Berdasarkan  penelitian  yang  telah  dilakukan,  peneliti  mencoba  memanfaatkan tepung  labu  kuning  dan  tepung  ikan  lele  dalam  pembuatan  biskuit  dan  melihat
kandungan energi dan protein yang terkandung pada biskuit tersebut. Hal ini menarik untuk  diteliti  dalam  sebuah  p
enelitian  yang  berjudul  “Analisis  Energi  dan  Protein serta Uji Daya Terima Biskuit Tepung Labu Kuning dan Ikan Lele.
1.2  Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana kandungan
energi  dan  protein  pada  biskuit  tepung  labu  kuning  dan  ikan  lele  serta  uji  daya terimanya”.
1.3  Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk  mengetahui  kandungan  energi  dan  protein  serta  uji  daya  terimanya biskuit tepung labu kuning dan ikan lele.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.      Menganalisis kadar energi dan protein serta zat gizi mikro biskuit tepung labu kuning dan ikan lele.
2. Mengetahui daya terima terhadap warna, aroma, rasa dan tekstur biskuit dengan
penambahan tepung labu kuning dan ikan lele.
1.4   Manfaat Penelitian
1. Memberikan  informasi  kepada  masyarakat  tentang  penganekaragaman  suatu
produk  dari  labu  kuning  yang  selama  ini  hanya  dikonsumsi  sebagai  sayuran dan kue.
Universitas Sumatera Utara
2. Memberikan  informasi  dan  pengetahuan  nilai  gizi  dari  labu  kuning  dan  ikan
lele  sebelum  dan  sesudah  dilakukan  diversifikasi  kepada  masyarakat  tentang penganekaragaman  suatu  produk  dari  ikan  lele  yang  selama  ini  hanya
dikonsumsi sebagai lauk. 3.
Sebagai  salah  satu  usaha  penganekaragaman  pengolahan  pangan  agar  tidak cepat rusak.
4. Sebagai  alternatif  untuk  mengurangi  pemakaian  tepung  terigu  sebagai  bahan
dasar pembuatan biskuit.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biskuit
Biskuit  merupakan  salah  satu  makanan  ringan  atau  snack  yang  banyak dikonsumsi  oleh  masyarakat.  Produk  ini  merupakan  produk  kering  yang  memiliki
kadar  air  rendah.  Saksono  2012  menyatakan  bahwa  berdasarkan  data  asosiasi industri, tahun 2012 konsumsi biskuit diperkirakan meningkat 5-8 didorong oleh
kenaikan konsumsi domestik. Menurut SNI 01-2973-1992 biskuit adalah produk yang diperoleh  dengan  memanggang  adonan  dari  tepung  terigu  dengan  penambahan
makanan  lain  dan  dengan  atau  tanpa  penambahan  bahan  tambahan  pangan  yang diizinkan.
Biskuit  dikonsumsi  oleh  seluruh  kalangan  usia,  baik  bayi  hingga  dewasa namun  dengan  jenis  yang  berbeda-beda.  Namun,  biskuit  komersial  yang  beredar  di
pasaran  memiliki  kandungan  gizi  yang  kurang  seimbang.  Kebanyakan  biskuit memiliki  kandungan  karbohidrat  dan  lemak  yang  tinggi,  sedangkan  kandungan
protein  yang  relatif  rendah.  Biskuit  merupakan  jenis  kue  kering  yang  dibuat  dari adonan  keras,  berbentuk  pipih,  bila  dipatahkan  penampang  potongannya  bertekstur
padat, dapat berkadar lemak tinggi atau rendah. Konsumsi rata-rata kue kering di kota besar dan pedesaan di Indonesia 0,40 kgkapitatahun Subagjo, 2007.
Secara umum bahan pembuatan biskuit adalah tepung terigu biasanya biskuit hanya mengandung zat gizi makro seperti  karbohidrat, protein dan lemak dan sedikit
mengandung  zat  gizi  lainnya  seperti  zat  fosfor,  kalsium  dan  zat  besi.  Adanya teknologi  fortifikasi  diharapkan  biskuit  tidak  lagi  sekedar  makanan  ringan  yang
1
Universitas Sumatera Utara