BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Fadillah 2010 melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Dengan Dukungan Sosial Sebagai Variabel
Moderating di PT. Coca Cola Amatil Jawa Tengah”. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 78 sampel yang dipilih melalui metode purposive sampling. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan kuesioner. Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi sederhana. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel stres kerja berpengaruh negatif terhadap kepuasan kerja karyawan, dan variabel antara hubungan stres kerja dengan dukungan sosial
berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja. Andriani 2009 melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Iklim
Organisasi dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan di PT. Bank Mandiri Persero Cabang Malang”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
secara langsung antara iklim organisasi dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan dan untuk menguji pengaruh iklim organisasi terhadap kinerja karyawan
secara tidak langsung melalui kepuasan kerja. Penelitian ini dilakukan di beberapa PT. Bank Mandiri Malang. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive
sampling, dengan kriteria Karyawan operasional dengan masa kerja minimal tiga
Universitas Sumatera Utara
tahun. Jumlah Sampel sebanyak 100 responden. Metode pengumpulan datanya adalah menggunakan kuesioner. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi
berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklim organisasi dan kepuasan kerja berpengaruh langsung secara positif terhadap kinerja.
2.2. Teori Tentang Stres Kerja 2.2.1. Pengertian Stres Kerja
Rivai 2005 menyatakan bahwa “Stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis yang mempengaruhi
emosi, proses berfikir, dan kondisi seorang karyawan”. Luthans 2002 menyatakan bahwa “Stres kerja adalah suatu kondisi yang
menyimpang yang dialami individu di lingkungan kerja dimana terjadi ketidakseimbangan antara kemampuan individu dengan tuntutan pekerjaan yang
dirasakan melebihi kemampuannya Menurut Handoko 2001 stres adalah “Suatu kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang. Hasilnya, stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan,
yang akhirnya mengganggu pelaksanaan tugas-tugasnya berarti mengganggu prestasi kerjanya. Biasanya stres semakin kuat apabila menghadapi masalah yang datangnya
bertubi-tubi. Hal ini merupakan indikasi bahwa begitu banyak stres yang dialami para pekerja, tidak seharusnya terjadi dan dapat dicegah. Pengendalian terhadap stres yang
disfungsional akan dapat membantu organisasi agar berjalan lebih efektif. Beberapa
Universitas Sumatera Utara
alasan di atas memberikan pemahaman bahwa stres yang dialami oleh individu- individu yang terlibat dalam suatu organisasi ternyata dapat membawa dampak yang
cukup besar bagi orang yang bersangkutan. Karena itu perlu dipahami sumber stres yang potensial dalam suatu organisasi agar dapat diupayakan pencegahan yang
diperlukan. Menurut
Munandar 2008, stres ditentukan pula oleh individunya sendiri.
Bentuk perilaku terhadap stres adalah hasil dari interaksi situasi dengan individunya, mencakup cirri-ciri kepribadian yang khusus dan pola-pola perilaku yang didasarkan
pada sikap, kebutuhan, nilai-nilai, pengalaman lalu, keadaan lingkungan, dan kecakapan. Tuntutan peran ganda umumnya dialami oleh wanita yang melibatkan diri
dalam lingkungan organisasi, yaitu sebagai wanita karir dan ibu rumah tangga sehingga lebih rentan mengalami stres yang dapat menyebabkan penderitaan psikis
berupa kecemasan dibandingkan dengan pria. Tuntutan pekerjaan, rumah tangga, dan ekonomi keluarga sangat berpotensi menyebabkan wanita karir rentan mengalami
stres. Interaksi karyawan dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya menghasilkan
barang atau jasa mendapatkan imbalan yang berdampak pada motivasi dan kepuasan kerjanya. Berdasarkan unjuk kerjanya, karyawan sebagai hasil atau akibat lain dari
proses bekerja, karyawan dapat mengalami stres, yang dapat berkembang menjadikan karyawan sakit, fisik dan mental, sehingga tidak dapat bekerja lagi secara optimal
Munandar, 2008.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Gejala Stres Kerja
Robbins 2006, mengelompokkan gejala stress kerja ke dalam 3 tiga aspek, yaitu :
a. Gejala Fisiologikal
Yang termasuk dalam simptom-simptom ini yaitu : 1
Sakit perut 2
Detak jantung meningkat dan sesak nafas 3
Tekanan darah meningkat 4
Sakit kepala 5
Serangan jantung Simptom-simptom pada fisiologikal memang tidak banyak ditampilkan, karena
menurut Robbins 2006 pada kenyataannya selain hal ini menjadi kontribusi terhadap kesukaran untuk mengukur stres kerja secara objektif. Hal yang lebih
menarik lagi adalah simptom fisiologikal hanya mempunyai sedikit keterkaitan untuk mempelajari perilaku organisasi. Berikut ini ada 2 dua kategori simptom dari stres
kerja yang lebih penting, yaitu : b.
Gejala Psikologikal Adapun simptom-simptomnya sebagai berikut :
1 Kecemasan
2 Ketegangan
3 Kebosanan
Universitas Sumatera Utara
4 Ketidakpuasan dalam bekerja
5 Irritabilitas
6 Menunda-nunda
Gejala-gejala psikis tersebut merupakan gejala yang paling sering dijumpai, dan diprediksikan dari terjadinya ketidakpuasan kerja. Pegawai kadang-kadang sudah
berusaha untuk mengurangi gejala yang timbul, namun menemui kegagalan sehingga menimbulkan keputusasaan yang seolah-olah terus dipelajari, yang biasanya disebut
dengan learned helplessness yang dapat mengarah pada gejala depresi BodnerMikuliner dalam Robbins, 2006.
c. Gejala Perilaku
Yang termasuk dalam simptom-simptom perilaku adalah : 1
Meningkatnya ketergantungan pada alcohol dan konsumsi rokok. 2
Melakukan sabotase dalam pekerjaan 3
Makan yang berlebihan ataupun mengurangi makan yang tidak wajar sebagai perilaku menarik diri.
