Hubungan status sosial ekonomi orang tua dan prestasi belajar kejuruan siswa dengan minat berwirausaha : studi kasus kelas 2 dan 3 jurusan penjualan SMK Sanjaya Pakem, Sleman, Yogyakarta.
xii
ABSTRAK
HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PRESTASI BELAJAR KEJURUAN SISWA DENGAN
MINAT BERWIRAUSAHA
Studi kasus : Siswa-siswi kelas 2 dan 3 Jurusan Penjualan SMK Sanjaya, Pakem, Sleman, Yogyakarta
Angela Nucifera Haidityasari Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah : (1) ada hubungan yang positif signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat berwirausaha, (2) ada hubungan yang positif signifikan antara prestasi belajar kejuruan siswa dengan minat berwirausaha pada siswa-siswi kelas 2 dan 3jurusan penjualan SMK Sanjaya Pakem Sleman Yogyakarta.
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan September 2008. Populasi penelitian berjumlah 52 siswa. Pengumpulan data menggunakan metode kuesioner dan wawancara. Untuk menguji hipotesis penelitian menggunakan metode analisis korelasi product moment dari Pearson.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) ada hubungan yang positif dan signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat berwirausaha, hal ini berdasarkan hasil perhitungan nilai koefisien korelasi bernilai positif dan nilai r = 0,349, sedangkan hasil pengujian
t
hitung = 2,751 lebih besar dari
t
tabel = 1,676. (2) ada hubungan yang positif dan signifikan antara prestasi belajar kejuruan siswa dengan minat berwirausaha, hal ini berdasarkan hasil perhitungan nilai koefisien korelasi bernilai positif dan nilai r = 0,254, sedangkanthitung
= 2,029 lebih besar darit
tabel = 1,676.(2)
xiii
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN THE ECONOMIC AND SOSIAL STATUS OF THE PARENTS AND STUDENTS’ ACHIEVEMENT
TOWARD THE INTEREST OF ENTREPRENEURSHIP A Case Study on : The second and third year students of Marketing
Department Sanjaya Vocational Senior High School in Pakem, Sleman, Yogyakarta
Angela Nucifera Haidityasari Sanata Dharma University
Yogyakarta 2009
This research aims to know whether : (1) there is any positive and significant relationship between the economical and social status of the parents towards entrepreneurship ; (2) there is any positive and significant relationship between students’ achievement towards entrepreneurship of the students of the second and the third of students Marketing Department of Sanjaya Vocational Senior High School.
Data collecting was done in September 2008. The population of the research was 52 students. The data were collected by using questionnaire and interviews methods. To analyse the hypotheses, product moment from Pearson correlation analysis was applied.
The result of the research shows that : (1) there is a positive and significant correlation between the economical and social status of the parents towards entreprenerurship; the value of r = 0,349, while the examination result is
t
count = 2,751 it is bigger thant
table = 1,676. (2) there is a positive and sigificant correlation between students’ achievement towards entrepreneurship, this positive calculation coefficient value and value of r = 0,254, while the examination result ist
count = 2,029 is bigger thant
table = 1,676.(3)
HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN
PRESTASI BELAJAR KEJURUAN SISWA DENGAN
MINAT BERWIRAUSAHA
Studi Kasus Kelas 2 dan 3 Jurusan PenjualanSMK Sanjaya Pakem, Sleman, Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun oleh :
Angela Nucifera Haidityasari NIM : 041334006
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2009
(4)
(5)
(6)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk : Bapa di Surga, Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Ayah A. Bambang Utoyo dan Mama A. Eny Waljiyati Adikku Agatha dan Ancilla Bramaku tersayang Almamaterku Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
(7)
v
MOTTO
Saat Hidup Tak Terangkai Sempurna
Banyak Berkat Terselubung di Balik
Kepedihan dan Pencobaan
Ya... Kita Tidak Dapat Melihat
Apa yang Allah Rencanakan
Namun, Lewat Penderitaan
Kita Menjumpai Kasih Allah,
Serta Dapat Merasakan Damai
Yang Dilaimpahkan-Nya Dari Surga
(Kathy C. Miller)
Roh Kudus Datang Menolong Dalam Kelemahan Kita
Dan Menjadi Pengantara Kita
(8)
(9)
(10)
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Prestasi Belajar Kejuruan Siswa dengan Minat Berwirausaha”.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh banyak bimbingan, kritik, saran, masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak L. Saptono. S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Drs. Bambang Purnomo, SE., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing, yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing penulis menyusun skripsi, memberikan saran, masukan, semangat, serta motivasi, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Saya menghaturkan terimakasih banyak ya Pak tanpa bimbingan dari Bapak penulis tidak bisa apa-apa.
(11)
viii
5. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd.,SIP.,M.Pd, selaku Dosen Penguji yang telah bersedia meluangkan waktu memberikan bimbingan, dukungan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini
6. Bapak Drs. FX. Muhadi, M.Pd, selaku Dosen Penguji yang telah bersedia meluangkan waktu memberikan bimbingan, dukungan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini
7. Para Dosen Program Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 8. Semua karyawan di Sekretariat Pendidikan Akuntansi (Mbak Aris dan Pak
Wawik) terimakasih atas segala pelayanan dan bantuannya selama penulis kuliah di USD.
9. Bapak Y. Supriyadi, Bc. Hk, S.Pd, selaku Kepala SMK Sanjaya Pakem Sleman Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
10.Bapak dan Ibu Guru beserta Staf Karyawan di SMK Sanjaya Pakem Sleman Yogyakarta yang telah memberikan bantuan dan arahan kepada penulis.
11.Siswa-siswi kelas 2 dan 3 Jurusan Penjualan yang telah membantu penulis dalam melengkapi data. Terimakasih atas kerjasamanya.
12.Ayah Agustinus Bambang Utoyo dan Mama Agnes Eny Waljiyati tercinta, terimakasih untuk segala kasih sayang, kesabaran, dan doa-doanya serta pengorbanannya baik moral maupun materiil sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
(12)
ix
13.Adiku Agatha Previan Chrisditya dan Ancilla Thertia Milleena atas segala doa dan dukungannya ( Ta, belajar yang rajin biar bisa masuk TEKIM UGM yach!!! La, jangan maen kasti terus, belajar dong biar rangking 1 lagi OK??!!). 14.CintaQyu, SweetyQyu, Honey-BoneyQyu “Brama Eka Prasetya” makasih ya
atas doa, motivasi dan kasih sayangnya, Say, ternyata bener yang kamu bilang “Kamu pasti bisa!!” he9.. terbukti juga aku bisa lulus nich… Aku selalu dukung kamu biar cepet nyusul aku ok?! I Love You…..
15.Evi Lastriani Sitorus (my best friend… thank’s ya bukunya, thank’s bawelnya.. kangen nech jadi anak SMA lagi ha9… Sukses buat km!!!.)
16.Bu Yanti Kriting, Deyas, Sigit makasih atas doa dan bantuannya. (Buat Deyas n Sigit kapan married?)
17.Mbah Gabel, Budhe Is, Om Dwix, Om Tyas, Om Joko, Tante Ema, Michael, n Adiknya terimakasih atas doa dan dukungannya.
18.Bapak Rujito, Ibu Gumi, Ari, dan Tika Terimakasih atas doa dan dukungannya.
19.Astri (tri… Kamu memang diutus oleh Tuhan buat bantu aku he9… Thank’s atas semuanya)
20.Mba Yohana ’03 (thank’s for all… aku ga bs ngungkapin perasaanku, yg jelas aku seneng bs kenal km jd byk hal yg aku dapat he9…)
21.Pungki (Hai…Teman seperjuanganku ayo kita cari kerja!!!), Bunda Fenti n P Ady (Kangen nech ma Dex Ndi…, Uda bs apa? Bs minta adex yach?! Makasih ya bunda uda kasih support, jadi temen curhat yang OK bgtz. Sukses
(13)
x
buat kamu!!), Siska (Cis,mkch t4 kostnya, makanan, minuman, dll. Chayo Cis Km pasti bisa!!!), Mba Esti PBI ’04 (Mksh bantuannya)
22.Tantri (Jenx, met berjuang yach. Yucks.. kpn Qta Tour bareng lagi?!), Evi (Chep, kangen nech!!! Mksh buat kerjasamanya, buat curhat2annya, cariin kerjaan donx buat aku.), Mbokde Gareth (Jaga De2’x Oni baex2, jgn diajari yg aneh2 he9…)
23.Ika, Nia, Yanita, Cece, Rani, Pasca, Shela, Yani, Dikha, Shinta, Ember, Lasme’x, Indra, Heru, Yoga, Ucup, Blakcy, Agung, Beni, Te.Pe, Moko, pakde Acon’x, Agus ’03, Gambul (terimakasih atas bantuan kalian selama kuliah dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini kapan kita bisa kumpul lagi aku kangen ni ma kalian smua………)
24.Sulis, Kriyas, Danang, Maz Eko, Maz Aris, n anak2 Mudika GabrieL (Makasih atas dukungan, semangat, n canda tawa kalian yg buat aku ga BT lagi)
25.Mas Moko n familly ( Terimakasih buat pinjeman komputer n scan virus he9… flashdisk ku skrg uda bersih low mas ha9…)
26.Temen2 PS. Jubilate, Komunitaz Pemazmur, Komunitas Lektor (Terimakasih buat kebersamaan kita… GBU)
27.Buat teman-teman seperjuangan di PAK 2004 kelas A dan B, sukses untuk semuanya ya………
28.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terimakasih atas segala bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
(14)
xi
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik, dan masukan sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak yang berhubungan dengan pendidikan.
Yogyakarta, 12 Januari 2009
Penulis
(15)
xii
ABSTRAK
HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PRESTASI BELAJAR KEJURUAN SISWA DENGAN
MINAT BERWIRAUSAHA
Studi kasus : Siswa-siswi kelas 2 dan 3 Jurusan Penjualan SMK Sanjaya, Pakem, Sleman, Yogyakarta
Angela Nucifera Haidityasari Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah : (1) ada hubungan yang positif signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat berwirausaha, (2) ada hubungan yang positif signifikan antara prestasi belajar kejuruan siswa dengan minat berwirausaha pada siswa-siswi kelas 2 dan 3jurusan penjualan SMK Sanjaya Pakem Sleman Yogyakarta.
