Disiplin Belajar Tinjauan Teoritik

5. Lingkungan Belajar

a. Definisi lingkungan Orang sering mengartikan lingkungan secara sempit, seolah-olah lingkungan hanyalah alam sekitar di luar dari manusiaindividu. Lingkungan itu sebenarnya mencakup segala material dan stimulasi di dalam dan di luar diri individu, baik yang besifat fisiologis, psikologis, maupun social kultural. Secara fisiologis, lingkungan meliputi segala material dan stimulasi di dalam dan di luar dari individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosial kultural. Secara fisiologis, lingkungan meliputi segala kondisi dan material jasmaniah di dalam tubuh seperti gizi, vitamin, air, zat asam, suhu,sistem syaraf, peredaraan darah, pernafasan, pencernaan makanan, kelenjar- kelenjar indoktrin, sel-sel pertumbuhan dan kesehatan jasmani. Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi yang diterima oleh individu mulai sejak dalam konsesi, kelahiran, sampai mati, stimulasi itu misalnya berupa keinginan, perasaan, tujuan-tujuan, minat, kebutuhan, kemauan, emosi, dan kapasitas intektual. Secara sosial kultural, lingkungan mencakup segenap stimulasi, interaksi, dan kondisi eksternal dalam hubungannya dengan perlakuan ataupun karya orang lain. b. Lingkungan Belajar Lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang berada di dalam dan di luar diri individu yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Menurut Nana Sudjana 1990:212, menggolongkan jenis-jenis lingkungan belajar: 1 Lingkungan Sosial Lingkungan sosial sebagai sumber belajar berkenan dengan interaksi manusia dengan kehidupan masyarakat, seperti organisasi sosial, adat dan kebiasaan, mata pencaharian, kebudayan, pendidikan, kependudukan, struktur pemerintah, agama dan sistem nilai. Dalam prakter pengajaran penggunaan lingkungan sosial sebagai media dan sumber belajar hendaknya dimulai dari lingkungan yang paling dekat seperti keluarga. 2 Lingkungan Alam Lingkungan alam berkenaan dengan segala sesuatu yang sifatnya alamiah seperti keadaan geografis, iklim suhu udara, musim, curah ujan, flora, fauna, sumber daya alam air, hutan,tanah, batu-batuan, dan lain- lain. 3 Lingkungan Buatan Disamping lingkungan sosial dan lingkungan alam yang sifatnya alami, ada juga yang disebut lingkungan buatan yakni, lingkungan yang sengaja diciptakan atau dibangun manusia untuk tujuan tertentu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. c. Lingkungan Belajar Yang Berpengaruh Terhadap Prestasi Belajar Siswa 1 Lingkungan keluarga Lingkungan keluarga merupakan bagian dari masyarakat. Komunikasi yang terjalin di dalam lingkungan keluarga maupun dengan anggota masyarakat lain, dapat memberikan pengaruh yang baik atau pengaruh yang buruk bagi siswa . Menurut Patterson Loeber seperti yang dikutip oleh Muhibbin Syah 1995:138, mengatakan bahwa lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegaiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan dalam keluarga, demografi atau letak rumah, semuanya dapat memberi dampak yang lebih baik atau lebih buruk terhadap kegiatan belajar dan hasilnya yang dicapai anak. Contoh pengolalaan keluarga yang keliru yang diterapkan oleh orang tua yaitu, kelalaian orang tua dalam memonitor anak, dalam menimbulkan akibat buruk. Hal demikian dapat menimbulkan anak tidak mau belajar dan dapat menimbulkan perilaku menyimpang. W.S. Winkel 1996: 257 mengemukakan hal yang berbeda tentang status social ekonomi antara keluarga kaya dan miskin yaitu keadaan social ekonomi yang baik dapat menciptakan kondisi siswa yang menghambat dalam belajar, siswa berpikir bahwa untuk apa belajar dengan sungguh- sungguh rajin jika semua kebutuhan terpenuhi. Sebaliknya siswa yang berasal dari lingkungan keluarga yang ekonominya lemah biasanya kerap jauh lebih