4 Tingkat absensi meningkat dan performansi kerja menurun
5 Gelisah dan mengalami gangguan tidur
6 Berbicara cepat
Robbins 2006 mengatakan bahwa gejala psikologikal akibat stress kerja adalah ketidakpuasan kerja yang lebih ditunjukkan dengan kecemasan, ketegangan,
kebosanan, irritabilitas dan menunda-nunda.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3. Sumber-sumber Stres Kerja
Menurut Siagian 2005, pada dasarnya berbagai sumber stres dapat digolongkan yang berasal dari pekerjaan dan dari luar pekerjaan seseorang.
1. Sumber stres yang berasal dari pekerjaan
Berbagai hal yang dapat menjadi sumber stres yang berasal dari pekerjaan dapat beraneka ragam, seperti beban tugas yang terlalu berat, desakan waktu,
penyeliaan yang kurang baik, iklim kerja yang menimbulkan rasa tidak aman, kurangnya informasi dari umpan balik tentang prestasi kerja seseorang,
ketidakseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab, ketidakjelasan peranan karyawan dalam keseluruhan kegiatan organisasi, frustasi yang ditimbulkan oleh
intervensi pihak lain yang terlalu sering sehingga seseorang merasa terganggu konsentrasinya, konflik antar karyawan dengan pihak lain di dalam dan diluar
kelompok kerjanya, perbedaan sistem nilai yang dianut oleh karyawan dan yang dianut oleh organisasi, dan perubahan yang terjadi yang pada umumnya memang
menimbulkan rasa ketidakpastian. 2.
Sumber stres yang berasal dari lingkungan luar pekerjaan Situasi lingkungan di luar pekerjaan dapat menjadi sumber stres. Berbagai
masalah yang dihadapi oleh seseorang, seperti masalah keuangan, perilaku negatif anak-anak, kehidupan keluarga yang tidak atau kurang harmonis, pindah tempat
tinggal, ada anggota keluarga yang meninggal, kecelakaan, penyakit gawat adalah beberapa contoh sumber stres tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4. Penyebab Stres Kerja
Luthans 2002 menyebutkan bahwa penyebab stres stressor terdiri dari 4 empat hal utama, yakni :
1. Extra organizational stressors, yang terdiri dari perubahan sosialteknologi,
keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan, ras dan kelas, dan keadaan komunitastempat tinggal.
2. Organizational stressor, yang terdiri dari kebijakan organisasi, struktur
organisasi, keadaan fisik dalam organisasi, dan proses yang terjadi dalam organisasi.
3. Group stressors, yang terdiri dari kurangnya kebersamaan dalam grup, kurangnya
dukungan sosial, serta adanya konflik antar individu, interpersonal dan intergrup. 4.
Individual stressors, yang terdiri dari terjadinya konflik dan ketidakjelasan peran, serta disposisi individu seperti pola kepribadian Tipe A, kontrol personal, learned
helplessness, self-efficacy, dan daya tahan psikologis. Sedangkan menurut Greenberg 2002, faktor-faktor yang menyebabkan stres
kerja adalah sebagai berikut : 1.
Faktor stres kerja yang bersumber pada pekerjaan antara lain a.
Sumber intrinsik pada pekerjaan, yaitu meliputi kondisi kerja yang sangat sedikit menggunakan aktivitas fisik, beban kerja yang berlebihan, waktu kerja
yang menekan, resiko atau bahaya secara fisik.
Universitas Sumatera Utara
b. Peran di dalam organisasi, yaitu antara lain peran ambigu, konflik peran,
tanggungjawab kepada orang lain, konflik batasan-batasan re-organisasi conflicts reorganizational boundaries baik secara internal maupun eksternal.
c. Perkembangan karir, dapat terdiri dari promosi ke jenjang yang lebih tinggi
atau penurunan tingkat, tingkat keamanan kerja yang kurang, ambisi perkembangan karir yang mengalami hambatan.
d. Hubungan relasi di tempat kerja, meliputi antara lain kurangnya hubungan
relasi dengan pimpinan, rekan sekerja, atau dengan bawahan, serta kesulitan dalam mendelegasikan tanggungjawab.
e. Struktur organisasi dan iklim kerja, yaitu antara lain karena terlalu sedikit atau
bahkan tidak ada partisipasi dalam pembuatan keputusankebijakan, hambatan dalam perilaku misalnya karena anggaran, politik di tempat kerja, kurang
efektifnya konsultasi yang terjadi. 2.
Faktor stres kerja yang bersumber pada karakteristik individu antara lain : a.
Tingkat kecemasan b.
Tingkat neurotisme individu c.
Toleransi terhadap hal yang ambiguitasketidakjelasan d.
Pola tingkah laku tipe A 3.
Faktor stres kerja yang bersumber di luar organisasi, meliputi : a.
Masalah-masalah di dalam keluarga b.
Peristiwa krisis dalam kehidupan c.
Kesulitas secara finansial.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Cooper dan Alison 2003 terdapat 9 sembilan hal yang menjadi faktor stres kerja, yaitu :
1. Keterkaitan pekerjaan dengan kehidupan sosial atau keluarga, yaitu faktor
yang berhubungan dengan hubungan sosial dan keluarga pekerja, misalnya resiko kegagalan hubungan, sikap pasangan terhadap pekerjaan, kurangnya
kualitas hubungan dengan anak, tidak dapat menjalankan peran dalam keluarga dengan baik, tegangnya kehidupan sosial.
2. Karir dan penghargaan, yaitu faktor yang berhubungan dengan kemajuan
pekerjaan individu, misalnya kurangnya promosi, kemampuan tidak dihargaidikembangkan, kehilangan kesempatan, kurangnya dukungan sosial
kekhawatiran penurunan pendapatan dan tingkat pembayaran. 3.
Keamanan, yaitu faktor yang berhubungan dengan keselamatan kerja misalnya terjadi bencana, masalah fasilitas medis, perasaan tidak nyaman,
kondisi kerja, resiko kesalahan, permasalahan konsentrasi, dan kesesuaian pekerjaan.