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan September 2008. Populasi penelitian berjumlah 52 siswa. Pengumpulan data menggunakan metode kuesioner dan wawancara. Untuk menguji hipotesis penelitian menggunakan metode analisis korelasi product moment dari Pearson.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) ada hubungan yang positif dan signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat berwirausaha, hal ini berdasarkan hasil perhitungan nilai koefisien korelasi bernilai positif dan nilai r = 0,349, sedangkan hasil pengujian
t
hitung = 2,751 lebih besar dari
t
tabel = 1,676. (2) ada hubungan yang positif dan signifikan antara prestasi belajar kejuruan siswa dengan minat berwirausaha, hal ini berdasarkan hasil perhitungan nilai koefisien korelasi bernilai positif dan nilai r = 0,254, sedangkanthitung
= 2,029 lebih besar darit
tabel = 1,676.(16)
xiii
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN THE ECONOMIC AND SOSIAL STATUS OF THE PARENTS AND STUDENTS’ ACHIEVEMENT
TOWARD THE INTEREST OF ENTREPRENEURSHIP A Case Study on : The second and third year students of Marketing
Department Sanjaya Vocational Senior High School in Pakem, Sleman, Yogyakarta
Angela Nucifera Haidityasari Sanata Dharma University
Yogyakarta 2009
This research aims to know whether : (1) there is any positive and significant relationship between the economical and social status of the parents towards entrepreneurship ; (2) there is any positive and significant relationship between students’ achievement towards entrepreneurship of the students of the second and the third of students Marketing Department of Sanjaya Vocational Senior High School.
Data collecting was done in September 2008. The population of the research was 52 students. The data were collected by using questionnaire and interviews methods. To analyse the hypotheses, product moment from Pearson correlation analysis was applied.
The result of the research shows that : (1) there is a positive and significant correlation between the economical and social status of the parents towards entreprenerurship; the value of r = 0,349, while the examination result is
t
count = 2,751 it is bigger thant
table = 1,676. (2) there is a positive and sigificant correlation between students’ achievement towards entrepreneurship, this positive calculation coefficient value and value of r = 0,254, while the examination result ist
count = 2,029 is bigger thant
table = 1,676.(17)
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK... xii
ABSTRACT ... xiii
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
(18)
xv BAB II TINJAUAN TEORITIK
A. Status Sosial Ekonomi ... 10
B. Prestasi Belajar ... 16
C. Minat Berwirausaha ... 21
D. Hakekat Prestasi Kejuruan ... 29
E. Kerangka Berpikir ... 31
F. Paradigma Penelitian ... 34
G. Hipotesis ... 35
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 36
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 37
D. Populasi ... 37
E. Operasionalisasi Variabel ... 38
F. Teknik Pengumpulan Data ... 42
G. Teknik Pengujian Instrumen ... 43
H. Teknik Analisis Data ... 48
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah SMK Sanjaya Pakem ... 53
B. Latar Belakang Pendirian Sekolah ... 54
(19)
xvi
D. Sistem Satuan Pendidikan SMK Sanjaya Pakem ... 55
E. Kurikulum Satuan Pendidikan SMK Sanjaya Pakem ... 58
F. Sumber Daya Manusia di SMK Sanjaya Pakem ... 60
G. Data Siswa SMK Sanjaya Pakem ... 64
BAB V DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data... 66
B. Analisis Data ... 69
1. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 69
2. Pengujian Hipotesis... 70
C. Pembahasan... 73
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN A. Kesimpulan ... 78
B. Keterbatasan Penelitian ... 78
C. Saran... 79
DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran
(20)
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Kisi-kisi Operasionalisasi Variabel Status Sosial Ekonomi ... 38
Tabel 3.2. Kisi-kisi Operasionalisasi Variabel Minat Berwirausaha ... 42
Tabel 3.3. Rangkuman Uji Validitas Status Sosial Ekonomi ... 44
Tabel 3.4. Rangkuman Uji Validitas Minat Berwirausaha ... 46
Tabel 3.5 Rangkuman Uji Reliabilitas ... 48
Tabel 5.1. Responden Penelitian ... 66
Tabel 5.2. Sebaran Klasifikasi Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 66
Tabel 5.3. Sebaran Klasifikasi Prestasi Belajar Kejuruan Siswa ... 67
Tabel 5.4. Sebaran Klasifikasi Minat Berwirausaha ... 68
(21)
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1. Sebaran Klasifikasi Status Sosial Ekonomi Orang Tua ...67 Gambar 5.2. Sebaran Klasifikasi Prestasi Belajar Kejuruan Siswa ...68 Gambar 5.3. Sebaran Klasifikasi Minat Berwirausaha ...69
(22)
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Ijin Penelitian ... 81 Lampiran Kuisioner ... 84 Lampiran Data Prapenelitian ... 90 Lampiran Output Uji Validitas dan Reliabilitas ... 93 Lampiran Data Penelitian ... 96 Lampiran Output Uji Normalitas ...102 Lampiran Output Uji Hipotesis ...103 Lampiran Deskripsi Data ...105 Lampiran Daftar Tabel ...107
(23)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini banyak di jumpai Sekolah Menengah kejuruan (SMK) yang didirikan oleh pemerintah maupun swasta untuk dapat memenuhi tuntutan masyarakat terlebih dalam dunia industri. Dengan adanya pertumbuhan Sekolah Menengah Kejuruan yang semakin banyak diharapkan akan menghasilkan calon tenaga kerja yang semakin terampil, namun hal ini akan menimbulkan permasalahan yang baru yaitu penempatan tenaga kerjanya.
Dari sejumlah calon tenaga kerja yang dihasilkan oleh SMK ternyata masih banyak yang belum mendapatkan pekerjaan. Hal tersebut dikarenakan keterampilan para lulusan SMK masih banyak yang belum memenuhi harapan dari pihak industri. Situasi ini lebih diperburuk lagi dengan semakin banyaknya lulusan SMU yang tidak dapat melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi, sehingga hal ini akan menambah jumlah pencari kerja (Ida Bagus Mantra, 1980:59)
Untuk mengatasi permasalahan di atas ada beberapa alternatif pemecahannya antara lain dengan memperluas lapangan kerja atau bisa juga dengan berwirausaha. Pemerintah dalam hal ini juga sudah berusaha keras, namun dengan adanya keterbatasan modal untuk menyeimbangkan antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah lapangan pekerjaan akan
(24)
membutuhkan waktu yang sangat lama. Sedang jumlah lulusan sekolah sebagai calon tenaga kerja terus meningkat setiap tahunnya.
Menghadapi kenyataan tersebut, SMK sebagai penyelenggara pendidikan kejuruan yang siap kerja perlu untuk meningkatkan kualitas lulusan agar mampu bekerja maupun menciptakan usaha sendiri. Salah satu caranya adalah memberikan pendidikan yang sesuai dengan bidang keahliannya serta menanamkan sikap berwirausaha kepada siswa.
Beberapa jurusan yang ditawarkan oleh SMK sangat membantu siswa khususnya dalam menggeluti bidang keahlian yang dimilikinya. Misalnya di SMK yang menawarkan jurusan penjualan, jurusan boga, jurusan busana, jurusan otomotif, mereka dipersiapkan sesuai bidang keahliannya agar setelah lulus nanti mereka bisa menerapkan kompetensi yang dimilikinya dengan membuka lapangan kerja baru baik itu bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain, tentunya dengan bekal yang telah diperoleh sesuai bidang keahliannya masing-masing. Namun ada juga SMK yang menawarkan jurusan Akuntansi yang tentunya mereka juga sama-sama dipersiapkan untuk bisa terjun ke dunia kerja atau industri namun mereka cenderung untuk mencari kerja karena keahlian dalam bidang akuntansi yang mereka miliki hanya bisa diterapkan ketika mereka bekerja di suatu perusahaan atau industri seperti misalnya kemampuan dalam membuat laporan keuangan.
SMK Sanjaya Pakem Sleman Yogyakarta khususnya program studi Penjualan sebagai tempat pendidikan formal bagi calon tenaga kerja
(25)
diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang benar-benar memiliki keterampilan yang memadai dengan demikian mampu mandiri dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain yaitu dengan berwirausaha.
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan peneliti, minat berwirausaha masing-masing siswa jurusan Penjualan SMK Sanjaya Pakem Sleman Yogyakarta berbeda-beda, bahkan sebagian besar mempunyai kecenderungan ingin mencari pekerjaan setelah lulus. Perbedaan latar belakang siswa tidak terlepas dari status sosial ekonomi orang tua siswa itu sendiri.
Status sosial ekonomi orang tua merupakan faktor ekstern yang mencakup tingkat pendidikan orang tua, jabatan dalam masyarakat, dan kekayaan yang dimiliki orang tuanya. Pengamatan peneliti menyatakan siswa-siswi yang bersekolah di SMK Sanjaya Pakem Sleman Yogyakarta sebagian besar berasal dari keluarga yang status sosial ekonomi orang tuanya sedang bahkan rendah. Hal ini dapat dilihat dari penampilan siswa yang sangat sederhana terlihat dari sepatu dan tas yang dipakai tidak bermerek bahkan sudah usang, transportasi yang mereka gunakan untuk bersekolah yaitu bus dan ada juga yang berjalan kaki, dan di tempat parkir siswa tidak banyak yang menggunakan sepeda motor. Pada saat jam istirahat berlangsung terlihat ada beberapa siswa yang tidak pergi ke kantin, hal ini dimungkinkan karena uang saku yang mereka terima dari
(26)
orang tua hanya cukup untuk keperluan transportasi atau dengan kata lain uang saku mereka hanya pas-pas an saja.
Orang tua yang mempunyai pendidikan lebih tinggi diduga akan lebih aktif dalam mendorong perkembangan anak. Pengalaman mengenyam dunia pendidikan yang lebih baik memudahkan mereka untuk membantu menyelesaikan kesulitan belajar anak karena pengalaman yang mereka miliki dan cara mengatasi permasalahan dengan berbekal pengetahuan yang luas. Anak dari keluarga yang tingkat pendidikan orang tuanya lebih tinggi menunjukkan nilai lebih baik dalam kemampuan akademik dan dalam lamanya bersekolah dibanding dengan anak-anak yang tingkat pendidikan orang tuanya rendah. Selain itu, diduga derajat hubungan kekayaan yang dimiliki orang tua dengan minat berwirausaha akan lebih tinggi dibadingkan dengan siswa yang orang tuanya tidak memiliki kekayaan. Hal ini disebabkan orang tua memiliki ketersediaan modal material yang berupa fasilitas sarana dan biaya untuk membuka usaha.
