29
adalah penelitian ini adalah penggunaan variabel Sosialisasi Antisipatif Mahasiswa Akuntansi sebagai variabel intervening dan studi empiris pada
Mahasiswa. 4. Gani 2010
Penelitian di Indonesia mengenai persepsi mahasiswa terhadap whistleblowing
dilakukan oleh Gani 2010 yang menganalisis komitmen profesional dan sosialisasi antisipatif antara mahasiswa Pendidikan Profesi
Akuntansi PPA dan perbedaan tingkat komitmen Pendidikan Profesi Akuntansi PPA dalam hubungannya dengan whistleblowing. Hasil
menunjukkan bahwa tingkat komitmen profesional mahasiswa akuntansi PPA dan Non-PPA berpengaruh positif terhadap persepsi mereka akan
pentingnya whistleblowing
dan keinginannya
untuk melakukan
whistleblowing .
Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variabel Komitmen Profesional dan Whistleblowing, sedangkan perbedaannya
adalah penelitian ini adalah penggunaan variabel Sosialisasi Antisipatif Mahasiswa Akuntansi sebagai variabel intervening dan studi empiris pada
Mahasiswa.
30
5. Rani 2009 Rani 2009 melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan sikap
mahasiswa akuntansi
berkaitan dengan
pelaporan pelanggaran
whistleblowing. Sikap mahasiswa akuntansi berupa komitmen profesional dan sosialisasi dini diproksikan persepsi pelaporan pelanggaran keuangan
diuji hubungannya dengan persepsi dan rencana pelaporan pelanggaran. Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa akuntansi yang mendekati kelulusan
dengan komitmen profesional dan persepsi pelaporan keuangan yang lebih besar, lebih dapat menerima pelaporan sebagai suatu hal yang penting dan
lebih berkemungkinan untuk melakukan pelaporan pelanggaran. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan
variabel Komitmen Profesional dan Whistleblowing, sedangkan perbedaannya adalah penelitian ini adalah penggunaan variabel Sosialisasi Dini sebagai
variabel intervening dan studi empiris pada Mahasiswa.
C. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh Orientasi Etika Idealisme terhadap Whistleblowing
Tujuan utama dari proses audit adalah untuk menghindari kesalahan bagi pengguna laporan keuangan atas opini auditor, oleh karena itu idealisme
ditemukan di profesi auditing mudah dilakukan untuk tujuan dan pedoman profesi. Orientasi etika dari seorang auditor responden mempengaruhi tindakan
31
whistleblowing . Idealisme auditor tinggi mempunyai tingkat memandang
whistleblowing sebagai hal yang penting dan memiliki kecenderungan untuk
melakukan whistleblowing yang tinggi pula.
2. Pengaruh Orientasi Etika Relativisme terhadap Whistleblowing
Seorang auditor yang relativistis cenderung untuk menolak prinsip moral secara universal termasuk peran organisasi profesional sebagai pedoman untuk
bertindak. Auditor mempunyai konsekuensi yang baik dan sesuai dengan kaidah moral atas tindakannya.
Relativisme auditor
rendah mempunyai
tingkat memandang
whistleblowing sebagai hal yang tidak penting dan memiliki kecenderungan untuk
tidak melakukan whistleblowing
3. Pengaruh Komitmen Profesional terhadap Whistleblowing
Komitmen profesional adalah tingkat loyalitas individu pada profesinya seperti yang dipersepsikan oleh individu tersebut. Shaub et al 1993 menekankan
perlunya untuk belajar komitmen profesional karena karier seseorang merupakan bagian utama dari hidupnya dan komitmen profesional mempunyai implikasi
penting di tingkat individu dan organisasi. Tingkat komitmen profesional mungkin merupakan refleksi hubungan auditor dengan lingkungan industri
profesional.
32
Berkomitmen terhadap profesi berarti berkeyakinan bahwa profesi yang dilakukan memiliki dan memberikan hal yang baik bagi diri seseorang. Hal ini
pun muncul berdasarkan pertimbangan seseorang atas apa yang dinilainya baik dan benar.
Whistleblowing dapat digambarkan sebagai suatu proses yang melibatkan
faktor pribadi dan faktor sosial organisasional. Semakin tinggi komitmen profesional maka semakin tinggi pula kecenderungan mereka untuk menganggap
whistleblowing menjadi suatu hal yang penting serta semakin tinggi pula
kemungkinan mereka melakukan whistleblowing.
4. Pengaruh Sensitivitas Etis terhadap Whistleblowing
Individu yang tidak mengakui sifat dasar etika dalam keputusan, skema moralnya tidak akan mengarah pada masalah etika tersebut. Jadi kemampuan
untuk mengakui sifat dasar etika dari sebuah keputusan merupakan sensitivitas etika. Apabila sensitivitas etis individu semakin tinggi maka semakin tinggi pula
kecenderungan mereka untuk menganggap whistleblowing menjadi suatu hal yang penting serta semakin tinggi pula kemungkinan mereka melakukan
whistleblowing .
Seseorang yang memahami pentingnya informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan bagi para penggunanya akan memahami pula tanggung jawab
etis dalam profesi akuntansi sehingga muncul motivasi untuk melakukan whistleblowing
.
33
Arnold dan Ponemon 1991 yang menyelidiki hubungan antara pemikiran etis dengan persepsi whistleblowing. Mereka melaporkan bahwa auditor interen
dengan tingkat pemikiran etis yang relatif tinggi lebih dapat mengidentifikasi dan mengetahui perilaku yang kurang pantas. Semakin tinggi tingkat pemikiran etis
seseorang semakin mampu mengidentifikasi serta mengetahui perilaku yang kurang pantas.
5. Pengaruh Orientasi Etis Idealisme, Orientasi Etis Relativisme, Komitmen
Profesional, dan Sensitivitas Etis terhadap Whistleblowing
Whistleblowing merupakan sebuah tindakan yang menunjukkan
keputusan etis dan profesionalisme seseorang yang bekerja dalam dunia bisnis mapun auditing. Beberapa faktor dapat mempengaruhi tindakan ini. Pertama
orientasi etis yang memiliki dua karakteristik yaitu relativisme dan idealisme. Sikap idealisme auditor adalah dimana seorang individu berpijak pada nilai-nilai
moral yang ada dan tidak akan melanggar nilai-nilai tersebut, maka cenderung akan menganggap whistleblowing merupakan tindakan yang beretika dan semakin
tinggi pula kemungkinan mereka melakukan whistleblowing. Kedua, sikap relativisme auditor akan cenderung membuat auditor mempunyai sikap penolakan
terhadap nilai-nilai moral yang berlaku umum dalam masyarakat akan cenderung melakukan perilaku yang tidak etis dan cenderung akan menganggap
whistleblowing adalah tindakan yang kurang penting dan semakin rendah pula
kemungkinan mereka melakukan whistleblowing. Ketiga, komitmen profesional