4. Persoalan manajemen dan hubungan dengan rekan kerja, yaitu persoalan
hubungan dalam organisasi atau tempat kerja, misalnya apakah kerjasama, konselor, hubungan dengan atasan, ketidakpahaman instruksi, kesulitan untuk
fokus, dan tidak adanya kesesuaian karena bekerja terlalu lama.
Universitas Sumatera Utara
5. Lingkungan fisik tempat kerja, yaitu faktor yang berhubungan dengan
keadaan fisik lingkungan kerja, misalnya ketidaknyamanan lingkungan kerja akibat panas, getaran atau suara.
6. Lingkungan tempat tinggal, yaitu faktor yang berhubungan dengan kondisi
tempat tinggal, misalnya buruknya kualitas sirkulasi udara, terganggunya masa istirahat, tinggal dengan orang lain, gangguan akomodasi tempat tinggal,
dan berkurangnya ruang pribadi. 7.
Peran manajerial, yaitu faktor yang berhubungan dengan kebijakan manajemen, misalnya dipromosikan terlalu tinggi, iklim dan semangat
organisasi, dan keharusan mengerjakan atau mengawasi pekerjaan lain. 8.
Ergonomi, yaitu faktor yang berhubungan dengan masalah-masalah ergonomi, misalnya sering mengangkat benda-benda berat, berlari cepat, atau bekerja
dalam waktu lama. 9.
Struktur organisasi, yaitu faktor yang berhubungan dengan struktur dari organisasi tempat pekerja berada, misalnya pembagian waktu kerja, waktu
libur, dan kurangnya kebebasan. 2.2.5. Pendekatan Stres kerja
Terdapat dua pendekatan stres kerja, yaitu pendekatan individu dan perusahaan. Bagi individu penting dilakukan pendekatan karena stres dapat
mempengaruhi kehidupan, kesehatan, produktivitas dan penghasilan. Bagi perusahaan bukan saja karena alasan kemanusiaan, tetapi juga karena pengaruhnya
Universitas Sumatera Utara
terhadap prestasi semua aspek dan efektivitas dari perusahaan secara keseluruhan. Perbedaan pendekatan individu dengan pendekatan organisasi tidak dibedakan secara
tegas, pengurangan stres dapat dilakukan pada tingkat individu, organisasi maupun kedua-duanya Rivai, 2005.
1. Pendekatan individu meliputi :
a. Meningkatkan keimanan
b. Melakukan meditasi dan pernafasan
c. Melakukan kegiatan olah raga
d. Melakukan relaksasi
e. Dukungan sosial dari teman-teman dan keluarga
f. Menghindari kebiasaan rutin yang membosankan
2. Pendekatan perusahaan meliputi :
a. Melakukan perbaikan iklim organisasi
b. Melakukan perbaikan terhadap lingkungan fisik
c. Menyediakan sarana olagraga
d. Melakukan analisis dan kejelasan tugas
e. Meningkatkan partisipasi dalam proses pengambilan keputusan
f. Melakukan restrukturisasi tugas
g. Menerapkan konsep Manajemen Berdasarkan Sasaran
Universitas Sumatera Utara
2.2.6. Cara Mengatasi Stres Kerja
Menurut Mangkunegara 2005, ada 3 tiga pola dalam mengatasi stres kerja, yaitu :
1. Pola Sehat
Pola sehat adalah pola menghadapi stres yang terbaik yaitu dengan kemampuan mengelola perilaku dan tindakan sehingga adanya stres tidak menimbulkan
gangguan, akan tetapi menjadi lebih sehat dan berkembang. Pegawai yang tergolong kelompok ini biasanya mampu mengelola waktu dan kesibukan dengan
cara yang baik dan teratur sehingga ia tidak perlu merasa ada sesuatu yang menekan, meskipun sebenarnya tantangan dan tekanan cukup banyak.
2. Pola Harmonis
Pola harmonis adalah menghadapi stres dengan kemampuan mengelola waktu dan kegiatan secara harmonis dan tidak menimbulkan berbagai hambatan. Dalam pola
ini, individu mampu mengendalikan berbagai kesibukan dan tantangan dengan cara mengatur waktu secara teratur. Ia pun selalu menghadapi tugas secara tepat,
dan kalau perlu ia mendelegasikan tugas-tugas tertentu kepada orang lain dengan memberikan kepercayaan penuh. Dengan demikian, akan terjadi keharmonisan
dan keseimbangan antara tekanan yang diterima dengan reaksi yang diberikan. Demikian juga terhadap keharmonisan antara dirinya dengan lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
3. Pola Patologis
Pola patologis adalah pola menghadapi stres dengan berdampak berbagai gangguan fisik maupun sosial-psikologis. Dalam pola ini, individu akan
menghadapi berbagai tantangan dengan cara-cara yang tidak memiliki kemampuan dan keteraturan mengelola tugas dan waktu. Cara ini dapat
menimbulkan reaksi-reaksi yang berbahaya karena bisa menimbulkan berbagai masalah-masalah yang buruk.
2.3. Teori Tentang Iklim Organisasi
2.3.1. Pengertian Iklim Organisasi
Wirawan 2007 menyatakan bahwa “Iklim organisasi merupakan kualitas lingkungan internal yang secara relatif terus berlangsung, dialami oleh anggota
organisasi, mempengaruhi perilaku setiap anggotanya”. Vardi 2001 mendefinisikan bahwa iklim organisasi sebagai suatu konsep
atau gagasan multi faktor yang merupakan pencerminan dari fungsi-fungsi kunci organisasi atau tujuan-tujuan organisasi, seperti iklim yang kondusif atau iklim
pelayanan. Sedangkan menurut Forehand dan Glimer dalam Srivastav 2006 iklim organisasi adalah perpaduan dari karaktristik-karaktristik organisasi yang terintegrasi
secara konseptual. Karaktristik organisasi dijabarkan dalam keperibadian organisasi dan pengaruhnya terhadap motivasi dan tingkah laku dari anggota dalam suatu
organisasi.