Faktor intern yang dapat mempengaruhi minat seseorang untuk berwirausaha, salah satunya adalah keterampilan yang dimiliki siswa. Pada kenyataannya keterampilan yang dimiliki oleh para siswa SMK Sanjaya Pakem Sleman Yogyakarta berbeda-beda. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil prestasi belajar kejuruan yang berbeda-beda, sehingga minat berwirausaha juga berbeda-beda. Pada umumnya seseorang yang senang dengan pelajaran tertentu akan menghasilkan prestasi belajar yang baik,
(27)
karena itu ia akan lebih cenderung memilih pekerjaan yang berkaitan erat dengan pelajaran yang disenangi, diduga dengan prestasi yang tinggi dapat menimbulkan minat berwirausaha siswa yang tinggi pada sekolah kejuruan. Sebab dengan prestasi yang tinggi dapat membawa siswa dalam berkreativitas dan berusaha sehingga menimbulkan minat berwirausaha.
Adanya Praktek Kerja Lapangan (PKL) di dunia industri dapat menjadi sarana bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan yang dimilikinya. Dari sinilah mereka dilatih baik itu keterampilan yang berhubungan dengan kompetensinya juga kepribadiannya seperti percaya diri, tanggung jawab, disiplin, kerjasama, cepat tanggap, tekun dan ulet (www.yasmin-barbeku.org/content/view/154/34/). Selain itu keterampilan mengelola usaha kecil misalnya koperasi siswa dan mata pelajaran kewirausahaan juga menjadi sarana bagi siswa untuk dapat mengembangkan bakat terutama yang berhubungan dengan minatnya dalam dunia wirausaha. Di sana mereka dilatih untuk mengelola koperasi siswa serta dalam mata pelajaran kewirausahaan mereka dilatih untuk membuat dan menawarkan barang dagangan, dengan adanya rasa ketertarikan, perasaan senang dan keinginan untuk terlibat di dalamnya maka diharapkan hal tersebut dapat menimbulkan minat berwirausaha siswa.
Berdasarkan uraian dan fakta tersebut diatas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Status Sosial
(28)
Minat Berwirausaha”. Penelitian ini merupakan studi kasus pada siswa-siswi kelas 2 dan 3 jurusan Penjualan pada SMK Sanjaya Pakem, Sleman, Yogyakarta.
B. Batasan Masalah
Agar dapat diperoleh gambaran yang jelas dan menghindari penafsiran yang menyimpang, maka perlu diberi batasan mengenai permasalahan. Oleh karena banyak faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha siswa, maka dalam penelitian ini dibatasi pada faktor intern yang meliputi prestasi belajar kejuruan siswa dan faktor ekstern yaitu status sosial ekonomi orang tua yang dibatasi oleh tingkat pendidikan orang tua, jabatan orang tua dalam masyarakat, dan kekayaan yang dimiliki oleh orang tua
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan positif antara status sosial ekonomi orang tua
dengan minat berwirausaha?
2. Apakah ada hubungan positif antara prestasi belajar kejuruan siswa
dengan minat berwirausaha?
(29)
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas, penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara status sosial
ekonomi orang tua dengan minat berwirausaha.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara prestasi belajar kejuruan siswa dengan minat berwirausaha.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi :
1. Sekolah
Penelitian diharapkan dapat dipergunakan sebagai langkah untuk mengembangkan minat siswa dalam berwirausaha.
2. Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan berpikir serta untuk menambah pengetahuan.
3. Orang Tua
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada orang tua siswa agar lebih intensif mendorong dan mendampingi siswa dalam belajar.
(30)
G. Sistematika Isi Skripsi
Gambaran mengenai isi skripsi disajikan dalam sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang penelitian, batasan penelitian, rumusan penelitian, manfaat penelitian, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan skripsi, dimana semuanya merupakan landasan dalam penulisan skripsi ini.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini mengemukakan tentang teori-teori yang berasal dari pendapat para ahli yang telah diakui kebenarannya, yang merupakan landasan sebagai syarat penunjang untuk memecahkan masalah tentang hubungan status sosial ekonomi orang tua dan prestasi belajar kejuruan siswa dengan minat berwirausaha.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini mengemukakan beberapa metode atau cara yang digunakan dalam penelitian baik dari awal penyusunan kuesioner sampai pengambalian data menggunakan kuesioner tersebut serta beberapa metode untuk menghasilkan perolehan data yang terkumpul.
(31)
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH
Bab ini mengemukakan tentang sejarah dan berbagai sarana dan prasarana penunjang pendidikan serta sumber daya manusianya di mana penelitian ini dilaksanakan.
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini mengemukakan tentang penerapan metode yang digunakan hingga ditemukan suatu hasil yang dapat dipertanggungjawabkan. Kemudian dari hasil tersebut kita dapat suatu pembahasan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini mengemukakan tentang kesimpulan dan saran yang telah kita tarik dari pembahasan. Kesimpulan tersebut dapat memberikan pengertian kepada pihak yang berkepentingan sehingga hasil penelitian tersebut dapat digunakan sebaik-baiknya. Disini juga tertulis saran yang membangun dan bermanfaat untuk beberapa pihak yang berkepentingan.
(32)
10
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Status Sosial Ekonomi
Menurut Sukamto (1990:264) status adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial sehubungan dengan orang-orang lainnya dalam kelompok tersebut atau tempat suatu kelompok sehubungan dengan kelompok-kelompok lainnya di dalam kelompok yang lebih besar lagi.
Sukanto kembali menyatakan bahwa status sosial berarti tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisnya dan hak-hak serta kewajibannya. Sehubungan dengan status sosial tersebut Sukamto menggolongkan menjadi tiga (3) yaitu :
1. Ascribed status yang berarti bahwa kedudukan yang diperoleh karena
kelahiran, misalnya keturunan ningrat secara otomatis dalam masyarakat akan mempunyai kedudukan yang tinggi.
2. Achieved status merupakan kedudukan yang dicapai oleh seseorang
dengan usaha-usaha yang disengaja, misalnya orang dapat menjadi hakim karena memiliki syarat-syarat tertentu.
3. Assigned status adalah kedudukan yang diberikan, misalnya
kedudukan yang diberikan masyarakat kepada seseorang menjadi lurah atau kepala desa.
(33)
Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh E. Roucek dan Warren (1984:80) yang menyatakan bahwa status sosial selalu mengacu kepada kedudukan khusus seseorang dalam masyarakat berhubungan dengan orang lain dalam lingkungan yang disertainya, martabat yang diperolehnya dan hak serta tugas yang dimilikinya.
Status sosial ekonomi merupakan kedudukan seseorang dalam masyarakat berdasarkan pekerjaan, pendapatan, tingkat pendidikan dan pemilikan barang-barang berharga dari orang tersebut.
Sukamto (1990:266) mengemukakan beberapa kriteria penggolongan status sosial ekonomi yaitu :
1. Ukuran kekayaan
Barangsiapa mempunyai kekayaan paling banyak termasuk lapisan atau golongan teratas.
2. Ukuran Kekuasaan
Barangsiapa yang mempinyai kekuasaan atau wewenang terbesar menempati golongan teratas.
3. Ukuran kehormatan
Orang yang paling disegani dan dihormati mendapat tempat teratas. 4. Ukuran ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan dipakai sebagai ukuran masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan.
(34)
Hal tersebut di atas sesuai dengan pendapat Keeves yang dikutip oleh Budi Indarta (1996:8) bahwa status sosial ekonomi mencakup unsur pendidikan, jabatan, penghasilan, pemilikan barang berharga yang dimiliki seseorang di dalam suatu masyarakat atau kelompoknya.
Keadaan keluarga mempunyai hubungan terhadap perkembangan pendidikan anak. Dapat diartikan bahwa sikap, cita-cita, minat, motivasi anak terhadap suatu obyek ada hubungannya dengan keadaan ekonomi orang tuanya. Menurut Gerungan (1989;57), dalam kondisi ekonomi keluarga yang cukup, seseorang akan mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat ia kembangkan apabila tidak ada alat-alat. Dari pendapat tersebut diartikan bahwa anak yang berasal dari keluarga yang ekonominya cukup, mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan kemampuannya daripada anak yang berasal dari keluarga yang ekonominya rendah. Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan diatas dalam penelitian ini peneliti hanya membatasi status sosial ekonomi menjadi tiga unsur saja, yaitu :
1. Tingkat Pendidikan Orang Tua
Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar yang mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam sekolah dan berlangsung seumur hidup. Mendidik atau pendidikan adalah mempengaruhi anak dalam usaha membimbingnya supaya menjadi manusia dewasa. Usaha membimbing adalah usaha yang disadari dan
(35)
dilaksanakan dengan sengaja. Pendidikan hanya terdapat dalam suatu pergaulan yang disengaja antara orang dewasa dengan anak (manusia muda).
Yang dimaksud orang dewasa adalah orang yang memiliki kemampuan-kemampuan intelektual dasar dan mempunyai keterampilan yang cukup berguna untuk berperan aktif dalam hidup bermasyarakat serta juga berwawasan sama dengan sesama dan bersedia bekerja bagi kesejahteraan bersama (Mardiatmojo, 1986: 53).
Menurut Muri Yusuf (1982:61), pendidikan dapat diklasifikasikan dalam :
a. Pendidikan Formal merupakan pendidikan sekolah
b. Pendidikan Informal merupakan pendidikan yang diperoleh
dari pengalaman sehari-hari dengan atau tidak disengaja sejak lahir sampai mati dalam keluarga, dalam pekerjaan atau pengalaman sehari-hari.
c. Pendidikan Nonformal merupakan pendidikan yang teratur
dengan sadar dilakukan tetapi tidak selalu mengikuti peraturan yang ketat dan tetap.
