuhan untuk diterima dalam kelompok unit kerja, berafiliasi, berinteraksi serta rasa di cintai dan mencintai. Dalam hubungan dengan kebutuhan ini, pemimpin perlu menerima eksistensi atau keberadaan pegawai Universitas Sumatera Utara sebagai anggota kelompok kerja, melakukan interaksi kerja yang baik dan hubungan kerja yang harmonis. Dalam konteks sosial yang lebih luas, khususnya dalam masyarakat perkotaan, masalah sulitnya membangun rasa kebersamaan dalam masyarakt mungkin diakibatkan anggota masyarakat masuh harus bergulat dalam pemenuhan kebutuhan ini menjadi terppinggirkan.sering kita melihat seseorang masih kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan fisik kurang antusias terhadap kegiatan- kegiatan kelompok. .Organisasi yang pada intinya orang tersebut membutuhkan pergaulan dan berafiliasi dengan orang lain sebagai anggota masyarakat. 4. Kebutuhan akan penghargaan yaitu percaya diri dan harga diri maupun pengakuan orang lain. Dalam kaitannya dengan pekerjaan, hal ini berarti memiliki pekerjaan yang dapat diakui bermanfaat menyediakan sesuatu yang dapat dicapai, serta pengakuan umum dan kehormatan di dunia luar. Pemuasan kebutuhan akan penghargaan ini dapat menghasilkan perasaan-perasaan percaya akan dirinya, preestise, kekuasaan dan kontrol. Orang lain merasa bahwa merasa dirinya bermanfaat dan mempunyai pengaruh yang baik terhadap lingkungannya. Sebaliknya jika seseorang tidak bisa memenuhi kebutuhan ini lewat usaha perilaku yang konstruktif, padahal kebutuhan tersebut menduduki tingkat yang dominan, maka akan mengakibatkan perilaku yang merugikan dan tidak dewasa. Umpamanya pegawai tersebut menghalangi rencana organisasi, menyabot kebutuhan-kebutuhan dan kebijaksanaan atasan, atau menunjukkan sikap permusuhan. Dengan demikian dapat dipahami sekarang, bahwa kebutuhan akan penghargaan atau dihargai itu tidak mesti harus di usahakan lewat usaha-usaha yang konstruktif dan dewasa, melainkan dapat pula di usahakan lewat tindakan-tindakan yang Universitas Sumatera Utara tidak konstruktif dan kekanak-kanakan. Banyak dijumpai organisasi, bahwa masalah- masalah sosial di bidang kepegawaian itu hakikatnya ditimbulkan dan berakar dari rasa frustasi karena tidak terpenuhinya kebutuhan kebutuhan penghargaan ini. Maka adalah kewajiban bagi seorang yang mendapat kepercayaan sebagai pemimpin untuk senantiasa memperhatikan kebutuhan ini bagi karyawannya, agar masalah-masalah sosial seperti yang disebutkan tidak cenderung berlarut-larut dan merugikan organisasi. 5. Kebutuhan aktualisasi diri yaitu kebutuhan untuk mengembangkan diri dan potensi, mengemukakan ide-ide, memberikan penilaian, kritik dan berprestasi. Dalam hubungannya dengan kebutuhan ini, pemimpin perlu memberikan kesempatan kepada pegawai agar mereka dapat mengaktualisasikan diri secara baik dan wajar di perusahaan atau organisasi. Dalam memuaskan kebutuhan ini banyak cara yang dilakukan oleh seseorang, dan cara-cara tersebut berbeda antara satu orang dengan yang lain. Misalnya ada orang lain menginginkan menjadi seorang ibu yang ideal, orang lain menginginkan camat yang mampu memimpin kecamatannya dengan baik, atau seorang atlet berkeinginan selalu memecahkan rekor, dan banyak lagi. Semua keinginan ini memaksimalkan potensi yang dirasakan ada pada diri seseorang, dan dirasakan ia mampu mencapainya adalah perwujudan dari pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri.

b. Teori ERG Aldefer