Universitas Sumatera Utara
Definisi lain dikemukakan oleh Moran Volkwein dalam McMurray, et al 2004 mendefinisikan bahwa iklim organisasi sebagai sebagai persepsi kolektif
anggota organisasi tentang organisasinya dengan memperhatikan dimensi-dimensi seperti otonomi, kepercayaan trust, kekompakan cohesiveness, dukungan
support, pengenalan recognition, inovasi dan kewajaran fairness. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dinyatakan bahwa iklim
organisasi merupakan suatu konsep yang melukiskan sifat sebjektif atau kualitas lingkungan organisasi.
2.3.2. Dimensi Iklim Organisasi
Dimensi iklim organisasi adalah unsur, faktor, sifat atau karakteristik variabel iklim organisasi. Dimensi iklim organisasi terdiri atas beragam jenis dan berbeda
pada setiap organisasi. Studi yang dilakukan oleh para pakar iklim organisasi menunjukkan paling tidak 460 jenis lingkungan kerja dengan iklim organisasinya
sendiri-sendiri Wirawan, 2007. Menurut Wirawan 2007, iklim kerja sebuah organisasi dapat diukur melalui
7 tujuh dimensi sebagai berikut : a.
Keadaan lingkungan fisik tempat kerja, yaitu meliputi seperti tempat kerja, alat produksi.
b. Keadaan lingkungan sosial, yaitu meliputi hubungan atasan dan bawahan,
hubungan antar teman sekerja, sistem komunikasi, sistem kepemimpinan,
Universitas Sumatera Utara
kebersamaan, kerjasama dalam melaksanakan tugas, penghargaan terhadap kreativitas, saling mempercayai, dan humor.
c. Pelaksanaan sistem manajemen, yaitu meliputi strategi organisasi, karakteristik
organisasi, struktur organisasi, sistem birokrasi organisasi, distribusi kekuasaan, delegasi kekuasaan, proses pengambilan keputusan, alokasi sumber daya, standar
kerja, prosedur kerja, karakteristik pekerjaan, karakteristik peran, sistem imbalan, pengembangan karir, manajemen konflik.
d. Produk, yaitu meliputi proses produksi, jenis barang dan prosedur layanan
konsumen, jenis jasa dan prosedur penyajiannya. e.
Konsumen, klien, dan nasabah yang dilayani, yaitu meliputi jenis konsumen, perilaku konsumen, hubungan anggota organisasi dengan konsumen, sistem
layanan. f.
Kondisi fisik dan kejiwaan anggota organisasi, yaitu meliputi keenergetikan, kesehatan, komitmen, moral, kebersamaan, etos kerja, dan semangat kerja.
g. Budaya organisasi, yaitu meliputi pelaksanaan nilai-nilai, pelaksanaan norma,
kepercayaan dan filsafat, pelaksanaan kode etik, pelaksanaan seremoni, dan sejarah organisasi
Iklim organisasi mempengaruhi praktik dan kebijakan SDM yang diterima oleh anggota organisasi. Perlu diketahui bahwa setiap organisasi akan memiliki iklim
organisasi yang berbeda. Keanekaragaman pekerjaan yang dirancang di dalam organisasi atau sifat individu yang ada akan menggambarkan perbedaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Semua organisasi tentu memiliki strategi dalam mengelola SDM. Iklim organisasi yang terbuka memacu pegawai untuk mengutarakan kepentingan dan ketidakpuasan
tanpa adanya rasa takut akan tindakan balasan dan perhatian. Ketidakpuasan seperti itu ditangani dengan cara yang positif dan bijaksana.
Kelneer dalam Lila 2002 menyebutkan 6 enam dimensi iklim organisasi sebagai berikut :
1. Flexibility conformity
Fleksibilitas dan comfomity merupakan kondisi organisasi yang untuk memberikan keleluasaan bertindak bagi karyawan serta melakukan penyesuaian
diri terhadap tugas-tugas yang diberikan. Hal ini berkaitan dengan aturan yang ditetapkan organisasi, kebijakan dan prosedur yang ada. Penerimaan terhadap ide-
ide yang baru merupakan nilai pendukung di dalam mengembangkan iklim organisasi yang kondusif demi tercapainya tujuan organisasi.
2. Responsibility
Hal ini berkaitan dengan perasaan karyawan pelaksanaan tugas organisasi yang diemban, karena mereka terlibat di dalam proses yang sedang berjalan.
3. Standards
Perasaan karyawan tentang kondisi organisasi dimana manajemen memberikan perhatian kepada pelaksanaan tugas dengan baik, tujuan yang telah ditentukan
serta toleransi terhadap kesalahan atau hal-hal yang kurang sesuai atau kurang baik.
Universitas Sumatera Utara
4. Reward
Hal ini berkaitan dengan perasaan karyawan tentang penghargaan dan pengakuan atas kerja baik.
5. Clarity
Terkait dengan perasaan pegawai bahwa mereka mengetahui apa yang diharapkan dari mereka dengan pekerjaan, peranan dan tujuan organisasi.
6. Tema Commitment
Berkaitan dengan perasaan karyawan mengenai perasaan bangga mereka memiliki organisasi dan kesediaan untuk berusaha lebih saat dibutuhkan.
2.4. Teori Tentang Kepuasan Kerja 2.4.1. Pengertian Kepuasan Kerja
Dalam dunia kerja, kepuasan kerja merupakan hal yang sangat penting bagi setiap pekerja. Seorang pekerja yang merasa puas dalam pekerjaannya akan
membawa dampak yang positif dalam banyak hal, salah satunya adalah menurunnya keinginan untuk meninggalkan perusahaan.