Yang dimaksud dengan orang tua adalah setiap orang tua yang bertanggungjawab dalam satu keluarga atau rumah tangga yang dalam penghidupan sehari-hari lazim disebut ibu bapak (Nasution, 1985: 1). Sedangkan tingkat pendidikan orang tua maksudnya adalah
(36)
tingkat pendidikan yang berhasil dicapai orang tua dalam hal ini jenjang pendidikan formal yang berhasil diselesaikan yaitu SD, SLTP, SMU / SMK, dan Perguruan Tinggi. Tingkat pendidikan formal yang dicapai akan membawa hubungan yang luas pada kehidupan seseorang yaitu bukan hanya berhubungan terhadap tingkat penguasaan pengetahuan, tetapi juga berhubungan pada jenjang pekerjaan formal, penghasilan, kekayaan dan status sosial dalam masyarakat. Seseorang yang lulusan SD cenderung memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan mereka yang tidak sekolah sama sekali, seorang tamatan SLTP lebih berpengalaman daripada tamatan SD dan akhirnya tamatan Perguruan Tinggi lebih berpengalaman dari tamatan SMU / SMK. Bagaimanapun seorang yang berpendidikan tinggi lebih berpengalaman atau berpengetahuan (Nasution,1985:2).
Orang tua yang tingkat pendidikannya rendah akan sulit untuk membantu anak mereka dalam menghadapi kesulitan belajarnya, karena pengetahuan yang terbatas akibat dari tingkat pendidikannya rendah menyebabkan orang tua mengalami kesulitan untuk membantu kesulitan belajar. Kemampuan orang tua menyelesaikan jenjang pendidikan yang tinggi menjadi pemicu dan semangat bagi anak untuk mencapai hal yang serupa. Hal ini dikarenakan pendidikan yang tinggi akan membuat orang tua akan semakin positif sikapnya pada dunia pendidikan, sehingga akan selalu
(37)
menyadarkan dan mendorong anak untuk rajin belajar. Disisi lain, anak juga akan meniru orang tuanya, seperti yang dikatakan Herbert N.Cusson, (Nasution, 1985:1) meniru adalah sifat manusia, maka perlulah setiap orang menjadikan dirinya contoh yang baik untuk ditiru.
Orang tua yang berpendidikan tinggi akan lebih aktif dalam mendorong perkembangan anak. Pengalaman mengenyam dunia pendidikan yang lebih baik memudahkan untuk membantu menyelesaikan kesulitan belajar anak, karena mereka memiliki pengalaman dan cara mengatasi permasalahan dengan berbekal pengetahuan yang luas. Anak dari keluarga yang tingkat pendidikan orang tuanya lebih tinggi menunjukkan nilai lebih baik dalam kemampuan akademik dan dalam lamanya bersekolah dibanding dengan anak-anak yang tingkat pendidikan orang tuanya rendah.
2. Jabatan Dalam Masyarakat
Yang dimaksud dengan jabatan adalah kedudukan yang dimiliki oleh seseorang yang dipercayakan masyarakat kepada dirinya, misalnya menjadi Ketua RT, Ketua RW, Lurah, dan lain sebagainya. Jabatan yang dimiliki seseorang dapat menunjukkan kedudukannya di dalam masyarakat sehingga dia lebih dihormati dan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada rakyat jelata.
(38)
3. Kekayaan Yang Dimiliki
Uang dan harta benda lainnya merupakan hal yang dapat digunakan untuk mengukur kekayaan seseorang. Semakin banyak hartanya, semakin menjadikan orang tersebut lebih terpandang baik di dalam masyarakat maupun dalam lingkungan pergaulan. Kekayaan tersebut misalnya : rumah mewah, mobil, motor, dan lain sebagainya.
B. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan suatu kecakapan nyata yang dimiliki seseorang yang merupakan hasil dari proses yang dilakukan dalam rangka menyiapkan diri untuk menambah pengetahuan, yang hasilnya dapat dilihat secara nyata dan dapat diukur menggunakan alat ukur yaitu test. Hasil yang diperoleh itu merupakan bentuk aktualisasi diri (Winkel, 1985: 16). Belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi baik disadari maupun tidak disadari dalam proses pembelajaran.
Pengertian belajar menurut Hilgard dan Bower seperti yang dikutip oleh Ngalim Purwanto (1990:84)
Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya).
(39)
Ngalim Purwanto (1990:85) mengemukakan adanya ciri-ciri belajar yang meliputi empat hal yang hampir sama dengan pendapat di atas, yaitu:
1. Belajar merupakan perubahan tingkah laku
2. Belajar merupakan perubahan melalui latihan atau pengalaman
3. Untuk disebut belajar maka perbuatan itu harus relatif menetap
4. Tingkah laku yang mengalami perubahan oleh karena belajar
menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun psikis Keberhasilan seseorang siswa dalam kegiatan belajar salah satunya dapat dilihat dari nilai-nilai yang dilaporkan dalam raport secara periodik. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumadi (1984:234) yang mengemukakan bahwa nilai yang tercantum dalam raport merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemampuan belajar siswa selama masa tertentu.
Sumadi juga menegaskan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam usaha belajarnya yang dinyatakan dengan nilai-nilai raportnya.
Menurut pendapat Bloom yang dikutip oleh Suharsimi (1987:205) prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Poerwadarminto (1995:787) merumuskan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
(40)
Tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut Entang (1987:7) faktor-faktor tersebut adalah :
1. Faktor internal yang meliputi :
a.Intelegensi, kecerdasan, kecakapan, dan bakat b.Panca Indra
c.Sikap dan kebiaasaan belajar 2. Faktor eksternal yang meliputi :
a.Situasi belajar b.Kurikulum
c.Keadaan lingkungan
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor yang berasal dari diri individu yang belajar baik faktor psikis maupun fisik dan faktor yang berasal dari luar individu misalnya faktor lingkungan, sosial ekonomi, guru, metode mengajar dan lain-lain. Sesuai dengan pendapat diatas, Usman (1993:10) mengungkapkan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah :
1. Faktor yang berasal dari diri sendiri, misalnya sikap, motivasi, minat, kecakapan nyata, kecerdasan, dan bakat.
2. Faktor yang berasal dari luar diri sendiri, misalnya lingkungan
(41)
Senada dengan pendapat diatas Suharsimi (1987:21) mengemukakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar :
1. Faktor internal
a.Biologis yang meliputi usia, kematangan, kesehatan b.Psikologis yang meliputi minat, motivasi, suasana hati 2. Faktor eksternal
a.Manusia : di keluarga, di sekolah, di masyarakat b.Non manusia : udara, suasana, bau-bauan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang berasal dari dalam dan luar individu.
2. Pengertian Praktek Kerja Industri
Praktek Kerja Industri (prakerin) yang dahulu adalah Program Sistem Ganda atau Praktek Kerja Lapangan merupakan kurikulum wajib bagi siswa SMK untuk melakukan praktek kerja di Dunia Usaha dan Dunia Industri (Du/Di) yang sesuai dengan program keahlian yang bersangkutan. Tujuan Prakerin salah satunya adalah untuk membelajarkan siswa untuk mempraktekan ilmu dan keterampilan yang sudah diperoleh di sekolah serta membelajarkan siswa terhadap
suasana dunia kerja. Sedangkan feed back bagi sekolah adalah
memperoleh masukan tentang kesesuaian antara ‘kurikulum’ dunia kerja dengan kurikulum sekolah.
(42)
Pendidikan sistem ganda adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui bekerja langsung di dunia kerja, dan terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu. Dalam PSG, lembaga pendidikan atau lembaga pelatihan lain dan industri secara bersama-sama menyelenggarakan suatu program pendidikan atau program pelatihan mulai perencanaan, penyelenggaraan, dan penilaian, sampai dengan upaya penempatan lulusan. PSG adalah salah satu modal pendidikan yang paling efektif dalam mendekatkan kesesuaian antara dunia kerja itu sendiri dan penyelenggara pendidikan. Kesediaannya untuk tempat magang itu berarti dunia kerja ikut membentuk peserta didik menjadi manusia yang produktif dan berpenghasilan selama tidak mengganggu proses produksi. http://smkn1purwakarta.blogspot.com/2008/05/pengertian-pendidikan-sistem-ganda-p-s.html
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Praktek Kerja Industri yang dilaksanakan di SMK sangat membantu para siswa dalam mempraktekkan apa yang di dapat di sekolah pada dunia industri. Dengan adanya Prakerin ini para siswa dilatih jiwa berwirausaha yaitu percaya diri, tanggung jawab, disiplin, kerjasama, cepat tanggap, tekun dan ulet.
(43)
C. Minat Berwirausaha
1. Pengertian Kewirausahaan
Kata wirausahawan merupakan terjemahan dari kata
entrepreneur. Kata tersebut berasal dari bahasa Perancis ”entrependre”
yang berarti ”bertanggungjawab”. Wirausahawan adalah orang yang bertanggungjawab dalam menyusun, mengelola dan mengatur resiko suatu usaha bisnis (Machfoedz dan Machfoedz, 2004:1). Menurut Drucker, kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different). Menurut Zimmere (Suryana, 2003:4), kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya untuk memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari.
Kreativitas sebagai kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam memecahkan persoalan dan menghadapi peluang, sedangkan inovasi diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan-persoalan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan Zimmere dalam (Suryana, 2003:2). Jadi kewirausahaan adalah suatu kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan siasat, kiat dan proses dalam menghadapi tantangan hidup.
(44)
Lampiran Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 tahun 1995 tanggal 30 Juni 1995 (Priyono dan Soerata, 2004:16), tentang “Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan” pada poin 1 menyatakan bahwa kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Dalam modul pelatihan CEFE (Creation of Enterpreses Formation of
Entrepreneurs) yang diadakan oleh proyek PIKM Provinsi DIY
Kanwil Departemen perindustrian Provinsi DIY tanggal 5 Mei sampai dengan 13 Juni 1995 (Priyono dan Soerata, 2004:16), disebutkan bahwa kewirausahaan adalah tanggapan terhadap peluang usaha yang terungkap dalam seperangkat tindakan serta membuahkan hasil berupa organisasi usaha yang melembaga, produktif, dan inovatif. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan kewirausahaan adalah suatu kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku inovatif untuk memanfaatkan peluang usaha.
