3. Jenis kelamin adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan. 4. Umur adalah usia guru yang dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir
saat penelitian dilakukan. 5. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang telah
diselesaikan oleh guru. 6. Masa kerja adalah rentang waktu sejak guru mulai mengajar di SLB
sampai saat penelitian dilakukan. 7. Status pernikahan adalah status guru yang terdiri dari menikah dan
tidak menikah. 8. Stres kerja adalah gejala-gejala fisik, psikologi dan perilaku yang
dirasakan oleh guru selama mengajar di SLB-E Negeri Pembina Medan.
3.6 Aspek Pengukuran
Skala stres kerja disusun dengan pertanyaan favourable. Setiap pertanyaan mempunyai lima alternatif jawaban dengan nilai yang bergerak dari satu ke lima.
Favourable artinya sependapat atau sesuai dengan pernyataan yang diajukan, skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju STJ, skor 2 untuk jawaban Tidak Setuju
TS, skor 3 untuk jawaban Netral N, skor untuk jawaban Setuju S dan skor 5 untuk jawaban Sangat Setuju SS. Kuesioner ini terdiri dari 47 pertanyaan,
dengan skor tertinggi 235 dan skor terendah 47.
Skor Tertinggi = 47 x 5 = 235
Skor Terendah = 47 x 1 = 47
Mean teoritis µ = skor tertinggi + skor terendah = 235 + 47 = 141
2 2
Standar deviasi σ = skor tertinggi – skor terendah = 235 – 47 = 31,3
6 6 32
Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh maka dapat dikatakan tingkat stres pada guru dikategorikan :
Ringan = x µ - 1 σ = x 109,7
Sedang = µ - 1 σ ≤ x ≤ µ + 1 σ = 109,7 ≤ x ≤ 172,3
Berat = x µ + 1 σ = x 172,3
Saifuddin Azwar, 2004
3.7 Teknik Analisa Data
Data yang sudah diperoleh kemudian diolah dan dianalisa dengan program komputer SPSS untuk melihat perbedaan rata-rata stres kerja. Pengukuran
perbedaan rata-rata stres kerja menggunakan uji Mann Whitney. Jika nilai signifikansi p 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan
stres kerja antara guru tunarungu dengan guru tunagrahita di SLB-E Negeri Pembina Medan.