Robbins 2007 mendefinisikan kepuasan kerja sebagai sikap umum individu terhadap pekerjaannya. Penilaian karyawan atas seberapa puas atau tidak puas dirinya
dengan pekerjaannya adalah perhitungan rumit dari sejumlah elemen pekerjaan yang sensitif. Sikap seseorang terhadap pekerjaan menggambarkan pengalaman yang
menyenangkan dan tidak menyenangkan juga harapan dimasa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
Jurges 2003 berpendapat bahwa kepuasan kerja adalah hasil yang penting dalam aktivitas pasar tenaga kerja. Upah hanya merupakan suatu dimensi yang
menjadi pilihan individu-individu selain keadilan pekerjaan mereka. Kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu mempunyai tingkat kepuasan
yang berbeda-beda. Kepuasan kerja sebagai efektivitas atau respons emosional terhadap aspek pekerjaan. Defenisi ini mengandung pengertian bahwa kepuasan kerja
bukanlah suatu konsep tunggal, sebaliknya seseorang dapat relatif puas dengan suatu aspek dari pekerjaannya dan tidak puas dengan salah satu atau beberapa aspek
lainnya. Kepuasan kerja adalah konsep atau gagasan sentral dalam psikologi
organisasi. Kepuasan kerja berhubungan dengan hubungan kerja dan hasil-hasil umum seperti kinerja pekerjaan, komitmen organisasi, keleluasaan beraktivitas
seperti tingkah laku kewargaan organisasi dan kepuasan hidup. Menurut Cohrs et al 2006 pendekatan situasional kepuasan kerja disebabkan atau merupakan refleksi
dari karaktristik suatu pekerjaan dan karaktristik pekerjaan yang lebih baik menjadikan kepuasan kerja yang lebih tinggi.
Robbins 2007 mengemukakan bahwa pendekatan yang paling banyak digunakan adalah peringkat global tunggal single global rating dan skor
perhitungan summary score yang terdiri dari sejumlah aspek pekerjaan. Metode peringkat global tunggal tidak lebih dari sekedar menanyai karyawan untuk
menanggapi pertanyaan. Pendekatan lainnya adalah dengan mengidentifikasi elemen- elemen pekerjaan tertentu dan menanyakan perasaan karyawan pada setiap elemen
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Faktor-faktor yang umumnya disertakan adalah suasana pekerjaan, pengawasan, tingkat upah saat ini, peluang promosi, dan hubungan dengan mitra
kerja. 2.4.2. Konsep Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja merupakan dambaan setiap individu yang sudah bekerja. Masing-masing karyawan memiliki tingkat kepuasan kerja yang berbeda dengan nilai
yang dianutnya. Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan karyawan maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan kerja
yang dirasakan dan demikian sebaliknya. Locke dalam Luthans 2006 memberikan definisi komprehensif dari
kepuasan kerja yang meliputi reaksi atau sifat kognitif, afektif, dan evaluatif dan menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah “keadaan emosi yang senang atau emosi
positif yang berasal dari penilaian pekerjaan atau pengalaman kerja seseorang”. Kepuasan kerja adalah hasil dari persepsi karyawan mengenai seberapa baik
pekerjaan mereka memberikan hal yang dinilai penting. Secara umum, kepuasan kerja adalah sikap yang paling penting dan sering dipelajari. Dari definisi tersebut
dapat diartikan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan emosi yang menyenangkan atau positif yang dihasilkan dari penilaian kerja seseorang atau pengalaman kerja.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Luthans 2006 ada tiga dimensi kepuasan kerja, yaitu : 1.
Kepuasan kerja merupakan suatu tanggapan emosional terhadap situasi kerja. 2.
Kepuasan kerja seringkali menentukan seberapa besar hasil yang akan dicapai atau diharapkan.
3. Kepuasan kerja mencerminkan sikap yang berhubungan dengan pekerjaan itu
sendiri.
2.4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja tidak hanya dipengaruhi oleh pekerjaan semata, melainkan juga faktor-faktor sosial dan diri individu karyawan itu sendiri. Kepuasan kerja
karyawan akan meningkatkan produktivitas. Adanya ketidakpuasan pada para karyawan dalam bekerja akan membawa akibat-akibat yang kurang menguntungkan
baik bagi perusahaan maupun bagi karyawan itu sendiri. Ketidakpuasan karyawan menurut Robbins 2007 dapat diungkapkan dalam
sejumlah cara atau dimensi sebagai berikut : 1.
Keluar dari pekerjaannya dan mencari pekerjaan di tempat lain. 2.
Bekerja dengan seenaknya misalnya terlambat datang, tidak masuk kerja, membuat kesalahan yang disengaja.
3. Membicarakan ketidakpuasannya kepada atasan dengan tujuan agar kondisi
tersebut dapat berubah. 4.
Menunggu dengan optimis dan percaya bahwa organisasi dan manajemennya dapat melakukan sesuatu yang terbaik.
Universitas Sumatera Utara
Dalam hubungan dengan stres, ketidakpuasan adalah sebagai akibat jangka pendek dari stres Williams, 2000. Sebab umum dan yang utama yang menyebabkan
stres kerja dan ketidakpuasan karyawan adalah pancaran dari pekerjaan itu sendiri, yang mana hubungan antar karyawan yang bersifat alami dan antar karyawan dengan
supervisor Barnet dan Brennan dalam Madlock, 2008. Korte dan Wyne 1996 dalam Madlock 2008 berpendapat bahwa terjadinya kemerosotan hubungan dalam
organisasi disebabkan karena menurunnya komunikasi antar karyawan anggota organisasi, antar sesama pekerja dan supervisor yang mempunyai hubungan negatif
dengan kepuasan kerja dan kadang dapat menyebabkan karyawan meninggalkan
pekerjaan.
Kepuasan merupakan sebuah hasil yang dirasakan oleh karyawan. Jika karyawan puas dengan pekerjaannya, maka karyawan akan betah bekerja pada
organisasi tersebut. Dengan mengerti output yang dihasilkan, maka perlu kita ketahui penyebab yang bisa mempengaruhi kepuasan tersebut. Ada 5 lima faktor penentu
kepuasan kerja yang disebut dengan Job Descriptive Index JDI Luthans dan Spector dalam Robbins, 2007, yaitu :
1. Pekerjaan itu sendiri
Tingkat dimana sebuah pekerjaan menyediakan tugas yang menyenangkan, kesempatan belajar dan kesempatan untuk mendapatkan tanggung jawab. Hal ini
menjadi sumber mayoritas kepuasan kerja. Menurut Locke, ciri-ciri intrinsik yang menentukan kepuasan kerja adalah keragaman, kesulitan, jumlah pekerjaan,
Universitas Sumatera Utara
tanggung jawab, otonomi, kendali terhadap metode kerja, kemajemukan, dan krativitas.