Istilah wirausaha pada waktu yang lalu lebih dikenal dengan istilah wiraswasta, keduanya mempunyai pengertian yang sama. Wirausaha atau wiraswasta berasal dari kata “wira” yang berarti utama, gagah, luhur dan teladan. “Swa” yang berarti sendiri, “sta”
(45)
yang berarti berdiri. Jadi wirausaha atau wiraswasta adalah orang-orang yang mempunyai sifat kewiraswastaan atau kewirausahaan seperti : keberanian mengambil resiko, keutamaan dan keteladanan dalam menangani usaha dengan berpijak pada kemauan dan kemampuan sendiri (Priyono dan Soerata, 2004:15). Menurut Prawirokusumo (Suryana, 2003:11), wirausaha adalah seseorang yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa wirausaha ialah seseorang yang melakukan upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide untuk menemukan peluang dan perbaikan hidup dengan keberanian, keutamaan, keperkasaan, serta dapat memecahkan permasalahan dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri.
2. Pengertian Minat
Minat merupakan faktor psikologis yang dapat menentukan suatu pilihan seseorang, selain itu minat merupakan salah satu faktor psikologis yang sangat kuat dan penting untuk suatu kemajuan dan keberhasilan seseorang. Seseorang yang mengerjakan suatu pekerjaan dengan disertai minat sebelumnya, pada umumnya akan memperoleh hasil yang lebih baik daripada mereka yang tidak berminat sebelumnya.
(46)
Pengertian Minat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 1995:656), adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, keinginan. Sejalan dengan itu menurut Mapiare (1982:62), minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari campuran perasaan, harapan, pendirian, prasangka atau kecenderungan yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu. Ini berarti selain karena perasaan senang, orang yang berminat terhadap suatu objek juga mempunyai harapan-harapan untuk memperoleh manfaat dari objek tersebut. Kalau memberikan manfaat dia cenderung untuk memilih objek tersebut. Menurut Witherington (1963:90), minat adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu objek, seseorang, suatu situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya. Minat harus dipandang sebagai suatu sambutan yang sadar, kalau tidak demikian minat itu tidak mempunyai arti sama sekali.
Menurut The Liang Gie (1995:16), minat melahirkan perhatian wajar yang tidak dipaksakan dengan tenaga kemauan. Minat melahirkan perhatian wajar yang tidak dipaksakan akan memudahkan terciptanya konsentrasi dan menjadi benteng pelindung melawan gangguan-gangguan perhatian apapun dari luar. Minat selain memungkinkan pemusatan pikiran, juga akan menimbulkan kegembiraan dalam usaha belajar. Keriangan hati akan memperbesar daya kemampuan belajar seseorang dan juga membantunya tidak mudah melupakan apa yang dipelajarinya itu. Menurut William
(47)
Amstrong (The Liang Gie, 1995:133), ada 10 (sepuluh) cara untuk memperoleh minat sebagai berikut :
1. Hendaknya berusaha menetapkan apa yang ingin diperbuatnya dan
ke mana akan menuju.
2. Tetapkan suatu alasan bagi pekerjaan yang dilakukan dan dengan
demikian membersihkannya dari unsur pekerjaan yang membosankan.
3. Hendaknya berusaha menentukkan tujuan hidupnya : ingin menjadi
apa?
4. Lakukan suatu usaha yang sungguh-sungguh untuk menangkap
keyakinan dan pengabdian diri pada pelajaran yang bersangkutan.
5. Hendaknya membangun suatu sikap yang positif, yaitu mencari
minat-minat yang baik ketimbang alasan-alasan penghindar yang buruk.
6. Hendaknya menerapkan keaslian dan kecerdasannya dalam mata
pelajaran sebagaimana dilakukannya pada kegemarannya. 7. Berlakulah jujur terhadap diri sendiri.
8. Praktekan kebajikan-kebajikan dari minat dalam ruang kuliah,
yaitu tampak dari berbuat seakan-akan sungguh berminat.
9. Hendaknya menggunakan nalurinya menghimpun untuk
mengumpulkan keterangan. Hal ini tidak saja membantu perkembangan minat, melainkan juga konsentrasi.
10.Janganlah takut untuk menggunakan rasa ingin tahu.
Menurut Freeman (The Liang Gie, 1995:135), ada 10 (sepuluh) cara untuk memperoleh minat sebagai berikut :
1. Hendaknya menyingkirkan pengganggu-penggangu yang tak
penting dan tak dikehendaki seperti misalnya suara, rasa lapar, dan rasa dingin.
2. kesampingkanlah urusan-urusan mendesak lainnya dengan cara
mencatatnya atau menyusun jadwal penyelesaiannya.
3. Tekanlah pikiran-pikiran yang tak dikendaki dengan cara
secepatnya beralih ke topik yang sedang dipelajari.
4. Hendaknya memahami apa yang sedang dipelajarinya.
5. Punyailah suatu minat yang hidup terhadap mata pelajaran di luar jam studi.
6. Hendaknya menggunakan banyak sumber-sumber ide dan
keterangan sehingga memperoleh banyak sudut pandangan terhadap suatu mata pelajaran dan membangkitkan minatnya.
(48)
7. Janganlah berusaha mempelajari suatu mata pelajaran secara tersendiri, melainkan berusaha mempertalikannya sepanjang waktu dengan kehidupan sehari-hari.
8. Hendaknya berusaha membaca suatu buku mengenai sejarah
sesuatu mata pelajaran.
9. Usahakan mengetahui pertalian mata pelajaran itu dengan mata
pelajaran lainnya dan bagaimana mata pelajaran itu dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.
10.Perhatikan film-film, acara televisi dan radio yang berhubungan dengan mata pelajaran itu.
Mengenai cara untuk mengembangkan minat terhadap mata pelajaran yang tak disenangi, Colin Woodley (The Liang Gie, 1995:135), menyatakan bahwa dengan mempelajarinya secara sungguh-sungguh dan baik.
Menurut Winkel (1985:30) dan Walgito (1981:8) sebagai kecenderungan yang menetap pada diri seseorang terhadap suatu obyek dan merasa senang berkecimpung dalam hal itu yang mana disertai rasa ingin tahu, ingin mempelajari, dan kemudian ingin membuktikan lebih lanjut tentang hal yang diketahui. Mengeani munculnya minat, Winkel memberikan urutan-urutan untuk mencapai minat sebagai berikut :
Perasaan Sikap minat
Bila dihubungkan dengan minat seseorang untuk berwirausaha, mula-mula seseorang akan merasa senang terhadap wirausaha. Perasaan tersebut muncul karena seseorang telah mengenal dan karena dia memandang bahwa berwirausaha dapat memberikan manfaat dan berharga bagi dirinya, maka timbulah sikap yang positif. Dia akan selalu memperhatikan, berusaha mendekati dan menyesuaikan dirinya
(49)
dengan sikap wirausaha. Dengan demikian dapat dikatakan minat seseorang untuk berwirausaha telah muncul.
Minat pada diri seseorang tidak terjadi secara tiba-tiba
melainkan suatu proses. Anak mempunyai minat dari pembawaannya kemudian memperoleh perhatian dan interaksi dengan lingkungan sehingga minatnya dapat tumbuh dan berkembang. Minat merupakan suatu pernyataan psikis yang menunjukkan adanya pemusatan perhatian terhadap suatu obyek tertentu yang menarik perhatian (Widodo, 1989:18). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah dorongan psikis yang ditunjukkan oleh adanya kesadaran yang mendorong perhatian pada suatu obyek disertai dengan keinginan untuk terlibat dengan obyek tersebut dalam usahanya untuk memenuhi harapan-harapan yang telah ada dalam dirinya, maka di dalam minat terdapat adanya unsur-unsur kesadaran, perhatian, keinginan, dan juga harapan untuk terlibat langsung pada suatu obyek tertentu yang diminati.
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat berwiraswasta menurut Haryono (1995: 10) adalah faktor dari dalam dirinya (faktor intern) dan faktor yang berasal dari luar dirinya (faktor ekstern).
a. Faktor-faktor dari dalam meliputi :
1. Faktor Bakat
Bakat adalah kecakapan khusus dalam bidang tertentu yang diperoleh karena keturunan. Dalam hal ini misalnya seseorang
(50)
yang dilahirkan dari orang yang berwiraswasta maka setidaknya anak tersebut akan mempunyai kecakapan khusus dalam bidang wiraswasta yang dapat menyebabkan anak tersebut juga ingin terjun dalam bidang wiraswasta.
2. Faktor Kepribadian
Kepribadian adalah totalitas perilaku seseorang yang sifatnya menetap. Kepribadian seseorang ini sangat berpengaruh dalam pemilihan jenis pekerjaan, karena pilihan kerja yang baik yang berakar dari cocoknya kepribadian tersebut yang memungkinkan diekspresikannya sifat-sifat kepribadian tersebut.
3. Faktor Kemampuan
Kemampuan adalah suatu kecakapan seseorang dalam bidang tertentu yang dapat diperoleh dari hasil belajar, melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Kecakapan seseorang itu sangat berpengaruh dalam pemilihan jenis pekerjaan.
b. Faktor-faktor dari luar meliputi : 1. Adanya sarana atau fasilitas
Tersedianya modal material yang berupa fasilitas sarana dan biaya untuk membuka usaha, dengan sendirinya akan mempengaruhi minat seseorang untuk berwiraswasta.
(51)
2. Faktor keluarga atau latar belakang keluarga
Adanya dorongan orang tua, saudara-saudara, merupakan pengaruh bagi bidang kerja seseorang.
3. Latar belakang pendidikan seseorang
Misalnya jurusan penjualan dipersiapkan untuk menjadi wirausaha karena dia mempunyai bekal ilmu yang diperoleh di sekolah dapat mendukung minatnya dalam berwirausaha. 4. Latar belakang sosial masyarakat
Adanya pekerjaan yang mendomonasi suatu daerah akan sangat berpengaruh terhadap pilihan pekerjaan. Apabila dalam masyarakat banyak dijumpai wiraswastawan yang berhasil, maka akan mempengaruhi minat berwiraswasta seseorang. Dengan pengertian minat dan pengertian kewirausahaan yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan pengertian minat berwirausaha sebagai suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perasaan senang menaruh perhatian pada sesuatu serta berusaha untuk mengetahui, melakukan pendekatan, memperhatikan dengan seksama, melibatkan diri dan mengarahkan individu pada suatu pilihan tertentu.
