IPA SMP KK F
61
kecap, sungguh-sungguh memberikan kemudahan kepada kita untuk mengolahnya. Di sisi lain, pemberitaan di mass media banyak pula
memberitakan tentang keracunan makanan atau minuman. Hampir setiap tahun kasus keracunan selalu ada dan angka kejadiannya pun cukup tinggi. Dari
seluruh kasus keracunan makanan yang ada, semua bersumber pada pengolahan makanan yang tidak higienis. Ironisnya makanan tidak higienis ini
banyak dijual di kantin sekolah dan banyak dikonsumsi peserta didik kita.
Dalam upaya memberikan pengetahuan kepada peserta didik kita agar memiliki kesadaran untuk hidup sehat, tentunya kita sendiri harus memiliki pengetahuan
yang cukup dan kesadaran yang tinggi akan bahaya bahan kimia yang ada pada makananpangan. Untuk memberikan informasi tentang hal tersebut, pada modul
ini akan dipaparkan hal-hal yang berkenaan dengan bahan tambahan makanan yang sering dikenal dengan BTM atau aditif makanan yang meliputi pengertian,
penggunaan, penggolongan, dan efek samping bahan tambahan makanan bagi kesehatan.
Dalam beberapa literatur dikemukakan beberapa singkatan dan istilah yang berhubungan dengan food additives, yaitu bahan tambahan, bahan tambahan
kimiawi, bahan tambahan pangan, bahan tambahan makanan, aditif makanan, zat aditif pangan, bahan penolong pengolahan makanan, atau aditif kimia. Istilah-
isitlah tersebut adalah sebagian dari sebutan bagi kelompok ingredien pangan yang dikenal sebagai food additives. Di dunia internasional atau di Indonesia
dikenal dengan sebutan Bahan Tambahan Pangan BTP. Dalam modul ini, digunakan dua istilah, yaitu bahan tambahan pangan dan bahan tambahan
makanan.
1. Pengertian Bahan Tambahan Pangan BTP dan Bahan Tambahan Makanan BTM
Undang-undang RI No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan khususnya pada Bab II Keamanan Pangan bagian kedua menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan Bahan Tambahan Pangan BTP adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan.
Kegiatan Pembelajaran 3
62
Di Indonesia Pemakaian BTP umumnya diatur oleh lembaga-lembaga seperti Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Ditjen
POM sedangkan di USA oleh Food and Drug Administration FDA. Peraturan mengenai pemakaian BTP berbeda di suatu negara dengan
negara lainnya. Meskipun demikian, ada usaha untuk mengharmoniskan peraturan tersebut, terutama berdasarkan penemuan-penemuan terbaru
mengenai keamanan BTP yang digunakan. Di Indonesia sendiri, peraturan tentang BTP dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan dan
pengawasannya dilakukan oleh Ditjen POM.
Bahan Tambahan Makanan BTM atau food additives adalah senyawa atau campuran berbagai senyawa yang sengaja ditambahkan ke
dalam makanan dan terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan danatau penyimpanan, dan bukan merupakan bahan ingredient
utama. BTM dan produk-produk degradasinya, biasanya tetap di dalam makanan, tetapi ada beberapa yang sengaja dipisahkan selama proses
pengolahan Permenkes 033 tahun 2012 dan Siagian, 2002:1. Penggunaan bahan tambahan makanan dalam produk pangan yang
tidak mempunyai resiko negatif terhadap kesehatan dapat dibenarkan.
2. Penggunaan BTP
Dalam Undang-undang RI Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dinyatakan bahwa penggunaan BTP dapat dibenarkan apabila: a
dimaksudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaannya dalam pengolahan, b tidak digunakan untuk menyembunyikan
penggunaan bahan yang salah atau tidak memenuhi persyaratan, c tidak untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan cara
produksi yang baik untuk makanan, dan d tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan pangan.
BTP tidak pernah bisa kita hindari karena dalam beberapa hal memang dibutuhkan dan tidak semua bahan tambahan pangan berbahaya atau
tidak bernilai gizi, beberapa di antaranya malah berguna bagi tubuh kita karena mengandung vitamin atau dapat mencegah kanker.