2. Gaji
Menurut penelitian Theriault, kepuasan kerja merupakan fungsi dari jumlah absolute dari gaji yang diterima, derajat sejauhmana gaji memenuhi harapan-
harapan tenaga kerja dan bagaimana gaji diberikan. Upah dan gaji diakui merupakan faktor yang signifikan terhadap kepuasan kerja.
3. Kesempatan atau promosi
Karyawan memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri dan memperluas pengalaman kerja, dengan terbukanya kesempatan untuk kenaikan jabatan.
4. Supervisor
Kemampuan supervisor untuk menyediakan bantuan teknis dan perilaku dukungan. Menurut Locke, hubungan fungsional dan hubungan keseluruhan
yang positif memberikan tingkat kepuasan kerja yang paling besar dengan atasan. 5.
Rekan kerja Kebutuhan dasar manusia untuk melakukan hubungan sosial akan terpenuhi
dengan adanya rekan kerja yang mendukung karyawan. Jika terjadi konflik dengan rekan kerja, maka akan berpengaruh pada tingkat kepuasan karyawan
terhadap pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
Ada dua komponen kepuasan kerja Mas’ud, 2004, yaitu : Pertama, kepuasan intrinsik meliputi variasi tugas, kesempatan berkembang, kesempatan menggunakan
kemampuan dan ketrampilan, otonomi, kepercayaan, pekerjaan yang menantang dan bermakna, dsb. Kedua, kepuasan ekstrinsik, meliputi : gaji upah yang diperoleh,
supervisi, jaminan kerja, status dan prestise. Mas’ud 2004 menyatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan kerja karyawan adalah sebagai berikut :
a. Faktor hubungan antar karyawan, meliputi : a Hubungan antara pimpinan dengan
karyawan, b Faktor fisik dan kondisi kerja, c Hubungan sosial diantara karyawan, d Sugesti dari teman sekerja, dan e Emosi dari situasi kerja.
b. Faktor individu, meliputi : a Sikap orang terhadap pekerjaannya, b Umur orang
sewaktu bekerja, dan c Jenis kelamin. c.
Faktor-faktor luar, meliputi : a Keadaan keluarga karyawan, b Rekreasi dan c Pendidikan dan Training.
Luthans 2006 mengemukakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh terhadap : 1.
Kinerja Karyawan yang tingkat kepuasannya tinggi, kinerja akan meningkat, walaupun
hasilnya tidak langsung. Ada beberapa variabel moderating yang menghubungkan antara kinerja dengan kepuasan kerja, terutama penghargaan. Jika karyawan
menerima penghargaan yang mereka anggap pantas mendapatkannya, dan puas, mungkin karyawan menghasilkan kinerja yang lebih besar.
Universitas Sumatera Utara
2. Pergantian Karyawan
Kepuasan kerja yang tinggi tidak akan membuat pergantian karyawan menjadi rendah, sebaliknya bila terdapat ketidakpuasan kerja, maka pergantian karyawan
mungkin akan tinggi.
2.5. Teori Tentang Kinerja
2.5.1. Pengertian Kinerja
Kinerja pegawai merupakan aspek yang penting dalam manajemen sumber daya manusia beberapa pengertian yang dikemukakan adalah sebagai berikut :
Sedarmayanti 2007 menyatakan bahwa “Kinerja merupakan sistem yang digunakan untuk menilai dan mengetahui apakah seorang karyawan telah
melaksanakan pekerjaannya secara keseluruhan, atau merupakan perpaduan dari hasil kerja apa yang harus dicapai seseorang dan kompetensi
bagaimana seseorang mencapainya”.
Selanjutnya Mangkunegara 2005 menyatakan bahwa “Kinerja Sumber Daya Manusia merupakan istilah dari kata Job Performance atau Actual
Performance Prestasi Kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawanpegawai dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Kustriyanto dalam Mangkunegara 2005 juga menyatakan bahwa kinerja
adalah perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu.
Selanjutnya Handoko 2001 menyatakan bahwa “Kinerja perfomance appraisal adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi
atau menilai prestasi kerja karyawan dimana dalam kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik
kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan menurut Simanjuntak 2005 kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu dalam hal ini mencakup kinerja individu, kinerja
kelompok, kinerja perusahaan yang dipengaruhi faktor intern dan ekstern. Menurut Mangkunegara 2005 kinerja dilihat dari hal kecepatan, kualitas, layanan dan nilai
maksudnya kecepatan dalam proses kerja yang memiliki kualitas yang terandalkan dan layanan yang baik dan memiliki nilai merupakan hal yang dilihat dari tercapainya
kinerja atau tidak. Menurut Mahsun 2006 bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatanprogram, kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu
organisasi. Sedangkan menurut Robertson dalam Mahsun 2006 juga menyatakan bahwa pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan
terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya termasuk informasi atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barangjasa, kualitas
barangjasa, hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan. 2.5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Sutermeister 2001 Kinerja karyawan dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain : motivasi, kemampuan, pengetahuan, keahlian, pendidikan,
pengalaman, pelatihan, minat, sikap kepribadian kondisi-kondisi fisik dan kebutuhan
fisiologis, kebutuhan sosial dan kebutuhan egoistik.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan menurut Mahsun 2006 ada beberapa elemen pokok, yaitu : 1.
Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi. 2.
Merumuskan indikator dan ukuran kinerja. 3.
Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi. 4.
Evaluasi kinerjafeed back, penilaian kemajuan organisasi, meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.
