Status Sosial Ekonomi KAJIAN TEORITIK

Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh E. Roucek dan Warren 1984:80 yang menyatakan bahwa status sosial selalu mengacu kepada kedudukan khusus seseorang dalam masyarakat berhubungan dengan orang lain dalam lingkungan yang disertainya, martabat yang diperolehnya dan hak serta tugas yang dimilikinya. Status sosial ekonomi merupakan kedudukan seseorang dalam masyarakat berdasarkan pekerjaan, pendapatan, tingkat pendidikan dan pemilikan barang-barang berharga dari orang tersebut. Sukamto 1990:266 mengemukakan beberapa kriteria penggolongan status sosial ekonomi yaitu : 1. Ukuran kekayaan Barangsiapa mempunyai kekayaan paling banyak termasuk lapisan atau golongan teratas. 2. Ukuran Kekuasaan Barangsiapa yang mempinyai kekuasaan atau wewenang terbesar menempati golongan teratas. 3. Ukuran kehormatan Orang yang paling disegani dan dihormati mendapat tempat teratas. 4. Ukuran ilmu pengetahuan Ilmu pengetahuan dipakai sebagai ukuran masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Hal tersebut di atas sesuai dengan pendapat Keeves yang dikutip oleh Budi Indarta 1996:8 bahwa status sosial ekonomi mencakup unsur pendidikan, jabatan, penghasilan, pemilikan barang berharga yang dimiliki seseorang di dalam suatu masyarakat atau kelompoknya. Keadaan keluarga mempunyai hubungan terhadap perkembangan pendidikan anak. Dapat diartikan bahwa sikap, cita-cita, minat, motivasi anak terhadap suatu obyek ada hubungannya dengan keadaan ekonomi orang tuanya. Menurut Gerungan 1989;57, dalam kondisi ekonomi keluarga yang cukup, seseorang akan mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat ia kembangkan apabila tidak ada alat-alat. Dari pendapat tersebut diartikan bahwa anak yang berasal dari keluarga yang ekonominya cukup, mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan kemampuannya daripada anak yang berasal dari keluarga yang ekonominya rendah. Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan diatas dalam penelitian ini peneliti hanya membatasi status sosial ekonomi menjadi tiga unsur saja, yaitu : 1. Tingkat Pendidikan Orang Tua Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar yang mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam sekolah dan berlangsung seumur hidup. Mendidik atau pendidikan adalah mempengaruhi anak dalam usaha membimbingnya supaya menjadi manusia dewasa. Usaha membimbing adalah usaha yang disadari dan dilaksanakan dengan sengaja. Pendidikan hanya terdapat dalam suatu pergaulan yang disengaja antara orang dewasa dengan anak manusia muda. Yang dimaksud orang dewasa adalah orang yang memiliki kemampuan-kemampuan intelektual dasar dan mempunyai keterampilan yang cukup berguna untuk berperan aktif dalam hidup bermasyarakat serta juga berwawasan sama dengan sesama dan bersedia bekerja bagi kesejahteraan bersama Mardiatmojo, 1986: 53. Menurut Muri Yusuf 1982:61, pendidikan dapat diklasifikasikan dalam : a. Pendidikan Formal merupakan pendidikan sekolah b. Pendidikan Informal merupakan pendidikan yang diperoleh dari pengalaman sehari-hari dengan atau tidak disengaja sejak lahir sampai mati dalam keluarga, dalam pekerjaan atau pengalaman sehari-hari. c. Pendidikan Nonformal merupakan pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak selalu mengikuti peraturan yang ketat dan tetap. Yang dimaksud dengan orang tua adalah setiap orang tua yang bertanggungjawab dalam satu keluarga atau rumah tangga yang dalam penghidupan sehari-hari lazim disebut ibu bapak Nasution, 1985: 1. Sedangkan tingkat pendidikan orang tua maksudnya adalah tingkat pendidikan yang berhasil dicapai orang tua dalam hal ini jenjang pendidikan formal yang berhasil diselesaikan yaitu SD, SLTP, SMU SMK, dan Perguruan Tinggi. Tingkat pendidikan formal yang dicapai akan membawa hubungan yang luas pada kehidupan seseorang yaitu bukan hanya berhubungan terhadap tingkat penguasaan pengetahuan, tetapi juga berhubungan pada jenjang pekerjaan formal, penghasilan, kekayaan dan status sosial dalam masyarakat. Seseorang yang lulusan SD cenderung memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan mereka yang tidak sekolah sama sekali, seorang tamatan SLTP lebih berpengalaman daripada tamatan SD dan akhirnya tamatan Perguruan Tinggi lebih berpengalaman dari tamatan SMU SMK. Bagaimanapun seorang yang berpendidikan tinggi lebih berpengalaman atau berpengetahuan Nasution,1985:2. Orang tua yang tingkat pendidikannya rendah akan sulit untuk membantu anak mereka dalam menghadapi kesulitan belajarnya, karena pengetahuan yang terbatas akibat dari tingkat pendidikannya rendah menyebabkan orang tua mengalami kesulitan untuk membantu kesulitan belajar. Kemampuan orang tua menyelesaikan jenjang pendidikan yang tinggi menjadi pemicu dan semangat bagi anak untuk mencapai hal yang serupa. Hal ini dikarenakan pendidikan yang tinggi akan membuat orang tua akan semakin positif sikapnya pada dunia pendidikan, sehingga akan selalu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menyadarkan dan mendorong anak untuk rajin belajar. Disisi lain, anak juga akan meniru orang tuanya, seperti yang dikatakan Herbert N.Cusson, Nasution, 1985:1 meniru adalah sifat manusia, maka perlulah setiap orang menjadikan dirinya contoh yang baik untuk ditiru. Orang tua yang berpendidikan tinggi akan lebih aktif dalam mendorong perkembangan anak. Pengalaman mengenyam dunia pendidikan yang lebih baik memudahkan untuk membantu menyelesaikan kesulitan belajar anak, karena mereka memiliki pengalaman dan cara mengatasi permasalahan dengan berbekal pengetahuan yang luas. Anak dari keluarga yang tingkat pendidikan orang tuanya lebih tinggi menunjukkan nilai lebih baik dalam kemampuan akademik dan dalam lamanya bersekolah dibanding dengan anak-anak yang tingkat pendidikan orang tuanya rendah. 2. Jabatan Dalam Masyarakat Yang dimaksud dengan jabatan adalah kedudukan yang dimiliki oleh seseorang yang dipercayakan masyarakat kepada dirinya, misalnya menjadi Ketua RT, Ketua RW, Lurah, dan lain sebagainya. Jabatan yang dimiliki seseorang dapat menunjukkan kedudukannya di dalam masyarakat sehingga dia lebih dihormati dan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada rakyat jelata. 3. Kekayaan Yang Dimiliki Uang dan harta benda lainnya merupakan hal yang dapat digunakan untuk mengukur kekayaan seseorang. Semakin banyak hartanya, semakin menjadikan orang tersebut lebih terpandang baik di dalam masyarakat maupun dalam lingkungan pergaulan. Kekayaan tersebut misalnya : rumah mewah, mobil, motor, dan lain sebagainya.

B. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan suatu kecakapan nyata yang dimiliki seseorang yang merupakan hasil dari proses yang dilakukan dalam rangka menyiapkan diri untuk menambah pengetahuan, yang hasilnya dapat dilihat secara nyata dan dapat diukur menggunakan alat ukur yaitu test. Hasil yang diperoleh itu merupakan bentuk aktualisasi diri Winkel, 1985: 16. Belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi baik disadari maupun tidak disadari dalam proses pembelajaran. Pengertian belajar menurut Hilgard dan Bower seperti yang dikutip oleh Ngalim Purwanto 1990:84 Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya. Ngalim Purwanto 1990:85 mengemukakan adanya ciri-ciri belajar yang meliputi empat hal yang hampir sama dengan pendapat di atas, yaitu: 1. Belajar merupakan perubahan tingkah laku 2. Belajar merupakan perubahan melalui latihan atau pengalaman 3. Untuk disebut belajar maka perbuatan itu harus relatif menetap 4. Tingkah laku yang mengalami perubahan oleh karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun psikis Keberhasilan seseorang siswa dalam kegiatan belajar salah satunya dapat dilihat dari nilai-nilai yang dilaporkan dalam raport secara periodik. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumadi 1984:234 yang mengemukakan bahwa nilai yang tercantum dalam raport merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemampuan belajar siswa selama masa tertentu. Sumadi juga menegaskan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam usaha belajarnya yang dinyatakan dengan nilai-nilai raportnya. Menurut pendapat Bloom yang dikutip oleh Suharsimi 1987:205 prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Poerwadarminto 1995:787 merumuskan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Dokumen yang terkait

Hubungan antara minat belajar dengan prestasi belajar siswa ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua : studi kasus siswa SMAN 1 Pakem, Tegalsari, Pakembinangun, Pakem, Sleman.

0 7 146

Hubungan antara minat belajar siswa dengan prestasi belajar siswa ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua : studi kasus SMA BOPKRI 2, Yogyakarta.

1 2 131

Hubungan antara prestasi mata pelajaran kewirausahaan dan minat siswa berwiraswasta ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua : studi kasus SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta.

0 2 145

Hubungan prestasi belajar siswa SMK dalam mata pelajaran kewirausahaan dengan minat berwiraswasta ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua : studi kasus SMK Sanjaya Pakem, Yogyakarta.

1 4 139

Pengaruh praktik industri, status sosial ekonomi orang tua, dan prestasi belajar terhadap minat siswa SMK untuk berwiraswasta : studi kasus siswa-siswi kelas III, Jurusan Penjualan, SMK N I Godean dan SMK Yapemda I Sleman.

0 1 202

HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA SMK DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA

0 0 116

HUBUNGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK DALAM MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DENGAN MINAT BERWIRASWASTA DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA

0 1 137

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PRESTASI BELAJAR KEJURUAN SISWA DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA Studi Kasus Kelas 2 dan 3 Jurusan Penjualan SMK Sanjaya Pakem, Sleman, Yogyakarta

0 2 139

Hubungan antara minat belajar siswa dengan prestasi belajar siswa ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua : studi kasus SMA BOPKRI 2, Yogyakarta - USD Repository

0 0 129

Hubungan antara minat belajar dengan prestasi belajar siswa ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua : studi kasus siswa SMAN 1 Pakem, Tegalsari, Pakembinangun, Pakem, Sleman - USD Repository

0 0 144