Dampak subsektor perikanan tangkap Kebutuhan investasi subsektor perikanan tangkap Komoditas hasil tangkapan unggulan

t i t i i V V U U LQ = Keterangan : LQ : Location Quotient U i : total pendapatan atau tenaga kerja subsektor perikanan tangkap di Kota Serang U t : total pendapatan atau tenaga kerja seluruh sektor di Kota Serang V i : total pendapatan atau tenaga kerja subsektor perikanan tangkap di Provinsi Banten V t : total pendapatan atau tenaga kerja seluruh sektor di Provinsi Banten Kriteria penentuan sektor basis : LQ 1 : subsektor perikanan tangkap merupakan sektor basis LQ 1 : subsektor perikanan tangkap merupakan sektor non basis

4.5.3 Dampak subsektor perikanan tangkap

Dalam penentuan dampak perikanan tangkap pada perekonomian dapat menggunakan analisis Multiflier Effect. Setiap peningkatan yang terjadi pada kegiatan basis akan menimbulkan efek pengganda Multiflier Effect pada perekonomian wilayah secara keseluruhan Glasson 1977. Multiflier effect jangka pendek dalam hal ini dihitung berdasarkan indikator pendapatan, dan dapat dinyatakan dalam rumus : b y y MSY Δ Δ = Keterangan : MSY : Koefisien Multiflier Effect Δ y : Perubahan pendapatan seluruh sektor Kota Serang Δ y b : Perubahan pendapatan subsektor perikanan tangkap Kota Serang Perhitungan Multiflier effect berdasarkan indikator tenaga kerja digunakan rumus : b E E MSE Δ Δ = Keterangan : MSE : Koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator tenaga kerja Δ E : Perubahan seluruh angkatan kerja Kota Serang Δ E b : Perubahan tenaga kerja subsektor perikanan tangkap Kota Serang

4.5.4 Kebutuhan investasi subsektor perikanan tangkap

Analisis efisiensi kegiatan perikanan tangkap dapat menggunakan pendekatan Incremental Capital Output Ratio ICOR. Incremental Capital Output Ratio ICOR adalah suatu besaran yang menunjukkan besarnya tambahan kapital investasi baru yang dibutuhkan untuk menaikkanmenambah satu unit output. Dalam perkembangannya, data yang digunakan untuk menghitung ICOR bukan lagi hanya penambahan barang modal baru atau perubahan stok kapital melainkan Investasi I yang ditanam balik oleh swasta maupun pemerintah sehingga rumusan ICOR dimodifikasi menjadi : I = ICOR . ΔY keterangan : I = Investasi yang dibutuhkan pada tahun ke-i ΔY = perubahan output ICOR = Tingkat Efisiensi Penyerapan Tenaga Kerja

4.5.5 Komoditas hasil tangkapan unggulan

Dalam menentukan jenis hasil tangkapan unggulan yang akan menjadi prioritas dalam pengembangan perikanan tangkap di Kota Serang maka akan dibuat matrik dengan pendekatan Location Quotient LQ. Location Quotient LQ merupakan rasio persentase total aktivitas perikanan tangkap sub wilayah ke-i terhadap persentase aktivitas total terhadap wilayah yang diamati. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut Budiharsono 2001 : t i t i i V V U U LQ = Keterangan : U i : produksi ikan jenis ke-i di Kota Serang U t : produksi total perikanan tangkap Kota Serang V i : produksi ikan jenis ke-i di tingkat Provinsi Banten V t : produksi total perikanan tangkap Provinsi Banten Pendekatan nilai LQ dilakukan dengan cara melihat seluruh produksi yang didaratkan di Kota Serang selama lima tahun terakhir, kemudian membedakan antara jenis ikan pelagis, jenis ikan demersal, dan jenis ikan lainnya. Pendekatan adanya pemusatan produksi perikanan tangkap dengan LQ dibedakan dalam dua kelompok. Kelompok-kelompok tersebut masing-masing terdiri atas tiga kriteria dan dua kriteria. Kelompok pertama dilihat dari nilai perhitungan LQ itu sendiri, yaitu terpusat LQ 1, mendekati terpusat LQ = 0,80 sampai 0,99 dan tidak terpusat LQ 1. Masing-masing kelompok secara berurutan dibobot dengan nilai 3,2, dan 1. Kelompok kedua dilihat dari nilai pertumbuhan LQ, yaitu nilai LQ yang mengalami pertumbuhan diberi bobot 3, nilai LQ yang mengalami pertumbuhan tetap diberi bobot 2, dan untuk nilai LQ yang mengalami pertumbuhan negatif diberi bobot 1. Berdasarkan kedua hasil pembobotan LQ tersebut, dalam penentuan komoditas unggulan langkah selanjutnya yaitu penentuan range dengan cara menjumlahkan nilai bobot LQ dan nilai pertumbuhan LQ. Langkah selanjutnya yaitu hasil penjumlahan tertinggi dikurangi hasil penjumlahan terendah kemudian dibagi tiga untuk mengelompokkan hasil tangkapan kedalam tiga kelas. Hasil pembagian tersebut merupakan selang kelas yang akan digunakan untuk penentuan kelas komoditas hasil tangkapan unggulan yaitu kelas unggulan, netral dan non-unggulan.

4.5.6 Strategi pengembangan subsektor perikanan tangkap