Menurut Mangkunegara 2005 terdapat aspek-aspek standar pekerjaan yang terdiri dari aspek kuantitatif dan aspek kualitatif meliputi :
a. Aspek kuantitatif yaitu :
1. Proses kerja dan kondisi pekerjaan,
2. Waktu yang dipergunakan atau lamanya melaksanakan pekerjaan,
3. Jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan, dan
4. Jumlah dan jenis pemberian pelayanan dalam bekerja
b. Aspek kualitatif yaitu :
1. Ketepatan kerja dan kualitas pekerjaan,
2. Tingkat kemampuan dalam bekerja,
3. Kemampuan menganalisis datainformasi, kemampuankegagalan menggunakan
mesinperalatan, dan 4.
Kemampuan mengevaluasi keluhankeberatan konsumenmasyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Simamora dalam Mangkunegara 2005 kinerja dipengaruhi oleh 3 tiga faktor, yaitu :
c. Faktor Individual yang mencakup kemampuan, keahlian, latar belakang dan
demografi. d.
Faktor Psikologis terdiri dari persepsi, attitude, personality, pembelajaran dan motivasi.
e. Faktor Organisasi terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur
dan job design. Sedangkan menurut Timple dalam Mangkunegara 2005 faktor kinerja terdiri
dari 2 dua faktor yaitu : a.
Faktor Internal yang terkait dengan sifat-sifat seseorang misalnya kinerja baik disebabkan mempunyai kemampuan tinggi dan tipe pekerja keras.
b. Faktor Eksternal yang terkait dari lingkungan seperti perilaku, sikap dan tindakan
rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi.
2.5.3. Metode Penilaian Kinerja
Menurut Mangkunegara 2005 bahwa seluruh aktivitas organisasi harus diukur agar dapat diketahui tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas organisasi,
pengukuran dapat dilakukan terhadap masukan input dari program organisasi yang lebih ditekankan pada keluaran output, proses, hasil outcome, manfaat benefit
dan dampak impact dari program organisasi tersebut bagi kesejahteraan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mendapatkan informasi atas kinerja pegawai, maka ada beberapa pihak baik itu perorangan ataupun kelompok yang biasanya melakukan penilaian atas
kinerja karyawan atau pegawai. Menurut Robbins 2007, ada 5 lima pihak yang dapat melakukan penilaian kinerja karyawan, yaitu :
1. Atasan langsung
Sekira 96 dari semua evaluasi kinerja pada tingkat bawah dan menengah dari organisasi dijalankan oleh atasan langsung karyawan itu karena atasan langsung
yang memberikan pekerjaan dan paling tahu kinerja karyawannya. 2.
Rekan Sekerja Penilaian kinerja yang dilakukan oleh rekan sekerja dilaksanakan dengan
pertimbangan. Pertama. Rekan sekerja dekat dengan tindakan. Interaksi sehari- hari memberikan kepada karyawan pandangan menyeluruh terhadap kinerja
seseorang karyawan dalam pekerjaan. Kedua, dengan menggunakan rekan sekerja sebagai penilai menghasilkan sejumlah penilaian yang independen.
3. Evaluasi diri
Evaluasi ini cenderung mengurangi kedefensifan para karyawan mengenai proses penilaian, dan evaluasi ini merupakan sarana yang unggul untuk merangsang
pembahasan kinerja karyawan dan atasan karyawan. 4.
Bawahan langsung Penilaian kinerja karyawan oleh bawahan langsung dapat memberikan informasi
yang tepat dan rinci mengenai perilaku seorang atasan karena lazimnya penilai mempunyai kontak yang sering dengan yang dinilai.
Universitas Sumatera Utara
5. Pendekatan menyeluruh : 360 – derajat
Penilaian kinerja dilakukan oleh atasan, pelanggan, rekan sekerja, dan bawahan. Penilaian kinerja ini cocok di dalam organisasi yang
memperkenalkan tim.
2.5.4. Dimensi Kinerja
Untuk mengetahui kinerja karyawan dalam melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab karyawan, maka perlu dilakukan penilaian terhadap kinerja
karyawan. Penilaian kinerja bertujuan untuk menilai seberapa baik karyawan telah melaksanakan pekerjaannya dan apa yang harus mereka lakukan untuk menjadi lebih
baik di masa mendatang. Ini dilaksanakan dengan merujuk pada isi pekerjaan yang mereka lakukan dan apa yang mereka harapkan untuk mencapai setiap aspek dari
pekerjaan mereka. Isi dari suatu pekerjaan merupakan dasar tetap untuk perumusan sasaran yang akan dicapai dari suatu tugas utama yang dapat dirumuskan sebagai
target kuantitas, standar kinerja suatu tugas atau proyek tertentu untuk diselesaikan Rivai, 2005.
Menurut Utomo 2006 dalam melakukan penelitian terhadap kinerja yang berdasarkan perilaku yang spesifik Judgement Performance Evaluation ini, maka
ada 8 delapan dimensi yang perlu mendapatkan perhatian, antara lain :
Universitas Sumatera Utara
1. Quality of work kualitas kerja kualitas ini akan dicapai berdasarkan syarat-
syarat kesesuaian dan kesiapan. 2.
Quantity of work Kuantitas kerja Jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang ditentukan.
3. Job Knowledge Pengetahuan pekerjaan
Luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilan 4.
Creativeness kreatifitas Keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul. 5.
Cooperative Kerjasama Kesadaran untuk bekerjasama dengan orang lain
6. Initiative Isisiatif
Keaslian ide-ide yang disampaikan sebagai program organisasi di masa mendatang.
7. Dependerability Ketergantungan
Kesadaran dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penjelasan kerja. 8.
Personal Quality Kualitas Personil Menyangkut kepribadian, kepemimpinan, kemampuan dan integritas pribadi
Universitas Sumatera Utara
Bernardin dalam Novitasari 2003 mengatakan bahwa terdapat 6 enam kriteria yang digunakan untuk mengukur sejauhmana kinerja secara individu.
1. Kualitas
Tingkat dimana hasil aktivitas yang dilakukan mendekati sempurna dalam arti menyelesaikan beberapa cara ideal dan penampilan aktivitas ataupun memenuhi
tujuan yang diharapkan dari suatu aktivitas. 2.