rajin, namun ada juga siswa yang merasa minder bila belajar bersama dengan anak- anak orang kaya. Dari keadaan ini tergantung kemampuan bagi anak untuk berbahasa dengan baik, corak pergaulan antara orang tua serta pandangan keluarga mengenai pendidikan sekolah. Sebenarnya, yang penting di sini bukanlah keadaan itu sendiri, melainkan kondisi intern pada siswa yang timbul sebagai akibat dari keadaan itu. Namun, akibat itu tidak harus timbul secara otomatis dengan sendirinya. Sikap siswa sendiri terhadap keadaan itu, sering menentukan apakah kondisi intern akan menguntungkan belajar menghambatnya. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bagaimana sikap siswa menanggapi lingkungannya dapat menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan yang ditempuh. Agar anak dapat berhasil dalam pendidikannya, maka harus diperhatikan kebutuhan yang dapat menunjang keberhasilan belajar siswa. 2 Lingkungan Sekolah Pendidikan di sekolah sebagai akibat pemenuhan pentingnya pendidikan, sekolah tidak hanya terdiri dari gedung saja, melainkan juga sarana dan prasarana lain yang menunjang pendidikan. Sekolah merupakan tempat anak didik belajar, mempelajari sejumlah materi pelajaran. Oleh karena itu harus diciptakan lingkungan sekolah yang benar-benar dapat mendukung anak untuk belajar. Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat dan aktivitas belajar seorang siswa. Guru dapat memperlihatkan teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar sehingga dapat menjadi dorongan yang positif dalam kegiatan belajar siswa. interaksi antara guru dengan siswa secara intim dapat memperlancar proses belajar mengajar. Seperti siswa yang dekat dengan guru akan berpartisipasi secara aktif dalam belajar. Begitu pula hubungan antar siswa juga berpengaruh terhadap proses belajar Syah, 2003: 154-155. Hal lain yang perlu diperhatikan oleh pihak sekolah yaitu, masalah kebersihan. Kebersihan lingkungan sekolah pada umumnya dan kebersihan kelas pada khususnya turut mempengaruhi proses belajar siswa. Lingkungan sekolah yang bersih akan menimbulkan rasa aman bagi siswa untuk belajar dan mendukung proses belajar mengajar. 3 Lingkungan Masyarakat Siswa hidup di masyarakat.Hal demikian berarti siswa adalah bagian dari warga masyrakat.Oleh karena itu siswa menjalin hubungan dengan anggota masyarakat yang lainnya.Hubungan tersebut terjadi dengan teman sebaya, dengan orang yang lebih tua maupun orrang yang lebih muda. Komunikasi dengan anggota masyarakat lainnya, dapat memberikan pengaruh yang baik atau pengaruh yang buruk bagi siswa. Pergaulan yang salah dapat mengakibatkan siswa lupa akan tanggung jawabnya sendiri sebagi seorang pelajar. Hal demikian ditegaskan oleh Muhibbin Syah 2003:154, yang mengatakan bahwa kondisi masyarakat di lingkungan yang kumuh dan serba kekurangan dan terdapat anak-anak pengganguran dapat mempengaruhi aktivitas belajr siswa. Dalam kondisi masyarakat yang demikian, jika anak tidak berhati-hati dalam pergaulannya, anak dapat melakukan tugas sebagai pelajar. Sementara itu di dalam masyarakat yang lingkungan anak-anaknya rajin belajar, dapat menjadi daya dorong terhadap siswa yang lainnya untuk belajar. Hal ini ditegaskan oleh Roestiyah 1982:163, yang mengatakan bahwa di lingkungan yang anak-anaknya rajin belajar, kemungkinan besar anak akan terpengaruh untuk rajin belajar tanpa disuruh. Anak akan merasa malu jika mendapat prestasi yang rendah, jika teman-teman disekitarnya mendapatkan prestasi belajar yang tinggi. Oleh karena itu anak akan berusaha keras agar tidak ketinggalan dengan teman-temannya. Apabila teman-teman disekitarnya itu teman sekelasnya, anak dapat mengadakan belajar bersama. Belajar bersama ini dimaksudkan agar ketinggalan dalam mengikuti mata pelajaran di kelas dapat diatasi.