D. Hakekat Prestasi Kejuruan
Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia istilah Prestasi diartikan sebagai hasil yang dicapai, misal Siswa Sekolah Menengah Kejuruan mempunyai prestasi kejuruan yang memuaskan maka prestasi yang
(52)
dimaksud adalah hasil dari belajar siswa tersebut yakni memuaskan. Pengukuran prestasi belajar diketahui dari total nilai semester II. Dari nilai total dibagi jumlah mata pelajaran akan didapat nilai rata-rata siswa.
Sedangkan kejuruan, yang berarti Sekolah Kejuruan atau Lembaga Pendidikan Kejuruan sebagai suatu proses belajar-mengajar yang menekankan lulusannya memiliki ketrampilan khusus untuk bekerja atau memenuhi kualitas pekerjaan yang diinginkan. Pernyataan demikian diperkuat oleh (Widodo1898:22) bahwa Sekolah Kejuruan merupakan lembaga pendidikan yang menyiapkan lulusannya untuk langsung terjun ke lapangan kerja, oleh karena itu Sekolah Kejuruan mempunyai hubungan erat dengan dunia kerja. Jadi sekolah kejuruan mempersiapkan lulusannya untuk langsung dapat memasuki dunia kerja atau memperoleh dan menciptakan lapangan pekerjaan sesuai dengan disiplin ilmu pengetahuan serta keterampilan atau skill yang dimilikinya.
Dari pengertian seperti tersebut di atas maka prestasi kejuruan dapat diartikan sebagai berikut yaitu suatu kemajuan yang dicapai melalui pendidikan yang dihasilkan dari pengembangan dan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik, sehingga dapat diwujudkan dengan kecakapan yang nyata.
(53)
E. Kerangka Berpikir
1. Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dengan Minat Berwirausaha
Status adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial sehubungan dengan orang-orang lainnya dalam kelompok tersebut atau tempat suatu kelompok sehubungan dengan kelompok-kelompok lainnya di dalam kelompok-kelompok yang lebih besar lagi.
Oleh sebab itu status sosial dapat diartikan tingkatan, keadaan, jati diri atau hal yang sebenarnya ada pada diri seseorang, misalnya tingkat pendidikannya ataupun kedudukannya dalam masyarakat.
Sedangkan ekonomi dapat diartikan sebagai pengetahuan dan pendidikan mengenai asas-asas penghasilan, pembagian (distribusi) dan pemakaian barang-barang mengenai kekayaan (seperti halnya keuangan, urusan rumah tangga, kehematan). (Poerwadarminto, 1995: 267) adapun yang dimaksud ekonomi yang berhubungan dengan orang tua adalah tingkatan materiil atau segala sesuatu yang berhubungan dengan kekayaan materi orang tua.
Sedangkan orang tua dapat diartikan sebagai setiap orang yang bertanggungjawab dalam suatu keluarga atau rumah tangga, yang dalam kehidupan sehari-hari lazim disebut ibu bapak (Nasution, 1985: 1).
Sehingga orang tua adalah yang utama dan terutama memegang dalam kelangsungan hidup suatu rumah tangga atau keluarga. Sedangkan semua anak-anaknya yang berada di bawah pengawasan
(54)
maupun dalam asuhan dan bimbingan disebut anggota keluarga. Di mana mereka harus patuh pada ketentuan-ketentuan yang telah digariskan dalam rumah tangga. Sehingga orang tua mempunyai peranan-peranan yang penting dan memiliki tanggungjawab yang besar terhadap anggota keluarga yang berada dibawah tanggungjawabnya.
Dari pengertian tersebut di atas maka, status sosial ekonomi orang tua dapat diartikan sebagai tingkatan kemampuan seseorang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dilihat kepemilikan barang-barang berharga, tingkat pendidikan orang tua dan kedudukan bapak atau ibu di dalam masyarakat.
Seorang anak yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi yang tinggi akan mempunyai kesempatan yang lebih luas dalam mengembangkan kemampuan serta ketrampilan yang dimilikinya daripada seorang anak yang berasal dari keluarga yang mempunyai status sosial ekonomi yang rendah. Orang tua yang mempunyai status sosial ekonomi sedang atau tinggi akan selalu mendampingi perkembangan anak baik itu dalam hal pendidikan maupun dalam menyediakan fasilitas berupa alat dan modal bagi anak untuk menjadi wirausaha. Sedangkan anak yang berasal dari keluarga yang mempunyai status sosial ekonomi rendah mempunyai kesempatan yang lebih terbatas dalam mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya misalnya kurangnya dukungan dari orang tua baik itu dalam
(55)
hal pendidikan, modal maupun fasilitas untuk menumbuhkan minat berwirausaha.
Dengan demikian minat berwirausaha bagi lulusan SMK tidak lepas dari keberadaan orang tua. Diduga status sosial ekonomi mempunyai hubungan positif dengan minat berwirausaha.
2. Hubungan Prestasi Belajar Kejuruan Dengan Minat Berwirausaha Prestasi merupakan tujuan utama di dalam belajar mengajar baik pada Lembaga Pendidikan Kejuruan maupun Lembaga pendidikan Umum. Seorang anak akan lebih banyak mengenal pengetahuan sehingga prestasi atau kemampuan yang dimilikinya akan lebih tinggi. Prestasi yang dimiliki tersebut dapat dipergunakan untuk memasuki lembaga pendidikan yang lebih tinggi, yang berarti sesuai dengan tujuan pendidikan pada Sekolah Umum yaitu dipersiapkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, tetapi lain halnya dengan prestasi belajar kejuruan diharapkan dapat digunakan untuk mencari pekerjaan atau membuka lapangan pekerjaan sesuai dengan kemampuannya.
Prestasi belajar dapat dipakai sebagai petunjuk ke arah mana seseorang seharusnya memilih pekerjaan. Karena keberhasilan dalam belajar akan menjadi motivasi dan modal dasar dalam memilih suatu pekerjaan. Prestasi belajar kejuruan siswa pada program keahlian penjualan yang tinggi mencerminkan penguasaan keterampilan pada program keahlian penjualan yang tinggi pula. Hal ini akan sangat mendukung apabila seseorang siswa akan berwirausaha di bidang
(56)
keahlian yang ditekuninya. Sebaliknya apabila prestasi belajar kejuruan siswa rendah dapat menimbulkan keraguan apabila akan berwirausaha karena merasa keterampilan yang dimiliki kurang memadai. Dari uraian diatas dapat diduga bahwa prestasi belajar kejuruan siswa mempunyai hubungan positif dengan minat berwirausaha.
F. Paradigma Penelitian
Berdasarkan pada deskripsi dan kerangka berfikir, maka akan dibuat paradigma penelitian sebagai berikut:
Status Sosial Ekonomi Orang Tua
(X1)
Minat Berwirausaha (Y)
Prestasi Belajar Kejuruan Siswa
(X2)
Melalui gambar diatas, maka dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara status sosial ekonomi orang tua (X1) dan prestasi belajar kejuruan siswa (X2) dengan minat berwirausaha (Y).
(57)
G. Hipotesis
Berdasarkan pada kerangka teoritis dan kerangka berpikir di atas maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Ada hubungan positif antara status sosial ekonomi orang tua dengan
minat berwiraswasta.
2. Ada hubungan positif antara prestasi belajar kejuruan siswa dengan
(58)
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan meliputi :
1. Deskriptif
Yaitu suatu penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan maksud dan keadaan sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta yang tampak.
2. Studi Kasus
Yaitu penelitian tentang subyek tertentu dimana subyek tersebut terbatas, maka kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku pada subyek yang diteliti.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Sanjaya Pakem Sleman Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan September 2008 – November 2008.
(59)
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah orang-orang yang terlibat dalam penelitian, dalam hal ini mereka bertindak sebagai pemberi informasi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Subyek penelitian ini meliputi kepala sekolah, guru, dan siswa-siswi SMK Sanjaya Pakem Sleman Yogyakarta kelas II dan III jurusan penjualan.
2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan dalam penelitian. Dalam hal ini yang menjadi obyek penelitian adalah status sosial ekonomi orang tua, prestasi belajar kejuruan siswa, dan minat berwiraswasta.
D. Populasi
Pengertian populasi menurut Sugiyono (1999:72) adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek dan subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas II dan III Jurusan Penjualan SMK Sanjaya Pakem Sleman Yogyakarta. Berdasarkan survai awal penelitian ini, didapat jumlah populasi siswa kelas II jurusan penjualan sebanyak 31 siswa dan kelas III jurusan penjualan sebanyak 21 siswa. Jadi keseluruhan responden sebanyak 52 siswa. Dalam penelitian ini, seluruh populasi diambil sebagai sarana penelitian sehingga penelitian ini
(60)
merupakan penelitian populasi. Penelitian populasi (Arikunto, 2006:130), adalah pendekatan semua elemen yang ada di dalam wilayah penelitian. Alasan dari pemilihannya adalah karena siswa kelas II dan III jurusan Penjualan sudah menempuh mata pelajaran kewirausahaan.
E. Operasionalisasi Variabel
Variabel penelitian adalah obyek penelitian yang bervariasi atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini ada 3 variabel yaitu variabel bebas (Independen Variabel), yang meliputi status sosial ekonomi orang tua (X1) dan prestasi belajar kejuruan siswa (X2). Variabel terikat (Dependent Variabel) adalah minat berwirausaha (Y).
1. Variabel status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi mencakup unsur pendidikan, jabatan dalam masyarakat, penghasilan yang dimiliki oleh orang tua, pemilikan barang-barang berharga yang dimiliki seseorang di dalam suatu masyarakat atau kelompoknya. Berikut ini disajikan tabel kisi-kisi operasionalisasi variabel status sosial ekonomi orang tua.
Tabel 3.1
Kisi-kisi Operasionalisasi Variabel Status Sosial Ekonomi
No Indikator No Pertanyaan
1. Pendidikan terakhir orang tua 1,2
2. Jabatan dalam masyarakat 3
3. Kondisi tempat tinggal 4,5,6,7,8,9
4. Kepemilikan barang-barang
berharga 10,11,12,13,14,15,16,17
Skor setiap pernyataan selanjutnya dinyatakan dalam 4 skala Likert dengan model multiple choice.