Kuantitas Jumlah yang dihasilkan, dinyatakan dalam istilah sejumlah unit, jumlah siklus
aktivitas yang diselesaikan 3.
Ketepatan waktu Tingkat suatu aktivitas yang diselesaikan pada waktu awal yang diinginkan dilihat
dari sudut koordinasi yang dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.
4. Efektivitas
Tingkat penggunaan sumber daya organisasi dimaksimalkan dengan maksud menghasilkan keuntungan dan mengurangi kerugian setiap penggunaan sumber
daya. 5.
Kemandirian Tingkat dimana seorang karyawan dapat melakukan fungsi kerjanya tanpa diminta
bantuan, bimbingan dan pengawasan atau meminta turut campurnya pengawas.
Universitas Sumatera Utara
6. Komitmen kerja
Tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen kerja dengan perusahaan dan tanggungjawab terhadap perusahaan.
Menurut Utomo 2006 ada beberapa aspek yang digunakan untuk mengukur kinerja karyawan, yaitu : prestasi kerja, rasa tanggungjawab, kesetiaan dan
pengabdian, kejujuran, kedisiplinan, kerja sama dan kepemimpinan.
2.6. Kerangka Konseptual
Robbins 2007 mendefinisikan kepuasan kerja sebagai sikap umum individu terhadap pekerjaannya. Penilaian karyawan atas seberapa puas atau tidak puas dirinya
dengan pekerjaannya adalah perhitungan rumit dari sejumlah elemen pekerjaan yang sensitif. Luthans 2006 mengemukakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh terhadap
kinerja. Karyawan yang tingkat kepuasannya tinggi, kinerja akan meningkat, walaupun hasilnya tidak langsung. Ada beberapa variabel moderating yang
menghubungkan antara kinerja dengan kepuasan kerja, terutama penghargaan. Jika karyawan menerima penghargaan yang mereka anggap pantas mendapatkannya, dan
puas, mungkin para karyawan akan menghasilkan kinerja yang lebih besar. Karyawan yang mengalami stres kerja pada umumnya kinerjanya akan
menurun karena karyawan tersebut mengalami ketegangan pikiran dan kadang- kadang berperilaku aneh, pemarah, dan suka menyendiri, sehingga dengan demikian
stres yang dialami oleh karyawan harus diatasi sedini mungkin oleh perusahaan dengan pendekatan kejiwaan dan konseling Hasibuan, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Dalam hubungan dengan stres, ketidakpuasan adalah sebagai akibat jangka pendek dari stres Williams, 2000. Sebab umum dan yang utama yang menyebabkan
stres kerja dan ketidakpuasan karyawan adalah pancaran dari pekerjaan itu sendiri, yang mana hubungan antar karyawan yang bersifat alami dan antar karyawan dengan
supervisor Barnet dan Brennan dalam Madlock, 2008. Gejala stres di tempat kerja, yaitu meliputi : 1 Kepuasan kerja rendah, 2
Kinerja yang menurun, 3 Semangat dan energi menjadi hilang, 4 Komunikasi tidak lancar, 5 Pengambilan keputusan jelek, 6 Kreatifitas dan inovasi kurang, 7 Bergulat
pada tugas-tugas yang tidak produktif. Cooper dan Alison 2003 menyebutkan bahwa stres kerja disebabkan oleh kondisi pekerjaan, peran dan tanggung jawab
dalam perusahaan, faktor interpersonal, pengembangan karir dan struktur organisasi. Al Shammari dalam Haryanti 2005 mendefinisikan iklim organisasi sebagai
suatu set dari sifat-sifat terukur dari lingkungan kerja yang dirasakan atau dilihat secara langsung atau tidak langsung oleh orang hidup yang bekerja dilingkungan
tersebut dan diasumsikan mempengaruhi motivasi dan prilaku mereka. Greenberg 2002 menyatakan bahwa kepuasan kerja itu dipengaruhi oleh a
kondisi organisasi, seperti : unsur-unsur dalam pekerjaan, sistem penggajian, promosi, pengakuan verbal, kondisi lingkungan kerja, desentralisasi kekuasaan,
supervisi rekan kerja dan bawahan, serta kebijaksanaan perusahaan. b kondisi personal diantaranya : demografis, kepribadian, tingkat intelegensi, pengalaman
kerja, penggunaan keterampilan, dan tingkat jabatan. Grenberg 2002 berpendapat bahwa iklim organisasi dan pegembangan karir termasuk komponen pembentuk
Universitas Sumatera Utara
kepuasan kerja. Bagaimana stres kerja dan iklim organisasi berdampak buruk pada sebuah perusahaan diindikasikan dengan beberapa indikator, dan salah satu indikator
yang dapat diamati adalah bagaimana seorang karyawan tidak mendapatkan kepuasan kerja yang dampaknya akan menyebabkan terjadinya penurunan kinerja.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kinerja Stres kerja
Iklim organisasi Kepuasan Kerja
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
2.7. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dihipotesiskan sebagai berikut:
1. Stres kerja dan iklim organisasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja
karyawan di PT. Infomedia Call Center Telkomsel Medan. 2.
Kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan di PT. Infomedia Call Center Telkomsel Medan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Infomedia Call Center Telkomsel Medan yang beralamat di Jalan S. Parman Gedung Cambridge Lantai 3 Medan. Waktu
pelaksanaan penelitian dilakukan mulai dari bulan Maret 2011 sampai dengan Agustus 2011.
3.2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dimana menurut Kuncoro 2003 bahwa metode deskriptif adalah suatu metode pengumpulan data untuk diuji
hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah karyawan caroline officer yang bekerja di PT. Infomedia Call Center Telkomsel Medan yang khusus menangani masalah prepaid
pelanggan kartu prabayar Simpati dan As yang berjumlah 860 karyawan, dikarenakan karena kepuasan kerja untuk karyawan call center yang menangani
masalah prepaid lebih rendah daripada kepuasan kerja karyawan yang menangani masalah postpaid pelanggan kartu Halo.
Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin. Rumus tersebut dituliskan sebagai berikut Umar, 2008
Universitas Sumatera Utara