(61)
Pengukuran status sosial ekonomi orang tua siswa terlebih dahulu di kuantitatifkan dengan memberi skor dan jika tidak menjawab akan diberi skor 0 pada bagian kepemilikan barang berharga.
Deskripsi Item Skor Pertanyaan 1. Pendidikan terakhir Ayah anda :
a. Tamat SD 1
b. Tamat SLTP 2
c. Tamat SLTA 3
d. Tamat Diploma / Sarjana 4
2. Pendidikan terakhir Ibu anda :
a. Tamat SD
1
b. Tamat SLTP 2
c. Tamat SLTA 3
d. Tamat Diploma / Sarjana
4
3. Jabatan yang dimiliki oleh orang tua anda di kampung :
a. Yang dituakan dalam masyarakat 1
b. Pengurus RT / RW 2
c. Kepala Dukuh 3
d. Kepala Desa 4
4. Status rumah orang tua anda :
a. Menumpang saudara 1
b. Sewa tanah 2
c. Kontrak rumah dan tanah 3
d. Milik sendiri 4
5. Luas rumah orang tua anda :
a. Kurang dari 36 m2 1
b. 37 m2 – 75 m2 2
c. 76 m2 – 100 m2 3
d. Lebih dari 100 m2 4
6. Atap rumah orang tua anda terbuat dari :
a. Genteng kripik 1
b. Genteng asbes 2
c. Genteng pres 3
d. Genteng semen 4
7. Dinding rumah orang tua anda terbuat dari :
a. Gedeg 1
b. Papan biasa (bukan jati) 2
c. Setengah Tembok 3
d. Tembok 4
8. Lantai rumah orang tua anda terbuat dari :
a. Semen / Plesteran 1
(62)
c. Keramik 3
d. Marmer 4
9. Langit-langit rumah anda terbuat dari :
a. Tidak ada langit-langit 1
b. Gipsum 2
c. Triplek 3
d. Anyaman bambu 4
Barang-barang yang dimiliki orang tua anda :
Barang yang
dimiliki Jumlah dan Perkiraan harga
Skor Pertanyaan 10. Mesin Cuci a. < Rp 500.000
b. Rp 500.000 – Rp 1.000.000 c. Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000 d. > Rp 5.000.000
1 2 3 4 11. Kulkas a. < Rp 500.000
b. Rp 500.000 – Rp 1.000.000 c. Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000 d. > Rp 5.000.000
1 2 3 4 12. Sepeda motor 2 – 3 buah, perkiraan harga :
a)Rp 5.000.000-Rp 10.000.000 b)Rp 10.000.000-Rp 20.000.000 c)Rp 20.000.000-Rp 35.000.000 d)> Rp 35.000.000
1 2 3 4 13. Sepeda a. < Rp 100.000
b. Rp 100.000 – Rp 500.000 c. Rp 500.000 – Rp 1.000.000 d. > Rp 1.000.000
1 2 3 4 14. Komputer a. < Rp 500.000
b. Rp 500.000 – Rp 1.000.000 c. Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000 d. > Rp 5.000.000
1 2 3 4 15. Televisi a. < Rp 500.000
b. Rp 500.000 – Rp 1.000.000 c. Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000 d. > Rp 5.000.000
1 2 3 4 16. VCD player a. < Rp 500.000
b. Rp 500.000 – Rp 1.000.000 c. Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000 d. > Rp 5.000.000
1 2 3 4 17. Hand Phone a. < Rp 500.000
b. Rp 500.000 – Rp 1.000.000 c. Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000 d. > Rp 5.000.000
1 2 3 4
(63)
2. Variabel prestasi belajar kejuruan
Prestasi belajar merupakan suatu kecakapan nyata yang dimiliki seseorang yang merupakan hasil dari proses yang dilakukan dalam rangka menyiapkan diri untuk menambah pengetahuan, yang hasilnya dapat dilihat secara nyata dan dapat diukur menggunakan alat ukur yaitu test. Hasil yang diperoleh itu merupakan bentuk aktualisasi diri. Sejauh mana anak menguasai dan memahami materi pelajaran ditunjukkan dengan adanya nilai yang berhasil dicapai siswa. Pengukuran prestasi belajar diketahui dari total nilai semester II. Dari nilai total dibagi jumlah mata pelajaran akan didapat nilai rata-rata siswa.
3. Variabel minat berwiraswasta
Minat berwiraswasta merupakan aspek psikologis seseorang untuk menaruh perhatian terhadap kegiatan tertentu dan mendorong orang yang bersangkutan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Pengukuran variabel minat berwirausaha dalam penelitian ini didasarkan pada 8 (delapan) indikator yang meliputi: (a) ketertarikan; (b) perasaan senang; (c) keinginan/dorongan untuk terlibat dalam kegiatan wirausaha; (d) harapan untuk memperoleh manfaat; (e) pendirian; (f) kemampuan; (g) konsentrasi; (h) rasa ingin tahu.
Berikut ini disajikan tabel kisi-kisi operasionalisasi variabel minat berwirausaha.
(64)
Tabel 3.2
Kisi-kisi Operasionalisasi Variabel Minat Berwirausaha No Indikator No Pertanyaan
1. Ketertarikan 1,2
2. Perasaan senang 3,4
3. Keinginan/dorongan untuk terlibat
dalam kegiatan wirausaha
5,6,7,8,9
4. Harapan untuk memperoleh manfaat 10
5. Pendirian 11
6. Kemampuan 12,13
7. Konsentrasi 14
8. Rasa ingin tahu 15
Skor setiap pernyataan selanjutnya dinyatakan dalam 4 skala Likert dengan model multiple choice.
Pengukuran variabel minat berwirausaha dengan memberi skor pada setiap jawaban yaitu untuk jawaban A skor 1, B skor 2, C skor 3, dan D skor 4.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Kuisioner merupakan sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan kepada reponden untuk diisi sesuai dengan keadaan responden. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang status sosial ekonomi orang tua, prestasi belajar kejuruan siswa, dan minat berwirausaha.
2. Wawancara
Wawancara merupakan dialog yang dilakukan oleh peneliti dimaksudkan untuk mendapatkan keterangan-keterangan yang diperlukan. Metode ini diperlukan untuk mendapatkan data-data untuk melengkapi data-data yang telah dikumpulkan dengan metode kuesioner.
(65)
G. Teknik Pengujian Instrumen
Agar alat ukur yang dipakai dapat dipertanggungjawabkan atau dapat dipercaya harus diuji terlebih dahulu. Pengujian tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut memang cocok dan mantap jika diterapkan pada variabel yang diukur. Dalam dunia penelitian kecocokan dan kemantapan alat ukur disebut dengan validitas dan realibilitas instrumen. 1. Validitas
Pengujian validitas (test of validity) dimaksudkan untuk
mengetahui apakah butir-butir pertanyaan mampu mengukur yang seharusnya diukur (sahih) atau tidak. Pengujian validitas dilakukan dengan mengkorelasikan antar skor jawaban masing-masing item pertanyaan dengan skor total yang diperoleh dari penjumlahan skor pertanyaan. Uji
validitas digunakan dengan rumus Korelasi Product Moment Pearson
(Arikunto, 2006:170), yaitu :
(
)(
)
(
)
{
2}
{
2( )
2}
1 2 1 1 1 1 1 Y n n n rY
X
X
Y
X
Y
X
∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ = Keterangan:r = Koefisien korelasi
n = jumlah item pertanyaan
Yi = Skor total setiap item tes ke-i
Xi = Skor masing-masing item tes ke-i
Untuk menentukan apakah instrumen ini valid atau tidak, maka ketentuannya sebagai berikut :
(66)
Jika
r
hitung ≥r
tabel dengan tingkat kepercayaan 95%, maka instrumen tersebut valid.Jika
r
hitung ≤r
tabel dengan tingkat kepercayaan 95%, maka instrumen tersebut tidak valid.Pelaksanaan uji validitas dilaksanakan dengan responden siswa-siswi kelas III jurusan Penjualan dengan jumlah 30 orang di SMK Koperasi Yogyakarta.
Uji validitas dilakukan terhadap item-item pertanyaan variabel status sosial ekonomi orang tua dan minat berwirausaha. Uji validitas ini dilakukan untuk tiap-tiap butir, sehingga tiga puluh enam (36) pertanyaan yang akan dilakukan uji validitas.
a. Hasil Pengujian Validitas Variabel Status Sosial Ekonomi
Ada dua puluh satu (21) butir pertanyaan pada variabel ini. Rangkuman uji validitas untuk status sosial ekonomi orang tua adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3
Rangkuman Uji Validitas untuk Status Sosial Ekonomi Orang Tua Butir No. Nilai r tabel Nilai r hitung Status
1 0,239 0,274 Valid
2 0,239 0,382 Valid
3 0,239 0,365 Valid
4 0,239 0,289 Valid
5 0,239 0,297 Valid
6 0,239 0,351 Valid
7 0,239 0,266 Valid
8 0,239 0,509 Valid
9 0,239 0,467 Valid
10 0,239 0,680 Valid
(67)
14 0,239 0,465 Valid
16 0,239 0,276 Valid
17 0,239 0,556 Valid
18 0,239 0,295 Valid
19 0,239 0,440 Valid
21 0,239 0,256 Valid
Sumber : Data Prapenelitian (Lampiran iv , hal 94)
Dari item pertanyaan pada variabel status sosial ekonomi orang tua menunjukkan bahwa sebanyak tujuh belas (17) butir pertanyaan adalah valid. Sedangkan empat (4) butir soal dinyatakan tidak valid yaitu butir nomor 12,13,15,20. Kemudian butir yang tidak valid ini selanjutnya dibuang dan tidak dipergunakan pada kuesioner penelitian. Empat (4) butir soal yang dinyatakan tidak valid terdapat pada bagian barang-barang yang dimiliki orang tua yaitu meliputi mobil, sepeda motor dengan jumlah 1 buah, sepeda motor dengan jumlah 4-5 buah, dan pesawat telepon. Pengambilan kesimpulan ini bisa dilakukan dengan membandingkan nilai
r
hitung dengan nilair
tabel. Dengan jumlah data (n) sebanyak 30 responden dan derajat keyakinan (α) = 5% atau 0,05 maka diperoleh nilair
tabel sebesar 0,239.b. Hasil Pengujian Validitas Variabel Minat Berwirausaha
Ada lima belas (15) butir pertanyaan pada variabel ini. Rangkuman uji validitas untuk minat berwirausaha adalah sebagai berikut :
Tabel 3.4
Rangkuman Uji Validitas untuk Minat Berwirausaha Butir No. Nilai r tabel Nilai r hitung Status
(68)
2 0,239 0,324 Valid
3 0,239 0,315 Valid
4 0,239 0,353 Valid
5 0,239 0,467 Valid
6 0,239 0,494 Valid
7 0,239 0,360 Valid
8 0,239 0,437 Valid
9 0,239 0,311 Valid
10 0,239 0,274 Valid
11 0,239 0,312 Valid
12 0,239 0,299 Valid
13 0,239 0,684 Valid
14 0,239 0,282 Valid
15 0,239 0,298 Valid
Sumber : Data Prapenelitian (Lampiran iv, hal 95)
Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh item pertanyaan pada variabel minat berwirausaha menunjukkan bahwa sebanyak lima belas butir pertanyaan adalah valid. Pengambilan kesimpulan ini bisa dilakukan dengan membandingkan nilai
r
hitung dengan nilair
tabel. Denganjumlah data (n) sebanyak 30 responden dan derajat keyakinan (α) =
5% atau 0,05 maka diperoleh nilai
r
tabel sebesar 0,239. Dari hasilperhitungan diperoleh bahwa keseluruhan nilai
r
hitung semuanyamenunjukkan angka lebih besar dari nilai
r
tabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan variabel status sosial ekonomi orang tua adalah valid.2. Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Untuk menghitung reliabilitas kuesioner dalam
(69)
penelitian ini menggunakan Koefisien Alpha Cronbach dengan taraf signifikansi 5% (Arikunto, 2006:196).
Rumus Alpha :
⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ −
=
∑
21 2
11 1 1 σ
σb
k k
r
Keterangan:r
11 : Reliabilitas instrumenk : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑
σ
2b: Jumlah varians butir
σ
21 : Varians total
Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus
Cronbach-Alpha dan dapat dikerjakan dengan program SPSS for windows
versi 12.0. Dengan jumlah data (n) sebanyak 30 responden dengan dk = n-2 (dk=30-n-2 =n-28) menunjukkan nilai
r
tabel = 0,239. Hasil perhitungan nilai r untuk variabel status sosial ekonomi orang tua nilair
hitung = 0,791 Sementara pada variabel minat berwirausaha nilair
hitung = 0,761.Dengan demikian instrumen penelitian ini dapat diandalkan atau reliabel. Rangkuman hasil pengujian reliabilitas adalah sebagai berikut :
Tabel 3.5
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian Variabel Nilai r tabel Nilai r hitung Status Status Sosial Ekonomi
Orang Tua
0,239 0,791 reliabel
Minat Berwirausaha 0,239 0,761 reliabel
(70)
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian ini memenuhi kedua prasyarat instrumen yang baik yaitu valid dan reliabel.
H. Teknik analisis Data 1. Statistik Deskriptif
Statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendiskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum (Sugiyono,1999:142). Deskripsi data penelitian ini dilakukan dengan berdasarkan Pedoman Acuan Patokan (PAP) tipe II.
2. Pengujian Prasyarat Analisis Uji Normalitas
Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data yang terjaring dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas distribusi data setiap variabel digunakan one sample
Kolmogrov-Smirnov. Pengujian normalitas dilakukan dengan bantuan
program SPSS 12.0. Jika α hitung untuk tiap-tiap variabel penelitian ini
di bawah α = 0,05, maka distribusi data tersebut tidak normal. Jika
masing-masing variabel mempunyai nilai di atas 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian berdistribusi normal. Adapun rumus uji Kolmogrov-Smirnov (Gozali,2002:36), sebagai berikut:
D = Maksimum [
F
o (x
(71)
Keterangan :
D = Deviasi maksimum
F
o (x
1) = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukanS
n = Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasiJika nilai
F
hitung > dari nilaiF
tabel pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) maka distribusi data dikatakan tidak normal. Sebaliknya jika nilaiF
hitung < dari nilaiF
tabel maka distribusi data dikatakan normal. 3. Pengujian Hipotesisa. Hipotesis pertama
Hipotesis pertama diuji menggunakan Korelasi Product Moment
dari Pearson (Sugiyono, 1999:182). Teknik ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara status sosial ekonomi orang tua (X1) dengan minat berwirausaha (Y). Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menguji hipotesis pertama adalah sebagai berikut :
1) Rumusan Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan positif antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat berwirausaha siswa
Ha : Ada hubungan positif antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat berwirausaha siswa
(72)
r xy
Y
Y
X
X
N N Y X XY N=
∑
∑
∑
∑
∑
∑ ∑
⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ − ⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ − −)
)
2 2 22 ( ) ( ( ) ( ) )( ( ) ( Keterangan :
r
xy = koefisien korelasi xyX = hasil pengukuran Y = kriteria yang dipakai N = jumlah subyek
3) Untuk dapat memberi interpretasi terhadap kuat atau lemahnya
hubungan maka dapat digunakan pedoman interpretasi koefisien korelasi (Sugiyono, 1999:183)
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Tinggi
0,80 – 1,000 Sangat Tinggi
4) Pengujian signifikansi koefisien korelasi
Pengujian signifikansi dilakukan berdasarkan uji t (Sudjana, 2002:377) dengan rumus :
r n r t 2 1 2 − − = Keterangan :
r = Koefisien korelasi n = Jumlah sampel
r2 = Koefisien determinasi
5) Kriteria pengujian atau pengambilan keputusan
Dalam pengujian korelasi ini digunakan taraf signifikansi 5 %. Ho ditolak jika
t
hitung >t
tabel . Ini berarti ada hubungan positif(73)
antara status sosial ekonomi orang tua (X1) dengan minat berwirausaha (Y).
b. Hipotesis kedua
Hipotesis kedua diuji menggunakan Korelasi Product Moment dari Pearson (Sugiyono, 1999:182). Teknik ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara prestasi belajar kejuruan siswa (X2) dengan minat berwirausaha (Y). Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menguji hipotesis kedua adalah sebagai berikut :
1) Rumusan Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan positif antara prestasi belajar kejuruan siswa dengan minat berwirausaha siswa
Ha : Ada hubungan positif antara prestasi belajar kejuruan siswa dengan minat berwirausaha siswa
2) Pengujian Hipotesis
r xy
Y
Y
X
X
N N Y X XY N=
∑
∑
∑
∑
∑
∑ ∑
⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ − ⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ − −)
)
2 2 22 ( ) ( ( ) ( ) )( ( ) ( Keterangan :
r
xy= koefisien validitasX = hasil pengukuran Y = kriteria yang dipakai N = jumlah subyek
3) Untuk dapat memberi interpretasi terhadap kuat atau lemahnya
hubungan maka dapat digunakan pedoman interpretasi koefisien korelasi (Sugiyono, 1999:183)
(74)
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Tinggi
0,80 – 1,000 Sangat Tinggi
4) Pengujian signifikansi koefisien korelasi
Pengujian signifikansi dilakukan berdasarkan uji t (Sudjana, 1992:380) dengan rumus :
r n r t
2
1
2
− − =
Keterangan :
r = Koefisien korelasi n = Jumlah sampel
r2 = Koefisien determinasi
5) Kriteria pengujian atau pengambilan keputusan
Dalam pengujian korelasi ini digunakan taraf signifikansi 5 %. Ho ditolak jika
t
hitung >t
tabel . Ini berarti ada hubungan positif
antara prestasi belajar kejuruan siswa (X2) dengan minat berwirausaha (Y).
(1)
LAMPIRAN VIII
DESKRIPSI DATA
(2)
DESKRIPSI DATA MENGGUNAKAN PEDOMAN ACUAN PATOKAN (PAP) TIPE II
Pendeskripsian Data Kriteria
81% - 100% Sangat Tinggi
66% - 80% Tinggi
56% - 65% Sedang
46% - 55% Rendah
< 46% Sangat Rendah
1. VARIABEL STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA
Skor tertinggi yang dicapai = 4 x 17 = 68 Skor terendah yang dicapai = 0 x 17 = 0
0 + 81% (68 – 0) = 55,08 dibulatkan menjadi 55 0 + 66% (68 – 0) = 44,88 dibulatkan menjadi 45 0 + 56% (68 – 0) = 38,08 dibulatkan menjadi 38 0 + 46% (68 – 0) = 31,28 dibulatkan menjadi 31
Skor Frekuensi Persentase Kriteria
55 – 68 0 0 Sangat Tinggi
45 – 54 0 0 Tinggi
38 – 44 2 3,85% Sedang
31 – 37 3 5,77% Rendah
< 31 47 90,38% Sangat Rendah
2. VARIABEL PRESTASI BELAJAR KEJURUAN SISWA
Skor tertinggi yang dicapai = 10 Skor terendah yang dicapai = 0
0 + 81% (10 – 0) = 8,1 dibulatkan menjadi 8 0 + 66% (10 – 0) = 6,6 dibulatkan menjadi 7 0 + 56% (10 – 0) = 5,6 dibulatkan menjadi 6 0 + 46% (10 – 0) = 4,6 dibulatkan menjadi 5
Skor Frekuensi Persentase Kriteria
8,00 – 10,00 0 0 Sangat Tinggi
7,99 – 8,00 3 5,77% Tinggi
6,00 – 6,99 36 69,23% Sedang
5,00 – 5,99 13 25% Rendah
(3)
106
3. VARIABEL MINAT BERWIRAUSAHA
Skor tertinggi yang dicapi = 4 x 15 = 60 Skor terendah yang dicapi = 1 x 15 = 15
15 + 81% (60 – 15) = 51,45 dibulatkan menjadi 49 15 + 66% (60 – 15) = 42,45 dibulatkan menjadi 38 15 + 56% (60 – 15) = 40,2 dibulatkan menjadi 34 15 + 46% (60 – 15) = 35,7 dibulatkan menjadi 28
Skor Frekuensi Persentase Kriteria
51 – 60 6 11,54% Sangat Tinggi
42 – 50 13 25% Tinggi
40 – 41 0 0 Sedang
36 – 39 5 9,61% Rendah
(4)
LAMPIRAN IX
DAFTAR TABEL
(5)
(6)